Anda di halaman 1dari 5

BAYI TABUNG

A. Sejarah Bayi Tabung

Penemuan bayi tabung dipelopori sejumlah dokter Inggris. Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah
Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwardsdan
Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah
menjadi metode yang membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada
organ reproduksi anak pada wanita.

Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) semakin populer saja di
dunia. Di Indonesia, teknik bayi tabung (IVF) ini pertama kali diterapkan di Rumah Sakit Anak-Ibu (RSAB)
Harapan Kita, Jakarta, pada 1987. Teknik bayi tabung yang kini disebut IVF konvensional itu berhasil
melahirkan bayi tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988. Setelah itu lahir sekitar 300
"adik" Nugroho, di antaranya dua kelahiran kembar empat.

Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional In Vitro Fertilization (IVF)
dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin diminati oleh negara-negara di dunia.
Kesuksesan program bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia kedokteran. Upaya untuk
mengukir tinta emas sejarah bayi tabung terus berlanjut.

B. Pengertian Bayi Tabung

Bayi tabung adalah individu atau bayi yang pembuahannya terjadi diluar tubuh wanita, dengan cara
mempertemukan sel gemet betina (ovum) dengan sel jantan (spermatozoon) dalam sebuah bejana
(petri disk) yang didalam bejana telah disediakan medium yang cocok (suhunya dan lembabnya) dengan
didalam rahim sehingga ayigote (hasil pembuahan) yang terjadi dari dua sel tadi menjadi morulla
(moerbei) dan kemudian menjadi blastuta (pelembungan). Pada stadium blastuta calon bayi
dimasukkan (diinflantasikan) dalam selaput lendir wanita yang siap untuk dibuahi dalam masa subur
(sekresi). Teknik ini biasa dikenal dengan Fertilisasi in Vitro (FIV).

Jadi bayi tabung adalah metode untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang
pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria.

C. Tujuan Bayi Tabung

Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang
tidakmungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan
yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan
pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan
untuk memperoleh keturunan.
D. Proses Bayi Tabung

Pertama, persiapan mental diwajibkan bagi pasangan lewat konseling yang diberikan oleh pekerja sosial
yang disediakan oleh rumah sakit. Intinya disuruh bersiap untuk menghadapi keadaan kalau proses bayi
tabung berhasil maupun tidak berhasil. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon
ibu akan diberi obat-obatan hormonal sebagai pemicu ovulasi agar menghasilkan banyak sel telur.
Selanjutnya dilakukan Ovum pick up/Opu (pengambilan sel telur). Sedangkan calon ayah akan diambil
sperma dengan cara masturbasi. Bila jumlah sperma cukup banyak akan disemprotkan ke sel telur.

Kedua, perkembangan hormon yang terkontrol dimulai sesaat setelah mendapatkan mens, tepatnya
pada hari ke dua lewat suntikan yang diberikan setiap hari selama kurang lebih tiga minggu sampai
mencapai ukuran telur yang diharapkan.

Ketiga, tahap pematangan telur melalui injeksi obat hormon satu hari sebelum sel telur yang matang
dikeluarkan. Pengeluaran telur melalui proses operasi kecil, telur diambil sebanyak-banyaknya.

Keempat, tahapan proses pembuahan sel telur dengan sperma menjadi embrio, dilakukan oleh
embriologist di rumah sakit. Setelah dua hari pembuahan, embrio yang terbaik dipilih dan dimasukkan
kedalam rahim. Kali ini prosesnya mudah, hanya memerlukan wantu sekitar 10 menit.

Kelima, agar emrio dalam rahim dapat bertahan & berkembang dengan baik maka saya harus
mengalami suntikan hormon setiap hari selama 17 hari. Setelah itu barulah didapatkan kepastian hamil
atau tidak.

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KEHADIRAN BAYI TABUNG

A. Dampak Positif

Anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri (pasutri). Tapi faktanya, tak semua pasutri dapat
dengan mudah memperoleh keturunan. Data menunjukkan, 11-15 persen pasutri usia subur mengalami
kesulitan untuk memperoleh keturunan, baik karena kurang subur (subfertil) atau tidak subur (inferti).

Membantu Pasangan Suami-Istri Berketurunan

Kemajuan teknologi dan biologi kedokteran telah berhasil membantu pasangan yang mengalami
masalah kesuburan untuk memperoleh buah cinta mereka, bahkan bisa memilih jenis kelamin serta
diagnosis gangguan genetik bakal janin. Di Tanah Air, teknologi yang bisa dinikmati baru sampai pada
pembuatan bayi tabung. Di Makmal Terpadu FKUI harga ditawarkan cukup terjangkau dengan satu
siklus sekitar 30- 40 juta rupiah. Namun yang menjadi masalah keberhasilan bayi tabung di Indonesia
masih kecil, sekitar 10%.

B. Dampak Negatif
Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses pembuahan
dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan
risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun pembuahan buatan lain.

a. Merupakan Tindakan Pembunuhan

Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan pada bayi tabung
dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri sehingga embrio yang diperlukan yang dimasukkan
kembali kerahim, sedangkan sisanya “dibuang”. Hak hidup embrio yang dibuang inilah yang
dipermasalahkan, sebab banyak yang memandang hal ini sebagai tindakan pembunuhan.

b. Masalah dalam Pendonoran Sperma

Hubungan fundamental antara manusia terutama antara laki-laki dan perempuan sebagai pasangan
suami istri yang sah, kemudian dipertanyakan eksitensinya bila melakukan fertilisasi in vitro. Hal ini
menjadi lebih buruk lagi bila sel telur dibuahi oleh sperma donor yang bukan dari suami yang sah,
misalnya dari bank sperma atau sel telur dari pendonor telur. Hal lainnya ialah bila menggunakan rahim
kontrak karena istri tidak dapat memelihara embrio di dalam rahimnya.

PANDANGAN ETIKA KRISTEN TERHADAP BAYI TABUNG

Norman L Geisler, di dalam buku Etika Kristen Pilihan dan Isu, memberikan lima pandangan mengenai
etika yang harus dipegang oleh orang Kristen didalam menjalankan kehidupannya serta didalam
pengambilan keputusan etika dan moral:

Etika Kristen haruslah berdasarkan kepada kehendak Allah.

Dalam pandangan ini, kita sebagai orang Kristen harus mengambil keputusan etika terhadap bayi
tabung, dengan meletakkan bayi tabung pada “bejana” kehendak ALLAH, dalam hal ini Alkitab haruslah
menjadi standar utama penilaian terhadap bayi tabung, apakah sesuai atau tidak ?.

Etika Kristen bersifat mutlak.

Etika Kristen yang berlaku dan yang kita pegang berdasarkan Alkitab tersebut, tidaklah diperbolehkan
untuk dikompromikan dengan isu- isu yang tidak sesuai dengan standar etika Kristen, pada point
manapun. Etika Kristen berdasarkan wahyu Allah.

Karena etika Kristen berdasarkan wahyu ALLAH maka etika Kristen tidaklah boleh disejajarkan dengan
standar etika yang bersumber dari apapun diluar wahyu ALLAH.

Etika Kristen bersifat menentukan.


Orang Kristen berdasarkan etika yang dipegang dan dilaksanakan didalam hidupnya, harus berani
menentukan langkahnya, berpihak atau menolak bayi tabung pada manusia

Etika Kristen itu Deontologis.

Etika Kristen itu bersifat seperti sebuah aturan yang wajib dan mengikat. Jika secara penilaian etika
Kristen menyetujui kloning pada manusia, maka kita juga wajib menyetujuinya, akan tetapi jika etika
Kristen menentang bayi tabung maka itu juga bersifat mengikat bagi kita untuk menentang bayi tabung .

PANDANGAN ALKITAB TENTANG PENERAPAN BAYI TABUNG

Melanggar Hukum ke-6 (Jangan Membunuh)

Masalah utama di dalam bayi tabung dari perspektif Kristen adalah berhubungan dengan embrio-
embrio “yang terbuang” Sebagian besar metode-metode dalam teknologi reproduksi memaksa untuk
mengorbankan banyak embrio guna mendapatkan satu embrio yang lebih unggul dan dapat bertahan
hidup. Dengan kata lain, kita sengaja menyebabkan kematian banyak manusia. Pilihan untuk mengikuti
proses bayi tabung secara etika dan moral maupun iman kristen adalah pilihan salah.

· Ayub 1:21Alkitab dengan jelas berkata bahwa kita tidak berdaulat atas hidup kita sendiri. “Tuhan
yang memberi, Tuhan juga yang mengambil”.

· Ulangan 32:39 Allah berkata kepada Musa, “Akulah yang mematikan dan Akulah yang
menghidupkan” .

· Kejadian 1: 21,27Allah yang menciptakan kehidupan. dan dia sendirilah yang menopangnya (Kis
17:28).

· Kej 9:6, Kel 20:13 Karena itu kita tidak mempunyai hak untuk mengambil hidup yang tidak
bersalah.

Segala sesuatu dalam hidup ini adalah atas kuasa Tuhan. Dengan demikian jelas bahwa bukan manusia
yang berkuasa untuk menciptakan kehidupan. Bayi tabung merupakan kegiatan yang melanggar
ketetapan Allah karena manusia berusaha menciptakan kehidupan.

Secara medis, teknik bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF) tidak dipermasalahkan. Tetapi menurut
iman Kristen sebaiknya tidak dilakukan walaupun jika dalam proses IVF sel telur dan sperma yang
digunakan memang dari pasangan suami-istri yang sah. Namun demikian, IVF juga menyisakan masalah
yang jika dilihat dari iman Kristen tidaklah diperbolehkan. Masalahnya adalah dalam proses IVF, IVF akan
mengambil beberapa sel telur dan sperma dari pasangan suami-istri tersebut sehingga nanti akan
tercipta beberapa “batch” hasil pembuahan. Batch yang menunjukkan hasil pembuahan terbaiklah yang
kemudian akan dikembangkan selanjutnya dalam rahim si ibu. Sementara hasil pembuahan lain yang
juga berhasil terjadi tetapi dianggap “kualitasnya kurang prima” dibuang/dimusnahkan. Pemusnahan
bayi-bayi yang lain ini yang termasuk dalam pembunuhan, yang berarti melanggar hukum ke-6. Teknik
bayi tabung yang dikembangkan kemudian ternyata juga tidak menjawab masalah-masalah yang
ditimbulkan, bahkan memperrumit dan menambahnya dengan masalah pelik yang baru.

KESIMPULAN

Bayi tabung dari sisi medis sudah dapat dipastikan akan menimbukan banyak permasalahan, dari
keguguran hingga kecacatan tubuh serta kecacatan mental yang sangat parah. Dan dari sisi etika Kristen,
pembuatanbayi tabung pada manusia telah membuat manusia menjadi pembunuh-pembunuh bakal
anak atau embrio, merendahkan kodrat dirinya dan mencoba menabrak batasan posisinya, didalam
rancangan awal dalam kehidupan manusia serta mandat yang telah manusia terima.

Melihat permasalahan-permasalahan tersebut, maka sebagai orang Kristen kita harus berani
menyatakan penolakan kita terhadap bayi tabung, karena hal tersebut menunjukan pemberontakan
manusia kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai