Deskripsi Kasus
Deskripsi Kasus
Seorang Tuan A.H berusia 78 tahun, sering mengeluh cepat lapar, cepat lelah,
cepat haus, sering buang air kecil, penglihatan kabur, pasien di diagnosis mengalami
dm tipe 2 dan di berikan terapi Furosemid 1x1, Adonemia 2x1, obat antidiabetes
peroral sesekali dikonsumsi, injeksi insulin sesekali diberikan, Tuan A.H hanya
lulusan SD dan bekerja sebagai wiraswasta, selain diabetes Tuan A.H juga
didiagnosis memiliki hiperurisemia, hipertensi, dan hipoalbuminemia, berdasarkan
hasil pemeriksaan sbb:
- HDL : 50 mg/Dl
- LDL : 55 mg/Dl
- Trigliserida : 81 mg/Dl
- SGOT : 27 mg/Dl
- SGPT : 25 mg/Dl
- TD : 140/100 mmHg
1
PEMBAHASAN
Pengertian
Klasifikasi
- Diabetes Gestasional
Diabetes Melitus 2
Diabetes Mellitus Tipe 2 Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih
umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita
DM Tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes,
umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di
kalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat.
Faktor genetik, obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang
gerak badan.
2
Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang berada
pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam
darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi.
Sel-sel β kelenjar pankreas mensekresi insulin dalam dua fase. Fase pertama
sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi fase kedua
terjadi sekitar 20 menit sesudahnya. Pada awal perkembangan DM Tipe 2, sel-sel
β menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi
insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin Apabila tidak ditangani dengan
baik, pada perkembangan penyakit selanjutnya penderita DM Tipe 2 akan
mengalami kerusakan sel-sel β pankreas yang terjadi secara progresif, yang
seringkali akan mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita
memerlukan insulin eksogen. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pada
penderita DM Tipe 2 umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi
insulin dan defisiensi insulin.
3
Faktor Resiko
Gejala Klinik
4
Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM
Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa
tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi.
Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari
luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.
5
(hepar), menurunkan produksi
glukosa hati. Tidak
merangsang sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas.
Meningkatkan kepekaan tubuh
terhadap insulin. Berikatan
Rosiglitazone dengan PPARγ (peroxisome
Tiazolidindion Troglitazone proliferator activated receptor-
Pioglitazone gamma) di otot, jaringan
lemak, dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin
Menghambat kerja enzim-
enzim pencenaan yang
Inhibitor α- Acarbose mencerna karbohidrat,
glukosidase Miglitol sehingga memperlambat
absorpsi glukosa ke dalam
darah
Non farmakologi
- Olahraga
2.2 Hipertensi
Pengertian
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi bersifat
abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (Corwin,
2001). Menurut Joint National Committee (JNC) VII, kriteria tekanan darah
normal adalah 120/80 mmHg. Seseorang mengalami hipertensi jika tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi tidak
dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan (Yusuf, 2008).
6
Klasifikasi
Faktor Resiko
- Hipertensi
- Merokok
- Immobilitas
- Dislipidemia
- Diabetes mellitus
Gejala
7
tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah
mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak
penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen.
Patofisiologi Tekanan darah adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri
dalam millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur,
tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh
selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik
jantung diisi. Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara
potensial dalam terbentuknya hipertensi.
Terapi
8
Non Farmakologi
- Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
- Berhenti merokok
- Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
2.3 Hiperurisemia
Pada manusia, asam urat merupakan produk akhir dari degradasi purin.
Pada kondisi normal, jumlah asam urat yang terakumulasi sekitar 1200 mg pada
pria dan 600 mg pada wanita. Akumulasi yang belebihan tersebut dapat
dikarenakan over produksi atau under-eksresi asam urat.
a. Over-produksi Asam Urat
Asam urat dibentuk oleh purin, yang berasal dari tiga sumber yaitu:
makanan yang mengandung purin, perubahan asam nukleat jaringan menjadi
nukleotida purin, dan sistesis de novo dari basa purin. Pada kondisi normal,
asam urat dapat terakumulasi secara berlebihan jika produksi asam urat
tersebut berlebihan. Rata-rata produksi asam urat manusia per harinya sekitar
600-800 mg. Modifikasi diet penting bagi pasien dengan beberapa penyakit
yang dapat meningkatkan gejala hiperurisemia. Asam urat juga dapat
9
diproduksi berlebihan sebagai konsekuensi dari peningkatan gangguan dari
jaringan asam nukleat dan jumlah yang berlebihan dari sel turnover, penyakit
myeloproliferative dan lymphoproliferative, polycythemia, psoriasis, dan
beberapa tipe anemia. Penggunaan obat sitotoksik juga dapat menyebabkan
overproduksi asam urat.
10
konsentrasi asam urat dalam serum yaitu primary gout, diabetik ketoasidosis,
gangguan mieloproliferatif, anemia hemolitik kronik, obesitas, gagal jantung
kongestif, gagal ginjal, down syndrome, hiperparatiroid, hipoparatiroid,
alkoholisme akut, akromegali, hipotiroid, dan lain-lain. Obat-obat yang dapat
menurunkan klirens asam urat di ginjal melalui modifikasi beban yang
disaring (filtered load) atau salah satu proses transport tubular diantaranya
diuretik, asam nikotinat, salisilat (< 2 g/hari), etanol, pirazinamid, levodopa,
etambutol, obat sitotoksik, dan siklosporin (Ernst et al., 2008).
Terapi Farmakologi
- Kortikosteroid
- Kolkisin
- Xantin-oksidase (allopurinol)
(Non Farmakologi)
2.4 Hipoalbuminemia
11
Klasifikasi
Etiologi
Terapi
- Konsumsi makanan berprotein tinggi seperti kacang, telur, susu, daging sapi,
ikan, yogurt.
12
PENYELESAIAN MASALAH
PHARMACEUTICAL CARE
A. Identitas Pasien
- Umur : 78 tahun
- Pekerjaan : wiraswasta
B. Subyektif
C. Objektif
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Lab
13
Kolesterol 122 mg/dL <200
Albumin 3,3 mg/dL 3.5-4.5
SGOT 27 mg/dL <=40
SGPT 25 mg/dL <=41
D. Assesment
Terapi Pasien
- Furosemid 1x1
- Adonemia 2x1
DRP
14
E. PLAN
(Non Farmakologi)
- Olahraga
2) Hipertensi (140/100mmHg)
Captopril(75-100 mg)
Inhibitor ACE mungkin lebih disukai pada pasien usia lanjut dengan
gagal jantung kongestif dan diabetes mellitus. (DIH)
(Non Farmakologi)
- Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
15
- Menurunkan berat badan.
- Berhenti merokok
- Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
(Non Farmakologi)
(Non farmakologi)
16
DAFTAR PUSTAKA
17