Anda di halaman 1dari 156

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY “R”

GESTASI 37-38 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)


DI RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Ahli Madya Kebidanan Jurusan Kebidanan pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

OLEH :
SUNARTI
NIM: 70400114054

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Alhamdulillahi Robbil „Alamin puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan petunjuk hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

Meneyelesaikan proposal KTI ini yang berjudul “Manajemen Asuhan Kebidanan

Intranatal pada Ny “R” gestasi 37-38 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di

RSUD Syekh Yusuf Gowa” dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.

Dalam penyelesaian KTI ini penulis mendapat bimbingan dan arahan dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimah

kasih kepada :

1. Sembah sujudku kepada kedua orang tuaku tercinta yang tiada hentinya

selalu memberi do‟a dan dukungan kepada saya, ayahanda H. Basir dan

ibunda Fatmawati.

2. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar beserta seluruh stafnya.

3. Bapak Dr. dr. H. Andi Armyn Nurdin, M.Sc. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar beserta seluruh stafnya.

4. Ibu Dr. Hj Sitti Saleha, S.SiT, S.KM, M.Keb selaku ketua Prodi Kebidanan

v
5. Ibu Anieq Mumthi‟ah Alkautzar, S.ST., M.Keb selaku pembimbing I yang

senangtiasa membagikan ilmu yang sangat bermanfaat dan membimbing

dengan sabar dan ikhlas.

6. Ibu dr Miswani Mukani Syuaib M.Kes selaku pembimbing II yang telah

banyak menyempatkan waktu untuk membimbingku dalam penyelesaian

Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Ibu dr Nurhira Abdul Kadir MPH, selaku penguji I yang telah banyak

membagikan ilmu kepada saya, member kritik dan saran yang bersifat

membangun guna untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Bapak ustadz Dr. Wahyuddin G. M.Ag selaku penguji agama yang telah

senantiasa memberikan masukan dan dukungan yang bersifat islamiah

dalam penyusunan KTI ini.

9. Kepada seluruh Dosen dan staf Pengajar program studi kebidanan UIN

Alauddin Makassar

10. Direktur RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa dan jajarannya yang telah

memberikan izin dalam melaksanakan penelitian hingga selesai.

11. Kakanda Tri TiasTari Nur S.Kom yang telah banyak membantu dan

mendoakan penulis dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Kepada sahabatku tercinta Geni Liskantari, Ratika, Nirwana, Nurhikma,

Nurhaeratih, Hasrianah dan Nurjannah A.

vi
13. Kepada seluruh teman-temanku di kebidanan yang selalu memberikan

saran dan masukan khusunya angkatan 2014.

Niat yang baik dari hati akan mendapatkan hasil yang baik pula, dari Umar

radhiyallahu „anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

“Innamal a’maalu bin niyyah” (Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat),

kalimat itulah yang selalu menjadikan pedoman bagi penulis agar menjadi lebih

semangat meskipun dalam menyusun KTI ini masih jauh dari kata sempurna dan

masih banyak menemui beberapa hambatan dan kesalahan, namun penulis berharap

kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sehingga penulis dapat

menyelesaikanya dengan baik. Akhir kata penulis ucapkan Jazakillah khair semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Allahumma Amin.

Samata-Gowa, Agustus 2017

Penulis

Sunarti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... i
HALAMAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH…………………. iii
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ………………………………… iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………… v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. xiii
ABSTRAK……………………………………………………………………... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latarbelakang……………………………………………………… 1

B. Ruanglingkup……………………………………………………… 6

C. Tujuanpenulisan…………………………………………………… 6

D. Manfaatpenulisan………………………………………………….. 7

E. Metodepenelitian………………………………………………….. 8

F. Sistematikapenulisan………………………………………………. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauanumumtentangpersalinan………………………………… 11

1. Asuhankebidananpadapersalinan …………………………… 11

2. Sebab-sebabmulainyapersalinan……………………………… 14

3. Tahap-tahappersalinan………………………………………… 15

4. Tanda-tandapersalinan………………………………………… 17

5. Faktor-faktor yang mempengaruhipersalinan…………………. 18


viii
B. Tinjauankhusustentang KPD……………………………………… 21

1. Pengertian KPD………………………………………………… 21

2. Insiden KPD……………………………………………………. 22

3. Etiologi KPD……………………………………………………. 22

4. Mekanismepecahnyaselaputketuban………………………… . 24

5. Tandadangejala KPD…………………………………………. 25

6. Penilaianklinis KPD…………………………………………… 26

7. Diagnosis KPD………………………………………………… 27

8. Pemeriksaanpenunjang KPD………………………………….. 28

9. Prognosis/ komplikasi KPD……………………………………. 28

10. Penatalaksanaan KPD………………………………………….. 29

C. Tinjauanumum KPD menurutpandanganislam…………………… 33

D. Teorimanajemenkebidanan……………………………………….. 36

BAB III STUDI KASUS

KALA I……………………………………………………………………….… 43

Langkah I. Identifikasi data dasar………………………………………. 43

Langkah II. Identifikasidiagnosa/ masalahaktual……………………… 54

Langkah III. Identifikasidiagnosa/ masalahpotensial…………………. 60

Langkah IV. Tindakansegera/ kolaborasi……………………………… 62

Langkah V. Rencanatindakan………………………………………… 62

Langkah VI. Tindakanasuhankebidanan……………………………… . 66

Langkah VII. Evaluasiasuhankebidanan………………………………. 69

ix
KALA II……………………………………………………………………….. 70

Langkah I. Identifikasi data dasar……………………………………… . 70

Langkah II. Identifikasidiagnosa/ masalahaktual……………………… 71

Langkah III. Identifikasidiagnosa/ masalahpotensial…………………. 72

Langkah IV. Tindakansegera/ kolaborasi……………………………… 72

Langkah V. Rencanatindakan ………………………………………… 72

Langkah VI. Tindakanasuhankebidanan……………………………… . 77

Langkah VII. Evaluasiasuhankebidanan………………………………. 82

KALA III……………………………………………………………………...… 82

Langkah I. Identifikasi data dasar……………………………………….. 82

Langkah II. Identifikasidiagnosa/ masalahaktual……………………… 83

Langkah III. Identifikasidiagnosa/ masalahpotensial………………….. 83

Langkah IV. Tindakansegera/ kolaborasi………………………………. 83

Langkah V. Rencanatindakan …………………………………………. 84

Langkah VI. Tindakanasuhankebidanan………………………………. 88

Langkah VII. Evaluasiasuhankebidanan………………………………. 90

KALA IV……………………………………………………………………….. 91

Langkah I. Identifikasi data dasar……………………………………… 91

Langkah II. Identifikasidiagnosa/ masalahaktual……………………… 91

Langkah III. Identifikasidiagnosa/ masalahpotensial…………………. 91

Langkah IV. Tindakansegera/ kolaborasi……………………………… 92

Langkah V. Rencanatindakan ………………………………………… 92

Langkah VI. Tindakanasuhankebidanan……………………………… 94


x
Langkah VII. Evaluasiasuhankebidanan……………………………… 97

BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………. 128

BAB V PENUTUP…………………………………………………………… 134

A. Kesimpulan……………………………………………………….. 134

B. Saran………………………………………………………………. 135

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 137

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel1 : Riwayatkehamilandanpersalinan yang lalu……………………..45

Tabel2: Observasitanda-tanda vital, denyutjantungjanindan his………..64

Tabel3: Evaluasidanestimasijumlahkehilangandarah………………….92

Table 4: Tanda-tanda vital pascapersalinan………………………………..92

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Perubahankeadaanserviks………………………………………...23

Gambar2 : Penatalaksanaan KPD………………………………………………32

xiii
ABSTRAK

JURUSAN KEBIDANAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

KARYA TULIS ILMIAH, JULI 2017

SUNARTI, 70400114054

Pembimbing I : Anieq Mumthi’ah Alkautzar

Pembimbing II : Miswani Mukani Syuaib

“Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal pada Ny “R” Gestasi 37-38 Minggu


dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Tahun
2017”

Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum inpartu


yaitu bila pembukaan serviks pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. Bila terjadi KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut KPD
pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal, 8-10% perempuan hamil aterm
akan mengalami KPD.
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk melaksanakan Manajemen Asuhan
Kebidanan pada Ny “R” dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa Tahun 2017 dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan 7 langkah menurut Helen Varney dan pendokumentasian dalam bentuk
SOAP.
Hasil dari studi kasus yang dilakukan pada Ny “R” dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD) yakni tidak ditemukannya kendala dalam menangani masalah dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD). Dalam penatalaksanaan masalah Ketuban Pecah Dini
pada Ny “R” dilakukan pemasangan infus Ringer Laktat per IV 28 tetes permenit
untuk mengganti cairan yang hilang selama persalinan, pemasangan misoprostol
pervaginam 1/8 tablet untuk membantu pematangan serviks dan pemberian injeksi
cefotaxime 1 gram untuk mencegah terjadinya infeksi, serta dilakukannya
pemantauan dan asuhan dari kala I sampai kala IV.
Kesimpulan dari studi kasus dengan manajemen asuhan 7 langkah varney
dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yakni dari kala I hingga kala IV
semuanya berlangsung normal tanpa ada penyulit, tidak ditemukannya komplikasi
atau masalah pada janin dan ibu, serta keadaan ibu dan bayi baik yang ditandai
dengan tanda-tanda vital dalam batas normal.
KATA KUNCI : Ketuban Pecah Dini (KPD), 7 langkah varney.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam

obstetrik berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan komplikasi infeksi

korioamnionitis hingga sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas

perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Yaze dan Dewi, 2016 :76). Pecahnya

selaput janin bisa terjadi bila leher rahim tertutup atau melebar. Terkadang hal itu

bisa terjadi pada kehamilan yang sangat awal (sebelum 28 minggu) atau pada

trimester ketiga (antara 28 minggu dan 34 minggu). Faktor risiko yang sangat terkait

dengan PROM yaitu infeksi, malpresentation dari fetus, multiple pregnancy and

excess amniotic fluid, servical incompetence, trauma Abdomen (Gahwagi, 2015

:495).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012), memperlihatkan

bahwa 54% dari kelahiran tidak mengalami komplikasi selama persalinan. Wanita

yang mengalami persalinan lama dilaporkan sebesar 35% kelahiran, KPD lebih dari

6 jam sebelum kelahiran dialami oleh 15% kelahiran, perdarahan berlebihan sebesar

8% persen, dan demam sebesar 8%. Komplikasi lainnya dan kejang dialami juga

pada saat persalinan (masing-masing 5 dan 2%). Sementara itu, partus lama dan

perdarahan merupakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh KPD (SDKI, 2012 : 131-

132).

1
2

Sementara itu, menurut penelitian Yaze dan Dewi (2016), insidensi KPD

terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-

19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan.

Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau

persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% KPD

terjadi pada kehamilan cukup bulan.

Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh

prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan

insidensi 30-40% (Yaze dan Dewi, 2016 :76).

Pada umumnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko bagi ibu maupun

janin. Pada kasus KPD komplikasi yang dapat terjadi yaitu infeksi dalam persalinan,

infeksi masa nifas, partus lama, meningkatnya tindakan operatif obstetric atau secsio

sesarea (SC), atau akan mengarah ke morbiditas dan mortalitas ibu, selain KPD

dapat memberi dampak buruk bagi ibu, KPD juga dapat memberi resiko pada janin

yaitu prematuritas (sindrom distres pernafasan, hipotermia, masalah pemberian

makan neonatal, retinopati premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis

necroticing, gangguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia,

sepsis, prolaps funiculli / penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat,

prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy,

perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion

(sindrom deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan

janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi dkk, 2016 : 105-106).
3

AKI menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat

kesehatan masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor

kesehatan sebagaimana tercantum dalam program pemerintah nasional serta strategi

Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari

program Safe Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat penurunan angka

kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Arifin, 2015 :1).

Kematian ibu pada saat ini masih menjadi masalah kesehatan reproduksi

yang sangat penting di Indonesia. Indikator kesehatan yang menggambarkan tingkat

kesehatan ibu dan anak adalah AKI dan AKB. Disamping itu AKI merupakan tolak

ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetrik di suatu negara. Bila AKI masih

tinggi, berarti system pelayanan obstetrik belum sempurna, sehingga memerlukan

perbaikan (KEMENKES, 2015)

Menurut laporan World Health Organization (WHO), AKI di dunia masih

tinggi, dan Indonesia berada di posisi teratas dengan jumlah kematian ibu tertinggi

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain. AKI di dunia tahun 2014

yaitu 289.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa negara memiliki AKI

cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan

Asia Tenggara 16.000 jiwa. AKI di negara-negara Asia Tenggara dimana Indonesia

yaitu 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup,

Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup,

dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).


4

Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, AKI di Indonesia pada tahun

2012 meningkat tajam menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tujuan milenium

dalam target MDGs pada 2015 adalah AKI dapat diturunkan menjadi 102 per

100.000 kelahiran hidup. Namun berdasarkan data yang didapat, AKI pada tahun

2015 sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sangat jauh dari target

MDGs. (KEMENKES, 2015: 104).

Di Sulawesi Selatan jumlah kematian ibu yang dilaporkan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/ Kota mengalami peningkatan dan penurunan, pada tahun

2012 jumlah kematian ibu sebanyak 160 orang atau 110,26 per 100.000 kelahiran

hidup, sedangkan pada tahun 2013 menurun menjadi 115 orang atau 78.38 per

100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi 138 orang

atau 93.20 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2011 sebanyak

868 bayi atau 5.90 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2014 meningkat menjadi

1.056 bayi atau 7.23 per 1000 kelahiran hidup, dengan penyebab utama kematian

adalah perdarahan, infeksi, hipertensi, preeklampsi-eklampsi, abortus, dan partus

lama (Profil Kesehatan Sulsel, 2014: 19-27).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa,

AKI dan AKB mengalami penurunan, yaitu AKI pada tahun 2012 sebanyak 12

orang atau 106,53 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2013 menurun menjadi

10 orang atau 80 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2014 sebanyak 3

orang atau 24 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2012

sebanyak 57 bayi atau 4,5 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2013 menurun
5

menjadi 17 bayi atau 1 per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2014 sebanyak 10

bayi atau 1 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Kabupaten Gowa, 2014: 25-29).

Peran bidan dalam penanganan KPD dengan memberikan asuhan kebidanan

pada ibu bersalin secara tepat, cepat dan komprehensif, karena jika ibu bersalin

dengan KPD tidak mendapat asuhan yang sesuai, maka resikonya akan berakibat

pada ibu maupun janin. Dengan harapan setelah dilakukannya asuhan kebidanan

yang cepat dan tepat, maka kasus ibu bersalin dengan KPD dapat di tangani dengan

baik, sehingga AKI di Indonesia dapat dikurangi.

Berdasarkan data rekam medik RSUD Syekh Yusuf Gowa, pada tahun

2012 angka kejadian KPD di ruangan bersalin sebanyak 26 kasus dari 1973 ibu yang

melahirkan, pada tahun 2013 sebanyak 40 kasus dari 1928 ibu yang melahirkan, pada

tahun 2014 sebanyak 25 kasus dari 1956 ibu yang melahirkan, pada tahun 2015

sebanyak 27 kasus dari 1804 ibu yang melahirkan dan pada tahun 2016 sebanyak 3

kasus dari 1578 ibu yang melahirkan. Selain itu, angka kejadian KPD di RSUD

Syekh Yusuf Gowa merupakan peringkat kelima dari kasus patologi yang ada di

kamar bersalin RSUD Syekh Yusuh Gowa. Urutan peringkat tersebut yaitu:

perdarahan, abortus, preeklamsi, serotinus, KPD, plasenta previa, persalinan

preterm, dan molahidatidosa.

Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi kasus

dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal dengan Ketuban Pecah Dini

(KPD) di RSUD Syekh Yusuf Gowa” pada tahun 2017”.


6

B. Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini adalah manajemen asuhan

kebidanan dengan KPD di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2017.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dilaksanakan manajemen asuhan kebidanan dengan KPD di RSUD Syekh

Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2017 dengan menggunakan manajemen asuhan

kebidanan sesuai dengan kompetensi atau wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Dilakukannya pengumpulan data pada ibu bersalin dengan KPD di RSUD Syekh

Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2017.

b. Dirumuskannya interpretasi data pada ibu bersalin dengan KPD di RSUD

Kabupaten Gowa tahun 2017.

c. Diidentifikasikannya diagnosis potensial pada ibu bersalin dengan KPD di

RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2017.

d. Dilakukannya antisipasi penanganan segera pada ibu bersalin dengan KPD di

RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2017.

e. Disusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD di

RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2017.

f. Dilaksanakannya asuhan kebidanan sesuai rencana tindakan pada ibu bersalin

dengan KPD di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2017.


7

g. Dievaluasikannya asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu bersalin

dengan KPD di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2017.

h. Dilakukannya pendokumentasian semua temuan dan tindakan yang telah

diberikan pada kasus KPD di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun

2017.

i. Didiskusikannya kesenjangan antara teori dengan kasus yang didapatkan dilahan

j. Diintegrasikannya nilai-nilai keislaman kepada pasien dengan kasus KPD

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Akademik

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir di jenjang

pendidikan Program Diploma tiga Kebidanan UIN Alauddin Makassar.

2. Manfaat Instansi

Memberikan informasi dan masukan instansi terkait dalam meningkatkan

kualitas pelayanan.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat meningkatkan

pengetahuan dan menambah wawasan tentang faktor yang berhubungan dengan

KPD.

4. Manfaat Bagi Institusi

Sebagai bahan ilmiah atau bahan bacaan untuk penulisan berikutnya.


8

E. Metode Penelitian

Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode :

1. Studi Kepustakaan

Mempelajari buku-buku literatur dan mengambil data-data dari internet,

antara lain: membaca buku dari berbagai sumber yang berkaitan dengan KPD,

mengakses data melalui internet dan mempelajari karya tulis ilmiah yang ada.

2. Studi Kasus

Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan

yang meliputi 7 langkah Varney yaitu: identifikasi dan analisa data dasar, identifikasi

diagnosis/ masalah aktual, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, melaksanakan

tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan asuhan kebidanan, melaksanakan

asuhan kebidanan dan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan.

Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan tekhnik:

a. Anamnesa/ wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan suami maupun

keluarganya, bidan, dokter di kamar bersalin yang dapat membantu dan memberikan

keterangan atau info yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan kebidanan

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dari kepala sampai kaki

dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.


9

1) Inspeksi, merupakan proses observasi dengan menggunakan mata, inspeksi

dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan

status fisik.

2) Palpasi, dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini

dilakukan untuk mendeteksi ciri-ciri jaringan atau organ.

3) Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.

4) Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop

untuk memperjelas mendengar denyut jantung, paru-paru, bunyi usus serta

untuk mengatur tekanan darah, sedangkan lenek digunakan untuk

mendengar denyut jantung janin (DJJ).

c. Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial dilakukan meliputi pengkajian status emosional,

respon terhadap kondisi yang dialami, serta pola interaksi klien terhadap keluarga,

petugas kesehatan dan lingkungannya.

3. Studi Dokumentasi

Membaca dan mempelajari status yang berhubungan dengan keadaan klien

yang bersumber dari catatan dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium dan atau

hasil pemeriksaan penunjang lainnya.

4. Diskusi

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien, keluarga klien dan dosen

pembimbing, baik di lahan maupun di institusi yang membantu untuk melancarkan

penyusunan karya tulis ilmiah ini.


10

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan untuk menulis karya tulis

ilmiah ini terdiri dari bab 1 sampai bab IV, yaitu: pada bab I terdiri dari pendahuluan

yang akan menguraikan tentang latar belakang, ruang lingkup penulisan, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Pada bab

II terdiri dari tinjauan teori, akan menguraikan tentang tinjauan umum tentang

asuhan kebidanan dan persalinan, tinjauan khusus tentang KPD, tinjauan umum KPD

menurut pandangan Islam, proses manajemen asuhan kebidanan, serta

pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.

Selanjutnya, pada bab III yaitu studi kasus yang akan menguraikan tentang

7 langkah Varney yaitu identifikasi data dasar, identifikasi diagnosis/ masalah aktual,

identifikasi diagnosis/ masalah potensial, tindakan segera dan kolaborasi, rencana

tindakan/ intervensi, implementasi dan evaluasi, serta melakukan pendokumentasian

dalam bentuk SOAP. Pada bab IV terdiri dari pembahasan yang akan membahas

tentang perbandingan kesenjangan antara teori dan asuhan kebidanan serta praktek

yang dilaksanakan di RSUD Syekh Yusuf Gowa dalam memberikan asuhan

kebidanan ibu dengan KPD.

Terakhir yaitu bab V, yang akan memberikan kesimpulan dan saran dari

asuhan yang telah dilakukan, semua temuan serta pengetahuan yang didapatkan dari

hasil asuhan. Kemudian selanjutnya daftar pustaka, yang memuat daftar literatur

ilmiah yang telah ditelaah dan dijadikan rujukan dalam penulisan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

1. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

a. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan

yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Yulifah, 2014 : 56). Sedangkan sumber lain

mengatakan bahwa asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan

tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien/ atau masalah

kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana,

kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan (Soepardan, 2008 : 5).

Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan keselamatan ibu

dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan

berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan

menumbuhkan rasa percaya diri. Keberhasilan tujuan asuhan kebidanan antara lain

dipengaruhi oleh adanya keterkaitan penerapan masing-masing komponen yang

dapat mempengaruhi keberhasilan tujuan asuhan, baik dari pemberi asuhan, maupun

penerima asuhan (Soepardan, 2008 : 5-6).

11
12

b. Persalinan

1) Pengertian

Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu persalinan dapat didefinisikan

secara medis sebagai kontraksi uterus yang teratur dan semakin kuat, menciptakan

penipisan dan dilatasi serviks di sepanjang waktu, yang menimbulkan dorongan kuat

untuk melahirkan janin melalui jalan lahir melawan resistansi jaringan lunak, otot,

dan struktur tulang panggul (Kennedy dkk, 2013:2). Sumber lain mengemukakan

bahwa persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

hasil konsepsi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Kuswanti dan Melina,

2014:1). Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan

keluarga (Aisyah dan Oktarina, 2012 : 3).

Firman Allah dalam Q.S Fatir/35 : 11.

َ َ‫أهوثَ َٰى ََ ََل ت‬


ً‫ض هع إِ ََل تِ ِعه ِم ۚ ِۦ‬ ۡ‫اب ثه َم ِمه وُّطفَ ٖح ثه َم َج َعهَ هكم أَز َٰ ََ ٗج ۚا ََ َما تَح ِم هم ِمه‬ َ ََ
ٖ ‫ٱّلله خَ هَقَ هكم ِّمه ته َر‬

١١ ۡ‫ََ َما يه َع َم هر ِمه ُّم َع َم ٖر ََ ََل يهىقَصه ِمه هع هم ِر ِيۦ إِ ََل فِي ِك َٰتَ ۚة إِ َن َٰ َذنِكَ َعهَى َٱّللِ يَ ِسير‬

Terjemahnya:

“ Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani,
kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan
perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun yang
mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan
sepengetahuan Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur
seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya,
melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (lawh Mahfuz).
Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”
(Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2013).
13

Ayat tersebut merupakan lanjutan dari pembuktian tentang kuasa Allah

yang membangkitkan manusia. Di sini dinyatakan, setelah sebelumnya menegaskan

kuasa Allah mengirimkan angin, lalu ia menggerakkan bahwa: Dan, disamping hal

tersebut menjadi bukti kuasa-Nya. Allah menciptakan asal usul kamu, yakni Adam

as, dari tanah kemudian menciptakan kamu semua dari sperma yang asal usulnya

pun bersumber antara lain dari makanan yang dihasikan oleh tanah, kemudian Dia

menjadikan kamu berpasangan laki-laki dan perempuan dan tidak ada seorang

perempuan pun mengandung janin dan tidak pula melahirkan anak melainkan

dengan seizin dan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur

seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan

tercatat dalam Kitab Lauh Mahfuz atau pengetahuan Allah. Sesungguhnya yang

demikian itu bagi Allah adalah mudah (Shihab, 2002 : 30).

Selain itu Allah juga menegaskan di dalam Q.S An-Nahl/16 : 78

َ َٰ ‫ُن أه َم ٍََٰتِ هكم ََل تَعهَ همُنَ َش ٗيا ََ َج َع َم نَ هك هم ٱنسَم َع ََٱۡلَت‬


‫ص َر ََٱۡلَفِ َدجَ نَ َعهَ هكم‬ ِ ‫ٱّلله أَخ َر َج هكم ِّم ۢه تهطه‬
َ ََ

٨٧ َ‫تَش هكرهَن‬
Terjemahnya :

“Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Kementerian Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2013).

Ayat ini menyatakan: Dan sebagaimana Allah mengeluarkan kamu

berdasar kuasa dan ilmu-Nya dari perut ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu tidak

wujud, demikian juga Dia dapat mengeluarkan kamu dari perut bumi dan
14

menghidupkan kamu kembali. Ketika Dia mengeluarkan kamu dari ibu-ibu kamu,

kamu semua dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang ada disekelilingmu

dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan-penglihatan, dan aneka

hati, sebagai bekal dan alat-alat untuk untuk meraih pengetahuan agar kamu

bersyukur dengan menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah

menganugerahkannnya kepada kamu (Shihab, 2002 : 672).

2) Sebab-sebab mulainya persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga

menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his atau

kontraksi yang merupakan awal dari mulai terjadinya persalinan.

Teori tersebut antara lain:

a) Teori penurunan hormon

Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan kadar

estrogen dan progesteron. Progesteron mengakibatkan relaksasi otot-otot rahim,

sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot-otot rahim. Selama kehamilan

terjadi keseimbangan antara kadar estrogen dan progesteron, tetapi akhir kehamilan

terjadi penurunan kadar progesteron sehingga timbul his.

b) Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemik oto-

otot rahim sehingga timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.


15

c) Teori iritasi mekanik

Di belakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini ditekan

oleh kepala janin, maka akan timbul kontraksi uterus.

d) Teori plasenta menjadi tua

Akibat plasenta tua, menyebabkan turunnya kadar progesteron yang

menyebabkan ketegangan pada pembuluh darah, hal ini menimbulkan kontraksi

rahim.

e) Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab permulaan

persalinan karena menyebabkan kontraksi pada miometrium pada setiap umur

kehamilan.

f) Teori oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul

kontraksi otot-otot rahim (Kuswanti dan Melina, 2014 :3-4).

3) Tahap-tahap persalinan

Tahap-tahap pada persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu:

a) Kala 1 (kala pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah atau blood

show, karena serviks mulai membuka atau dilatasi dan menipis (effacement).

Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis servikalis karena

pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.


16

Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :

(1) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap. Fase laten berlangsung lambat dari pembukaan

1-3 cm, lamanya 7-8 jam.

(2) Fase aktif

Fase ini berlangsung selama 6 jam, dan dibagi atas 3 sub fase :

(a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

(b) Periode dilatasi maksimal atau steady : selama 2 jam, pembukaan berlangsung

cepat menjadi 9 cm.

(c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, waktu 2 jam, pembukaan jadi 10 cm

atau lengkap.

b) Kala II atau kala pengeluaran janin

Pada pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-

kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga

terjadilah tekanan otot dasar panggul yang secara reflekstoris menimbulkan

mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar,

dengan tanda anus terbuka pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan. Vulva

membuka dan perineum menegang dengan his, mengedan yang terpimpin akan

lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1½ -2 jam dan

pada multi ½ -1 jam (Aisyah dan Oktarina, 2012 : 4).

c) Kala III atau kala pengeluaran uri


17

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras

dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang tebal 2 kali sebelumnya.

Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-

10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan

atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri seluruh proses

biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai

dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Aisyah dan Oktarina, 2012 : 4).

d) Kala IV atau kala pengawasan

Kala selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya perdarahan post partum (Mochtar, 2002). Pada saat proses

persalinan berlangsung, ada beberapa faktor yang harus diamati, diawasi oleh tenaga

kesehatan (bidan dan dokter) yaitu nyeri, lama pembukaan, lama meneran, robekan

perineum, lama pelepasan plasenta dan volume perdarahan (Aisyah dan Oktarina,

2012 : 5)

4) Tanda-tanda persalinan

Memasuki proses persalinan terdapat beberapa tanda-tanda yang dirasakan

oleh ibu dan dilihat oleh bidan melalui pemeriksaan. Tanda-tanda persalinan

tersebut antara lain:

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur

b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya


18

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan sudah ada

(Kuswanti dan Melina, 2014 :9).

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses terjadinya persalinan:

a) Power

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan

aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.

(1) His

His adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja

dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus

dominan, terkoordinasi dan relaksasi.

(2) Tenaga mengejan

b) Faktor janin (passanger)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang

meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah, dan posisi janin.

(1) Sikap (Habitus)

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya

terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya berada dalam sikap fleksi.


19

(2) Letak (Situs)

Bagaimana sumbu janin berhadap terhadap sumbu ibu, misalnya letak

lintang, yaitu sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu, letak membujur atau sumbu

janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa berupa letak kepala atau letak sungsang.

(3) Presentasi

Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada dibagian bawah rahim,

yang dijumpai ketika palpasi atau pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala,

presentasi bokong, presentasi bahu.

(4) Posisi janin

Menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan,

atau belakang terhadap sumbu ibu (materal-pelvis). Misalnya pada letak belakang

kepala (LBK), ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, ubun-ubun kecil (UUK) kanan

belakang.

c) Faktor jalan lahir (Passage)

Jalan lahir terdiri atas tulang-tulang panggul (rangka panggul) dan bagian

lunak (otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen).

d) Faktor psikologi ibu

Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang

didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung mengalami

proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa

didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya.


20

e) Faktor penolong

Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk

memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal

(Asrinah dkk, 2010 : 9-21).

c. Air ketuban

1. Pengertian air Ketuban

Air ketuban (AK) adalah cairan jernih dengan warna agak kekuningan

yang menyelimuti janin di dalam rahim selama masa kehamilan, berada di dalam

kantong ketuban, dan mempunyai banyak fungsi. Air ketuban yang berubah menjadi

berwarna kehijauan atau kecoklatan, menunjukkan bahwa neonatus telah

mengeluarkan mekonium, menjadi petanda bahwa neonatus dalam keadaan stress

dan hipoksia (Kosim, 2010 : 1-2).

2. Fisiologi Air Ketuban

Janin bergerak bebas dalam AK sehingga membantu perkembangan otot

dan tulang. Kantung ketuban terbentuk saat 12 hari setelah pembuahan, kemudian

segera terisi oleh AK. Saat minggu-minggu awal kehamilan, AK terutama

mengandung air yang berasal dari ibu, setelah sekitar 20 minggu urin janin

membentuk sebagian besar AK yang mengandung nutrien, hormon dan antibodi

yang melindungi janin dari penyakit. Air ketuban berkembang dan mengisi kantong

ketuban mulai 2 minggu sesudah pembuahan. Setelah 10 minggu, kemudian AK

mengandung protein, karbohidrat, lemak, fosfolipid, urea, dan elektrolit, untuk

membantu pertumbuhan janin. Pada saat akhir kehamilan sebagian besar AK terdiri
21

dari urin janin.

Air ketuban secara terus menerus ditelan/ dihirup dan diganti lewat proses

ekskresi seperti juga dikeluarkan sebagai urin. Hal yang demikian merupakan hal

yang penting bahwa AK dihirup ke dalam paru janin untuk membantu paru

mengembang sempurna. AK yang tertelan membantu pembentukan mekonium

keluar saat ketuban pecah. Apabila ketuban pecah terjadi selama proses persalinan

disebut ketuban pecah spontan, apabila terjadi sebelum proses persalinan disebut

sebagai KPD. Sebagian besar AK tetap berada dalam rahim sampai neonatus lahir

(Kosim, 2010 : 1-2).

B. Tinjauan Khusus tentang KPD

1. Pengertian

Terdapat beberapa pengertian tentang KPD, jika dilihat dari pembukaan

serviks, maka KPD diartikan sebagai pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila

pembukaan serviks pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari

5 cm (Sepduwiana, 2011 : 144). Sedangkan jika dilihat dari kapan pecahnya

ketuban, maka KPD dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban sebelum ada tanda-

tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan

(Aisyah dan Oktarina, 2012 : 1).

Prawirohardjo (2014 : 677) mengatakan bahwa KPD merupakan keadaan

pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila terjadi KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu, disebut KPD pada kehamilan prematur. Dalam keadaan

normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD. Sementara itu,
22

American college of Obstricans and gynecologist (2007) mengatakan Premature

Ruptured of Membranes (PROM) adalah pecahnya membran ketuban janin secara

spontan sebelum usia 37 minggu atau sebelum persalinan dimulai. Hal ini

disebabkan oleh berbagai hal, tetapi banyak yang percaya bahwa infeksi intra

uterine adalah faktor predisposisi utama (Iriyanti dkk, 2013 :150).

KPD adalah komplikasi yang terlihat pada kehamilan. Sebagian

penyebabnya tidak diketahui dan diikuti oleh PROM sebelumnya. Hal ini terlihat

kebanyakan pada ibu rumah tangga. Kelompok usia 20-30 adalah kelompok yang

paling sering terjadi KPD (Mishra dan joshy, 2015 : 147).

a. Insiden

Insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Pada

kehamilan aterm, insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada kehamilan

preterm, insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada

kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu

minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas

perinatal disebabkan oleh prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab

kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% ( Marmi dkk, 2016 : 103).

b. Etiologi

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara

pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan

KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.


23

Yang menjadi faktor predisposisinya adalah:

1) Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun

asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa menyebabkan

terjadinya KPD.

2) Serviks yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh

karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan dan kuretase)

Gambar 2.1
Perubahan keadaan serviks

sumber: Google Image

3) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidromnian, gemelli.

4) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,

maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya

disertai infeksi.
24

5) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah

yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan

terhadap membran bagian bawah.

6) Keadaan sosial ekonomi

7) Faktor lain:

a) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai

dapat menimbulkan kelemahan bawaan

b) Termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.

c) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu (CPD).

d) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.

e) Defisienzi gizi dari tembaga atau asam askorbat/ vitamin C (Nugroho, 2011 :2).

c. Mekanisme pecahnya selaput ketuban

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan kontraks uterus

dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi

perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan

karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan

degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme

kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban

pecah.

Faktor risiko untuk terjadinya KPD adalah:

1) Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen


25

2) Kekurangan tembaga dan asam akrobik yang berakibat pertumbuhan

struktur abnormal karena antara lain merokok.

Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang

dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu

persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi

proteolitik dari matriks ekstra seluler dan membran janin. Aktivitas degradasi

proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana

terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD. Selaput ketuban sangat kuat

pada kehamilan muda, dan pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah.

Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,

kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia

pada selaput ketuban. Pecahnya selaput ketuban pada kehamilan aterm merupakan

hal yang fisiologis. KPD pada prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor

eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. KPD prematur sering terjadi

pada polihidromnion, inkompeten serviks, solusio plasenta (Prawirohardjo, 2014 :

678).

d. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui

vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna

pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai

kelahiran. Tetapi, bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di

bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.


26

Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Nugroho, 2011 :3).

e. Penilaian Klinis

Ada beberapa hal yang harus ditentukan untuk menganalisis bahwa cairan

yang keluar merupakan cairan air ketuban. Adapun cara untuk menilai bahwa cairan

yang keluar itu merupakan cairan air ketuban adalah sebagai berikut :

1) Tentukan pecahnya selaput ketuban.

Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada, dapat

dicoba dengan gerakan sedikit bagian bawah janin atau meminta pasien

batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan

test lakmus (nitrin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan

jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan kelainan janin.

2) Tentukan usia kehamilan bila perlu dengan USG.

3) Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi : suhu ibu ≥ 38oC, air

ketuban keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA

(Leukosit Esterase), leukosit darah >15.000/ mm3, janin yang mengalami

takhicardi, mungkin mengalami infeksi intra uterine.

4) Tentukan tanda-tanda inpartu, tentukan adanya kontraksi yang teratur,

periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi

kehamilan) antara lain untuk melihat skor pelvile.

(Pudiastuti, 2012:45-46).
27

f. Diagnosis

Secara klinik diagnosis KPD tidak sukar dibuat. Anamnesa pada klien

dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat

menilai itu mengarah ke KPD.

Untuk menentukan betul tidaknya terjadi KPD bisa dilakukan dengan cara :

1) Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa

(lemak putih), rambut lanugo atau bulu-bulu halus bila telah terinfeksi bau.

2) Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban

keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat

cairan ketuban pada forniks posterior.

3) Terdapat infeksi genital (sistemik)

4) Gejala Chorioamnionitis

a) Maternal: demam dan takikardi, uterine tenderness, cairan amnion yang keruh,

leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA)

meningkat, kultur darah/ urine

b) Fetal: takikardi, kardiotokografi, profibiofisik, volume cairan ketuban

berkurang.

5) Tes valsava (tes dengan melakukan ekspirasi paksa), tes valsava dapat

dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan menutup mulut

dan hidung yang akan menambah tekanan pada telinga dan tekanan pada

bagian fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban akan keluar

(Fadlun, 2011 : 114)


28

g. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi, bau dan pH

nya.

b) Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau

secret vagina.

c) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus berubah menjadi biru menunjukan

adanya air ketuban (alkalis) dan jika kertas lakmus berubah menjadi merah

menunjukkan urine. PH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat

menghasilkan tes yang positif palsu.

d) Mikroskopik (tes pakis).

2) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

a) Pemeriksaan ini di maksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam

kavum uteri.

b) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering

terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion (Nugroho Taufan, 2011 :6).

h. Prognosis/ komplikasi

Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin adalah:

1) Prognosis ibu

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi intrapartal/

dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama,
29

perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya SC),

morbiditas dan mortalitas maternal.

2) Prognosis janin

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas

(sindrom distres pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makan neonatal,

retinopati premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing, gangguan

otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli

/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan

lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial,

gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin,

hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat),

morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi dkk, 2016 : 105-106).

i. Penatalaksanaan

KPD termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi. Kesalahan dalam

mengelolah KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan

mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebagian

besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, jika kehamilan segera diakhiri,

maka akan akan meningkatkan insidensi secsio sesarea, dan apabila menunggu

persalinan spontan, maka akan meningkatkan insiden chorioamnionitis.

Kasus KPD yang kurang bulan jika menempuh cara-cara aktif harus di

pastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan jika menempuh cara koservatif dengan

maksud memberikan waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin
30

dan infeksi yang akan memeperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD

tergantung pada umur kehamilan tidak di ketahui secara pasti segera dilakukan

pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak

janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS

dibandingkan dengan sepsis. Oleh Karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu

evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada

umur kehamilan matang, choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin

merupakan sebab utama meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin. Pada

kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya

selaput ketuban atau lamanya periode laten.

Adapun penatalaksanaannya:

1) Konservatif

Penanganan secara konservatif yaitu:

a) Rawat di rumah sakit.

b) Beri antibiotik: bila ketuban pecah > 6 jam berupa: Ampisilin 4x500 mg atau

gentamycin 1x 80 mg.

c) Umur kehamilan < 32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih keluar atau

sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d) Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia

kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal ini

sangat tergantung pada kemampuan keperawatan bayi prematur).

e) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterine).


31

f) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan

paru-paru janin.

2) Aktif

Penanganan secara aktif yaitu:

a) Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin, bila gagal dilakukan seksio sesarea.

Cara induksi: 1 ampul syntocinon dalam dektrosa 5 %, dimulai 4 tetes sampai

maksimum 40 tetes/ menit.

b) Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan secsio sesarea.

c) Bila ada tanda infeksi: beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri

(Taufan, 2011 :8-9).


32

Gambar 2.2
Penatalaksanaan KPD

Sumber: Pudiastuti, 2012 : 47


33

2. Tinjauan umum tentang KPD menurut pandangan Islam

Jika anda pernah berendam di air (baik hangat maupun biasa) dalam waktu

yang cukup lama, misalnya satu jam, apa yang terjadi? Kaki/ kulit/ badan anda

terasa keriput, mengkerut, bahkan kita bisa menggigil kedinginan bila direndam di

air biasa. Namun janin dalam kandungan biasa kuat berendam di dalam air ketuban

selama 7-9 bulan dalam perut sang ibu. Anehnya, tubuh janin tidak mengkerut sama

sekali, padahal jika kita terkena angin malam saja, sedikit kehujanan, maka kita akan

sakit batuk esoknya.

Yang perlu kita ketahui, bahwa air ketuban pastilah merupakan media ajaib

yang dibuat khusus oleh Tuhan untuk melindungi bayi tanpa merusaknya (selama

kehamilan normal). Inilah salah satu kebesaran kuasa Tuhan.

Firman Allah swt dalam surah Fussilat/ 41 : 53

‫ف تِ َرتِّكَ أَوًَۥه َعهَ َٰى هك ِّم‬


ِ ‫ك أَ ََ نَم يَك‬
ُّ ‫اق ََفِي أَوفه ِس ٍِم َحت َ َٰى يَتَثَيَهَ نٍَهم أَوًَه ٱن َح‬
ِ َ‫َسىه ِري ٍِم َءا َٰيَتِىَا فِي ٱۡلف‬
٣٥ ‫َشي ٖء َش ٍِي ٌد‬

Terjemahnya:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)


Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas
bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu”
(Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2013).

Makna dari ayat di atas yaitu mengajak kepada pendurhaka yang

mengingkari kebenaran al-Qur’an sambil mengajak mereka berpikir dan

merenungkan tentang al-Qur’an. Ayat diatas menjanjikan bantuan bagi yang hendak
34

berpikir secara objektif. Allah berfirman: Kami akan memperlihatkan kepada

mereka dalam waktu yang tidak terlalu lama ayat-ayat, yakni tanda-tanda kekuasaan

serta kebenaran firman-firman, kami disegenap ufuk dan juga pada diri mereka

sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa ia, yakni al-Qur’an itu adalah benar.

Apakah mereka tidak menggunakan pikiran mereka untuk memahami bukti-bukti

yang terdapat dalam al-Qur’an sendiri dan apakah belum cukup Tuhan pemeliharan

dan pembimbing-mu, wahai Nabi, Maha Menyaksikan segala sesuatu? ingatlah

bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan dan pengingkaran tentang

pertemuan dengan Tuhan mereka karena tidak menyadari kebesaran dan kekuasaan

Allah. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia, dengan ilmu dan kuasa-Nya, menyangkut

segala sesuatu adalah Maha Meliputi. Tidak sesuatu pun yang luput dari-Nya.

Pada masa hidup Nabi Muhammad saw, “ayat-ayat” yang dijanjikan oleh

ayat ini untuk diperlihatkan antara lain adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika

itu, antara lain kemenangan yang diraih oleh Nabi saw. Dalam peperangan-

peperangan beliau disekian banyak daerah serta kematian tokoh-tokoh kaum

musyrikin, sedang sesudah beliau wafat silih berganti peristiwa-peristiwa

kemenangan yang diraih kaum muslimin. Selain itu ayat-ayat di segenap ufuk dan

diri mereka yang diperlihatkan Allah itu adalah rahasia-rahasia alam serta keajaiban

ciptaan-Nya pada diri manusia (Shihab, 2002 : 90-91).

Tatkala itu, Allah juga memperlihatkan kepada ummatnya yang berfikir

bahwa janin yang ada didalam perut ibu dapat hidup dan berkembang dengan baik
35

dimana dalam perut ibu merupakan tempat yang amat sangat sempit dan penuh

dengan kegelapan sehingga janin tidak dapat berbuat apa-apa kecuali kehendaknya.

Firman Allah SWT dalam surah Az-Zumar/39 : 6

‫س َٰ ََ ِحد َٖج ثه َم َج َع َم ِمىٍَا زََ َجٍَا ََأَوسَ َل نَ هكم ِّمهَ ٱۡلَو َٰ َع ِم ثَ َٰ َمىِيَحَ أَز َٰ ََ ۚ ٖج يَخههقه هكم فِي تهطهُ ِن‬ٖ ‫خَ هَقَ هكم ِّمه وَف‬
٦ َ‫ك ََل إِ َٰنًََ إِ ََل ٌه َُ فَأَوَ َٰى تهص َرفهُن‬ َ ‫ث َٰ َذنِ هك هم‬
‫ٱّلله َرتُّ هكم نًَه ٱن همه ه‬ َٰ ‫أه َم ٍََٰتِ هكم خَ ه ٗقا ِّم ۢه تَع ِد خَ هك فِي ظههه َٰم‬
ٖ ۚ َ‫ت ثَه‬
ٖ َ ٖ

Terjemahnya:

“Dia menciptakan kamu dari satu nafs kemudian Diajadikan darinya


pasangan dan Dia menurunkan untuk kamu delapan macam yang
berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut
ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang berbuat
demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai
kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?” (Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
2013).

Ayat di atas menyatakan bahwa: Dia menciptakan kamu dari satu nafs

yakni Adam as. Kemudian dia jadikan darinya, yakni nafs itu, pasangannya, yakni

istrinya Hawwa, dan Dia menurunkan untuk kamu delapan macam yang

berpasangan dari binatang ternak, yaitu unta, sapi, domba, dan kambing. Dia

menjadikan kamu dalam perut, yakni rahim, ibu kamu kejadian demi kejadian yang

sangat mengagumkan, yakni tahap demi tahap. Dalam tiga kegelapan. Kegelapan

perut, rahim, dan plasenta. Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan

pemelihara dan pembimbing kamu. Milik-Nya sendiri semua kerjaan, kepemilikan

yang sempurna dan menyeluruh. Dia juga satu-satunya Tuhan, tidak ada Tuhan

penguasa dan pengendali alam raya dan yang berhak disembah selain Dia; maka

bagaimana kamu, wahai yang mempersekutukan-Nya, dapat dipalingkan oleh satu


36

dan lain hal? Sikap kamu itu sungguh merupakan sesuatu yang tidak masuk akal!

(Shihab, 2002 : 442-443).

3. Teori manajemen kebidanan berdasarkan kasus persalinan dengan

KPD

a. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosis kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Yulifah, 2014 : 125).

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis

untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Heryani, 2011 : 111).

1) Tujuh langkah manjemen kebidanan menurut Helen Varney

Varney (2002) menjelaskan proses manajemen merupakan proses

pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970

an.

a) Langkah I pengumpulan data dasar)

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pada kasus

KPD, data yang perlu untuk dikumpulkan yaitu, data subjektif yang terdiri dari

alasan utama ibu masuk Rumah sakit, riwayat keluhan utama, riwayat menstruasi,
37

riwayat perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat nifas yang

lalu, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu, riwayat

penyakit keluarga, riwayat sosial ekonomi, psikososial, dan spiritual, riwayat KB,

serta riwayat kebutuhan dasar ibu.

Selain itu, data objektif pun termasuk kedalam asuhan kebidanan pada ibu

dengan KPD yang terdiri pemeriksaan umum ibu, pemeriksaan fisik (head to toe),

pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan inspekulo. Terakhir yaitu pemeriksaan

penunjang yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosis yaitu pemeriksaan

laboratorium uji kertas nitrazin yang akan berubah warna menjadi biru gelap jika

pelepasan yang keluar adalah cairan amnion, kemudian pemeriksaan ultrasonografi

(USG) untuk melihat jumlah cairan amnion yang ada di dalam kavum uteri dan

pemeriksaan darah untuk melihat tanda-tanda infeksi yang terjadi pada ibu.

b) Langkah II ( interpretasi data dasar)

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnosis atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga

dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah dan diagnosis

keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan, seperti

diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah

rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita

yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan.


38

c) Langkah III (identifikasi diagnosis atau masalah potensial)

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,

sambil mengamati klien, bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila diagnosis/

masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan

asuhan yang aman (Yulifah, 2014 : 133).

Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk mengantisipasi semua

kemungkinan yang dapat muncul. Pada langkah ini, bidan mengindentifikasi

diagnosis dan masalah potensial berdasarkan diagnosis dan masalah yang sudah

teridentifikasi atau diagnosis dan masalah aktual.

Diagnosis potensial yang mungkin terjadi pada ibu yaitu infeksi

intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus

lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya

SC), morbiditas dan mortalitas maternal. Sedangkan masalah potensial yang terjadi

pada janin yaitu prematuritas (respiratory distress syndrome, hypothermia, neonatal

feeding problem, retinopathy of premturit, intraventricular hemorrhage, necroticing

enterecolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy, hyperbilirubinemia, anemia,

sepsis), prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder

(kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/ partus lama, APGAR score rendah,

ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intracranial, renal failure, respiratory

distress), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia paru,


39

deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas

perinatal (Marmi dkk, 2016 : 105-106).

Pada langkah ketiga ini, bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi

masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi,

tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial

tidak terjadi. Dengan demikian, langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat

antisipasi yang rasional/ logis. Kaji ulang diagnosis atau masalah potensial yang

diidentifikasi sudah tepat.

d) Langkah IV (Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera)

Tindakan segera merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara

menetapkan kebutuhan tentang perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain

sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat ini mencerminkan kesinambungan

dari proses manajemen kebidanan. Pada kasus persalinan dengan KPD, tindakan

antisipasi atau tindakan segera yang harus dilakukan yaitu memberikan infus cairan

larutan garam fisiologis, larutan glukosa 5-10%, induksi uterotonika dan pemberian

antibiotik.

e) Langkah V (Perencanaan)

Perencanaan merupakan rencana asuhan menyeluruh yang ditentukan

berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

Pada langkah ini informasi data tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan
40

kebidanan dibuat berdasarkan diagnosis kebidanan dan masalah potensial yang akan

terjadi.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh

bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan

bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Semua perencanaan yang dibuat harus

berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang terbaru,

evidence based care, serta divalidasi dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan

dan apa perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya

pengambilan keputusan untuk suatu rencana asuhan harus disetujui oleh pasien.

f) Langkah VI (Pelaksanaan)

Pelaksanaan merupakan rencana asuhan menyeluruh dan dilakukan dengan

efisien dan aman. Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah sebelumnya dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau

anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan

dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya

rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan

menyingkat waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat.


41

g) Langkah VII (Evaluasi)

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan

kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa pertimbangan yaitu tujuan asuhan

kebidanan, efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan. Hasil

Yang diharapkan dari manajemen kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD adalah

dapat dilakukan partus secara spontan, komplikasi akibat tindakan medik dapat

diatasi serta ibu dan janin dalam kedaan baik dan sehat. Evaluasi dilakukan secara

siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui

faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang

diberikan (Varney dkk, 2002 : 31).

4. Pendokumentasian dalam bentuk SOAP

Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi

tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan seorang bidan

melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk

SOAP yaitu:

a. S (Subjektif) menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesis (langkah I Varney).

b. O (Objektif) menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang merumuskan dalam data fokus

untuk mendukung asuhan (langkah I Varney)

c. A (Pengkajian/ Assesment) menggambarkan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:


42

1) Diagnosis/ masalah

2) Antisipasi diagnosis/ masalah potensial

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/ konsultasi/ kolaborasi

dan atau rujukan (langkah II, III dan IV Varney)

d. P (Planning) menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan assessment (langkah V, VI dan VII Varney)

(Mangkuji, 2012 : 136)


43

BAB III

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY “R”


GESTASI 37-38 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
DI RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA
TANGGAL 07 JULI 2017

KALA I

Nomor Register : 46xxxx

Tanggal masuk rumah sakit : 07 Juli 2017, jam 13.50 wita

Tanggal pengkajian : 07 Juli 2017, jam 14.00 wita

Tanggal partus : 07 Juli 2017, jam 21.15 wita

Nama pengkaji : Sunarti

A. LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

1. Identitas ibu/ suami

Nama : Ny “R”/ Tn “F”

Umur : 28 tahun/ 30 tahun

Nikah/ lamanya : 1x/ ± 8 tahun

Suku : Makassar/ Makassar

Agama : Islam/ Islam

Pendidikan : SD/ SD

Pekerjaan : IRT/ buruh harian

43
44

Alamat : dusun Gusung, desa Taeng, kabupaten Gowa

2. Anamnesa (data subjektif)

a. Alasan utama ibu masuk

Ibu masuk dengan keluhan terdapat pengeluaran air pervaginam.

b. Riwayat keluhan utama

Air yang keluar sedikit demi sedikit dan bertambah banyak hingga satu

sarung basah, berwarna jernih dan tidak berbau. Ibu rujukan dari Puskesmas

Cambaya kecamatan Pallangga dengan keluhan ada keluar cairan melalui vagina

yang berwarna jernih pada tanggal 07 Juli 2017, jam 08.00 wita (± 4 jam sebelum

tiba di Rumah sakit), satu sarung basah akibat cairan yang keluar, dan ibu tidak

merasakan mules atau nyeri perut tembus belakang, riwayat pemeriksaan di

Puskesmas yaitu belum ada kontraksi/ his, pembukaan 2 cm dan riwayat

pemeriksaan tes lakmus di Puskesmas positif yaitu kertas lakmus berubah menjadi

biru yang menandakan pelepasan air yang keluar tersebut adalah air ketuban.

Sebelum masuk ke kamar bersalin RSUD Syekh Yusuf, ibu sebelumnya berada di

Poliklinik KIA RSUD Syekh Yusuf dan tindakan yang telah dilakukan di Poliklinik

KIA yaitu pemeriksaan USG.

c. Riwayat menstruasi

1. Menarche : 13 tahun

2. Siklus : 28-30 hari

3. Lamanya : 5-7 hari

4. Banyaknya : 2-3x ganti pembalut per hari


45

5. Teratur/ tidak teratur : teratur

6. Sifat darah : encer

7. Disminore : tidak ada

d. Riwayat perkawinan

Ibu menikah 1x secara sah dengan Tn “S” pada tahun 2009, saat Ny “R”

berusia 20 tahun dan Tn “S” berusia 22 tahun

e. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

No Tahun Jenis partus Jenis BBL PBL Tempat penolong Keadaan

kelamin partus

1 2010 Persalinan Perempuan 2.600 47 Puskesmas Bidan Baik


pervaginam gram cm

f. Riwayat nifas yang lalu

Ibu tidak mengeluh dalam merawat bayinya dan tidak mengalami depresi

setelah persalinan, tidak ada tanda-tanda infeksi masa nifas, seperti keluar cairan

yang berbau busuk, pengeluaran air susu ibu lancar dan ibu menyusui anak

pertamanya secara ekslusif selama 6 bulan dan ditambah makanan pendamping ASI

sejak usia 6 bulan keatas.

g. Riwayat kehamilan sekarang

1) Hari pertama haid terakhir tanggal 19 Oktober 2016

2) Hari tafsiran persalinan tanggal 26 Juli 2017

3) Umur kehamilan 37 minggu 2 hari


46

4) Menurut ibu kehamilannya ± 9 bulan

5) Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat dirasakan pada perut sebelah kanan

dan dirasakan sampai sekarang.

6) Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 6 kali di BPS

Trimester I : 2x

Trimester II : 2x

Trimester III : 2x

7) Ibu telah mendapat suntikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 2 kali

TT I : tanggal 10 Februari 2017, di BPS

TT II : tanggal 10 Maret 2017, di BPS

8) Keluhan-keluhan:

Trimester I : mual muntah di pagi hari

Trimester II : tidak ada keluhan

Trimester III : sering kencing dan nyeri perut bagian bawah

9) Penyuluhan

Ibu belum pernah mendapat penyuluhan selama kehamilannya

h. Riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu

1) Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, asma, dan hipertensi.

2) Tidak ada riwayat penyakit menular: tuberculosis, malaria, hepatitis dan

penyakit menular seksual.

3) Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.


47

4) Tidak ada riwayat operasi dan sebelumnya tidak pernah di opname di

Rumah sakit maupun di Puskesmas.

i. Riwayat penyakit keluarga

1) Di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes

militus, asma dan penyakit keturunan lainnya.

j. Riwayat sosial ekonomi, psikososial, dan spiritual

1) Yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga

adalah suami.

2) Hubungan ibu dengan suami, keluarga, maupun tetangga baik.

3) Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.

4) Ibu rajin beribadah dan berdoa untuk kelancaran persalinannya.

k. Riwayat KB

Sejak kelahiran anak pertama yaitu pada tahun 2010 ibu mulai menjadi

akseptor KB depo progestin/ suntik 3 bulan dan berhenti pada bulan Januari tahun

2016 dengan alasan ingin hamil lagi.

l. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

1) Kebutuhan nutrisi

Kebiasaan:

a) Pola makan : nasi, sayur, lauk

b) Frekuensi : 3 kali sehari

c) Kebutuhan minum : 6-8 gelas per hari


48

Selama inpartu:

a) Ibu makan, tetapi hanya sedikit dan lebih banyak minum

2) Kebutuhan eliminasi

Kebiasaan:

a) BAK : 5-6 kali sehari, warna kuning muda, bau amoniak.

b) BAB : 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning.

Selama inpartu:

a) BAK : Ibu BAK di tempat tidur karena telah terpasang popok

b) BAB : Ibu belum BAB (ibu terakhir BAB jam 6.00 di rumahnya)

3) Personal hygiene

Kebiasaan:

a) Mandi : 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan menggunakan sabun mandi

b) Sikat gigi : 2 kali (setelah makan dan sebelum tidur) dengan menggunakan

pasta gigi

c) Keramas : 3 kali seminggu dengan menggunakan shampo

d) Ganti pakaian : 2 kali sehari

Selama inpartu:

a) Ibu belum mandi dan sikat gigi

4) Kebutuhan istirahat dan tidur

a) Kebiasaan

Tidur siang tidak teratur, tidur malam 6-8 jam


49

b) Selama inpatu

Ibu tidak pernah tidur

3. Pemeriksaan fisik (data objektif)

a. Pemeriksaan umum:

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran komposmentis

3) Hari tafsiran persalinan tanggal 26 Juli 2017

4) Usia gestasi 37 minggu 2 hari

5) Tanda-tanda vital:

Tekanan darah : 110/70 mmHg Suhu : 36,8 ◦C (axilla)

Nadi : 80x/ menit Pernapasan : 20x/ menit

6) Tinggi badan : 154 cm

7) Berat badan sebelum hamil : 45 kg

8) Berat badan sekarang : 56 kg

9) Lingkar lengan atas (lila) : 26 cm

b. Pemeriksaan fisik (Head To Toe)

1) Kepala

Inspeksi : kepala bersih, tidak ada ketombe, rambut hitam dan lurus

Palpasi : tidak ada massa, tidak mudah rontok dan tidak ada nyeri

tekan
50

2) Wajah

Inspeksi : tidak pucat, tidak ada oedema pada wajah, ekspresi wajah

tampak meringis setiap kali bergerak

Palpasi : tidak teraba adanya oedema

3) Mata

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak bengkak,

konjungtiva merah muda, schlera putih (tidak ikterus)

4) Hidung

Inspeksi : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada

pengeluaran secret.

Palpasi : tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan dan tidak nampak

adanya polip.

5) Mulut dan gigi

Inspeksi : bersih, bibir merah muda dan tidak pecah-pecah, tidak ada

caries, tidak ada karang gigi, tidak ada gigi yang tanggal,

tidak ada stomatitis dan gusi tidak berdarah.

6) Telinga

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen dan peradangan

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

7) Leher

Inspeksi : tidak ada kelainan


51

Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar

limfe dan vena jugularis

8) Payudara

Inspeksi : payudara simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol,

tampak hiperpigmentasi pada areola mammae.

Palpasi : tidak teraba adanya massa, kolostrum ada saat areola di

pencet, tidak ada nyeri tekan.

9) Abdomen

Inspeksi : nampak pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan,

nampak striae alba dan linea nigra, tidak ada bekas luka

operasi dan otot perut kendor.

Palpasi : Leopold I : 3 jari di bawah processus xiphoideus

(tinggi fundus uteri 32 cm), teraba bokong

Leopold II : punggung kiri (puki)

Leopold III : kepala

Leopold IV : bergerak dalam panggul (4/5)

Lingkar peru t : 90 cm

Tafsiran berat janin : 2.880 gram

Denyut jantung janin : denyut jantung janin (DJJ) terdengar jelas,

kuat, dan teratur pada kuadran kiri bawah

perut ibu dengan frekuensi 126 kali per

menit
52

His : tidak ada

10) Genitalia

Inspeksi : tidak ada kelainan, tidak ada varises, nampak pelepasan

lendir bercampur dengan air ketuban.

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak oedema dan tidak ada nyeri tekan.

11) Anus

Inspeksi : tidak ada hemorroid

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

12) Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : pergerakan aktif, tidak ada varises

Palpasi : tidak ada oedema

c. Pemeriksaan dalam

Vaginal toucher (VT) tanggal 07 July 2017, jam 14.15 wita

1) Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

2) Portio : tebal/ lunak

3) Pembukaan : 2 cm

4) Air ketuban : jernih (merembes)

5) Presentasi : ubun-ubun kecil kanan lintang

6) Penurunan : Hodge I

7) Penumbungan : tidak ada

8) Molase : tidak ada

9) Kesan panggul : normal


53

10) Pelepasan : lendir dan air ketuban

d. Pemeriksaan inspekulo

Tanggal 07 Juli 2017, jam 14.20 wita

Hasil pemeriksaan inspekulo yaitu terdapat pengeluaran air ketuban yang keluar

dari kanalis servikalis.

e. Pemeriksaan tes valsava

Tanggal 07 Juli 2017, jam 14.30 wita

Hasil pemeriksaan tes valsava yaitu terdapat pengeluaran air ketuban

f. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan USG

Tanggal 07 Juli 2017, jam 13.50 wita oleh dokter R Sp.OG di Poliklinik

KIA

a) GII PI A0, gravid tunggal, hidup

b) Letak : kepala

c) FHR : 130 kali per menit

d) TBJ : ± 2.950 gram

e) UK : ± 36-37 minggu, TP: ± 20 Juli 2017

f) Plasenta di posterofundal grade 1

g) Oligohidramnion
54

2) Pemeriksaan laboratorium (sampel darah)

Tanggal 07 Juli 2017, jam 14.40 wita

a) WBC : 13.4x103/µL

b) RBC : 3.21x103/µL

c) HGB : 10,5g/dl

d) HCT : 29.05%

e) MCV : 90.3fL

f) MCH : 32.7pg

g) MCHC : 36.2g/dL

h) Protein : negatif

i) Reduksi : negatif

j) HbsAg : negatif

B. LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL

GII PI A0, gestasi 37 minggu 2 hari, intra uterin, tunggal, hidup, keadaan ibu

dan janin baik, inpartu kala I fase laten dengan KPD.

1. GII PI A0

Dasar

Data subjektif : ibu mengatakan kehamilan yang kedua dan sebelumnya

tidak pernah keguguran, ibu merasakan adanya

pergerakan janin.
55

Data objektif : nampak linea nigra, striae alba dan otot perut sudah

kendor, tedapat denyut jantung janin, dan pada saat

palpasi teraba bagian-bagian janin.

Analisa dan interpretasi data:

Pada pemeriksaan kulit perut, tampak adanya linea nigra dan striae alba yang

menandakan kehamilan lebih dari satu dan otot perut sudah kendor, terdapatnya

denyut jantung janin dan terabanya bagian-bagian janin pada saat palpasi

merupakan salah satu dari tanda-tanda pasti kehamilan (prawirohardjo, 2014 : 179).

2. Gestasi 37 minggu 2 hari

Dasar

Data subjektif : hari pertama haid terakhir tanggal 19 Oktober 2016

Data objektif : pemeriksaan leopold I, tinggi fundus uteri 3 jari di bawah

processus xiphoideus, dan hari tafsiran persalinan tanggal

26 Juli 2017 berdasarkan rumus Neagle.

Analisa dan interpretasi data:

Dari hasil pemeriksaan, dilihat dengan menggunakan rumus Neagle, mulai dari hari

pertama haid terakhir tanggal 19 Oktober sampai tanggal pengkajian, maka umur

kehamilan 37 minggu 2 hari (Prawirohardjo, 2014 : 279).


56

3. Intrauterin

Dasar

Data subjektif : ibu merasakan janinnya bergerak dengan kuat dan ibu

tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat selama

kehamilannya.

Data objektif : ibu tidak merasakan nyeri ketika dipalpasi, TFU sesuai

umur kehamilan, pada palpasi leopold teraba bagian-

bagian kecil janin.

Analisa dan interpretasi data:

Bagian dari uterus yang merupakan tempat janin dapat tumbuh dan berkembang

adalah kavum uteri dimana rongga ini merupakan tempat yang luas bagi janin untuk

dapat bertahan hidup sampai aterm tanpa ada rasa nyeri perut yang hebat. Tempat

tersebut berada dalam korpus uteri yang disebut dengan kehamilan intra uterin.

(Baety, 2012 : 9).

4. Tunggal

Dasar

Data subjektif : -

Data objektif : Pada Leopold I, teraba bokong di fundus yang bulat dan

lunak serta tidak melenting, pada leopold II teraba

punggung kiri, pada leopold III teraba bagian bulat dan

melenting (kepala), dan auskultasi hanya terdapat satu

denyut jantung janin (DJJ) yaitu terdengar jelas, kuat dan


57

teratur pada kuadran kiri bawah perut ibu dengan frekuensi

126 kali per menit, serta tinggi fundus uteri sesuai dengan

umur kehamilan.

Analisa dan interpretasi data:

Didalam kehamilan, janin dikatakan tunggal jika pembesara perut sesuai dengan

usia kehamilan. Saat palpasi teraba satu kepala dan satu punggung, sedangkan

auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kiri

bawah perut ibu(Baety, 2012 : 10-11)

5. Hidup

Dasar

Data subjektif : ibu merasakan pergerakan janinnya 12 kali dalam sehari

Data objektif : denyut jantung janin (DJJ) terdengar jelas, kuat dan teratur

pada kuadran kiri bawah perut ibu dengan frekuensi 126

kali per menit.

Analisa dan interpretasi data:

Adanya gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ), merupakan tanda bahwa

janin hidup. Janin yang dalam keadaan sehat, bunyi jantungnya teratur dan

frekuensinya antara 120-160 kali per menit, selain itu tanda janin hidup juga dapat

dilihat dari pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu satu kali per jam atau

lebih dari 10 kali per hari dan pembesaran uterus menandakan janin hidup dan

bertumbuh (Prawirohardjo, 2014 : 285).


58

6. Keadaan ibu dan janin baik

Dasar

Data subjektif : tidak ada keluhan-keluhan lain dan kecemasan yang

dirasakan ibu selama kehamilan, ibu merasakan

pergerakan janin kuat dan biasanya bergerak 12 kali

dalam sehari.

Data objektif : keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, tanda-

tanda vital dalam batas normal, denyut jantung janin

(DJJ) terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kiri

bawah perut ibu dengan frekuensi 126x per menit dan

pemeriksaan head to toe konjungtiva merah muda, wajah

dan tungkai tidak oedema, hemoglobin 10,5 g/dl

menandakan ibu tidak anemia. Konjungtiva merah muda,

hemoglobin yang normal, tidak adanya oedema pada

wajah dan tungkai menandakan ibu dalam keadaan baik.

Analisa dan interpretasi data:

Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal dan denyut jantung janin (DJJ) yang

teratur dan berada dalam batasan normal menandakan keadaan ibu dan janin baik,

konjungtiva merah muda, hemoglobin 10,5 g/dl (Pantiawati dan Saryono, 2010 :

122)

.
59

7. Inpartu kala I fase laten dengan KPD

Data subjektif : ibu mengatakan ada pengeluaran air hingga satu sarung

basah.

Data objektif : pengeluaran air pervaginam yang berwarna jernih, ada

verniks caseosa dan berbau amis, belum ada kontraksi.

Selain itu, ada pun hasil pemeriksaan lainnya antara lain:

a. Hasil pemeriksanan dalam jam 14.15 wita

1) Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

2) Portio : tebal/ lunak

3) Pembukaan : 2 cm

4) Ketuban : pecah, jernih (merembes)

5) Presentasi : ubun-ubun kecil kanan lintang

6) Penurunan : hodge 1

7) Molase : tidak ada

8) Penumbungan : tidak ada

9) Kesan panggul : normal

10) Pelepasan : air ketuban

b. Hasil pemeriksaan inspekulo yaitu terdapat pengeluaran air ketuban dari kanalis

servikalis.

c. Hasil pemeriksaan tes valsava yaitu terdapat pengeluaran air ketuban.


60

Analisa dan interpretasi data:

a. Adanya pelepasan air pervaginam, jernih, dan terdapat verniks caseosa dengan

bau amis yang menandakan telah terjadi pelepasan air ketuban (Fadhlun,

2011:114)

b. Pemeriksaan inspekulo membuktikan terdapat pengeluaran air ketuban dari

kanalis servikalis (Sepduwiana, 2011 : 144).

c. Pemeriksaan tes valsava membuktikan bahwa terdapat pengeluaran air ketuban

(Fadhlun, 2011:114)

d. KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya, dimana pada primipara

pembukaan serviks kurang 3 cm, dan pada multipara kurang dari 5 cm

(Sepduwiana, 2011 : 144).

e. Dilatasi serviks 1-3 cm merupakan kala I fase laten (Aisyah dan Oktarina, 2012

: 4).

C. LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Masalah potensial yang akan terjadi yaitu:

1. Pada ibu, yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/

masa nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya

tindakan operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas

maternal,

2. Pada janin, yaitu prematuritas (sindrom distres pernafasan, hipotermia,

masalah pemberian makan neonatal, retinopati premturit, perdarahan

intraventrikular, enterecolitis necroticing, gangguan otak dan risiko


61

cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, penurunan tali pusat,

hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, persalinan lama, skor APGAR rendah,

ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres

pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia

paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas

dan mortalitas perinatal

Data subjektif : ibu mengatakan terdapat pengeluaran air pervaginam

hingga satu sarung basah.

Data objektif : tampak pengeluaran air dari pervaginam, warna jernih, ada

verniks caseosa dan bau amis.

Analisa dan interpretasi data:

a. KPD menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruang rahim,

sehingga memudahkan terjadinya infeksi pada jalan lahir (Nugroho, 2011 :2).

b. KPD memberi pengaruh/ komplikasi keapada ibu dan janin yaitu pada ibu

potensial terjadi infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa

nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan

operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal (Marmi

dkk, 2016 : 105-106).

3. Masalah potensial yang akan terjadi pada janin yaitu prematuritas (sindrom

distres pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makan neonatal,

retinopati premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing,

gangguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia,


62

sepsis, penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, persalinan

lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan

intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom

deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan

janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi dkk, 2016 :

105-106).

D. LANGKAH IV IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/

KOLABORASI

Kolaborasi dengan dokter:

1. Pemasangan infus RL 28 tetes per menit

Rasional : membantu mengganti cairan ibu yang hilang selama proses

persalinan

2. Pemasangan misoprostol 1/8 tab pervaginam

Rasional : untuk pematangan serviks dan membantu kontraksi uterus

3. Injeksi antibiotik cefotaxime 1 gr/ IV

Rasional : mencegah resiko terjadinya infeksi

E. LANGKAH V RENCANA TINDAKAN

1. Masalah aktual : KPD

2. Masalah potensial : potensial terjadi pada ibu yaitu infeksi intrapartal/

dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas,

dry labour/ partus lama, perdarahan post partum,

meningkatnya tindakan operatif obstetric


63

(khususnya SC), morbiditas dan mortalitas

maternal, dan potensial terjadi pada janin yaitu

prematuritas (sindrom distres pernafasan,

hipotermia, masalah pemberian makan neonatal,

retinopati premturit, perdarahan intraventrikular,

enterecolitis necroticing, gangguan otak dan

risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia,

sepsis, penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia

sekunder pusat, persalinan lama, skor APGAR

rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan

intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan

oligohidromnion (sindrom deformitas janin,

hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan

pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan

mortalitas perinatal

3. Tujuan:

a. Persalinan dapat berlangsung dengan normal, keadaan ibu dan janin baik.

b. Mencegah terjadinya masalah potensial.

4. kriteria

a. Kala I untuk multipara tidak lebih dari 7 jam dan untuk primipara 13 jam

b. Denyut jantung janin (DJJ) dalam batas normal (120-160 kali per menit)
64

c. Tanda-tanda vital dalam batas normal:

1) Tekanan darah normal

a) systole 100-120 mmHg

b) diastole 60-90 mmHg

2) Suhu normal 36,5 – 37,5 ◦C

3) Nadi normal 60- 100x/ menit

4) Pernapasan normal 16-24x/ menit

d. Keadaan ibu dan janin baik

5. Rencana tindakan

a. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

Rasional : agar ibu dan keluarga memahami tentang keadaannya dan memberi

dukungan yang dapat mengurangi kecemasan dan siap menghadapi

persalinan.

b. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam (kecuali nadi setiap 30 menit)

Rasional : observasi tanda-tanda vital untuk memantau keadaan ibu seperti

memantau terjadinya demam yang merupakan tanda-tanda

terjadinya infeksi pada ibu sehingga dapat mempermudah

melakukan tindakan.

c. Observasi denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit

Rasional : saat ada kontraksi, denyut jantung janin (DJJ) bisa berubah sesaat

hingga apabila ada perubahan dapat diketahui dengan cepat dan

dapat bertindak secara cepat dan tepat.


65

d. Observasi vaginal toucher (VT) kontrol tiap 2 jam/ 4 jam, atau jika ada indikasi

Rasional : untuk memantau kemajuan persalinan.

e. Observasi his setiap 30 menit

Rasional : karena kekuatan kontraksi uterus dapat berubah setiap saat sehingga

mempengaruhi turunnya kepala dan dilatasi serviks

f. Ajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas pada saat kontraksi, ibu menarik

napas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama timbul kontraksi

Rasional : untuk mengurangi rasa sakit akibat kontraksi

g. Anjurkan pengosongan kandung kemih sesering mungkin

Rasional:

1) Kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi kontraksi, mencegah

penekanan pada vena cafa inferior oleh uterus yang membesar

2) Menghalangi penurunan kepala bayi dan memberi perasaan tidak nyaman

pada ibu

h. Berkolaborasi dengan dokter obgyn untuk penatalaksanaan pemberian infus RL

28 tetes per menit, misoprostol 1/8 tab pervaginam dan antibiotik cefotaxime 1

gram/ IV sesuai intruksi dokter

Rasional : pemberian infus membantu untuk mengganti cairan ibu yang

hilang selama proses persalinan, pemasangan misoprostol dapat

membantu pematangan serviks/ dilatasi serviks serta pemberian

antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi.


66

i. Berikan intake minum dan makan pada ibu

Rasional : agar ibu memiliki tenaga pada saat meneran

j. Menganjurkan kepada ibu untuk senang tiasa berdoa untuk kelancaran

persalinannya dan untuk kesehatan ibu dan bayinya nanti

Rasional : agar ibu berserah diri dan bertawakkal kepada sang pencipta

k. Dokumentasikan hasil pemantauan kala I dalam partograf

Rasional : merupakan standarisasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan dan

memudahkan pengambilan keputusan klinik.

F. LANGKAH VI PELAKSANAAN TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 07 July 2017, jam 14.15 wita

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

2. Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 4 jam (kecuali nadi setiap 30 menit),

denyut jantung janin (DJJ) dan his tiap 1 jam pada kala I fase laten dan tiap

30 menit pada kala I fase aktif, kecuali jika ada indikasi, maka dilakukan

tiap 30 menit.

No Jam TD N S DJJ HIS

(Wita) (mmHg) (X/1’) (axilla) (X/1’) (Frekuensi-Durasi)

1 14.45 110/70 84 36,6 ºC 126 -

2 15.15 86 134 -

3 15.45 86 130 2x dalam 10 menit (15-20)

4 16.15 90 134 2x dalam 10 menit (15-20)


67

5 16.45 90 126 3x dalam 10 menit (20-

25)

6 17.15 92 128 3x dalam 10 menit (20-25)

7 17.45 92 124 3x dalam 10 menit (20-25)

8 18.15 100/70 94 36,8 ºC 128 4x dalam 10 menit (30-35)

3. Mengobservasi vagina toucher (VT) kontrol tanggal 07 Juli 2017 jam 18.15

wita

a. Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

b. Portio : tipis

c. Pembukaan : 7 cm

d. Ketuban : jernih (merembes)

e. Presentasi : ubun-ubun kecil kanan lintang

f. Penurunan : Hodge III

g. Molase : tidak ada

h. Penumbungan : tidak ada

i. Kesan panggul : normal

j. Pelepasan : lendir, darah dan air ketuban


68

4. Melanjutkan pemantauan tanda-tanda vital setiap 4 jam (kecuali nadi setiap

30 menit), denyut jantung janin (DJJ) dan his

No Jam TD N S DJJ HIS

(Wita) (mmHg) (X/1’) (axilla) (X/1’) (Frekuensi-Durasi)

9 18.45 94 126 4x dalam 10 menit (30-35)

10 19.15 92 124 5x dalam 10 menit (40-45)

11 19.45 94 126 5x dalam 10 menit (40-45)

12 20.15 94 130 5x dalam 10 menit (45-50)

13 20.55 100/70 94 37 ◦C 132 5x dalam 10 menit (45-50)

5. Mengobservasi vagina toucher (VT) kontrol tanggal 07 Juli 2017 jam 20.55

wita

a. Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

b. Portio : melesap

c. Pembukaan : 10 cm (lengkap)

d. Ketuban : jernih (merembes)

e. Presentasi : ubun-ubun kecil didepan sympisis

f. Penurunan : Hodge IV

g. Molase : tidak ada

h. Penumbungan : tidak ada

i. Kesan panggul : normal

j. Pelepasan : lendir, darah dan air ketuban


69

6. menganjurkan teknik relaksasi kepada ibu yaitu menarik napas melalui

hidung dan menghembuskan lewat mulut

7. Menganjurkan pada ibu untuk mengosongkan kandung kemih sesering

mungkin

8. Berkolaborasi dengan dokter obgyn untuk penatalaksanaan pemberian

infuse RL 28 tetes per menit, misoprostol 1/8 tab pervaginam dan antibiotik

cefotaxime 1 gram/ IV sesuai intruksi dokter

9. Memberi makan dan minum jika tidak ada his

10. Menganjurkan kepada ibu untuk senang tiasa berdoa untuk kelancaran

persalinannya dan untuk kesehatan ibu dan bayinya nanti

11. Mencatat dalam partograf

G. LANGKAH VII EVALUASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 07 Juli 2017, jam 20.55 wita

1. Keadaan ibu dan janin baik yang ditandai dengan:

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal:

1) Tekanan darah : 110/70 mmHg

2) Suhu : 36,8 ◦C (axilla)

3) Nadi : 80 kali per menit

4) Pernapasan : 20 kali per menit

b. Denyut jantung janin (DJJ) 126 kali per menit terdengar jelas, kuat dan teratur

2. Kala 1 fase aktif berlangsung ditandai dengan:


70

a. His yang adekuat 5 kali dalam 10 menit dengan durasi 40-45 detik

b. Pembukaan lengkap (10 cm) ± 7 jam setelah vaginal toucher (VT) pertama dan

penurunan kepala hodge IV

c. Tidak ada tanda-tanda infeksi

d. Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan

KALA II

A. LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

Data subjektif : sakitnya bertambah kuat dan tembus ke belakang, ibu merasa

ingin BAB, adanya dorongan kuat untuk meneran, serta

adanya tekanan pada anus.

Data objektif : perineum menonjol, vulva dan vagina membuka, kontraksi

uterus 5 kali dalam 10 menit dengan durasi 50-55 detik,

penurunan kepala 0/5, pembukaan 10 cm (lengkap),

penurunan hodge IV dan pelepasan lenidr, darah dan air

ketuban.

Hasil pemeriksaan dalam, jam 20.55 wita:

1. Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

2. Portio : melesap

3. Pembukaan : 10 cm (lengkap)

4. Air ketuban : jernih (merembes)

5. Presentasi : ubun-ubun kecil depan sympisis

6. Penurunan : Hodge IV
71

7. Molase :0

8. Penumbungan : tidak ada

9. Kesan panggul : normal

10. Pelepasan : lendir, darah dan air ketuban

B. LANGKAH II DENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL

Diagnosa : perlangsungan kala II

Masalah aktual : nyeri akibat kontraksi

Data subjektif : ada penekanan pada anus, ada dorongan kuat untuk

meneran, sakitnya sering dan bertambah sakit.

Data objektif : perineum menonjol, vulva dan vagina membuka,

kontraksi uterus 5 kali dalam 10 menit dengan durasi

50-55 detik, penurunan kepala 0/5, pembukaan 10 cm

(lengkap), penurunan hodge IV dan pelepasan lenidr,

darah dan air ketuban.

Analisa dan interpretasi data:

Nyeri merupakan hal yang fisiologis yang dirasakan oleh ibu akibat adanya

kontraksi yang justru akan mempercepat proses persalinan, tekanan yang hebat pada

dasar panggul dan bagian terendah janin, akan mempermudah penurunan kepala,

kontraksi yang timbul disertai ibu mengedan yang berlangsung secara refleksi

(Kuswanti dan Melina, 2014 : 13)


72

C. LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Tidak ada data penunjang

D. LANGKAH IV IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/

KOLABORASI

Tidak ada data penunjang

E. LANGKAH V RENCANA TINDAKAN

Diagnosa : perlangsungan kala II

Masalah aktual : tidak ada indikasi

Masalah potensial : tidak ada data penunjang

Tujuan:

1. Kala II berlangsung normal

2. Bayi lahir normal tanpa penyulit

Kriteria:

1. Kala II berlangsung selama ± 15 menit tanpa ada penyulit

2. Bayi lahir spontan, segera menangis, bernapas tanpa bantuan dan bergerak

dengan aktif.

Rencana tindakan:

Tanggal 07 Juli 2017, jam 20.55 wita

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua (dorangan untuk

meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan vagina

membuka).
73

Rasional : untuk mengetahui apakah sudah dapat dilakukan pimpinan

meneran

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan

1 ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai ke dalam wadah

partus set.

Rasional : mempersiapkan diri sebelumnya dapat mencegah diri dari infeksi

nosokomial

3. Memakai celemek plastik.

Rasional : mencegah terjadinya infeksi silang

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun

dan air mengalir.

Rasional : mencegah infeksi

5. Menggunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi pada tangan kanan

yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

Rasional : mencegah terjadinya infeksi

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan

oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

Rasional : mempersiapkan peralatan dalam keadaan siap pakai

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi

oleh air desinfeksi tingkat tinggi dengan gerakan vulva ke perineum.

Rasional : mencegah terjadinya infeksi silang


74

8. Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan

selaput ketuban sudah pecah.

Rasional : untuk mengetahui pembukaan dan kemajuan persalinan

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5%.

Rasional : mencegah terjadinya infeksi silang

10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus selesai dan

pastikan denyut jantung janin (DJJ) dalam batas normal (120 – 160 per

menit).

Rasional : untuk mengetahui keadaan janin

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin

meneran.

Rasional : agar ibu tidak khwatir dengan keadaan bayinya dan

mempersiapkan diri dalam proses persalinan

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia

merasa nyaman.

Rasional : dapat membantu memperlancar proses persalinan

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran.
75

Rasional : memperlancar proses berlangsungnya persalinan

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

Rasional : untuk mempercepat penurunan kepala

15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

Rasional : untuk mengeringkan tubuh bayi

16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu atau

gunakan underpad.

Rasional : sebagai alas untuk menyokong perineum

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan

Rasional : mempersiapkan alat dalam keadaan siap pakai

18. Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi pada kedua tangan.

Rasional : mencegah terjadinya infeksi silang

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang

handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan

kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Setelah

itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum

dngan satu tangan, di bawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu

sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada
76

belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap

fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum)

Rasional : dengan menyokong yang baik, maka akan mengurangi trauma

dan mencegah terjadinya ruptur perineum

20. Setelah kepala keluar, menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril

kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

Rasional : membersihkan jalan nafas dari air ketuban dan lilitan tali pusat

dapat menyebabkan asfiksia dan kematian janin

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

Rasional : menghilangkan torsi pada leher yang terjadi akibat putaran paksi

luar

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipariental dan

menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut

gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

Rasional : membantu mengeluarkan bayi agar tidak terjadi robekan

perineum

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas

untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.


77

Rasional : dengan tekhnik sanggah susur akan membantu pengeluaran

tubuh bayi seluruhnya dan mencegah agar bayi tidak jatuh

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah

bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan

jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

Rasional : membantu mengeluarkan bayi secara keseluruhan dan

mencegah agar bayi tidak jatuh

25. Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

Rasional : untuk mengetahui apakah bayi ada penyulit atau tidak

b. Apakah bayi bergerak aktif ?

Rasional : untuk mengetahui apakah bayi ada penyulit atau tidak

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah

dengan handuk/ kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.

Rasional : mencegah agar bayi tidak mengalami hipotermi

F. LANGKAH VI PELAKSANAAN TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 07 Juli 2017, jam 20.55 wita

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua (dorangan kuat

untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan vagina

membuka).
78

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan

ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 3 ml ke dalam

wadah partus set.

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pertolongan persalinan yaitu:

a. Partus set

Partus set terdiri atas 2 klem kocher, ½ kocher, 1½ handscoon steril, kateter

nelaton, penjepit tali pusat, kasaa steril, spoit 3 cc dan gunting tali pusat.

b. Hecting set

Hecting set terdiri atas nelvuder, catgut, jarum, pinset anatomi, pinset sirurgi,

dan gunting benang

c. Obat dan bahan

Obat dan bahan terdiri atas cairan infus, oksitosin, lidokain, salep mata, vitamin

K, hepatitis B dan betadin.

d. Diluar partus set

Adapun yang harus disiapkan diluar partus set yaitu air desinfeksi tingkat

tingkat tinggi dan kapas desinfeksi tingkat tinggi, larutan klorin 0,5%, tempat

sampah, delee, lenek, perlak, handuk kering, tensimeter, stetoskop dan

termometer.

e. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri terdiri dari topi, masker, kacamata, celemek, handscoon, alas

kaki tertutup/ sepatu boot


79

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun

dan air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan steril pada tangan kanan yang akan digunakan

untuk pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan

oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi

oleh air matang desinfeksi tingkat tinggi dengan gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan

selaput ketuban sudah pecah.

a. Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

b. Portio : melesap

c. Pembukaan : 10 cm (lengkap)

d. Air ketuban : pecah, jernih (merembes)

e. Presentasi : ubun-ubun kecil depan sympisis

f. Penurunan : Hodge IV

g. Molase :0

h. Penumbungan : tidak ada

i. Kesan panggul : normal

j. Pelepasan : lendir, darah, dan air ketuban


80

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus selesai dan

pastikan denyut jantung janin (DJJ) dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin

meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia

merasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu atau

gunakan underpad.

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan
81

18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan.

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang

handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan

kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah

itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum

dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu

sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada

belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap

fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).

20. Setelah kepala keluar, menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril

kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental,

menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut

gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas

untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.


82

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah

bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan

jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

25. Melakukan penilaian selintas :

c. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

d. Apakah bayi bergerak aktif ?

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah

dengan handuk/ kain yang kering serta membiarkan bayi di atas perut ibu.

G. LANGKAH VII EVALUASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 07 Juli 2017, jam 21.15 wita

1. Kala II berlangsung normal tanpa ada penyulit

2. Bayi lahir spontan tanggal 07 Juli, jam 21.15 wita, menangis kuat dan

bernapas tanpa bantuan, bayi bergerak aktif, dan APGAR score 8/10.

3. Perdarahan ± 300 cc

4. Terjadi rupture tingkat II

KALA III

A. LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

Data subjektif : ibu lelah setelah melahirkan dan merasakan nyeri perut bagian

bawah

Data objektif : bayi lahir spontan pada tanggal 07 Juli 2017, jam 21.15 wita,

kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar), tinggi fundus


83

uteri setinggi pusat, perdarahan ± 300 cc, kala II berlangsung

selama ± 15 menit tanpa ada penyulit serta tali pusat masih

nampak di vulva.

B. LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL

Perlangsungan kala III

Data subjektif : ibu nyeri perut bagian bawah, ibu senang dengan kelahiran

bayinya

Data objektif : bayi lahir spontan tanggal 07 Juli 2017, jam 21.15 wita,

kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar), tinggi fundus

uteri setinggi pusat, dan tali pusat masih nampak di vulva

Analisa dan interpretasi data:

Pada waktu kala III, volume uterus telah berkurang, dapat teraba tinggi fundus uteri

setinggi pusat, pada saat kontraksi maka akan memperkecil permukaan uteri

sehingga akan terasa sakit dan teraba keras dan bundar (Kuswanti dan Melina, 2014

: 7)

C. LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Tidak ada data penunjang

D. LANGKAH IV IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/

KOLABORASI

Tidak ada data penunjang


84

E. LANGKAH V RENCANA TINDAKAN

1. Tujuan : Kala III berlangsung normal, plasenta dan selaput ketuban lahir

lengkap, kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar),

keadaan ibu dan bayi baik

2. kriteria : Lamanya kala III tidak lebih dari 30 menit, plasenta (selaput dan

kotiledon) lahir lengkap, kontraksi uterus baik (teraba keras dan

bundar) serta keadaan ibu dan bayi baik.

Rencana tindakan:

Tanggal 07 Juli 2017, jam 21.15 wita

1) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus.

Rasional : untuk memastikan kehamilan tunggal atau ganda

2) Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi

baik.

Rasional : mempercepat proses pengeluaran plasenta

3) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit secara

intramuskuler (IM) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin).

Rasional : penyuntikan oksitosin membantu kontraksi uterus untuk

pengeluaran plasenta
85

4) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm

dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit

kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

Rasional : untuk memudahkan memotong tali pusat

5) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut

bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

Rasional : agar bayi dapat dipisahkan dari plasenta

6) Mengikat tali pusat dengan benang desinfeksi tingkat tinggi pada satu sisi,

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan

simpul kunci pada sisi lainnya.

Rasional : agar darah tidak keluar dari pusat bayi

7) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala

bayi.

Rasional : agar ibu dan bayi tidak hipotermi dan bisa melakukan kontak

kulit

8) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

Rasional : agar dapat memudahkan proses peregangan tali pusat

terkendali

9) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,

untuk mendeteksi dan tangan lain meregangkan tali pusat.

Rasional : memudahkan plasenta terlepas dari tempat implantasinya


86

10) Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokrainal.

Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan peregangan tali pusat

dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi

prosedur.

Rasional : dorso kranial memudahkan plasenta terlepas dari tempat

implantasinya

11) Melakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas,

minta ibu meneran sambil penolong meregangkan tali pusat dengan arah

sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap

lakukan tekanan dorso kranial).

Rasional : memudahkan plasenta keluar sesuai dengan kurva jalan lahir

sehingga tampak pada vulva

12) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan

hati-hati, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah

jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban.

Rasional : mencegah robekan dan mencegah tertinggalnya selaput

ketuban yang dapat menyebabkan perdarahan

13) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan

menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)


87

Rasional : agar kontraksi baik dan mencegah perdarahan

14) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir

lengkap, dan masukkan kedalam kantong plastik yang tersedia.

Rasional : adanya sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dapat

menyebabkan perdarahan

15) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Rasional : penjahitan laserasi dapat mencegah terjadinya perdarahan

16) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

Rasional : kontraksi uterus yang baik dapat mencegah perdarahan akibat

atonia uteri

17) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam.

Rasional : untuk menjalin ikatan batin antara ibu dan bayi

18) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg secara intramuskuler (IM) di

paha kiri anterolateral.

Rasional : agar bayi mendapat perlindungan dini terhadap komplikasi yg

akan terjadi
88

19) Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis

B di paha kanan anterolateral.

Rasional : mengurangi resiko bayi terkena penyakit hepatitis

F. LANGKAH VI PELAKSANAAN TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 07 Juli 2017, jam 21.15 wita

1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus.

2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi

baik.

3. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM) di

1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan

oksitosin).

4. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm

dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah (ibu) dan jepit kembali tali

pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

5. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut

bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

6. Mengikat tali pusat dengan benang steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul

kunci pada sisi lainnya.

7. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala

bayi.
89

8. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

9. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,

untuk mendeteksi, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat.

10. Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorso krainal.

Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan peregangan tali pusat

dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi

prosedur.

11. Melakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas,

minta ibu meneran sambil penolong meregangkan tali pusat dengan arah

sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap

lakukan tekanan dorso kranial).

12. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan

hati-hati, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah

untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput

ketuban.

13. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan

menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

14. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir

lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.


90

15. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

16. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

17. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam.

18. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri

anterolateral.

19. Setelah satu jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi hepatitis

B di paha kanan anterolateral.

G. LANGKAH VII EVALUASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN

Evaluasi tanggal 07 Juli 2017, jam 21.20 wita

1. Kala III berlangsung ± 5 menit

2. Kotiledon dan selaput ketuban lahir lengkap tanggal 07 Juli 2017, jam 21.20

wita

3. Tinggi fundus uteri setinggi pusat

4. Perdarahan kala III ± 150 cc

5. Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)

6. Keadaan ibu dan bayi baik.


91

KALA IV

A. LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

Data subjektif : ibu merasa lelah setelah persalinannya dan ibu mengeluh nyeri

perut bagian bawah.

Data objektif : kala III berlangsung ± 5 menit, plasenta lahir lengkap tanggal

07 Juli 2017 jam 21.20 wita, tinggi fundus uteri setinggi pusat,

kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar), perdarahan ±

150 cc dan kandung kemih kosong.

B. LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL

Perlangsungan kala IV dengan kelelahan

Data subjektif : ibu merasa lelah setelah persalinannya

Data objektif : kala III berlansung ± 5 menit, plasenta lahir lengkap tanggal 07

Juli 2017, tinggi fundus uteri setinggi pusat, kontraksi uterus

baik (teraba keras dan bundar), perdarahan ± 100 cc dan

kandung kemih kosong

Analisa dan interpretasi data:

Setelah plasenta lahir lengkap, maka menunjukkan telah masuk ke kala

pengawasan/ kala observasi post partum. Kelelahan disebabkan oleh penggunaan

energi dan cairan yang banyak saat persalinan (Kuswanti dan Melina, 2014 : 8).

C. LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Tidak ada data yang menunjang


92

D. LANGKAH IV IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/

KOLABORASI

Tidak ada data yang menunjang

E. LANGKAH V RENCANA TINDAKAN

1. Tujuan : kala IV berlangsung dengan tidak terjadi perdarahan yang

berlebihan, kesadaran composmentis, dan tanda-tanda vital

dalam batas normal

2. Kriteria : tidak terjadi perdarahan, kontraksi uterus baik (teraba keras dan

bundar), kandung kemih kosong dan tanda-tanda vital dalam

batas normal

Rencana tindakan:

Tanggal 07 Juli 2017, jam 21.20 wita

1. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

Rasional : mencegah terjadinya perdarahan pervaginam

2. Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

Rasional : agar kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)

3. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah setiap 15 menit pada jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 jam pada jam kedua pasca persalinan

Rasional : mengetahui jumlah darah yang keluar


93

4. Memeriksa tanda-tanda vital ibu, tinggi fundus uteri kontraksi dan keadaan

kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

Rasional : tanda-tanda vital yang normal dan kandung kemih yang

kosong menandakan kala IV berlangsung normal

5. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan

baik.

Rasional : agar bayi dalam keadaan aman dan nyaman

6. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

Rasional : larutan klorin 0,5% dapat membunuh bakteri yang dapat

mengakibatkan infeksi

7. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

Rasional : mencegah terjadinya infeksi

8. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi

(DTT), membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu

memakai pakaian bersih dan kering.

Rasional : agar ibu terhindar dari kuman

9. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu

apabila ibu ingin makan dan minum


94

Rasional : dengan makan dan minum akan memberikan tenaga ibu yang

telah terkuras selama proses persalinannya

10. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

Rasional : untuk membunuh kuman

11. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5.

Rasional : mencegah infeksi silang dan sebagai tindakan desinfeksi

infeksi

12. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Rasional : dekontaminasi agar tidak terkontaminasi dengan bakteri

13. Melengkapi partograf

Rasional : sebagai catatan pemantauan persalinan

F. LANGKAH VI PELAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 07 Juli 2017, jam 21.20 wita

1. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

2. Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.
95

3. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah setiap 15 menit selama 1 jam

pasca persalinan dan setiap 30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan

Jam Jumlah perdarahan

(Wita)

21.35 ± 100 cc

21.50 ± 50 cc

22.05 ± 30 cc

22.20 ± 20 cc

22.50 ± 10 cc

23.20 ± 5 cc

Total ± 215 cc

4. Memeriksakan tanda-tanda vital ibu (kecuali pernapasan), tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pasca persalinan dan setiap 30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.

Jam Waktu TD N S TFU Kontraksi Kandung

(Wita) (mmHg) (X/1’) (axilla) kemih

1 21.35 100/70 86 36,8 ◦C Setinggi pusat Baik Kosong

21.50 100/70 84 Setinggi pusat Baik Urin ± 50 cc

22.05 100/70 84 Setinggi pusat Baik Urin ± 50 cc

22.20 100/70 82 Setinggi pusat Baik Urin ± 50


96

cc

II 22.50 100/70 80 37 ◦C Setinggi pusat Baik Urin ± 100

cc

23.20 100/70 80 Setinggi pusat Baik Kosong

5. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan

baik.

6. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (selama 10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

7. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

8. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai

pakaian bersih dan kering.

9. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu

apabila ibu ingin minum.

10. Dekontaminasikan tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

11. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%, melepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5.

12. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

13. Melengkapi partograf (Saifuddin, 2014 : 341-347).


97

G. LANGKAH VII EVALUASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 07 Juli 2017, jam 23.20 wita

1. Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)

2. Jumlah perdarahan ± 200 cc

3. Kandung kemih kosong

4. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tekanan darah : 100/70 mmHg Suhu : 36, 6◦C (axilla)

Nadi : 76x/ menit Pernapasan : 20x/ menit

5. Ibu telah makan dan minum

6. Keadaan ibu dan bayi baik


98

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL

PADA NY “R” GESTASI 37-38 MINGGU DENGAN KETUBAN

PECAH DINI (KPD) DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA

TANGGAL 07 JULI 2017

No register : 46xxxx

Tanggal masuk : 07 Juli 2017, jam 13.50 wita

Tanggal pengkajian : 07 Juli 2017, jam 14.00 wita

Tanggal partus : 07 Juli 2017, jam 21.15 wita

Nama pengkaji : Sunarti

Identitas istri/ suami

Nama : Ny “R”/ Tn “F”

Umur : 28 tahun/ 30 tahun

Nikah/ lamanya : 1x/ ± 8 tahun

Suku : Makassar/ Makassar

Agama : Islam/ Islam

Pendidikan : SD/ SD

Pekerjaan : IRT/ buruh harian

Alamat : Dusun Gusung Desa Taeng, Kabupaten Gowa

98
99

A. KALA I

DATA SUBJEKTIF

4. Anamnesa (data subjektif)

a. Alasan utama ibu masuk

Ibu masuk dengan keluhan terdapat pengeluaran air pervaginam.

b. Riwayat keluhan utama

Air yang keluar sedikit demi sedikit dan bertambah banyak hingga satu

sarung basah, berwarna jernih dan tidak berbau. Ibu rujukan dari Puskesmas

Cambaya kecamatan Pallangga dengan keluhan ada keluar cairan melalui vagina

yang berwarna jernih pada tanggal 07 Juli 2017, jam 08.00 wita (± 4 jam sebelum

tiba di Rumah sakit), satu sarung basah akibat cairan yang keluar, dan ibu tidak

merasakan mules atau nyeri perut tembus belakang, riwayat pemeriksaan di

Puskesmas yaitu belum ada kontraksi/ his, pembukaan 2 cm dan riwayat

pemeriksaan tes lakmus di Puskesmas positif yaitu kertas lakmus berubah menjadi

biru yang menandakan pelepasan air yang keluar tersebut adalah air ketuban.

Sebelum masuk ke kamar bersalin RSUD Syekh Yusuf, ibu sebelumnya berada di

Poliklinik KIA RSUD Syekh Yusuf dan tindakan yang telah dilakukan di Poliklinik

KIA yaitu pemeriksaan USG.

c. Riwayat menstruasi

8. Menarche : 13 tahun

9. Siklus : 28-30 hari

10. Lamanya : 5-7 hari


100

11. Banyaknya : 2-3x ganti pembalut per hari

12. Teratur/ tidak teratur : teratur

13. Sifat darah : encer

14. Dismenore : tidak ada

d. Riwayat perkawinan

Ibu menikah 1x secara sah dengan Tn “S” pada tahun 2009, saat Ny “R”

berusia 20 tahun dan Tn “S” berusia 22 tahun

e. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

No Tahun Jenis partus Jenis BBL PBL Tempat penolong Keadaan

kelamin partus

1 2010 Persalinan Perempuan 2.600 47 Puskesmas Bidan Baik


pervaginam gram cm

f. Riwayat nifas yang lalu

Ibu tidak mengeluh dalam merawat bayinya dan tidak mengalami depresi

setelah persalinan, tidak ada tanda-tanda infeksi masa nifas, seperti keluar cairan

yang berbau busuk, pengeluaran air susu ibu lancar dan ibu menyusui anak

pertamanya secara ekslusif selama 6 bulan dan ditambah makanan pendamping ASI

sejak usia 6 bulan ke atas.

g. Riwayat kehamilan sekarang

10) Hari pertama haid terakhir tanggal 19 Oktober 2016

11) Hari tafsiran persalinan tanggal 26 Juli 2017


101

12) Umur kehamilan 37 minggu 2 hari

13) Menurut ibu kehamilannya ± 9 bulan

14) Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat dirasakan pada perut sebelah kanan

dan dirasakan sampai sekarang.

15) Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 6 kali di BPS

Trimester I : 2x

Trimester II : 2x

Trimester III : 2x

16) Ibu telah mendapat suntikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 2 kali

TT I : tanggal 10 Februari 2017, di BPS

TT II : tanggal 10 Maret 2017, di BPS

17) Keluhan-keluhan:

Trimester I : mual muntah di pagi hari

Trimester II : tidak ada keluhan

Trimester III : sering kencing dan nyeri perut bagian bawah

18) Penyuluhan

Ibu belum pernah mendapat penyuluhan selama kehamilannya

h. Riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu

5) Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, asma, dan hipertensi.

6) Tidak ada riwayat penyakit menular: tuberculosis, malaria, hepatitis dan

penyakit menular seksual.

7) Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.


102

8) Tidak ada riwayat operasi dan sebelumnya tidak pernah diopname di Rumah

sakit maupun di Puskesmas.

i. Riwayat penyakit keluarga

2) Di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes

melitus, asma dan penyakit keturunan lainnya.

j. Riwayat sosial ekonomi, psikososial, dan spiritual

5) Yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga

adalah suami.

6) Hubungan ibu dengan suami, keluarga, maupun tetangga baik.

7) Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.

8) Ibu rajin beribadah dan berdoa untuk kelancaran persalinannya.

k. Riwayat KB

Sejak kelahiran anak pertama yaitu pada tahun 2010 ibu mulai menjadi

akseptor KB depo progestin/ suntik 3 bulan dan berhenti pada bulan Januari tahun

2016 dengan alasan ingin hamil lagi.

l. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

5) Kebutuhan nutrisi

Kebiasaan:

d) Pola makan : nasi, sayur, lauk

e) Frekuensi : 3 kali sehari

f) Kebutuhan minum : 6-8 gelas per hari


103

Selama inpartu:

b) Ibu makan, tetapi hanya sedikit dan lebih banyak minum

6) Kebutuhan eliminasi

Kebiasaan:

c) BAK : 5-6 kali sehari, warna kuning muda, bau amoniak.

d) BAB : 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning.

Selama inpartu:

c) BAK : Ibu BAK di tempat tidur karena telah terpasang popok

d) BAB : Ibu belum BAB (BAB terakhir ibu pada jam 06.00 wita

dirumahnya)

7) Personal hygiene

Kebiasaan:

e) Mandi : 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan menggunakan sabun mandi

f) Sikat gigi : 2 kali (setelah makan dan sebelum tidur) dengan menggunakan

pasta gigi

g) Keramas : 3 kali seminggu dengan menggunakan shampo

h) Ganti pakaian : 2 kali sehari

Selama inpartu:

b) Ibu belum mandi dan sikat gigi

8) Kebutuhan istirahat dan tidur

c) Kebiasaan

Tidur siang tidak teratur, tidur malam 6-8 jam


104

d) Selama inpartu

Ibu tidak pernah tidur

DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Hari tafsiran persalinan tanggal 26 Juli 2017

4. Usia gestasi 37 minggu 2 hari

5. Tanda-tanda vital:

Tekanan darah : 110/70 mmHg Pernapasan : 20 kali per menit

Nadi : 80 kali per menit Suhu : 36,8 ◦C (axilla)

6. Tinggi badan : 154 cm

7. Berat badan sebelum hamil : 45 kg

8. Berat badan sekarang : 56 kg

9. Lingkar lengan atas (LILA) : 26 cm

10. Pemeriksaan fisik (Head To Toe)

a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, rambut hitam dan

lurus, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

b. Wajah : tidak pucat, tidak ada chloasma gravidarum, tidak oedema,

tidak ada nyeri tekan

c. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah mudah, schlera

putih, kelopak mata tidak bengkak


105

d. Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak pengeluaran

secret, tidak oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip

e. Mulut dan gigi : bersih, bibir merah muda dan tidak pecah-pecah, tidak ada

caries, tidak ada karang gigi, tidak ada stomatitis, gusi

tidak berdarah, dan tidak ada gigi yang tanggal

f. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran serumen,

tidak ada peradangan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri

tekan

g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan

vena jugularis

h. Payudara : payudara simetris kiri dan kanan, putting susu bersih dan

menonjol, tampak hiperpigmentasi pada areola, tidak ada

benjolan, tidak ada nyeri tekan, terdapat pengeluaran

kolostrum jika putting susu dipencet

i. Abdomen : Leopold I : 3 jari di bawah processus xiphoideus (tinggi

fundus uteri 32 cm), teraba bokong

Leopold II : punggung kiri (puki)

Leopold III : kepala

Leopold IV : bergerak dalam panggul (4/5)

LP : 90 cm

TBJ : 2.880 gram


106

Denyut jantung janin : terdengar jelas, kuat dan teratur

pada kuadran kiri bawah perut

ibu dengan frekuensi 126 kali per

menit

His : tidak ada

j. Ekstremitas atas : jari lengkap, pergerakan aktif, tidak ada benjolan, tidak ada

nyeri tekan

k. Ekstremitas bawah : tidak ada varises, pergerakan aktif, tidak ada benjolan,

tidak oedema

l. Genitalia dan anus : tidak ada varises, nampak pengeluaran lendir dan air

ketuban, tidak ada oedema, tidak ada hemorroid

11. Pemeriksaan dalam

Vaginal toucher (VT) tanggal 07 Juli 2017, jam 14.15 wita

a. Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

b. Portio : tebal/ lunak

c. Pembukaan : 2 cm

d. Ketuban : jernih (merembes)

e. Presentase : ubun-ubun kecil kanan lintang

f. Penurunan : Hodge I

g. Molase : tidak ada

h. Penumbungan : tidak ada

i. Kesan panggul : normal


107

j. Pelepasan : lendir dan air ketuban

12. Pemeriksaan inspekulo

Tanggal 07 Juli 2017, jam 14.20 wita

Hasil pemeriksaan inspekulo yaitu terdapat pengeluaran air ketuban yang

keluar dari kanalis servikalis.

13. Pemeriksaan tes valsava

Tanggal 07 Juli 2017, jam 14.30 wita

Hasil pemeriksaan tes valsava yaitu terdapat pengeluaran air ketuban

14. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan USG

Tanggal 07 Juli 2017, jam 13.50 wita oleh dokter R Sp.OG di Poliklinik KIA

1) GII PI A0 gravid tunggal, hidup

2) Letak : kepala

3) FHR : 130 bpm

4) TBJ : ± 2.950 gram

5) UK : ± 36-37 minggu, TP: ± 20 Juli 2017

6) Plasenta di posterofundal grade 1

7) Oligohidramnion

b. Pemeriksaan laboratorium

Tanggal 07 Juli 2017, jam 14.40 wita

k) WBC : 13.4x103/µL

l) RBC : 3.21x103/µL
108

m) HGB : 10,5g/dl

n) HCT : 29.05%

o) MCV : 90.3fL

p) MCH : 32.7pg

q) MCHC : 36.2g/dL

r) Protein : negatif

s) Reduksi : negatif

t) HbsAg : negatif

ASSESMENT

Diagnosa : GII PI A0, gestasi 37 minggu 2 hari, intra uterin, tunggal,

hidup, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase

laten dengan KPD

Masalah aktual : KPD

Masalah potensial : Pada ibu, yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan,

infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama,

perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif

obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas

maternal, sedangkan pada janin, yaitu prematuritas

(sindrom distres pernafasan, hipotermia, masalah

pemberian makan neonatal, retinopati premturit,

perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing,

gangguan otak dan risiko cerebral palsy,


109

hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli /

penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder

pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR

rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan

intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan

oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia

paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin

terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal

PLANNING (P)

Tanggal 07 Juli 2017, jam 14.15 wita

1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

Hasil : ibu telah mengetahui keadaannya sekarang

2. Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 4 jam (kecuali nadi setiap 30 menit),

denyut jantung janin (djj) dan his tiap 1 jam pada kala I fase laten dan tiap

30 menit pada kala I fase aktif, kecuali jika ada indikasi, maka dilakukan

tiap 30 menit

No Jam TD N S DJJ His

(Wita) (mmHg) (X/1’) (axilla) (X/1’) (Frekuensi-Durasi)

1 14.45 110/70 84 36,6 ◦C 126 -

2 15.15 86 134 -

3 15.45 86 130 2x dalam 10 menit (15-20)


110

4 16.15 90 134 2x dalam 10 menit (15-20)

5 16.45 90 126 3x dalam 10 menit (20-25)

6 17.15 92 128 3x dalam 10 menit (20-25)

7 17.45 92 124 3x dalam 10 menit (20-25)

8 18.15 100/70 94 36,8 ◦C 128 4x dalam 10 menit (30-35)

3. Melakukan vaginal toucher (VT) kontrol, jam 18.15 wita

Hasil :

a. Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

b. Portio : tipis

c. Pembukaan : 7 cm

d. Ketuban : jernih, merembes

e. Presentase : ubun-ubun kecil kanan lintang

f. Penurunan : hodge III

g. Molase : tidak ada

h. Penumbungan : tidak ada

i. Kesan panggul : normal

j. Pelepasan : lendir, darah, air ketuban


111

4. Melanjutkan pemantauan tanda-tanda vital setiap 4 jam (kecuali nadi setiap

30 menit), denyut jantung janin (djj) dan his

No Jam TD N S DJJ HIS

(Wita) (mmHg) (X/1’) (axilla) (X/1’) (Frekuensi-Durasi)

9 18.45 94 126 4x dalam 10 menit (30-35)

10 19.15 92 124 5x dalam 10 menit (40-45)

11 19.45 94 126 5x dalam 10 menit (40-45)

12 20.15 94 130 5x dalam 10 menit (45-50)

13 20.55 100/70 94 37 ◦C 132 5x dalam 10 menit (45-50)

5. Mengobservasi vaginal toucher (VT) kontrol, jam 20.55 wita

k. Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

l. Portio : melesap

m. Pembukaan : 10 cm (lengkap)

n. Ketuban : jernih (merembes)

o. Presentasi : ubun-ubun kecil didepan sympisis

p. Penurunan : hodge IV

q. Molase : tidak ada

r. Penumbungan : tidak ada

s. Kesan panggul : normal

t. Pelepasan : lendir, darah dan air ketuban


112

6. Mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas pada saat kontraksi, ibu

menarik napas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama timbul

kontraksi

Hasil : ibu telah melakukannya

7. menganjurkan pengosongan kandung kemih sesering mungkin

Hasil : kandung kemih telah kosong

8. Berkolaborasi dengan dokter obgyn untuk penatalaksanaan pemberian

infuse RL 28 tetes per menit, misoprostol 1/8 tab pervaginam dan antibiotik

cefotaxime 1gr/ IV sesuai intruksi dokter

Hasil : infuse RL telah dipasang pada jam 14.50 wita, misoprostol 1/8

tab telah berada didalam vagina ibu pada jam 15.00 wita, dan

injeksi cefotaxime telah diberikan pada jam 15.10 wita

9. Memberi makan dan minum jika tidak ada his

Hasil : ibu telah diberi makan dan minum disela-sela his

10. Menganjurkan kepada ibu untuk senangtiasa berdoa untuk kelancaran

persalinannya dan untuk kesehatan ibu dan bayinya nanti

Hasil : ibu selalu beristighfar saat ibu mrasakan sakit akibat kontraksi

11. Mencatat dalam partograf

Hasil : partograf telah dilengkapi


113

B. KALA II

DATA SUBJEKTIF

1. Sakitnya bertambah kuat dan tembus kebelakang

2. Ibu merasa ingin buang air besar

3. Adanya dorongan kuat untuk meneran

4. Adanya tekanan pada anus

DATA OBJEKTIF

1. Perineum menonjol

2. Vulva dan vagina membuka

3. His 5x dalam 10 menit dengan durasi 45-50 detik

4. Pembukaan 10 cm (lengkap)

5. Penurunan kepala hodge IV (0/5)

6. Pelepasan lendir, darah dan air ketuban

ASSESMENT

Perlangsungan kala II

PLANNING

Tanggal 07 Juli 2017, jam 20.55 wita

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua (dorangan kuat

untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan vagina

membuka).

Hasil : tanda dan gejala kala II telah dirasakan


114

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan

1 ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 3 ml ke dalam

wadah partus set.

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pertolongan persalinan yaitu:

f. Partus set

Partus set terdiri atas 2 klem kocher, ½ kocher, 1½ handscoon steril, kateter

nelaton, penjepit tali pusat, kasaa steril, spoit 3 cc dan gunting tali pusat.

g. Hecting set

Hecting set terdiri atas nelvuder, catgut, jarum, pinset anatomi, pinset sirurgi,

dan gunting benang

h. Obat dan bahan

Obat dan bahan terdiri atas cairan infus, oksitosin, lidokain, salep mata, vitamin

K, hepatitis B dan betadin.

i. Diluar partus set

Adapun yang harus disiapkan diluar partus set yaitu air desinfeksi tingkat

tingkat tinggi dan kapas desinfeksi tingkat tinggi, larutan klorin 0,5%, tempat

sampah, delee, lenek, perlak, handuk kering, tensimeter, stetoskop dan

termometer.

j. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri terdiri dari topi, masker, kacamata, celemek, handscoon, alas

kaki tertutup/ sepatu boot


115

3. Memakai celemek plastik

Hasil : celemek telah dipakai

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun

dan air mengalir.

Hasil : perhiasan telah disimpan dan tangan telah bersih

5. Menggunakan sarung tangan steril pada tangan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam.

Hasil : sarung tangan telah dipakai pada tangan kanan

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan

oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.

Hasil : oksitosin 1 ampul telah berada didalam wadah partus set

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi

oleh air matang desinfeksi tingkat tinggi, dengan gerakan vulva ke

perineum.

Hasil : vulva dan perineum telah bersih

8. Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan

selaput ketuban sudah pecah.

Periksa dalam tanggal 07 Juli 2017, jam 20.55 wita

k. Vulva dan vagina : tidak ada kelainan

l. Portio : melesap

m. Pembukaan : 10 cm (lengkap)

n. Air ketuban : pecah, jernih (merembes)


116

o. Presentasi : ubun-ubun kecil didepan sympisis

p. Penurunan : hodge IV

q. Molase :0

r. Penumbungan : tidak ada

s. Kesan panggul : normal

t. Pelepasan : lendir, darah, dan air ketuban

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5%.

Hasil : sarung tangan telah direndam dalam larutan klorin 0,5 % secara

terbalik

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai dan

pastikan denyut jantung janin dalam batas normal (120 – 160 kali per

menit).

Hasil : denyut jantung janin terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran

kiri bawah perut ibu dengan frekuensi 132 kali per menit.

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin

meneran.

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan


117

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia

merasa nyaman).

Hasil : ibu dalam posisi setengan duduk

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran.

Hasil : telah dilakukan pimpinan meneran

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

Hasil : ibu tetap dalam posisi setengah duduk karena sakitnya yang

bertambah sering

15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

Hasil : handuk bersih telah diletakkan diatas perut ibu

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu atau

gunakan underpad.

Hasil : underpad telah terpasang dibawah bokong ibu

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan

Hasil : alat telah lengkap


118

18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan.

Hasil : sarung tangan telah dipakai pada kedua tangan

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang

handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan

kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah

itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum

dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu

sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada

belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap

fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).

Hasil : kepala telah lahir

20. Setelah kepala keluar, menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril

kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

Hasil : tidak terjadi lilitan tali pusat

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

Hasil : kepala bayi telah melakukan putaran paksi luar

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental,

menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut

gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul

dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.


119

Hasil : kedua bahu telah lahir

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas

untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

Hasil : lengan dan badan telah lahir

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah

bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan

jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

Hasil : seluruh badan telah lahir

25. Melakukan penilaian selintas :

e. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

f. Apakah bayi bergerak aktif ?

Hasil : bayi lahir spontan tanggal 07 Juli 2017, jam 21.15 wita, dengan

segera menangis dan bernapas tanpa bantuan, bergerak dengan

aktif dan APGAR score 8/10.

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah

dengan handuk/ kain yang kering serta membiarkan bayi di atas perut ibu.

Hasil : ibu telah diselimuti dengan handuk brsih dan kering, serta telah

berada diatas perut ibu


120

C. KALA III

DATA SUBJEKTIF

1. Ibu lelah setelah melahirkan

2. ibu merasakan nyeri perut bagian bawah

DATA OBJEKTIF

1. Bayi lahir spontan tanggal 07 Juli 2017, jam 21.15 wita

2. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

3. Tinggi fundus uteri setinggi pusat

4. Perdarahan ± 150 cc

5. Kala II berlangsung sealama ± 15 menit tanpa ada penyulit serta tali pusat

masih nampak di vulva

ASSESMENT

Perlangsungan kala III

PLANNING

Tanggal 07 Juli 2017, jam 21.15 wita

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus.

Hasil : bayi tunggal

28. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi

baik.

Hasil : ibu bersedia untuk disuntik


121

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM) di

1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan

oksitosin).

Hasil : oksitosin telah disuntikkan di 1/3 paha atas bagian distal lateral

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm

dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah (ibu) dan jepit kembali tali

pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

Hasil : tali pusat telah dijepit

31. Memotong dan mengikat tali pusat (dengan satu tangan mengangkat tali

pusat yang telah dijepit, kemudian melakukan pengguntingan talu pusat

sambil melindungi perut bayi diantara 2 klem

Hasil : tali pusat telah dipotong

32. Mengikat tali pusat dengan benang desinfeksi tingkat tinggi atau steril pada

satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya atau menjepit tali pusat dengan

penjepit tali pusat

Hasil : tali pusat telah dijepit

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala

bayi.

Hasil : bayi telah diselimuti dengan kain hangat dan topi telah terpasang di

kepala
122

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

Hasil : klem telah dipindahkan

35. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,

untuk mendeteksi, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat.

Hasil : satu tangan telah berada diatas perut ibu dan tangan lainnya

meregangkan tali pusat

36. Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorso krainal.

Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan peregangan tali pusat

dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi

prosedur.

Hasil : dorso kranial telah dilakukan

37. Melakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas,

minta ibu meneran sambil penolong meregangkan tali pusat dengan arah

sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap

lakukan tekanan dorso kranial).

Hasil : plasenta telah terlepas dari tempat implantasinya

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan

hati-hati, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah

untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput

ketuban.

Hasil : plasenta dan selaput ketuban telah lahir


123

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan

menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

Hasil : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir

lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.

Hasil : plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap tanggal 07 Juli 2017,

jam 21.20 wita

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Hasil : terjadi ruptur tingkat II dan telah dijahit luar dan dalam sebanyak 6

jahitan secara jelujur

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

Hasil : uterus berkontraksi baik (teraba keras dan bundar)

43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam.

Hasil : IMD telah dilakukan

44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri

anterolateral.
124

Hasil : berat bayi lahir 3000 gram, panjang bayi lahir 48 cm, lingkar kepala

33 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar perut 31 cm, APGAR score

8/10, dan telah disuntik vitamin K1 (IM) dipaha kiri anterolateral

45. Setelah satu jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi hepatitis

B di paha kanan anterolateral.

Hasil : hepatitis B telah disuntikkan dipaha kanan anterolateral

D. KALA IV

DATA SUBJEKTIF

1. Ibu lelah setelah selesai persalinannya

2. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah

DATA OBJEKTIF

1. Ibu tampak lelah setelah menjalani persalinannya

2. Plasenta lahir lengkap tanggal 07 Juli 2017, jam 21.20 wita

3. Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)

4. Tinggi fundus uteri setinggi pusat

5. Perdarahan ± 150 cc

6. Kandung kemih kosong

ASSESMENT

Perlangsungan kala IV dengan kelelahan

PLANNING

Tanggal 07 Juli 2017, jam 21.20 wita

46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.


125

Hasil : kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

47. Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

Hasil : ibu telah melakukannya

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah, setiap 15 menit selam 1 jam

pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pasca persalinan

Hasil:

Jam Jumlah perdarahan

(Wita)

21.35 ± 100 cc

21.50 ± 50 cc

22.05 ± 30 cc

22.20 ± 20 cc

22.50 ± 10 cc

23.20 ± 5 cc

Total ± 215 cc
126

49. Memeriksakan tanda-tanda vital ibu (kecuali pernapasan), tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pasca persalinan dan setiap 30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.

Jam Waktu TD N S TFU Kontraksi Kandung

(Wita) (mmHg) (X/1’) (axilla) kemih

1 21.35 100/70 86 36,8 ºC Setinggi pusat Baik Kosong

21.50 100/70 84 Setinggi pusat Baik ± 50 cc

22.05 100/70 84 Setinggi pusat Baik ± 50 cc

22.20 100/70 82 Setinggi pusat Baik ± 50 cc

II 22.50 100/70 80 37 ºC Setinggi pusat Baik Kosong

23.20 100/70 80 Setinggi pusat Baik ± 100 cc

50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan

baik.

Hasil : bayi bernapas dengan normal yaitu 50 kali per menit

51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

Hasil : alat sudah dilarutkan dalam larutan klorin 0,5 %, telah dicuci dan

telah bersih

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

Hasil : Sampah yang terkontaminasi telah dibuang ketempat sapah.


127

53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai

memakai pakaian bersih dan kering.

Hasil : ibu telah dalam keadaan bersih

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu

apabila ibu ingin minum.

Hasil : ibu telah nyaman dan telah makan dan minum

55. Dekontaminasikan tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

Hasil : tempat bersalin telah di dekontaminasikan

56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%, melepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5.

Hasil : sarung tangan telah dicelupkan di didalam larutan klorin 0,5 %

dalam keadaan terbalik

57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Hasil : kedua tangan telah bersih

58. Melengkapi partograf

Hasil : partograf telah dilengkapi


128

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara

tinjauan pustaska dan studi kasus dalam penerapan proses asuhan kebidanan

intranatal pada Ny “R” dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Syekh Yusuf

Gowa tanggal 07 Juli 2017. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dari asuhan

yang nyata dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh

langkah.

A. Langkah I identifikasi data dasar

Dalam pengkajian yang dimulai dari pengumpulan data berupa anamnesa

serta data-data yang dapat ditemukan saat melakukan anamnesa yang dapat

mendukung terjadinya kasus tersebut. Setelah dilakukan anamnesa, dilakukan

pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Selain

pemeriksaan fisik, juga dilakukan pemeriksaan dalam untuk memantau kemajuan

persalinan, khususnya untuk memastikan pecahnya selaput ketuban. Pemeriksaan

yang lain yaitu pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan tes valsava.

Tes valsava dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan

menutup mulut dan hidung yang akan menambah tekanan pada telinga dan tekanan

pada bagian fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban akan keluar

(Fadlun, 2011 : 114). Kemudian pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG

untuk mendukung hasil pemeriksaan.

128
129

Dalam tahapan pengkajian, penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini

karena respon kooperatif ibu yang dapat menerima kehadiran penulis saat

pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan. Ibu menunjukkan sikap terbuka

dan menerima anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis maupun tenaga medis

lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan.

Pada kasus Ny “R”, didapatkan riwayat keluhan masuk rumah sakit ibu

dirujuk oleh bidan dari Puskesmas berupa terdapat pengeluaran air ketuban dari

jalan lahir pada tanggal 07 Juli 2017, pukul 08.00 wita, dan belum ada kontraksi.

Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 2 cm, air ketuban merembes dan

berwarna jernih. Selain itu, data yang didapatkan dari seorang bidan yang merujuk

yaitu riwayat pemeriksaan tes lakmus di Puskesmas yaitu kertas lakmus berubah

menjadi biru, yang menandakan pelepasan air yang keluar yaitu air ketuban.

Tindakan yang dilakukan di RSUD Syekh Yusuf yakni pengumpulan data

subjektif yang terdiri dari alasan utama ibu masuk Rumah sakit, riwayat keluhan

utama, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan

yang lalu, riwayat nifas yang lalu, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan

sekarang dan yang lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial ekonomi,

psikososial, dan spiritual, riwayat KB, serta riwayat kebutuhan dasar ibu.

Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data objektif yang terdiri dari

pemeriksaan umum ibu, pemeriksaan fisik (head to toe), pemeriksaan dalam,

pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan tes valsava. Terakhir yaitu pemeriksaan


130

penunjang yang terdiri dari pemeriksaan USG, dan pemeriksaan laboratorium

(sampel darah).

Meskipun terdapat perbedaan antara riwayat tindakan yang dilakukan di

Puskesmas dengan tindakan yang dilakukan di Rumah sakit, yaitu pemeriksaan tes

lakmus yang dilakukan di Puskesmas dan pada umumnya pemeriksaan kertas

lakmus di Rumah sakit tidak dilakukan pada kasus KPD. Meskipun demikian,

riwayat tindakan yang telah dilakukan di Puskesmas yang berbeda dengan tindakan

yang dilakukan di Rumah sakit, hal tersebut dapat saling membantu untuk

pengumpulan data dalam menegakkan diagnosis.

KPD merupakan pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan

serviks pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm

(Sepduwiana, 2011 : 144). Pada langkah pertama, penulis tidak mendapatkan

kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi dilapangan.

B. Langkah II identifikasi diagnosa/ masalah aktual

Dalam menegakkan suatu diagnosa kebidanan, didukung dan ditunjang

oleh beberapa data, dan dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnosis atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah dan

diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan,

seperti diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam


131

sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan

pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan.

Pada kasus Ny”R”, telah dilakukan pengumpulan data subjektif, data

objektif, maupun data penunjang, sehingga berdasarkan data yang didapatkan, maka

penulis menyimpulkan bahwa diagnosa atau masalah aktual yang dirumuskan yaitu

KPD. Oleh karena itu tidak terdapat kesenjangan antara teori dan data yang

diperoleh.

C. Langkah III antisipasi diagnosa/ masalah potensial

Pada perumusan diagnosa/ masalah potensial akan dibahas tentang

kemungkinan terjadi hal yang lebih fatal apabila apa yang menjadi masalah aktual

tidak segera ditangani. Pada tinjauan pustaka, masalah potensial yang dapat terjadi

yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry

labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif

obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal. Sedangkan pada

janin yaitu prematuritas (respiratory distress syndrome, hypothermia, neonatal

feeding problem, retinopathy of premturit, intraventricular hemorrhage,

necroticing enterecolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy,

hyperbilirubinemia, anemia, sepsis), prolaps funiculli/ penurunan tali pusat,

hipoksia dan asfiksia sekunder (kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/

partus lama, APGAR score rendah, ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan

intracranial, renal failure, respiratory distress), dan oligohidromnion (sindrom


132

deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin

terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi dkk, 2016 : 105-106).

Pada kasus ini, penulis tidak menemukan tanda-tanda infeksi atau

komplikasi yang mungkin akan terjadi pada ibu maupun janin karena penanganan

ibu bersalin atas indikasi KPD dengan tindakan pemasangan infus, pemberian obat

uterotonika dan pemberian obat antibiotik telah sesuai dengan teori, sehingga tidak

ada diagnosa potensial terjadi dan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

D. Langkah IV identifikasi perlunya tindakan segera/ kolaborasi

Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera yang

harus dilakukan guna untuk menyelamatkan klien. Tindakan tersebut berupa

kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih professional (dokter obgyn). Pada

tinjauan pustaka, tindakan segera/ kolaborasi pada KPD adalah mengkolaborasikan

dengan dokter untuk pemasangan infus, pemberian uterotonika dan pemberian

antibiotik.

Pada studi Ny “R” tindakan segera yang dilakukan adalah kolaborasi

dengan dokter dalam menangani persalinan dengan KPD yaitu pemasangan infus

RL 28 tetes per menit, pemasangan misoprostol 1/8 tab pervaginam, pemberian

antibiotic cefotaxime 1 gr/ IV dan memantau keadaan ibu dan janin sampai

persalinan berlangsung normal. Dalam kasus ini tidak ada perbedaan yang

ditemukan antara teori dan tindakan yang diberikan pada Ny “R” yang tetap

mengacu pada tindakan yang rasional sesuai kebutuhan klien.


133

E. Langkah V rencana tindakan

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosis kebidanan dan

masalah potensial yang akan terjadi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh

kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan

efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Pada studi

kasus Ny “R”, penulis merencanakan tindakan asuhan kebidanan berdasarkan

diagnosa/ masalah aktual dan masalah potensial yang akan terjadi, rencana tersebut

yaitu pemasangan infus RL 28 tetes per menit, pemasangan cytotec 1/8 tab

pervaginam, pemberian antibiotik cefotaxime 1 gr/ IV dan memantau keadaan ibu

dan janin sampai persalinan berlangsung normal. Dalam rencana tindakan asuhan

kebidanan pada kasus Ny “R”, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus

yang ada dilapangan.

F. Langkah VI pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan

Semua rencana telah dilaksanakan seluruhnya dengan menyesuaikan

kondisi, keadaan dan kebutuhan ibu, yang dilaksanakan pada tanggal 07 Juli 2017

di RSUD Syekh Yusuf Gowa. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan,

penulis tidak menemukan hambatan, karena adanya kerjasama dan penerimaan

yang baik dari klien dan keluarga serta dukungan, bimbingan dan asuhan dari

pembimbing dilahan praktek.

G. Langkah VII evaluasi hasil asuhan kebidanan

Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau memberi nilai

terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan kriteria yang diberikan


134

kepada Ny “R” di RSUD Syekh Yusuf Gowa tanggal 07 Juli 2017 yaitu pada kala

1 berlangsung tidak lebih dari 7 jam, keadaan ibu dan janin baik, dan tidak ada

komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi.

Selanjutnya yaitu kala II juga berlangsung normal tanpa ada penyulit, bayi

lahir spontan tanggal 07 Juli 2017, jam 21.15 wita, menangis kuat, bernapas tanpa

bantuan serta bergerak aktif. Pada kala III, tid ak ada penyulit dan berlangsung

normal, berlangsung ± 5 menit, kotiledon dan selaput ketuban lahir lengkap tanggal

07 Juli 2017, jam 21.20 wita, TFU setinggi pusat, perdarahan ± 150 cc, kontraksi

uterus baik (teraba keras dan bundar), serta keadaan ibu dan bayi baik. Terakhir

yaitu kala IV atau kala pengawasan, pada kala IV kontraksi uterus baik (teraba

keras dan bundar), jumlah perdarahan ± 200 cc, kandung kemih kosong dan

keadaan ibu dan bayi baik.

Maka dapat disimpulkan bahwa mulai dari kala I sampai dengan kala IV,

semuanya berlangsung normal, tidak ada komplikasi yang terjadi pada ibu maupun

janin. Hal tersebut terjadi karena manajemen asuhan yang diberikan sesuai dengan

teori dan sesuai dengan wewenang bidan.


134

BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan

praktek melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny “R”

dengan ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Syekh Yusuf Gowa tanggal 07 Juli

2017, maka pada bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran-saran.

A. Kesimpulan

1. Terdapat beberapa pengertian tentang KPD, jika dilihat dari pembukaan

serviks, maka KPD diartikan sebagai pecahnya ketuban sebelum inpartu

yaitu bila pembukaan serviks pada primipara kurang dari 3 cm dan pada

multipara kurang dari 5 cm (Sepduwiana, 2011 : 144). Sedangkan jika

dilihat dari kapan pecahnya ketuban, maka KPD dapat diartikan sebagai

pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu

jam belum dimulainya tanda persalinan (Aisyah dan Oktarina, 2012 : 1).

2. Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 07 Juli 2017, maka ditemukan

bahwa tidak ada penyulit bagi ibu maupun janin dan keadaan ibu dan janin

baik yang dilihat bahwa tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan

darah: 110/70 mmHg, nadi: 80x/ menit, pernapasan: 20x/ menit, S: 36,8◦C,

denyut jantung janin dengan frekuensi 126x/ menit. Ibu melahirkan pada

tanggal 07 Juli 2017 pukul 21.15 wita dengan berat bayi lahir 3000 gram,

134
135

panjang bayi lahir 48 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar

perut 31 cm.

3. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “R” mulai dari pengkajian

sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan karena adanya

kerjasama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan

dapat terlaksana dengan baik.

4. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari

proses manajemen kebidanan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa

saran antara lain:

1. Saran untuk bidan

a. Bidan dalam memberikan asuhan harus sesuai kewenangannya, untuk itu

manajemen asuhan kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang

membantu seorang bidan dalam memecahkan masalah klien dalam berbagai

situasi.

b. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, bidan harus selalu menerapkan prinsip-

prinsip pencegahan infeksi, guna mencegah terjadinya infeksi pada ibu, juga

perlindungan bagi diri sendiri.

c. Diharapkan seseorang bidan dalam melaksanakan tugasnya diperlukan adanya

disiplin waktu dalam memberikan asuhan kepada klien.


136

2. Saran untuk Rumah sakit

Sebaiknya pihak RSUD Syekh Yusuf Gowa, lebih meningkatkan mutu

pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD

secara optimal melalui penanganan yang cepat dan tepat.

3. Saran untuk institusi

Adapun saran untuk institusi yaitu:

a. Menyediakan tenaga pengajar yang professional yang dapat membimbing

mahasiswa dalam proses belajar mengajar.

b. Perlu peningkatan pembelajaran di laboratorium khususnya penanganan KPD

sehingga dapat melakukan suatu tindakan penanganan pada kasus tersebut

karena praktek laboratorium sangatlah bermanfaat dalam membina tenaga bidan

guna untuk menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan professional

4. Saran untuk klien

Adapun saran untuk klien yaitu:

a. Setiap ibu hamil harus segera datang ke petugas kesehatan bila didapati adanya

pengeluaran air yang banyak dari jalan lahir dengan bau amis/ bau khas

b. Diharapkan kepada ibu untuk segera ber KB

c. Perlunya dukungan dan keterlibatan suami atau anggota keluarga dalam masa

nifas merupakan interaksi terus-menerus yang bersifat saling mencintai,

pemenuhan keutuhan emosional dan saling membutuhkan


DAFTAR PUSTAKA

Agatha
danUtin.“HubunganUsiaKehamilandanParitasIbuBersalindenganKejadianKet
ubanPecahDini Pontianak.”JurnalVokasiKesehatan. Vol. II
No.1(Januari2016).http://ejournal.poltekkespontianak.ac.id/indeks.php/JVK/art
icle/download .(Diaksestanggal 10 Mei 2017)

Aisyah, SitidanOktarina,
Aini.“PerbedaanKejadianKetubanPecahDiniAntaraPrimiparadan
Multipara.”JurnalMidpro.Edisi 1 (2012).
http://journal.unisla.ac.id/pdf/19412012/1.%20perbedaan%20kejadian%20ketu
ban%20pecah.pdf (Diaksestanggal 05 Juni 2017)

Arifin, AnnisaZulfan, AsuhankeperawatanpadaNy Y dengan post


SectioCaesariaIndikasiKetubanPecahDiniDiruangMawar III RSUD Surakarta.
Surakarta :UniversitasMuhammadiyah Surakarta, 2015.

Asrinah, dkk.AsuhanKebidananMasaPersalinan. Yogyakarta :GrahaIlmu, 2010.

Baety, ApriliaNurul. Kehamilandanpersalinan.Yogyakarta :GrahaIlmu, 2012.

DinasKesehatanProvinsi Sulawesi Selatan.ProfilKesehatan Sulawesi Selatan


2014.Makassar: DinasKesehatanProvinsi Sulawesi Selatan, 2015.
http://http://depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI
NSI_2014/27_Sulawesi_Selatan_2014.pdf (Diaksestanggal 11 Mei 2017).

DinasKesehatanKabupatenGowa. ProfilKesehatanKabupatenGowa,
2014.http://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL KAB
KOTA 2014/7306 SulselKabGowa 2014.pdf (Diaksestanggal 11 Mei 2017).
Fadlun.AsuhanKebidananPatologis. Jakarta :SalembaMedika, 2011.

Feryanto, Achmad. AsuhanKebidananPatologis. Jakarta :SalembaMedika, 2011.

Gahwagi, Milad M. “Premature Rupture of Membranes Characteristics,


Determinants, and Outcomes of in Benghazi”.Journal of Obstetrics and
Gynecology (2015).http://www.scirp.org/journal/ojog.(Diaksestanggal 11 Mei
2017)

137
Heryani, Reni. Buku Ajar KonsepKebidanan.DKI Jakarta : CV Trans Info Media,
2011.

IriyantiBayu,dkk.AsuhanKehamilanBerbasisBukti. Jakarta :SagungSeto, 2014.

Jannah, Nurul. Buku Ajar AsuhanKebidanan-Kehamilan.Yogyakarta :CV Andi Offset,


2012.

Kementrian Agama RI. Al-Fattah Al-Qur’an 20 BarisdanTerjemahan 2


Muka.PenerbitWalidanMikrajKhazanahIlmu, 2013.

KementerianKesehatan Indonesia.ProfilKesehatan Indonesia 2015. Jakarta:


KementerianKesehatan Indonesia,
2015.http://depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatanindonesi
a/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf (Diaksestgl 2 Juni)

Kennedy, Betsy B dkk.ModulManajemenIntrapartum. Jakarta : EGC, 2013


Kuswanti, Ina dan Melina, Fitria.Askeb II Persalinan. Yogyakarta :PustakaPelajar.
Kosim, M Sholeh. “PemerikssanKekeruhan Air Ketuban” Jurnal Sari Pediatri, Vol.
11, No. 5, (Februari 2010). http://httpsaripediatri.idai.or.idpdfile11-5-12.pdf
(Diaksestanggal 6 Juni 2017).

Mangkuji, Betty. AsuhanKebidanan 7 Langkah SOAP.Jakarta : EGC, 2012.

Marmi, dkk,.AsuhanKebidananPatologi. Yogyakarta :PustakaPelajar, 2016.


Mishra, Seemadanjoshymamta.“Premature Rupture of Membrane- Risk Factors: A
Clinical Study”. Journal of Contemporary Medical Research Volume 4 | Issue
1 | January 2017 | ICV (2015): 77.83. http://www.ijcmr.com. (Diaksestanggal
11 Mei 2017)

Nugroho, Taufan. Obstetri.Jakarta : Medical Book, 2011.

Nurhayati.KonsepKebidanan. Jakarta :SalembaMedika, 2013.

PantiawatidanSaryono. AsuhanKebidanan I (kehamilan). Yogyakarta


:NuhaMedika, 2010.

Prawirohardjo, Sarwono. IlmuKebidanan. Jakarta


:BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo, 2014.

138
Pudiastuti, RatnaDwi. AsuhanKebidananPadaIbuBersalinPatologi. Yogyakarta
:NuhaMedika, 2012.

Purwoastuti, Th. Endang. KonsepKebidanan. Yogyakarta :PustakaBaru Press, 2015.

Rahmawati, En Nur. IlmuPraktisKebidanan. Jakarta : EGC, 2013.

Sepduwiana, Henny.”FaktorTerjadinya KPD padaIbuBersalin di RSUD


RokanHulu.”Jurnal Maternity and Neonatal.”Vol. 1 no. 3 (2011).http://e-
journal.upp.ac.id/index.php/akbd/article/download/1103/804(Diaksestanggal
06 Juni 2017).

Shihab, M.Quraish. Tafsir Al-Misbah. Jakarta :LenteraHati, 2002.

Soepardan, Suryani. KonsepKebidanan. Jakarta : EGC, 2008.

Sumarahdkk.PerawatanIbuBersalin. Yogyakarta :Fitramaya, 2011.

Nurasiah, Ai. AsuhanPersalinanNormal BagiBidan. Bandung : PT RefikaAditama,


2014.

Varney, Helen dkk, BukuSakuBidan, 2001. Varney’s pocket midwife , ed.


AlfrinaHany. Jakarta: EGC, 2002.

Yaze, IgusUlfadanDewi, Ratna.


“PenatalaksanaanKetubanPecahDinipadaPerempuanHamilUsia 37 Tahun.”
MedulaUnila. Vol. 4 no. 4 (Januari, 2016)
httpjukeunila.comwpcontentuploads201602Igus_2016_02_09_11_50_19_656p
df (Diaksestanggal 5 juni 2017).

Yulianti, Lia. AsuhanKebidananPatologiKebidadan. DKI Jakarta :CV Trans Info


Media, 2013.

Yulifah, RitadanSurachmindari.KonsepKebidanan. Jakarta Selatan :SalembaMedika,


2014.

139
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama :Sunarti
Nim : 70400114054
704001140
TTL : Takalar07 April 1996
Suku : Makassar
Agama : Islam
Alamat : DusunLantang
usunLantang 1, DesaLantang, Kec. Polongbangkeng Selatan, Kab.
Takalar
Nama orang tua :
Ayah : Syarifuddin
Ibu :Fatmawati
Fatmawati

B. RiwayatPendidikan
1. Tahun 2000-2007 SD Negeri15
Negeri Lantang
2. Tahun 2007-2010 SMP Negeri4
Negeri Takalar
3. Tahun 2010-2013 SMA Negeri 8 Takalar
4. Tahun 2014-2017
2017 UIN Alauddin Makassar

Anda mungkin juga menyukai