Dengan Dt adalah diameter poros; untuk QR formulanya dapat diliat pada B1.2 dan B2.2-
B2.3 dengan tegangan puntir :
1.2 Instalasi penggerak kemudi ditentukan sesuai dengan Rules for Machinery Installations
(Pt. 1, Vol. III), Sec. 14 untuk momen torsi kemudi QR seperti yang disyaratkan pada
B.1.2, B.2.2 atau B.2.3 dan dengan mempertimbangkan kerugian gesek pada bantalan
kemudi.
1.3 Dalam hal instalasi penggerak kemudi mekanis, diameter tongkat kemudi pada bagian
teratasnya yang hanya berfungsi untuk menyalurkan momen torsi dari mesin kemudi
bantu boleh 0,9 Dt. Panjang sisi bujur sangkar untuk celaga bantu tidak boleh kurang dari
0,77 Dt dan tingginya tidak kurang dari 0,8 Dt.
1.4 Tongkat kemudi harus diberi pengaman terhadap geseran aksial. Besar ruang gerak aksial
yang diizinkan tergantung pada konstruksi mesin kemudi dan bantalan.
2.1 Jika kemudi direncanakan sedemikian rupa sehingga terjadi tegangan lengkung tambahan
pada tongkat kemudi, maka diameter tongkat kemudi harus diperbesar secukupnya.
Diameter yang diperbesar, bila ada, menentukan ukuran kopling.
C
Untuk diameter tongkat kemudi yang diperbesar, tegangan ekuivalen dari lengkung dan
torsi tidak boleh melewati nilai berikut:
Tegangan Lengkung:
Diameter tongkat kemudi yang diperbesar dapat ditentukan dengan rumus berikut:
Dt lihat 1.1.
Catatan
Bila dipasang mesin kemudi torak ganda, momen lengkung tambahan kemungkinan
tersalur dari mesin kemudi ke tongkat kemudi. Momen lengkung tambahan ini harus
diperhitungkan dalam penetuan diameter tongkat kemudi.
3. Analisis
3.1 Umum
Peninjauan momen lengkung, gaya geser dan gaya tumpuan untuk sistem kemudi -
tongkat kemudi dapat dilakukan untuk beberapa jenis kemudi dasar seperti ditunjukkan
pada Gb. 14.3 - 14.5 seperti diuraikan pada 3.2. - 3.3.
Z= konstanta pegas dari tumpuan pada sepatu kemudi atau tanduk kemudi untuk
tumpuan pada sepatu kemudi (Gb 14.3)
Fb = satuan perpindahan dari tanduk kemudi [m] akibat satuan gaya 1kN yang
In = momen inersia tanduk kemudi disekelilingi sumbu-x d/2 [cm4] (lihat juga
Gb. 14.4)
untuk baja
3.3 Momen dan gaya yang harus dievaluasi
3.3.1 Momen lengkung MR dan gaya geser Ql pada badan kemudi, momen lengkung Mb pada
bantalan leher dan gaya tumpuan Bl, B2, B3 harus dievaluasi.
Momen dan gaya yang telah dievaluasi tersebut harus digunakan untuk analisa tegangan
yang disyaratkan oleh 2. dan E.1. pada Bab ini dan oleh Bab 13, C.4. dan C.5.
3.3.2 Untuk kemudi gantung, momen dan gaya ditentukan menurut rumus berikut:
3.3.3 Untuk kemudi gantung dengan tabung poros kemudi (lihat Gb. 14.6) momen dan gaya
ditentukan dengan formula berikut:
CR1 = gaya kemudi pada seluruh bagian luasan kemudi A1 menurut B.2.1 [N]
CR2 = gaya kemudi pada seluruh bagian luasan kemudi A2 menurut B.2.1 [N]
4. Tabung poros kemudi
4.1 Jika tongkat kemudi dilengkapi dengan tabung poros kemudian dilas sedemikian rupa maka
tabung poros kemudi mendapat beban yang diakibatkan oleh daun kemudi, seperti yang diberikan
pada B.1.1, tegangan lengkung pada tabung poros kemudi, dalam N/mm2, harus memenuhi
formula berikut:
σ ≤ 80/k
Dimana, k ≥ 0,7
Untuk perhitungan tegangan lengkung, jarak bentang dihitung pada jarak antara pertengahan
tinggi bantalan tongkat kemudi terbawah dan titik dimana tabung dijepit terhadap kulit atau alas
dari skeg.
4.2 Pengelasan pada sambungan antara tabung poros kemudi dan kulit atau alas dari skeg harus
penetrasi penuh. Sistem-Sistem Bab14 – Kemudi dan Instalasi Olah Gerak C-D 14-13/26
Pedoman Domestik BKI – 2016
Jari-jari las sudut r, dalam mm, harus selebar mungkin dan memenuhi formula berikut:
r = 60 untuk σ ≥ 40/k [N/mm2]
r = maks. [30; 0,1∙D1] untuk σ < 40/k [N/mm2]
dimana D1 didefinisikan pada 2.1
Catatan
Jari-jari didapatkan dengan gerinda. Jika menggunakan piringan gerinda, skormark harus
dihindari pada arah lasan. Jari-jari harus dicek keakuratannya dengan mal. Pengecekkan
sedikitnya pada empat profil. Laporan tersebut harus dikirim ke Surveyor. Sebelum pengelasan
dimulai, spesifikasi detail prosedur pengelasan harus dikirim ke BKI yang meliputi persiapan
pengelasan, posisi pengelasan, parameter pengelasan, bahan pengelasan, pemanasan awal,
perlakuan panas setelah pengelasan dan prosedur pemeriksaan/inspeksi. Prosedur pengelasan
ini harus dilengkapi dengan tes uji yang sesuai dengan persyaratan bahan dan pengelasan dari
peraturan yang berlaku. Manufaktur harus menyimpan dokumen terkait proses pengelasan,
sehingga perlakuan panas dan proses pemeriksaan pada lasan dapat diketahui. Dokumen ini
harus dikirim ke Surveyor. Pengujian tidak merusak harus dilakukan sedikitnya 24 jam setelah
pengelasan selesai. Lasan harus diuji partikel magnetik 100% dan ultrasonik 100%.