Anda di halaman 1dari 10

Pengertian dan contoh fenomena

Pandemik, Endemik, Epidemik,


dan Sporadik
17 Maret 2014 Meninggalkan komentar

1. A. PANDEMIK

Pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi
yang banyak di berbagai daerah/negara di daerah.

Dalam sejarah manusia, telah terjadi banyak wabah besar atau pandemi yang cukup
signifikan. Penyakit dalam wabah-wabah tersebut biasanya merupakan penyakit yang
ditularkan hewan (zoonosis) yang terjadi bersama dengan domestikasi hewan
seperti influensa dan tuberkulosa. Berikut ini adalah beberapa contoh wabah besar yang
pernah tercatat dalam sejarah:

 Pes

– Plague of Justinian (“wabah Justinian”), dimulai tahun 541, merupakan wabah pes
bubonik yang pertama tercatat dalam sejarah. Wabah ini dimulai di Mesir dan merebak
sampai Konstantinopel pada musim semi tahun berikutnya, serta (menurut catatan Procopius
dari Bizantium) pada puncaknya menewaskan 10.000 orang setiap hari dan mungkin 40
persen dari penduduk kota tersebut. Wabah tersebut terus berlanjut dan memakan korban
sampai seperempat populasi manusia di Mediterania timur.

– The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah terakhir, pes
bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai berjangkit di Asia, wabah tersebut
mencapai Mediterania dan Eropa barat pada tahun 1348 (mungkin oleh para
pedagang Italia yang mengungsi dari perang di Crimea), dan menewaskan dua puluh juta
orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu seperempat dari seluruh populasi atau bahkan
sampai separuh populasi di daerah perkotaan yang paling parah dijangkiti.

 Kolera

– Pandemi pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak
benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820. Penyebarannya
sampai ke Republik Rakyat Cina dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang.

– Pandemi kedua (1829–1851) mencapai Eropa, London pada tahun


1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir Pasifik Amerika
Utara pada tahun 1834.

– Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan korban lebih dari
sejuta jiwa.
– Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika.

– Pandemi keenam (1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena kemajuan


kesehatan masyarakat, namun Rusia kembali terserang secara parah.

– Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut “kolera El Tor” (atau
“Eltor”) sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada
tahun 1963, India pada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.

 Influensa

– “Flu Asiatik”, 1889–1890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di Bukhara,
Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk dan daerah Kaukasus.
Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan menyerang Amerika Utara pada bulan
Desember 1889, Amerika Selatan pada Februari–April 1890, India pada Februari–Maret
1890, dan Australia pada Maret–April 1890. Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe
H2N8 dan mempunyai laju serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi.

– “Flu Spanyol“, 1918–1919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di basis
pelatihan militer AS di Fort Riley, Kansas, pada bulan Oktober 1918 wabah ini sudah
menyebar menjadi pandemi di semua benua. Wabah ini sangat mematikan dan sangat cepat
menyebar (pada bulan Mei 1918 di Spanyol, delapan juta orang terinfeksi wabah ini),
berhenti hampir secepat mulainya, dan baru benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan.
Dalam enam bulan, 25 juta orang tewas; diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di
seluruh dunia sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di India,
500.000 di Amerika Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah tersebut baru-
baru ini diselidiki di Centers for Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti
jenazah yang terawetkan di lapisan es (permafrost) Alaska. Virus tersebut diidentifikasikan
sebagai tipe H1N1.

– “Flu Asia“, 1957–1958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada awal
Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang sama. Wabah tersebut
merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe H2N2 dan memakan korban
sebanyak satu sampai empat juta orang.

– “Flu Hong Kong“, 1968–1969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini
dideteksi pertama kali di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban adalah antara
750.000 dan dua juta jiwa di seluruh dunia.

1. B. ENDEMIK

Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat
pada suatu tempat/populasi tertentu.

Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit yang termasuk dalam kategori endemik :
1.HIV AIDS

AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan retroviruses yang sering
disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena atau terinfeksi HIV AIDS sistem kekebalan
tubuhnya akan menurun drastic. Virus AiDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut
dengan T-lymphocytes. Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang
terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan
tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang.

Sejak pertama kali ditemukan pada 1987, angka kasus HIV/AIDS diIndonesia yang
dilaporkan hampir mencapai angka 100 ribu. Lebih dari itu, risiko penyebarannya berpotensi
mengalami peningkatan, sebagaimana data yang disampaikan oleh Dirjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama,
bahwa tercatat setidaknya 5.000 kasus baru HIV, dan 1.300 kasus AIDS yang terjadi
sepanjang Juli hingga September pada 2012 yang lalu.

Dari angka tersebut, untuk kasus HIV saja, hampir setengahnya didominasi oleh kalangan
dewasa berumur 25-40 tahun (sekira 75 persen). Hampir sama buruknya untuk kasus AIDS,
dengan jumlah penderitanya yang lebih banyak berumur kisaran 20-40 tahun (sebanyak 69
persen).

HIV AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seks bebas, transfusi darah, penggunaan jarum
secara bergantian, dan penularan dari ibu pada calon janinnya.

2.Chikungunya

Chikungunya merupakan jenis demam yang disebabkan oleh alphavirus yang disebabkan
oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti (nyamuk yang juga dapat menularkan penyakit demam
berdarah dengue). Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus
chikungunya.

Penyakit yang juga dikenal dengan demam tulang atau flu tulang ini memiliki gejala yang
seperti tubuh yang tiba – tiba mengalami demam diikuti dengan linu di persendian, serta
timbul juga rasa ngilu dan sakit pada tulang. Gejala yang dialami sedikit mirip dengan infeksi
virus dengue dengan sedikit berbeda pada hal – hal tertentu.

Dari sejarah diduga KLB Chikungunya pernah terjadi pada tahun 1779 di Bataviadan Kairo;
1823 di Zanzibar; 1824 di India; 1870 di Zanzibar; 1871 di India; 1901 di Hongkong, Burma,
dan Madras; 1923 di Calcuta. Pada tahun 1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah
“dengue”, ini dapat diartikan bahwa infeksi Chikungunya sangat mirip dengan Dengue.
Istilah “Chikungunya” berasal dari bahasa suku Swahili yang berarti “Orang yang jalannya
membungkuk dan menekuk lututnya”,suku ini bermukim di dataran tinggi Makonde Provinsi
Newala, Tanzania (yang sebelumnya bernama Tanganyika). Istilah Chikungunya juga
digunakan untuk menamai virus yang pertama kali diisolasi dari serum darah penderita
penyakit tersebut pada tahun 1953 saat terjadi KLB di negara tersebut.
Pada demam Chikungunya adanya gejala khas dan dominan yaitu nyeri sendi. Dari tahun
1952 sampai kini virus telah tersebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke Amerika dan
Asia. Virus Chikungunya menjadi endemis di wilayah Asia Tenggara sejak tahun 1954. Pada
akhir tahun 1950 dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan
Burma. Tahun 1965 terjadi KLB di Srilanka. Di negara berkembang seperti Indonesia, angka
kematian penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena banyak
dipengaruhi faktor lingkungan dan perilaku hidup masyarakat. Terlebih lagi dalam kondisi
sosial ekonomi yang memburuk, tentunya kejadian kasus penyakit menular memerlukan
penanganan yang lebih serius, profesional, dan bermutu. Indonesia juga menghadapi beban
ganda dalam pembangunan kesehatan atau yang dikenal dengan double burden.

3.FLU BURUNG

Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar sesama unggas,
menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia. Mutasi virus ini dapat
menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan sekresi unggas yang telah terinfeksi.
Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan
tubuh yang lebih lemah, pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta
pemilik unggas peliharaan rumahan.

Awal wabah pada peternakan di dunia yang telah dikonfirmasi sejak Desember 2003 wabah
flu burung juga melanda benua Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE mengumumkan Nigeria
sebagai sebagai negara pertama yang memiliki kasus positif flu burung di benua itu. Dua
pekan kemudian, virus H5N1 ditemukan di sebuah desa kecil di Niger, sekitar 72 km dari
perbatasannya dengan Nigeria. Virus ini juga menyebar ke Mesir dan Kamerun.

Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang disebabkan oleh flu
burung subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di Asia Tenggara (Thailand, Kamboja,
dan Vietnam), kasus ini dianggap unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan
unggas.

Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada
manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut : Indonesia 99 kasus
dengan 79 kematian, Vietnam 93 kasus dengan 42 kematian, Mesir 34 kasus dengan 14
kematian, Thailand 25 kasus dengan 17 kematian, Cina 25 kasus dengan 16 kematian,
Turki 12 kasus dengan 4 kematian, Azerbaijan 8 kasus dengan 5 kematian, Kamboja 7
kasus dengan 7 kematian, Irak 3 kasus dengan 2 kematian, Laos 2 kasus dengan 2
kematian, Nigeria 1 kasus dengan 1 kematian, Djibouti 1 kasus tanpa kematian.

Keterangan: jumlah kasus yang dilaporkan WHO adalah jumlah kasus yang telah diverifikasi
dengan hasil laboratorium.

4. MALARIA

Plasmodium Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyebab utama dari
Penyakit Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini bersembunyi dan berkembang biak di
dalam hati (liver) kemudian menginfeksi sel darah merah sehingga menyebabkan gejala
seperti demam dan sakit kepala, yang mana pada kasus yang parah akan megarah ke
koma(tidak sarkan diri) dan kematian. Diperkirakan pada tahun 2009 dari 225 juta kasus
malaria di seluruh dunia
781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar
luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah
Asia (khususnya Asia Tenggara), Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara
Afrika.

Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium ovale, malariae
plasmodium dan plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria. Khusus untuk
plasmodium falciparum sering menjurus kepada sakit malaria berat yang sangat sering
menyebabkan kematian (pada tahun 2010 diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria
terjadi di Sub-Sahara Afrika dimana plasmodium falciparum bertanggung jawab atas
sebagian besar kasus malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah
penyakit ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut. Selain itu adapula
plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada spesies hewan kera tetapi
dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil kemungkinannya.

Diperkirakan oleh para ahli selama lebih dari 50.000 tahun manusia telah diinfeksi oleh
Penyakit malaria. Menurut rekaman sejarah demam periodik penyakit malaria telah
ditemukan pada tahun 2700 SM di China dan kekaisaran
Romawi, dan rekaman sejarah abad 19 mencatat bahwa pada perang pasifik diperkirakan
sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi, dimana 60.000 diantaranya terbunuh karenanya.

Parasit malaria yang ditemukan pada jenis hewan mamalia orang utan dan gorila sangat mirip
dengan parasit malaria yang ditemukan pada manusia. Diperkirakan berdasarkan bukti-bukti
terkini bahwa penyakit malaria pada manusia mungkin berasal dari gorila.
Kata Malaria berasal dari bahasa Italia “Mala Aria” yang berarti “bad air” atau dalam bahasa
Indonesia “udara buruk”. Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam rawa. Penyakit
malaria pernah mewabah di Eropa dan Amerika Utara walaupun saat ini penyakit ini semakin
jarang ditemukan di belahan dunia tersebut, dikarenakan oleh perubahan geografi yang telah
menyingkirkan rawa rawa tempat sebagian besar nyamuk penyebar malaria tinggal dan
berkembang biak.

5. TBC

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau
kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus
baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC.
Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan
bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi
TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Penyebab Penyakit TBC


Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama
baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum
(KP).

Cara Penularan Penyakit TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru.

6. Demam Tifoid

Di Indonesia, tifoid jarang dijumpai secara epidemis tapi bersifat endemis dan banyak
dijumpai di kota-kota besar. Tidak ada perbedaan yang nyata insidens tifoid pada pria dan
wanita. Insiden terringgi didapatkan pada remaja dan dewasa muda. Simanjuntak (1990)
mengemukakan bahwa insiden tifoid di Indonesia masih sangat tinggi berkisar 350-810 per
100.000 penduduk. Demikian juga dari telaah kasus tifoid di rumah sakit besar di Indonesia,
menunjukkan angka kesakitan cenderung meningkat setiap tahun dengan rata-rata
500/100.000 penduduk. Angka kematian diperkirakan sekitar 0,6-5% sebagai akibat dari
keterlambatan mendapat pengobatan serta tingginya biaya pengobatan.

7. Leptospirosis

Kasus leptospirosis terutama dilaporkan pada daerah-daerah yang sering terjadi bencana
banjir selama tahun 2003-2007, kasus Leptospirosis terbanyak adalah di DKI Jakarta bila
dibandingkan dengan provinsi endemis Leptopsirosis yang lain. Namun pada tahun 2008
kasus Leptospirosis terbanyak dilaporkan terjadi di DI Yogyakarta, yaitu sebanyak 125 kasus.
Provinsi lain yang melaporkan kasus Leptospirosis pada tahun 2008 adalah Jawa Tengah 72
kasus, DKI Jakarta 37 kasus dan Jawa Timur 29 kasus.

1. C. EPIDEMIK

Epidemik ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas /daerah tertentu dalam jumlah yang
melebihi batas jumlah normal atau yang biasa.

Contoh fenomena Epidemik yang terjadi di Indonesia :


 Kolera

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, wabah kolera di Republik Demokratik Kongo


telah menulari lebih dari 5.000 orang dan menyebabkan hampir 300 kematian sejak Maret
lalu.
Berdasarkan informasi, Bandundu, Equateur dan Provinsi Orientale adalah daerah paling
parah yang dilanda wabah penyakit itu. Sebanyak “5.000 tanda penularan telah dicapai
pekan ini dengan 5.088 kasus kolera dilaporkan, termasuk 296 kematian”, kata Kantor
PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan dalam sebuah pernyataan.

Kolera merupakan penyakit infeksi usus yang sangat menular yang dapat membunuh
penderitanya jika tidak dirawat dengan lebih baik.

Seperti yang dilansir laman infopenyakit.com, kolera dapat menyebar sebagai penyakit
yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala
besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia
kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui
feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air
sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko
terkena penyakit kolera itu juga.

1. D. SPORADIK

Sporadik adalah adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya
penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan
waktu.

Contoh fenomena Sporadik :

 Polio meilitis

Selama 3 dekade pertama di abad ke 20-,80-90% penderita polio adalah anak


balita,kebanyakan dibawah umur 2 tahun. Tahun 1955,di Massachusett Amerika Serikat
pernah terjadi wabah polio sebanyak 2.771 kasus dan tahun 1959 menurun menjadi 139
kasus.Hasil penelitian WHO tahun 1972-1982,di Afrika dan Asia Tenggara terdapat 4.214
dan 17.785 kasus. Dinegara musim dingin,sering terjadi epidemic dibulan Mei-Oktober,tetapi
kasus sporadic tetap terjadi setiap saat .Di Indonesia ,sebelum perang dunia II, penyakit polio
merupakan penyakit yang sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di berbagai daerah seperti
Bliton sampai ke banda, Balikpapan, bandung Surabaya,Semarang dan Medan Epidemi
terakhir terjadi pada tahun 1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi virus polio tanpa
gejala atau timbul panas yang tidak spesifik. Perbandingan asimtomatik dan ringan
sampaiterjadi paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.

Dalam salah satu symposium imunisasi dijakarta(1979) dilaporkan bahwa:

1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative makin bertambah (10%)

2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.


3. Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan 9.000
kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat gencarnya
program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.

Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik ,disebabkan oleh komplikasi
berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya
kematian.Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-95%);hanya 5-10%
yang memberikan gejala poliomyelitis.

Segitiga epidemiologi
Penyakit dapat timbul dengan beberapa penyebab, salah satunya adalah mikroba pathogen seperti
bakteri, virus, jamur dan lain-lain.Penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen ini disebut
penyakit infeksi.
Mikroba sebagai makhluk hidup harus berkembang biak, bergerak, dan berpindah tempat untuk
bertahan hidup. Habitat mikroba ini untuk berkembang biak dan bertahan hidup disebut dengan
reservoir.
Penyebaran penyekit infeksi
Penyekit infeksi adalah penyekit yang disebabkan oleh mikroba pathogen atau bersifat sangan
dinamis. Proses penyebaran infeksi ini disebut dengan infeksi nosocomial.
Dalam garis besarnya, mekanisme transimis mikroba pathogen ke pejamu yang rentan (susceptible
host) melalui dua cara :
1. Transmisi langsung (direct transmission)
Penularan langsung oleh mikroba pathogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejumu.Sebagai contoh
adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman atau adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara,
atau saat tranfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba pathogen.
2. Tranmisi tidak langsung (indirect transmission)
Penularan mikroba pathogen yang memerlukan adanya “media perantara”, baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vector.

a. Vehicle-borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/ bahan yang terkontaminasi seperti peralatan
makan dan minum, instrument bedah/ kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan infus/
transfusi.
b. Vector-borne
Sebagai media perantara penularan adalah vector (serangga), yang memindahkan mikroba pathogen
ke pejamu dengan cara sebagai berikut.
1. Cara mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum (mikroba pathogen), lalu hinggap pada
makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran cerna pejamu.
2. Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus perkembangbiakan dalam tubuh
vector/serangga, selanjutnya mikroba dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.
c. Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk menyebarnya mikroba
pathogen ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk (port d’entrée) saluran cerna.
d. Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif – terutama untuk kebutuhan rumah
sakit- adalah mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis,
diharapkanterbebas dari mikroba pathogen sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika tidak sebagai
media perantara- air sangat mudah meyebarkan mikroba pathogen ke pejamu, melalui pintu masuk
(port d’entrée) saluran cerna maupun pintu masuk yang lain.
e. Air-borne
Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara yang terkontaminasi oleh
mikroba pathogen sangat sulit untuk dideteksi.Mikroba pathogen dalam udara masuk ke saluran
nafas pejamu dalam bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita (reservoir) saat batuk
atau bersin, bicara atau bernafas melalui mulut atau hidung. Sedangkan dust merupakan pertikel
yang dapat terbang bersama debu lantai/ tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah
terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan,
atau pada leboratorium klinik.
Mekanisme transmisi mikroba pathogen atau penularan penyakit infeksi sangat jelas tergambar
dalam uraian diatas, dari reservoir ke pejamu yang peka atau rentan. Dalam riwayat perjalanan
penyakit, pejamu yang peka akan berinteraksi dengan mikroba pathogen, yang secara alamiah akan
melewati 4 tahap.
1. Tahap rentan
Pada tahap ini pejuma masih dalam kondisi relative sehat, namun oeka atau labil, disertai factor
predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku/ kebiasaan
hidup, social-ekonomi dan lain-lain.Factor-faktor predisposisi tersebut mempercepat masuknya agen
penyebab penyakit (mikroba pathogen) untuk berinteraksi dengan pejamu.
2. Tahap inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba pathogen mulai beaksi, namun tanda dan gejala penyakit
belum tampak (subklinis).Saat mulai masuknya mikroba pathogen ke tubuh pejamu hingga saat
munculnya tanda dan gejala penyakit disebut masa inkubasi.
3. Tahap klinis
Merupakan tahap terganggunga fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan gejala penyakit.
Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara bertahap, pada tahap awal, tanda dan
gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari dan masih
dapat diatasi dengan berobat jalan.Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat
jalan, karena penyakit bertambah parah, baik secara objektif maupun subjektif.Pada tahap ini
penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari dan jika berobat, umumnya harus
memerlukan perawatan.
4. Tahap akhir penyakit
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat berakhir
dengan 5 alternatif.
a. Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk fungsi sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti
sedia kala.
b. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk cacat
fisik,cacat mental, maupun cacat social.
c. Pembawa (carrier)
Perjalanan penyakit seolah-olah berhenti, ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejala
penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab penyakit masih ada, dan masih potensial sebagai sumber
penularan
d. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau tidak berubah
(stagnan).
e. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi-fungsi organ.

Secara skematis, penyebaran penyakit infeksi dapat digambarkan sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai