Menurut Pasal 1 ayat (1) PMA No. 23 Tahun 2016, penyelenggaraan ibadah haji khusus adalah Penyelenggaraan Ibadah Haji yang dilaksanakan oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus dengan pengelolaan, pembiayaan, dan pelayanannya bersifat khusus. Pelayanan dan pengelolaan yang bersifat khusus meliputi waktu pelaksanaan, akomodasi, konsumsi, transportasi, kesehatan, dan bimbingan ibadah haji. (Pasal 34(2) PP 79 Tahun 2012)
B. UNSUR-UNSUR DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KHUSUS
1. Jemaah Ibadah Haji Khusus Jemaah Haji Khusus adalah Jemaah Haji yang pelayanannya bersifat khusus dengan biaya khusus dan dilaksanakan oleh penyelenggara ibadah haji khusus. (Ps 1(1) PMA 15 Tahun 2012) Jemaah Haji Khusus yang selanjutnya disebut Jemaah Haji adalah setiap orang yang beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji yang pengelolaan, pembiayaan, dan pelayanannya bersifat khusus sesuai persyaratan yang ditetapkan. (Ps. 1(3) PMA 23 Tahun 2016)
2. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dilaksanakan oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang telah mendapat izin dari Menteri (Ps. 1(8) PP 79 Tahun 2012) Penyelenggara Ibadah Haji Khusus wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. terdaftar sebagai penyelenggara perjalanan umrah 2. memiliki kemampuan teknis dan finansial untuk menyelenggarakan Ibadah Haji Khusus 3. memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas Ibadah Haji. (Ps. 35(4) PP 79 Tahun 2012) 3. Syarat Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) Menurut Pasal 58 UU No. 8 Tahun 2019, Penyelenggara Ibadah Haji Khusus wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. dimiliki dan dikelola oleh warga negara Indonesia yang beragama Islam; 2. terdaftar sebagai penyelenggara perjalanan ibadah umrah yang terakreditasi; 3. memiliki kemampuan teknis, kompetensi personalia, dan kemampuan finansial untuk menyelenggarakan Ibadah Haji Khusus yang dibuktikan dengan jaminan bank; dan 4. memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
4. Kewajiban Penyelenggaan Ibadah Haji Khusus (PIHK)
1. menerima pendaftaran dan melayani Jemaah Haji hanya yang menggunakan kuota resmi 2. memberikan bimbingan Ibadah Haji 3. memberikan layanan Akomodasi, konsumsi, transportasi, Pelayanan Kesehatan, Perlindungan secara khusus serta administrasi dan dokumen Haji. 4. memberangkatkan, memulangkan, dan melayani Jemaah Haji sesuai dengan perjanjian yang disepakati antara penyelenggara dan Jemaah Haji.
5. Larangan bagi PIHK
Menurut Pasal 48 PP 79/2012 : Memberangkatkan dan memulangkan Jemaah Haji khusus tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Memungut biaya di bawah besaran minimal BPIH khusus yang ditetapkan oleh Menteri Memalsukan dokumen Jemaah Haji khusus Tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak-pihak terkait di tanah air dan di Arab Saudi Selain larangan diatas, PIHK juga dilarang menelantarkan Jemaah Haji sehingga mengakibatkan Jemaah Haji: gagal berangkat ke Arab Saudi melanggar masa berlaku visa . tidak dapat melaksanakan rukun haji terancam keamanan dan keselamatannya
6. Sanksi bagi PIHK
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud akan dikenai sanksi administratif sesuai dengan tingkat kesalahannya, yang berupa: – Peringatan – Pembekuan izin penyelenggaraan – Pencabutan izin penyelenggaraan. (Ps. 53(4) PMA 23/2016)
Sedangkan menurut Ps 56(c) PMA 23/2016 :
“Menteri mencabut izin penyelenggaraan PIHK, apabila izin operasional PIHK sebagai biro perjalanan wisata dicabut oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pariwisata, gubernur, atau bupati/walikota”
C. STANDAR PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KHUSUS
1. Bimbingan jemaah haji : dilakukan sebelum keberangkatan, selama di perjalanan, selama di Arab Saudi 2. Akomodasi : Hotel harus sesuai standar Menteri 3. Transportasi : - Wajib memperhatikan aspek kenyamanan, efisiensi rute, keselamatan, keamanan sesuai standar Menteri - Menyerahkan Bukti Tiket dan konfirmasi Penerbangan Pulang Pergi kepada Menteri 4. Konsumsi : Menu, higienitas & kesehatan sesuai standar menteri 5. Kesehatan : Sesuai standar Kesehatan Instansi terkait 6. Keselamatan : Asuransi Jiwa, Kesehatan dan Kecelakaan