Anda di halaman 1dari 49

FAKTOR RISIKO PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING (MP) ASI

DINI PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS TARAKAN


MAKASSAR
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih gelar Sarjana

Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

Jumrian Jum

NIM: 70600118011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt., atas segala

rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga proposal ini dapat

terselesaikan. Proposal ini merupakan salah satu syarat tugas akhir semester mata

kuliah Bahasa Indonesia Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Salawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw., Nabi sebagai Rahmatan

Lil’alam beserta para sahabat.

Dalam proses penyelesaian proposal ini terdapat banyak hambatan dan

rintangan. Namun atas dukungan dari berbagai pihak yang terus memberikan

motivasi sehingga proposal penelitian ini bisa terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan. Namun semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian-

penelitian selanjutnya, di bidang Kedokteran khususnya terkait Gizi. Semoga kita

semua tetap dalam lindungan Allah Swt. Aamiin.

Makassar, 15 Desember 2019

Penyusun

Jumriani Jum
NIM : 70600118011

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................v

PENDAHULUAN ...................................................................................................6

A. Latar Belakang ................................................................................................ 6

B. Rumusan Masalah....................................................................................9

C. Kajian pustaka .......................................................................................10

D. Tujuan Penelitian ...................................................................................11

E. Manfaat Penelitian .................................................................................11

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................13

A. Makanan Pendamping ASI ....................................................................13

B. Pola Pemberian MP ASI ........................................................................14

1. Petunjuk Pemberian MP ASI ............................................................16

2. Persyaratan MP ASI..........................................................................16

3. Dampak MP ASI ...............................................................................17

C. Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif ......................................................................... 20

1. Definisi ASI Ekslusif ........................................................................20

2. Komposisi ASI Ekslusif....................................................................20

3. Manfaat ASI Ekslusif........................................................................23

D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi MP ASI........................................... 25

E. Kerangka Konsep ..................................................................................31

METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................36

A. Desain Penelitian .............................................. Error! Bookmark not defined.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 36

iii
C. Populasi dan Sampel ........................................ Error! Bookmark not defined.

D. Metode Pengumpulan Data ............................. Error! Bookmark not defined.

E. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian .............................. 37

F. Instrumen Pengumpulan Data..................................................................... 37

G. Analisis dan Pengolahan Data ...............................................................38

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................41

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan ASI dan fungsinya .......................................................... 20

Tabel 2. Manfaat ASI bagi bayi ....................................................................... 24

Tabel 3. Manfaat ASI bagi ibu ......................................................................... 24

Tabel 4. Manfaat ASI secara psikologis ......................................................... 25

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi “tiga pilar

utama” yaitu pemeliharaan kesehatan, gizi, dan stimulasi psikososial. Gizi

seimbang merupakan paduan zat-zat gizi yang tepat untuk memenuhi

kebutuhan tubuh manusia. Bagi bayi 0-6 bulan, ASI eksklusif (memberikan

hanya ASI saja) sudah memenuhi syarat sebagai gizi seimbang karena ASI

sudah lengkap zat gizinya bagi bayi 0-6 bulan. Bagi bayi usia 6 bulan lebih

maka untuk gizi seimbang harus diberikan makanan pendamping ASI. Bila

asupan zat gizi pada usia tersebut tidak tepat dan jumlahnya kurang,

pertumbuhannya akan terganggu yaitu anak tersebut akan kurus dan pendek

(Siswanto, 2010). ASI merupakan makanan pertama yang paling ideal secara

biologis dan fisiologis selama proses tumbuh kembang karena adanya faktor

protektif dan nutrien serta sesuai dengan kebutuhan bayi pada 6 bulan

pertama kehidupannya dimana kecepatan metabolime dan pertumbuhan

tertinggi terjadi pada masa ini (Nilakesuma, 2015).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa

persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun

seiring meningkatnya umur bayi dengan persentase terendah pada anak umur

6 bulan (30,2%). Adapun secara regional di Sulawesi Selatan yaitu 73,56%.

Meskipun persentasi tersebut diatas dari angka nasional, namun pemberian

ASI Ekslusif di Provinsi Sulawesi Selatan dinilai masih kurang karena belum

6
mencapai target nasional. Di Kota Makassar sendiri, sebagai ibu kota provinsi

masih berada di angka 79% dengan prevalensi masalah status gizi berada di

peringkat 10 tertinggi secara nasional.

Pemenuhan gizi merupakan hak dasar anak. Salah satu upaya untuk

meningkatkan kesehatan dan gizi anak adalah memberikan makanan yang

terbaik bagi anak usia dibawah 2 tahun. Untuk mencapai hal tersebut, Strategi

Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP ASI merekomendasikan pola

pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi dan anak 0-24 bulan

adalah: 1) Mulai menyusu dalam 1 jam setelah lahir; 2) Pemberian air susu

ibu (ASI) secara eksklusif sampai usia 6 bulan; 3) Memberikan makanan

pendamping ASI (MP ASI) mulai usia 6 bulan; 4) Meneruskan pemberian

ASI sampai usia 24 bulan atau lebih (Kemenkes, 2011). Penerapan pola

pemberian makan ini akan meningkatkan status gizi bayi dan anak serta

mempengaruhi derajat kesehatan selanjutnya. Namun demikian, saat ini

penerapan pola pemberian makan terbaik untuk bayi lahir sampai 2 (dua)

tahun tersebut belum dilaksanakan dengan baik khususnya dalam hal

pemberian ASI eksklusif (Aritonang, 2014).

Sebagaimana ajaran Islam tentang mempersiapkan dan menjadikan

keturunan-keturunannya agar menjadi generasi yang berkualitas, dapat

diwujudkan melalui pemberian nutrisi terbaik yaitu ASI yang dijelaskan

dalam QS Al-Baqarah/2: 233.

‫ضا َع َۚةَ َو َعلَى ۡٱل َم ۡولُو ِد لَ ۥه ُ ِر ۡزقُ ُه َّن َو ِك ۡس َوت ُ ُه َّن‬ ِ ‫ضعۡ نَ أ َ ۡو َٰلَدَه َُّن َح ۡولَ ۡي ِن ك‬
َّ ‫َاملَ ۡي ِۖ ِن ِل َم ۡن أ َ َرادَ أَن يُ ِت َّم‬
َ ‫ٱلر‬ ِ ‫۞و ۡٱل َٰ َو ِل َٰدَتُ ي ُۡر‬
َ

ِ ‫د لَّ ۥه ُ ِب َولَ ِد َۚ ِهۦ َو َعلَى ۡٱل َو ِار‬ٞ ‫ضا ٓ َّر َٰ َو ِلدَ ُۢة ُ ِب َولَ ِدهَا َو ََل َم ۡولُو‬
‫ث ِم ۡث ُل َٰذَل َِۗكَ فَإ ِ ۡن‬ َ ُ ‫س ِإ ََّل ُو ۡس َع َه َۚا ََل ت‬
ٌ ‫ف ن َۡف‬ ِ َۚ ‫ِب ۡٱل َمعۡ ُر‬
ُ َّ‫وف ََل ت ُ َكل‬

7
‫ضعُ ٓواْ أ َ ۡو َٰلَدَ ُك ۡم فَ ََل ُجنَا َح َعلَ ۡي ُك ۡم إِذَا‬
ِ ‫َاو ٖر فَ ََل ُجنَا َح َعلَ ۡي ِه َم َۗا َوإِ ۡن أ َ َردت ُّ ۡم أَن ت َۡست َۡر‬
ُ ‫اض ِم ۡن ُه َما َوتَش‬ َ ِ‫أ َ َرادَا ف‬
ٖ ‫ص ااَل َعن ت ََر‬

‫ير‬ٞ ‫ص‬ َّ ‫ٱعلَ ُم ٓواْ أ َ َّن‬


ِ ‫ٱَّللَ ِب َما ت َعۡ َملُونَ َب‬ ِ َۗ ‫سلَّ ۡمتُم َّما ٓ َءات َۡيتُم ِب ۡٱل َمعۡ ُر‬
َّ ْ‫وف َوٱتَّقُوا‬
ۡ ‫ٱَّللَ َو‬ َ

Terjemahnya :

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada
dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Ayat diatas menerangkan bahwa Al-Qur’an sejak dini telah

menggariskan bahwa air susu ibu, baik ibu kandung maupun bukan adalah

makanan terbaik untuk bayi hingga usia dua tahun dan merupakan perintah,

bukanlah sebuah kewajiban. Namun, hal tersebut merupakan suatu anjuran

yang sangat ditekankan, seakan-akan ia adalah perintah wajib (Shihab, 2016).

Ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung perintah menyusui bayi

dengan ASI adalah ayat-ayat rada’ah (menyusui) dan fisál (masa penyapihan)

yang disebutkan sebanyak 14 kali dengan berbagai derivasinya, antara lain:

QS al-Baqarah/2: 233, an-Nisa/4 : 23, al-Qasas/28: 7, at-Talaq/65: 6,

Luqman/31: 14, dan al-Ahqaf/46 : 15. Dilihat dari aspek hukumnya, perintah

menyusukan anak dengan ASI ini dapat kita simpulkan bahwa ajaran Islam

sangat menekankan arti penting pemberian ASI bagi anak karena menjadi

8
kewajiban dan hak seorang ibu, disamping menjadi hak anak (Kemenag,

2015).

Makanan Pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan atau minuman

yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan

guna memenuhi kebutuhan zat gizi selain dari ASI. Praktek pemberian MP

ASI yang baik dan tepat sangat penting untuk kelangsungan hidup,

pertumbuhan, perkembangan, kesehatan dan gizi bayi dan anak. Jika anak

usia 6-24 bulan tidak mendapat MP ASI yang cukup baik dari segi kuantitas

maupun kualitas, maka akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan

kurang gizi (Kemenkes, 2011).

Dalam pemberian makanan bayi perlu diperhatikan ketepatan waktu

pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya.

Kebiasaan pemberian makanan bayi yang tidak tepat, salah satunya adalah

pemberian makanan terlalu dini atau pemberian makan pada bayi usia kurang

dari 6 bulan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian

mengenai faktor risiko pemberian MP ASI dini pada bayi 0-6 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Tarakan Makasar yang merupakan salah-satu

daerah yang mengalami masalah gizi.

9
B. Rumusan Masalah

1. Apakah faktor risiko pemberian MP ASI dini pada bayi 0-6 bulan di

Puskesmas Tarakan Makasar tahun 2020?

2. Apakah terdapat hubungan antara jenis pekerjaan orangtua, dukungan

tenaga kesehatan, pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu terhadap

faktor risiko pemberian MP ASI dini pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas

Tarakan Makasar tahun 2020?

3. Bagaimana kajian Islam terkait pemberian MP ASI dini?

C. Kajian pustaka

a. Sunarti,dkk dengan judul Faktor Risiko Pemberian MP ASI Dini pada

Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Puskesmas Lendah II Kulon Progo Tahun

2017. Hasil penelitian ini adalah pekerjaan, dukungan tenaga kesehatan,

dukungan keluarga, dan pengetahuan ibu merupakan faktor risiko

pemberian MP ASI dini bayi 0-6 bulan di wilayah Puskesmas Lendah II.

Oleh karena itu perlu ditingkatkan dukungan dan edukasi untuk ibu

menyusui supaya tidak memberikan MP ASI dini.

b. Heryanto, dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Tahun 2017. Berdasarkan

hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pemberian MP ASI dini dengan pengetahuan, kecukupan asi, dan

dukungan keluarga di Desa Negeri Agung Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Buay Sandang Aji Kabupaten Oku Selatan.

10
c. Kumalasari, dkk dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Tahun 2015. BERdasarkan

hasil penelitiannya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan pemberian MP-ASI dini, terdapat hubungan yang

signifikan antara aktivitas dengan pemberian MP-ASI dini, terdapat

hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pemberian MP-ASI

dini, tidak ada hubungan yang signifikan antara mitos dengan pemberian

MP-ASI dini, dan terdapat hubungan yang signifikan antara anjuran

petugas kesehatan dengan pemberian MP-ASI dini.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi pemberian MP ASI

dini pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tarakan Makasar

tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

Memperoleh informasi tentang faktor risiko yang mempengaruhi

pemberian MP ASI dini pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Tarakan

Makasar tahun 2020 melalui pengukuran antropometrik berdasarkan

standar WHO-NHCS

11
E. Manfaat Penelitian

1. Teoretis

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah dan

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang faktor risiko pemberian MP

ASI dini pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tarakan

Makasar.

2. Praktis

a. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan bagi

instansi pemerintahan terkait dalam membuat suatu kebijakan dalam

upaya perbaikan gizi anak dan mencapai SDGs tahun 2030.

b. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya khazanah

ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) serta dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya.

c. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi media edukasi dan

promosi bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan anak

dinilai dari status gizi , penyakit infeksi, serta indikator lainnya.

d. Dari hasil penelitian ini, diharapkan sebagai acuan petugas untuk

meningkatkan dukungan pemberian ASI eksklusif supaya tidak MP

ASI dini.

e. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman dan pembelajaran yang

sangat berharga dalam rangka peningkatan wawasan dan pengetahuan

khususnya dalam bidang penelitian.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada

bayi/anakdisamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI).

MP-ASI inidiberikan pada anak berumur 6 bulan sampai 24 bulan, karena

pada masa itu produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI

tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat

sehingga pemberian dalam bentuk makanan pelengkap sangat dianjurkan

(WHO).

Sesudah bayi berumur 6 bulan secara berangsur perlu makanan

pendamping berupa sari buah, atau buah-buahan, nasi tim, makanan lunak

dan akhirnya makanan lembek. Adapun tujuan pemberian makanan

pendamping adalah (Depkes RI)

1. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang

2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam

makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.

3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

Selain itu menurut Muchtadi (2004), makanan pendamping

untuk bayisebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: nilai energi

dan kandungan proteinnya cukup tinggi, dapat diterima dengan baik,

harganya relatif murah, dan dapat diproduksi dari bahan-bahan yang

tersedia secara lokal. Makanan pendamping bagi bayi hendaknya bersifat

padat gizi, dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna

13
sedikit mungkin. Sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan

mengganggu pencernaan.

Pada usia enam bulan, pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian

makananpendamping ASI harus setelah usia enam bulan, karena jika

diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami

gangguan pencernaan atau bisa diare. Sebaliknya bila makanan pendamping

diberikan terlambat akan mengakibatkan anak kurang gizi bila terjadi dalam

waktu panjang (Depkes)

Untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan

status gizi dan pelembagaan keluarga sadar gizi, dilakukan sosialisasi

makanan pendamping air susu ibu dari bahan lokal. Kegiatan ini juga

dimaksudkan untuk meningkatkan penganekaragaman konsumsi. Untuk

mencari praktis, biasanya ibu-ibu langsung membeli bahan makanan

pendamping di toko. Tidak salah memang, tetapi sebenarnya di

sekitar kita banyak bahan makanan lokal yang bisa dikelola (Sartono,

2006).

B. Pola Pemberian Makanan Pada Bayi

Tahun pertama, khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang

sangat kriti dalam kehidupan bayi. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang

berlangsung dengan cepat, tetapi juga pembentukan psikomotor dan

akulturasi terjadi dengan cepat. ASI harus merupakan makanan utama

pada masa ini. Biasanya makanan tambahan terhadap ASI diperlukan

14
pada tri semester kedua untuk mempertahankan pertumbuhan anak pada

kecepatan yang sama, umumnya ini berarti antara umur empat sampai

enam bulan. Memperkenalkan makanan tambahan pada umur empat sampai

enam bulan ini disebabkan karena alasan psikologis dan psikososial.

ASI harus merupakan makanan satu-satunya (eksklusif) untuk

bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Makanan tambahan pertama

diberikan adalah terutama untuk memberikan tambahan energi serta untuk

memulai proses pendidikan atau akulturasi. Kemudian akan terdapat

kebutuhan makanan tambahan yang meningkatkan agar campuran ASI dan

makanan tersebut dapat memberikan energi dan protein yan diperlukan

anak. Pada suatu saat makanan tambahan secara keseluruhan

menggantikan peran ASI, dalam hal ini berarti si bayi disapih atau tidak

menyusui lagi pada ibunya sebaiknya hal ini dilakukan bila bayi telah

berumur dua tahun.

Selama proses penyapihan tersebut, makanan tambahan yang

diberikan harus mengandung nilai kalori dan kadar protein yang cukup

tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh

bayi Pada masa kini makanan tambahan untuk bayi tersebut banyak

diproduksi oleh industri dan mudah diperoleh di pasaran. Namun apabila

terdapat masalah ekonomi untuk memperoleh produk tersebut, makanan

orang dewasa yang terdiri dari serealia, umbi-umbian dan kacang- kacangan

serta sayuran dan buah-buahan dapat diformulasikan sedemikian rupa

sehingga dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi.

15
1. Petunjuk Untuk Pemberian Makanan Tambahan

ASI dapat mencukupi sebagian besar bayi sampai berumur empat

atau enam bulan. Sebagian bayi dapat tumbuh dengan memuaskan

sampai berumur enam bulan atau lebih dengan hanya diberi ASI.

Sebagia lagi mungkin memerlukan lebih banyak energi dan zat-zat gizi

lain daripada yang terdapat dalam ASI,dengan memberikan tanda-tanda

kelaparan atau pertambahan berat badan yang lambat pada umur 4 bulan

atau kurang.

Tetapi tidak bijaksana untuk memberikan makanan tambahan

kepada anak pada umur kurang dari empat bulan, karena adanya risiko

kontaminasi yang sangat tinggi. Dengan memberikan makanan tambahan

juga akan mengurangi produksi ASI karena si anak menjadi jarang

menyusui.

Tujuan pemberian makanan tambahan ini adalah sebagai

komplemen terhadap ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein

dan zat-zat gizi lain (vitamin dan mineral) untuk tumbuh dan

berkembang secara normal. Adalah penting untuk diperhatikan agar

pemberian ASI dilanjutkan terus selama mungkin, karena ASI

memberikan energi dan protein yang bermutu tinggi, disamping

terjadinya kontak yang terus menerus antara ibu dengan bayinya.

16
2. Persyaratan Makanan Tambahan

Makanan tambahan untuk bayi sebaiknya memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Nilai energi dan kandungan proteinnya tinggi

b. Memiliki suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan

mineral dalam jumlah yang cukup

c. Dapat diterima dengan baik

d. Harganya relatif murah

e. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara

lokal.

Makanan tambahan bagi bayi seharusnya menghasilkan energi

setinggi mungkin, sekurang-kurangnya mengandung 360 kkal per 100

gram bahan. Makanan tambahan bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi,

dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna

seminimal mungkin, sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya

akan mengganggu pencernaan.

3. Dampak MP ASI Dini

a. Gangguan Penyusuan

Pemberhentian penyusuan diakibatkan makanan yang diberikan

menggantikan ASI

b. Beban ginjal yang berlebihan dan hyperosmolitas

Makanan padat, baik yang dibuat endiri di pabrik, cenderung

17
untuk mengandung kadar natrium klorida (NaCl) tinggi yang akan

menambah beban ginjal.Beban tersebut masih ditambah oleh makanan

tambahan yang mengandung daging.

Bayi-bayi yang mendapat makanan padat pada umur yang dini,

mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi-bayi

yang 100% mendapat air susu ibu dan karena itu mudah mendapat

hyperosmolitas dehidrasi. Hyperosmolitas penyebab haus yang

belebihan. Meskipun hubungan antara penggunaan natrium klorida

(NaCl) dan tingkat tekanan darah belum dibuktikan pada masa bayi,

tetapi pengamatan epidemiologis dan data eksperimen pada tikus

menyatakan bahwa penggunaan garam pada umur dini dapat

dihubungkan dengan perkembangan tekanan darah tinggi yang timbul.

c. Alergi terhadap makanan

Belum matangnya sistem kekebalan dari susu pada umur yang

dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan

pada masa kanak-kanak.Alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak

7,5% dan telah diingatkan, bahwa alergi terhadap makanan lainnya,

seperti jeruk, tomat, ikan, telur dan realia, bahkan mungkin

lebih sering terjadi. Air susu ibu kadang-kadang dapat

menularkan penyebab-penyebab alergi dalam jumlah yang cukup

banyak untuk menyebabkan gejala-gejala klinis, tetapi pemberian

susu sapi atau makanan tambahan yang dini menambah terjadinya

alergi terhadap makanan.

18
Nutrisi yang diperoleh dari makanan memiliki peranan yang sangat

fundamental dalam menentukan derajat kesehatan seorang anak dalam

masa aktif pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam Al-Qur’an

dijelaskan tentang bahan-bahan makanan yang Allah swt memberikan

hasil bumi untuk menunjang kelangsungan hidup manusia.

َ‫ض ۡٱل َم ۡيتَةُ أ َ ۡحيَ ۡي َٰنَ َها َوأ َ ۡخ َر ۡجنَا ِم ۡن َها َحبا فَ ِم ۡنهُ يَ ۡأ ُكلُون‬
ُ ‫ة لَّ ُه ُم ۡٱۡل َ ۡر‬ٞ َ‫َو َءاي‬

Terjemahnya :

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi

yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-

bijian, Maka daripadanya mereka makan” (QS. Yaasin/36:33)

َ‫ٱَّللُ ٱلَّذِي َج َع َل لَ ُك ُم ۡٱۡل َ ۡن َٰ َع َم ِلت َۡر َكبُواْ ِم ۡن َها َو ِم ۡن َها ت َۡأ ُكلُون‬
َّ

Terjemahnya:

”Allahlah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya

untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan” (QS.

Ghafir/40:79)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah swt dengan kuasanya

menurunkan hujan dan mengubah tanah yang tandus menjadi subur dan

daripadanya menghasilkan hasil bumi berupa makanan dari tumbuh-

tumbuhan dan hewan ternak untuk dikonsumsi oleh manusia dalam

menjalankan fungsi biologis serta menjalankan tugasnya sebagai khalifah

dimuka bumi (Rahmiati, 2011).

19
Gizi dan asupan makanan dalam hal ini mempunyai peranan yang

besar dalam membina dan mempertahankan kesehatan seseorang. Dalam

QS Abasa/80: 24 bahkan ditemukan perintah yang sangat jelas agar,

“Hendaklah manusia memperhatikan makanannya”. Perintah makan yang

ada dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 27 kali, dan selalu menekankan

salah satu dari dua sifat halal (boleh) dan tayyib (baik), terutama sejak

masa awal-awal kehidupan (pasca kelahiran), yakni ASI yang memiliki

sifat halal dan tayyib bukan hanya bagi bayi itu sendiri, tetapi juga sang

ibu yang menyusuinya (Kemenag, 2015).

C. Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif

1. Definisi ASI Ekslusif

Menurut PP No. 33 Tahun 2012, Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu

emulsi lemak dalam suatu protein, laktosa, dan garam-garam anorganik

yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang diberikan kepada bayi

sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan atau 180 hari setelah dilahirkan,

tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman

lain. Hal ini sesuai dengan rekomendasi WHO dan mulai diterapkan di

Indonesia pada tahun 2003 dari rekomendasi 4 bulan menjadi 6 bulan

(Kemenkes, 2014).

20
2. Komposisi ASI Ekslusif

ASI mengandung beberapa faktor seperti immunoglobulin,

limfosit-T, enzim-enzim seperti lisozim, fagosit yang tidak ditemukan

pada jenis susu lain. Terutama colostrum, warna kuning pada colostrum

akibat kadar α-karoten, β-karoten, β-crytoxantin, lutein, dan xeaxantin

tinggi yang merupakan precursor vitamin A yang dibutuhkan untuk

maturasi dan perkembangan retina yang 10 kali lebih tinggi dari susu

matur (0,34 hingga 7,57 mg/liter berbanding 0,1 hingga 0,3 mg/liter).

Selain itu, liquid gold tersebut kaya akan protein, vitamin larut lemak,

mineral, dan IgA serta laktosa yang berfungsi untuk mencegah bayi dari

keadaan hipoglikemia (Motee, 2014).

Adapun kandungan spesifik ASI beserta fungsinya, pada tabel

berikut:

Tabel 1. Kandungan ASI dan fungsinya (Kliegman dkk, 2011)

Kandungan Fungsi
Immunoglobulin A Sebagai barrier imunitas dengan target antigen
(IgA) spesifik
Laktoferin Sebagai imunomudulator, Fe chelation, agen anti
microbial, anti adhesive, dan membantu
perkembangan intestinal.
α-kasein Anti adhesif
Oligosakarida Mencegah invasi bakteri
Sitokin Sebagai agen anti inflamasi, dan memiliki fungsi
barrier epithelial
Growth Factor
- Epidermal Growth Merepair intestinal, surveilans luminal

21
Factor Menstimulasi pertumbuhan sel epitel (TGF-β)
- Transformiing
Growth Factor Mensupresi fungsi limfosit (TGF-β)
Nerve growth factor Membantu perkembangan neuron
Enzim
Platelet-activating Memblok aktivasi dari platelet activating factor
factor-
acetylhydrolase
Mencegah oksidasi lipid
- Glutation
peroxidase
Nukleotida Meningkatkan respon antibodi

Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu,

hal tersebut dipengaruhi oleh faktor ibu dan bayi itu sendiri, antara lain berat

lahir, kekuatan isapan, usia gestasional saat lahir, dan penyakit pada bayi.

Adapun faktor ibu yaitu umur, ras, paritas, stress, perilaku kesehatan seperti

konsumsi alkohol dan merokok, penggunaan kontrasepsi dan status gizi

yang dapat menginhibisi sekresi oksitosin, laktogenesis, dan refleks ejeksi

susu (NAP,2001).

1) Karbohidrat

6,9 - 7,2% karbohidrat terdapat dalam bentuk laktosa yang

berfungsi sebagai salah-satu sumber energi bagi otak. Didalam usus

halus laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim

laktase yang belum diproduksi secara optimum oleh bayi namun

terdapat dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar dan

difermentasi oleh flora usus yaitu laktobasili yang akan menciptakan

keadaan asam dalam usus yang akan menekan pertumbuhan

mikroorganisme patogen dan meningkatkan absorbsi kalsium dan

22
fosfor untuk mempertahankan bifidus dalam usus dan mempercepat

pengeluaran kolostrum sebagai antibody (IDAI, 2010).

2) Protein

Kandungan protein ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein

30% dengan variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10 pada hari

keempat sampai sepuluh setelah melahirkan, 60:40 pada ASI matur

(hari ke-11 sampai 240) dan 50:50 setelah hari ke-240. Protein kasein

adalah fosfoprotein yang hanya terdapat pada ASI. Molekul kasein ini

kemudian membentuk ikatan dengan kalsium, fosfat, dan magnesium

yang akan membentuk misel. Adapun protein whey seperti α-

laktalbumin dan laktoferin kemudian disekresikan ke kelenjar

mammae, dan protein lainnya seperti serum albumin dan beberapa

enzim bioaktif dan hormone ditranspor dari plasma ke dalam susu

serta IgA yang diproduksi oleh sel plasma kelenjar mammae melalui

reseptor spesifik. Protein whey juga tahan terhadap suasana asam dan

lebih mudah diserap sehingga akan mempercepat pengosongan

lambung. Selain itu, protein whey mempunyai fraksi asam amino

fenilalanin, tirosin, dan metionin dalam jumlah lebih rendah dibanding

kasein, tetapi dengan kadar taurin yang lebih tinggi (Verd, 2018).

3) Lemak

Kurang lebih 50% energi yang terkandung pada ASI berasal dari

lemak, atau sekitar 40 g/L. lemak dalam ASI ada dalam bentuk butiran

lemak yang adsorbsinya ditingkatkan oleh BSSL (bile salt-stimulated

23
lipose). Asam lemak yang terkandung dalam ASI kaya akan asam

palmitat, asam oleat, asam linoleat, dan asam α-linoleat. Trigliserida

adalah bentuk lemak yang utama pada ASI, dengan kandungan 97%-

98% dan sangat kaya akan asam lemak esensial yaitu asam linoleat 8-

17% dan asam α-linoleat 0,5-1,0% dan derivatnya yaitu asam

arakidonat (AA) 0,5-0,7% dan asam dokosaheksanoat (DHA) 0,2-

0,5% yang berperan dalam regulasi pertumbuhan, respon inflamasi,

fungsi imunitas, dan perkembangan kognitif dan system motorik pada

bayi (Martin, 2016).

3. Manfaat ASI Ekslusif

ASI adalah makanan yang sempurna, natural, dan memiliki fungsi

proteksi terhadap bayi sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan

morbiditas yang merupakan salah-satu indikator pencapaian SDGs. ASI

dapat mencegah dari berbagai penyakit infeksi dan keadaan patologis

lainnya seperti bacteremia, diare, infeksi saluran pernafasan, necrotizing

enterocolitis, otitis media, infeksi saluran kemih, DM Tipe-1 dan Tipe-2,

leukemia, serta malnutrisi (AAP, 2012 dan Seidu, 2013).

24
Adapun kajian mengenai manfaat ASI bagi bayi dari beberapa

penelitian sebelumnya dijelaskan dalam tabel berikut

Tabel 2. Manfaat ASI bagi bayi (Motee, 2014)

i. Dermatitis Atopi
Beberapa studi telah menjelaskan bahwa ASI memiliki efek
proteksi terhadap kejadian dermatitis atopi. Pada penelitian Ghaderi
dan Makhmalbal, menyatakan bahwa bayi dengan pemberian nutrisi
formula susu sapi atau soya memiliki insidensi dermatitis atopi
yang lebih tinggi.
ii. Otitis Media Akut
Otitis Media merupakan salah-satu penyakit infeksi yang umum
pada bayi dan anak sebagai komplikasi dari infeksi saluran nafas.
Adapun ASI yang mengandung immunoglobulin (IgA) dan
laktoferin sebagai barrier imunitas pasif.
iii. DM Tipe-1
Beberapa studi memperlihatkan adanya korelasi positif antara
pemberian ASI dengan kejadian DM Tipe-1. Selain karena ASI
mengandung IgA, pemberian susu sapi juga memiliki efek
diabetogen dimana α-lactoglobulin yang merupakan protein spesifik
pada susu sapi menyebabkan defek pada sstem imun.

Selain untuk bayi, manfaat pemberian ASI Ekslusif juga

dirasakan oleh sang ibu yaitu meminimalisir perdarahan postpartum dan

mempercepat involusi uterus, menjarangkan kehamilan (amenorrhea

lactation), membantu mengembalikan berat badan sebelum hamil,

meningkatkan ikatan psikologis antara ibu dan anak, mencegah

osteoporosis, dan menurunkan risiko kanker ovarium dan kanker

payudara. Selain itu juga memberikan dampak positif secara

sosialekonomi bagi keluarga (Motee, 2014).

25
Tabel 3. Manfaat ASI bagi ibu (Motee, 2014)

a. Membentuk ikatan emosional antara ibu dan bayi


Pelepasan oksitosin yang menstimulasi kontraksi uterus dan ejeksi
ASI dan memperbaiki emosi dan perilaku ibu dan bonding antara
ibu dan bayi.
b. Menurunkan risiko kanker payudara
Berdasarkan penelitian Bernier,dkk terdapat penurunan risiko secara
signifikan untuk terjadinya kanker payudara dibandingkan dengan
ibu yang tidak menyusui.
c. Meminimalisir perdarahan postpartum
Banyak studi yang menjelaskan bahwa efek peningkatan oksitosin
membantu pelepasan plasenta, meningkatkan kontrasi serta involusi
uterus, dan adanya efek amenore laktasi menyebabkan pengeluaran
darah menstruasi lebih sedikit selama beberapa bulan postpartum
d. Mencegah osteoporosis
Berdasarkan La Leche League International, menyusui dapat
mencegah osteoporosis dan fraktur hip dikemudian hari.

Begitu banyak manfaat ASI untuk ibu dan juga bayi. Diantara

keistimewaan ASI, yang oleh Harun Yahya disebut sebagai “cairan ajaib”

yang diuraikan kedalam 10 poin yang telah dimuat dan dijelaskan

sebelumnya. Adapun manfaat ASI secara psikologis baik bagi bayi maupun

ibu, antara lain:

Tabel 4. Manfaat ASI Secara Psikologis (Kemenag, 2015)

a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui


Bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi
untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying
terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormone terutama
oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
b. Interaksi ibu dan bayi
Pertumbuhan dan perkembangan psikologis bayi tergantung pada
kesatuan ibu dan bayi tersebut.

26
c. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi
Ikatan kasih saying ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan
seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman
dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan
mendengarkan denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi
masih dalam rahim.
d. Meningkatkan IQ
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki poin 4,3 poin lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 poin
lebih tinggi pada usia 8,5 tahun dibandingkan dengan bayi yang
tidak diberi ASI

D. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP ASI

1. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap suatu objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-

beda (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil

mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah

dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah

orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu

(Mubarok, 2009).

27
Sejalan dengan hasil penelitian Kumalasari, dkk (2015) tentang

faktorfaktor yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping

ASI dini di wilayah binaan Puskesmas Sidomulyo Pekan Baru didapatkan

hasil bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori “tidak

baik” memiliki risiko sebesar 2,425 kali untuk memberikan MP-ASI dini

pada bayi usia.

Dalam penelitian Heryanto (2017) menunjukkan adanya hubungan

yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI, dimana

ibu dengan pengetahuan yang baik cenderung tidak memberikan MP-ASI

dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang. Responden

dengan pengetahuan baik, sudah memahami bahwa bayi di bawah umur 6

bulan belum boleh diberikan makanan lain selain ASI dikarenakan

pencernaannya belum siap. Semakin baik pengetahuan responden maka

cenderung untuk tidak memberikan MP ASI dini. Namun dalam penelitian

ini ditemukan juga responden dengan pengetahuan baik yang memberikan

MPASI dini kepada bayinya. Dalam hal ini pengetahuan yang didapat

responden hanya sebatas tahu tentang MP-ASI dini, tetapi tidak

dipraktikkan dalam tindakan nyata. Ini banyak terjadi pada responden

dengan usia muda yang belum mempunyai banyak pengalaman dalam

merawat bayi. Meskipun mereka tahu tentang MP-ASI dini, namun dalam

tindakan masih dipengaruhi orang tua yang dianggap lebih berpengalaman.

28
2. Kecukupan ASI

Produksi ASI adalah proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai

atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan

tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi

sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air

Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex,

dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior

untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabut

otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat

mengalir secara lancer (Roesli, 2012).

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat

ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari

pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dan

jumlah akan terus bertambah sehingga mencapai 400-450 ml pada waktu

mencapai usia minggu kedua. Dalam keadaan produksi ASI telah normal

volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama

pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit (Hubertin,

2014).

Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui

paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada

malam hari, minimal 8 kali per hari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh

29
seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi

ASI akan berkurang (Arifin, 2011).

Sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sulastri

(2014) di Kelurahan Sine Sragen dimana dari 80 responden terdapat 2,5%

pemberian MP-ASI tepat waktu dan 97,5% pemberian MP-ASI dini. Hal

ini menunjukkan bahwa produksi ASI mempengaruhi pemberian MP-ASI

dini pada bayi.

Dalam penelitian Heryanto (2017) masih ditemukan responden

dengan kecukupan ASI cukup, namun sudah memberikan MP-ASI dini

kepada bayinya. Hal ini disebabkan karena ibu melakukan persalinan

dibantu oleh dukun bayi. Penolong persalinan non-nakes (seperti dukun

beranak) menganjurkan memberikan makana lain selain ASI berupa madu

dan pisang.

3. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap orang lain dan kegiatan

yang dilakukan orang tua bersifat menghasilkan uang sehingga pendapatan

keluarga dapat memadai kebutuhan anak guna pertumbuhan dan

perkembangan anak (Irawati, 2014).

Sejalannya dengan arus modernisasi saat ini dimana partisipasi

angkatan kerja wanita, baik di sektor formal maupun informal cenderung

meningkat, hal tersebut yang menjadikan salah satu kendala bagi ibu-ibu

untuk memberikan ASI eksklusif. Turut sertanya ibu dalam mencari

30
nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, khususnya ibu

yang masih menyusui menyebabkan bayinya tidak dapat disusui dengan

baik dan teratur. Hal yang membuat ibu memberhentikan pemberian ASI

eksklusif adalah singkatnya masa cuti hamil/melahirkan yang

mengharuskan ibu kembali bekerja sehingga mengganggu upaya

pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. Bagi ibu yang sering keluar

rumah baik dikarenakan bekerja ataupun karena kegiatan sosial

menjadikan ibu lebih sering memberikan susu formula dibandingkan

memberikan ASI (Mulyaningsih, 2010).

Dari hasil penelitian Pernanda (2010) tentang hubungan pekerjaan

dengan MP-ASI dini, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara

pekerjaan dengan pemberian MP-ASI dini dimana proporsi ibu-ibu yang

bekerja sebesar (40.2%) memiliki proporsi MP-ASI dini lebih tinggi

dibandingkan proporsi ibu-ibu yang tidak bekerja (50,9%) dengan nilai p <

0,05.

4. Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan isntrumental dan dukungan emosional.

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai sebuah

keluarga diseminator atau penyebar informasi tentang semua informasi

yang ada dalam kehidupan. Keluarga berfungsi sebagai pencari informasi

yang berhubungan dengan masalah menyusui dari tenaga kesehatan, dan

melakukan konsultasi, serta mencari informasi dari media cetak maupun

31
sumber lain yang mendukung. Dukungan penilaian adalah jenis dukungan

dimana keluarga bertindak sebagai pembimbing dan bimbingan umpan

balik, memecahkan masalah dan sebagai sumber validator identitas

anggota dalam keluarga. Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan

dimana keluarga sebagai sebuah sumber petolongan praktis dan kongkrit

untuk menyelesaikan masalah, dan dukungan emosional adalah bentuk

dukungan dimana keluarga sebagai sebuah tempat pemulihan yang aman

dan damai untuk beristirahat dan membantu secara psikologis untuk

menstabilkan emosi dan mengendalikan diri. Salah satu bentuknya adalah

melalui pemberian motivasi dan sebagai fasilitator serta mendengarkan

seluruh keluhan-keluhan anggota keluarga atau ibu terhadap masalah yang

sedang dihadapinya (Firedman, 2010).

5. Mitos

Pengetahuan para ibu juga dipengaruhi oleh sumber informasi yang

ibu dapatkan dari budaya, mitos dan media massa. Ibu menyatakan bahwa

penyebab pemberian MP-ASI dini pada bayi mereka dikarenakan adanya

kebiasaan ibu dalam memberikan MP-ASI turun temurun dari orang

tuanya seperti pemberian bubur nasi dan bubur pisang pada saat upacara

bayi (aqiqah) yang telah mencapai usia tiga bulanan. Tidak hanya itu saja,

ibu menyatakan juga tertarik akan iklan susu formula yang sekarang ini

sedang gencar- gencarnya dilakukan oleh produsen susu. Iklan tentang

susu yang sering tampil di televisi yang menjadi faktor utama

memperkenalkan ibu pada produk susu sehingga ibu terpengaruh dan

32
memiliki sikap bahwa susu formula juga baik untuk bayi (Ginting,

Sekawarna & Sukandar, 2013)

6. Anjuran Petugas Kesehatan

Tidak hanya status pekerjaan, dukungan petugas kesehatan dan

gencarnya pemberian susu formula juga menyebabkan terjadinya

penurunan jumlah ASI eksklusif. Petugas kesehatan saat ini mulai banyak

yang melakukan pemberian susu formula dan produk bayi lainnya tanpa

berdasarkan indikasi medis hanya berdasarkan pada keuntungan finansial

(Nauli, 2012). Sikap petugas kesehatan yang mendukung pemberian MP-

ASI dini pada bayi menimbulkan motivasi dan minat ibu untuk

memberikan susu formula kepada bayinya. Faktor petugas kesehatan

adalah kualitas petugas kesehatan yang akhirnya menyebabkan ibu

memilih untuk memberikan makanan tambahan pada bayi atau tidak.

Petugas kesehatan sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak

memberi makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan

(Nauli, 2012).

33
E. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


Pentingnya ASI Ekslusif pada pemberian MP-ASI :
bayi 0-6 bulan Makanan
Pengetahuan Ibu
Pendamping
 Definisi ASI Ekslusif Pekerjaan
 Komposisi ASI (MP) ASI Dini Dukungan Keluarga
Ekslusif Mitos
 Manfaat ASI Ekslusif Anjuran Petugas Kesehatan

Petunjuk Pemberian
MP-ASI

Persyaratan
MP- ASI

Dampak

MP-ASI

Hipotesis

Terdapat hubungan antara pemberian Makanan Pendamping (MP) ASI dini pada
bayi 0-6 bulan dengan fakor risiko seperti pengetahuan ibu, pekerjaan orang tua,
dukungan keluarga dan tenaga kesehatan.

34
F. Kerangka Konsep

Kerangka pikir dipengaruhi oleh factor risiko pemberian MP ASI dini

pada bayi dan melihat beberapa faktor yang mungkin berpengaruh seperti

pengetahuan ibu, jenis pekerjaan orangtua, dukungan keluarga kecukupan asi,

mitos dan tenaga kesehatan.

Faktor Orangtua Faktor lain


Pengetahuan Ibu Mitos Faktor
Pekerjaan Orangtua Tenaga kesehatan Risiko
Dukungan keluarga
Kecukupan asi

Cara Pemberian
Nutrisi

ASI MP ASI Dini

Faktor Bayi
Data
Usia 0-6 bulan

Pengukuran Pengukuran
Langsung Tidak Langsung

Koesioner

Editing Koding Entry Cleaning

Ket : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dimana peneliti hanya

melakukan observasi terhadap objek yang diteliti tanpa melakukan

perlakukan dengan pendekatan cross sectional dimana data yang diambil

secara bersamaan baik untuk data variabel dependen maupun independen.

B. Lokasi dan Waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tarakan

Makassar yang dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan bulan

Februari tahun 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Tarakan Makassar.

2. Sampel

Sampel diambil menggunakan teknik total sampling yakni sampel

yang diambil adalah seluruh sampel yang memenuhi syarat yang telah

ditentukan oleh peneliti sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi dalam

penelitian ini.

36
1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Perimbangan

ilmiah harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi

(Nursalam, 2015)

a) Ibu pemberian MP ASI dini yang bersedia menjadi responden

b) Bayi berumur 0-6 bulan

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena pelbagi

sebab, antara lain (Nursalam, 2015).

a) Ibu yang melakukan pemberian MP ASI dini di Puskesmas

Tarakan Makassar

b) Data rekam medik tidak lengkap sesuai komponen yang

dibutuhkan

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

didapatkan dari responden secara langsung dan data sekunder yang

didapatkan dari arsip administrasi Puskesmas Tarakan.

Variabel dependen penelitian ini adalah pemberian MP ASI dini pada

bayi 0-6 bulan. Adapun variabel independen adalah tingkat pengetahuan ibu,

37
jens pekerjaan orangtua, kecukupan ASI, dukungan keluarga,mitos dan

tenaga kesehatan.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan sebagai

berikut :

i. Metode Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan salah-satu teknik pengumpulan

data primer dengan cara memberi sejumlah pertanyaan tertulis

kepada responden untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

peneliti. Terdapat dua jenis kuesioner, yaitu kuesioner terbuka

dan tertutup (Pujiastuti, 2010). Adapun kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu responden

menjawab pertanyaan dengan jawaban yang telah tersedia.

Kuesioner ini juga memuat daftar pertanyaan mengenai informasi

pribadi anak dan profil keluarganya sebagai informasi dari

variabel independen pada penelitian ini.

Untuk menjamin validitas jawaban responden, maka

peneliti memberikan penjelasan lisan secara ringkas dan jelas

sebelum melakukan pengisian kuesioner dan memberikan waktu

yang cukup kepada responden untuk mengisi kuesioner.

Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan secara manual pada setiap

jawaban dan mencocokkan dengan informasi pada Buku

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

38
E. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Definisi Operasional

a. Makanan Pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan atau minuman

yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24

bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi selain dari ASI.

b. Bayi adalah anak usia 0-6 bulan yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Tarakan menurut data administrasi Puskesmas Tarakan

Makasar.

c. Pemberian dini adalah pemberian sebelum waktu yang telah

ditentukan.

d. Status gizi merupakan gambaran kondisi tumbuh kembang anak yang

diukur menggunakan indikator antropometrik berdasarkan standar

WHO-NCHS (dalam Z-score) menggunakan indeks Panjang Badan

menurut Umur (PB/U), Berat Badan menurut Umur (BB/U) dan Berat

Badan menurut Panjang Badan (BB/PB).

e. Umur adalah usia anak yang dihitung dari saat kelahiran dengan

melihat tanggal lahir hingga saat dilakukan penelitian.

f. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

39
g. Tingkat pendidikan ibu ditentukan dari jenjang pendidikan terakhir

yang diselesaikan sesuai masa pendidikan dan dibuktikan melalui

Kartu Keluarga (KK).

h. Jenis pekerjaan orang tua adalah pekerjaan kedua orangtua yang

menjadi sumber pendapatan utama keluarga.

i. Pendapatan keluarga adalah penghasilan dari kedua orangtua setiap

bulannya yang diklasifikasikan menggunakan skala yang kemudian

dikelompokkan berdasarkan jumlah dibawah atau diatas Upah

Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Selatan Tahun 2019 .

2. Ruang Lingkup Penelitian

Mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi pemberian MP ASI

dini pada bayi 0-6 bulan yang kemudian dinilai status gizi pengukuran

antropometri secara langsung sesuai standar baku WHO-NCHS dan isi

kuesioner yang diisi oleh ibu.

F. Instrumen Pengumpulan Data.

Menurut Sugiyono (2011) Instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan mencocokkan dengan

informasi pada Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

1. Uji Validitas

Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan

mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai yang kita

40
inginkan. Uji validitas instrumen menggunakan uji korelasi product

moment person.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah

instrumen yang digunakan telah reliabel. Suatu alat ukur dikatakan reliabel

bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan, akan

senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Pengujian reliabilitas dalam

penelitian dalam penelitian ini menggunakan internal consistency yaitu

menggunakan uji coba sekali sajua. Kemudian hasil yang diperoleh

dianalisa dengan menggunakan rumus Alpha cronbach.

G. Analisis dan Pengolahan Data

1. Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram

disertai penjelasan serta disusun dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan

penelitian. Pengolahan data dilakukan setelah pencatatan rekam medik

dan datanya diolah menggunakan program computer Statistical Package

for the Social Sciences (SPSS). Adapun data yang dianalisis sebagai

berikut :

a. Data Univarian

Pada data univarian peneliti ingin mengetahui

insidensi kejadi faktor risiko pemberian MP ASI dini pada

bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tarakan

Makasar terkait.

41
2. Langkah Pengolahan Data
a. Editing

Mengedit adalah memerioksa data pertanyaan yang telah

diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuan daripada editingadalah

untuk mengurangi kesalahan atau kekuranagan yang ada di dalam

daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin

(Narbuko & Achmadi, 2015)

Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan

terhadap :

1) Kelengkapan jawaban

Apakah itu pertanyaan dalam daftar pertanyaan sudah

ada jawabannya, meskipun jawaban hanya berupa tidak tahu

atautdak mau menjawab.

2) Keterbacaab tulisan

Tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit

pengelolaan data atau berakibat pengolaan data salah membaca.

3) Kejelasan makna jawaban

4) Kesesuaian jawaban

5) Relevansi jawaban

Bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan maka

editor harus menolaknya.

42
6) Keseragaman satuan data

b. Koding

Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari pada

responden kedalam kategori. Biasanya kalsifikasi dilakukan dengan

cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing

(Narbuko & Achmadi, 2015)

c. Entry

Data entry adalah memasukkan data yang telah dikoding

kedalam program komputer. Perlu ketelitian dan kecermatan penelti

dalam memasukkan data tersebut karena apabila salah melakukan

entry, maka akan berpengaruh pada analisi data serta pengambilan

kesimpulan hasil penelitian. Sebaliknya entry data tidak dilakukan

oleh suatu orang tetapi dibantu oleh orang lain untuk membantu

mengecek kebenaran data yang dientry (Sulistyaningsih, 2012)

d. Cleaning

Data cleaning adalah proses pembersihan data sebelum diolah

secara statistic, mencakup pemeriksaan konsistensi dan perawatn

responden yang hilang serta consistency checks yaitu

mengidentifikasi data yang keluar dari range, tidak konsisten secvara

logisatau punya nilai extreme. Data tersebut lebih baik tidak

dingunakan dalam analisis data karena akan merusak data yang ada.

Cara melakukan pembersian data adalah data diperiksa di monitor

43
(apa bila sampel kecil) atau (cetak di kertas untuk sampel besar)

(Sulistyaningsih, 2012)

Setelah data cleaning, peneliti biasanya akan melakukan dat

tabulasi sebeleum analisis data. Data tabulasi adalah memasukkan

data ke dalam tabel berdasarkan tujuan penelitian. Agar

memudahkan data tabulating, maka perlu dibuat dummy table yaitu

tabel kosong yang akan dingunakan untuk menyanjikan hasil

penelitian (Sulistyaningsih, 2012)

44
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Terjemahan. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah,

2015.

American Academy Of Pediatric (AAP). Benefits Of Breastfeeding, 2012.

Arifin, Siregar. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor–faktor yang

Mempengaruhinya. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara, 2011

Aritonang, I., dkk. Desain dan Analisis Edukasi Gizi Ibu Menyusui.Yogyakarta :

Leutika books, 2014.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM-UI. Gizi Dan Kesehatan

Masyarakat. Depok: PT RajaGragindo Perkasa, 2013.

Depkes RI, Gizi Dalam Angka Sampai Tahun 2002. Direktorat Jenderal Gizi

Masyarakat, Jakarta.2003

Destyana, Angkasa, Nuzrina. Hubungan Peran Keluarga Dan Pengetahuan Ibu

Terhadap Pemberian ASI Di Desa Tanah Merah Kabupaten Tangerang.

Indonesian Journal of Human Nutrition Vol. 5, No. 1, Juni 2018.

Friedman. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC 2010

Ginting, D, Sekawarna, N & Sukandar, H. Pengaruh karakteristik, faktor internal

dan eksternal ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia < 6

bulan di wilayah kerja Puskesmas Barus Jahe Kabupaten Karo Provinsi

Sumatera Utara. Bandung: FK Universitas Padjajaran,2013.

45
Heryanto, Eko. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Makanan

Pendamping ASI Dini. Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2.2 :2017

Hubertin S. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku Untuk Bidan. Jakarta:

EGC,2014

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Indonesia Menyusui. Jakarta: Badan Penerbit

IDAI, 2010

Irawati, A. Stop Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini. 2014

Kemenag RI. Kesehatan Dalam Perspektif Islam (Tafsir Islam Tematik). Jakarta:

Penerbit Aku Bisa. 2015.

Kemenkes RI. Situasi Dan Analisis ASI Ekslusif. Jakarta: Infodatin, 2014.

Kemenkes RI. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI).

Jakarta: Infodatin, 2011.

Kliegman, dkk. Nelson Textbook Of Pediatric 19th Edition. Amerika: Elsevier,

2011.

Kumalasari. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan

Pendamping ASI Dini. Riau: Universitas Riau,2015.

Martin,dkk. Review of Infant Feeding: Key Features of Breast Milk and Infant

Formula. Journal of Nutrient Vol. 8, No. 279. 2016.

46
Mubarak Wahid Iqbal. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Salemba Medika, 2009.

Mulyaningsih F. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita dan

Pola Makan Balita Terhadap Status Gizi Balita di Kelurahan Srihardono

Kecamatan Pundong. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas

Teknik Universitas Negeri Yogyakarta,2010.

Mutchadi, D.Gizi Untuk Bayi, ASI, Susu Formula dan Makanan

Tambahan.Sinar Harpan, Jakarta: 2004.

Motee dan Jeewon. Importance Of Exclusive Breastfeeding And Complementary

Feeding Among Infants. Nutritional Food and Science Journal, Vol. 2, No.

2, Agustus 2014

Nauli, D.W. Hubungan pemberian MP-ASI Dini dengan kejadian penyakit infeksi

pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Sindar Raya Kecamatan

Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012.

Narbuko, C., & Achmadi, A.Metodologi Penelitian: Memberikan Bekal Teoretis

pada Mahasiswa tentang Metodologi Penelitian Serta Diharapkan dapat

Melaksanakan Penelitian dengan Langkah-Langkah yang Benar. Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2015.

National Academy Press. Nutrition During Lactation. Washington D.C: 2001.

47
Nilakesuma, dkk. Hubungan Status Gizi Bayi Dengan Pemberian ASI Ekslusif,

Tingkat Pendidikan Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Di Wilayah Kerja

Puskesmas Padang Pasir. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol.4, No.1, 2015.

Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta,2010.

Pernanda. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan

MP-ASI Dini pada Bayi 6-24 Bulan di Kelurahan Pematang Kandis

Bangko, Kabupaten Merangin Jambi Tahun 2010.

Rahmiati. Hubungan Pemberian ASI Ekslusif Dan Penyakit Infeksi Terhadap

Status Gizi Bayi Umur 7 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Wawondula

Kec. Wowuti Kab Luwu Timur Tahun 2011. Skripsi. Universitas Islam

Negeri Alauddin: Makassar, 2011.

Roesli, Utami. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex

Komputindo,2010.

Sartono. Ilmu Kesehatan Anak. IKIP Semarang Press, Semarang.2006

Shihab, Quraisy M. Tafsir Al- Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.

Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016.

Siswanto, H. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini.Yogyakarta : Pustaka

Rihama. 2010

48
Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif - Kualitatif (1st

ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012

WHO. Pemberian Makanan Tambahan, Alih Bahasa : Lilian J, EGC: Jakarta.

49

Anda mungkin juga menyukai