Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis

dalam kehidupan perekonomian suatu negara, yaitu sebagai perantara pihak-pihak

yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana

(lack of fund).1 Tetapi seiring berjalannya waktu muncul persoalan baru ketika

terdapat sekelompok masyarakat islam yang merasa sulit menerima kehadiran

lembaga perbankan dalam kehidupannya dikarenakan adanya unsur-unsur yang

dinilai tidak sesuai dengan ajaran agamanya, yaitu bunga. Untuk mengatasi situasi

seperti ini sejumlah ekonom muslim menawarkan konsep perbankan yang sesuai

dengan ajaran islam, yaitu sistem perbankan dengan mekanisme bagi hasil atau

sistem profit and loss sharing (PLS). Sistem ini yang mendasari operasional

perbankan syariah.2

Fungsi Perbankan Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank

konvensional yakni sama-sama sebagai lembaga intermediasi (intermediary

institutioni) yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali

dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk

fasilitas pembiayaan.3

1
Khotibul Umam, Veri Antoni, Corporate Action Pembentukan Bank Syariah : Akuisisi,
Konversi, dan Spin-off,(Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2015), h. 1.
2
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah : Strategi
Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Return, dan Meminimalkan Risiko Pembiayaan di
Bank Syariah Sebagai Akibat Masalah Agency, (Jakarta : Rajawali, 2008), h. 17-18.
3
Veithzal Rivai, Arvyan Arifin, Islamic Banking : Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi,
(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010), h. 33.

1
2

Perbankan Syariah diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008

Tentang Bank Syariah Pasal 1 angka 7, yang dimaksud Bank Syariah adalah

“Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan

menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Syariah”. 4 Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada

hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak

membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah

maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian

antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah

harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah

Islam.5

Banyaknya lembaga keuangan makro maupun mikro yang tersebar

keberbagai pelosok tanah air, rupanya belum mencapai kondisi yang ideal jika

diamati secara teliti. Hal ini nampak dari banyaknya lembaga keuangan mikro

yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

lebih besar sering terabaikan, khususnya dalam pengembangan ekonomi

masyarakat bawah. Padahal lembaga keuangan mikro mempunyai posisi stategis

dalam pengembangan ekonomi masyarakat kelas bawah. Dalam kondisi yang

demikian inilah Bank yang berbasis syariah muncul dan mencoba menawarkan

solusi bagi masyarakat kelas bawah.6

4
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2012), h. 56
5
Ismail, Perbankan Syariah, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 30
6
Ahmad Sumiyanto, Menuju Koperasi Modern (Panduan untuk Pemilik, Pengelols dan
Pemerhati Bank Syariah dalam Format Koperasi), Yogyakarta:Debeta, 2008, h. 17
3

Pembiayaan merupakan salah satu aktivitas penting dalam manajemen

Bank Syariah yang sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama Bank

Syariah Mandiri, karena berhubungan langsung dengan rencana memperoleh

pendapatan. Pembiayaan menjadi kegiatan utama lemabaga ini, oleh karena itu

memerlukan analisis yang cermat agar bisa menghasilkan keuntungan dan

mendukung kelangsungan usaha lembaga tersebut.

Banyaknya produk-produk pembiayaan yang ditawarkan mengharuskan

konsumen untuk lebih selektif dalam memilih produk yang ditawarkan.

Pembiayaan mikro merupakan salah satu produk dari BSM yang dapat dijadikan

pilihan bagi calon nasabah. Pembiayaan mikro adalah pembiayaan yang diberikan

kepada perorangan atau badan usaha yang sudah memiliki usaha yang berjalan 2

tahun. Pembiayaan mikro pada bank syariah menggunakan sistem pembiayaan

akad murabahah. Murabahah merupakan akad perjanjian jula beli anatara bank

dengan nasabah. Produk dari BSM ini merupakan pembiayaan penyertaan modal

usaha kecil yang khususnya membiayai penyertaan modal kerja mulai dari

Rp.11.000.000,00 – (sebelas juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,00 –

(dua ratus juta rupiah). Dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal

usaha nasabah dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.7

Setiap dana yang disalurkan oleh bank syariah selalu mengandung resiko

tidak kembalinya dana. Resiko pembiayaan merupakan kemungkinan kerugian

yang akan timbul karena adanya dana yang disalurkan tidak dapat kembali.8

7
Wawancara dengan Windy selaku analis pembiayaan mikro di Bank Syariah Mandiri
Cabang Takengon, tgl 31 Juli 2018.
8
Ismail, Perbankan Syariah…, h. 105
4

Analisa pembiayaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

bank syariah dalam mengambil keputusan untuk menyetujui/menolak

permohonan pembiayaan. Analisis pembiayaan merupakan salah satu faktor yang

dapat digunakan sebagai acuan bagi bank syariah untuk meyakini kelayakan atas

permohonan pembiayaan nasabah.

Sebelum Bank Syariah Mandiri memutuskan untuk menyetujui permintaan

pembiayaan kepada calon nasabah maka perlu mengadakan evaluasi risiko dari

para calon nasabah. Adapun prinsip yang diterapkan dala pemberian pembiayaan

adalah prinsip “5-C” yaitu: Character (gambaran watak dan kepribadian dari

calon pengambil pembiayaan), Capacity (kemampuan nasabah dalam memenuhi

kewajibannya sesuai dengan jangka waktu angsuran pembiayaan), Capital

(jumlah dana yang diikutsertakan oleh nasabah dalam usaha yang dibiayai),

Collateral (jaminan yang diberikan oleh nasabah kepada bank dalam pengambilan

pembiayaan), Condition of Economy (menilai nasabah dari keadaan perekonomian

saat mendatang).9

Pembiayaan yang diberikan tanpa didahului dengan analisis pembiayaan

yang professional dapat diragukan mutunya. Tujuan analisis pembiayaan adalah

untuk menilai mutu permintaan pembiayaan baru yang diajukan oleh calon

nasabah ataupun permintaan pembiayaan terhadap pembiayaan yang sudah pernah

diberikan yang diajukan oleh nasabah yang lama. Apabila Bank Syariah

meluluskan permintaan pembiayaan setelah penilaian mutu melalui analisis

9
Muhammad, Manajemen bank Syariah, (Yogyakarta:UPP AMPYKPN, 2006), h. 261
5

pembiayaan, maka risiko berkembangnya pembiayaan bermasalah dapat

diperkecil.10

Berdasarkan pengalaman dari kegiatan On the Job Training (OJT) peneliti

di BSM Takengon melihat banyak lalu lintas pembiayaan yang dilakukan oleh

calon nasabah dengan jumlah yang tidak sedikit dan resiko yang ditimbulkan oleh

perbankan tersebut macetnya pengembalian dana pembiayaan, dan tidak sedikit

pula nasabah yang menunggak, apakah analisa awal yang dilakukan oleh pihak

bank terhadap calon nasabah yang mengajukan pembiayaan belum optimal. Maka

dari itu perbankan tersebut sangat perlu untuk melakukan analisa pembiayaan

yang lebih cermat dan teliti untuk menekan resiko tidak kembalinya dana.

Berdasarkan uraian di atas, pihak Bank Syariah Cabang Takengon dapat

menganalisis pembiayaan yang akan diberikan kepada calon nasabah yang

mengajukan pembiayaan dengan lebih teliti untuk mengontrol penggunaan dana

oleh nasabah, sehingga dana yang akan disalurkan kepada calon nasabah dapat

terealisasi resiko ketidakpastian perolehan dana dan keputusan pemberian

pembiayaan tidak keliru. Maka penggunaaan prinsip 5C dalam keputusan

pemberian pembiayaan mikro sangat menarik untuk diteliti. Oleh karena itu,

penulis ingin membahas masalah tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah berupa

proposal skripsi yang berjudul “PENERAPAN PRINSIP 5C DALAM

PEMBERIAN PEMBIAYAAN MIKRO PADA PT.BANK SYARIAH

MANDIRI CABANG TAKENGON”

10
Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Islam, (Jakarta:PT.Pustaka Utama Grafiti, 1999), h. 171
6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah prosedur pemberian pembiayaan mikro pada PT. Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang takengon?

2. Bagaimanakah penerapan prinsip 5C dalam pemberian pembiayaan mikro

pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Takengon?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui prosedur pemberian pembiayaan mikro pada PT. Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang takengon.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip 5C dalam

pemberian pembiayaan mikro pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang takengon.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat

dalam memahami pembiayaan yang berguna baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi semua pihak yang

ingin memahami ilmu Ekonomi Syariah, khususnya bagi pihak Bank Syariah

Mandiri dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah.


7

2. Manfaat praktis

Dapat menjadi rujukan bagi penelitian berikutnya dan dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan pada saat pemberian

pembiayaan.

E. Definisi Operasional

1. Prinsip 5C

Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan

pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah antara lain dikenal dengan prinsip

5C. Penilaian dengan prinsip 5C terdiri atas Character (Karakter) , Capacity

(Kapasitas), Capital (Modal), Condition (Kondisi), Collateral (Jaminan)

2. Pembiayaan Mikro

Pembiayaan mikro di bank syariah mandiri adalah pembiayaan bank

kepada nasabah perorangan atau badan usaha yang bergerak di bidang usaha

mikro kecil menengah (UMKM) untuk membiayai kebutuhan usahanya melalui

pembiayaan modal kerja, multiguna atau pembiayaan investasi dengan limit

pembiayaan dari Rp 2 juta hingga Rp 200 Juta.

Sementara itu menggunakan akad murābaḥah, namun pada aplikasinya

bank syariah mandiri menggunakan akad murābaḥah bil wakalah dengan

memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut, dan dengan

adanya akad tersebut maka bank sepenuhnya menyerahkan dana tersebut kepada

nasabah untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Persyaratan

yang mudah, proses pembiayaan cepat, dan angsuran ringan serta tetap hingga
8

jatuh tempo adalah nilai plus dari produk pembiayaan mikro ini. Dengan

keunggulan tersebut maka diharapkan dengan fasilitas yang diberikan, masyarakat

kecil dan pelaku UMKM dapat tetap menjalankan roda perekonomianya secara

maksimal.11

F. Penelitian terdahulu

Ada beberapa kajian yang menjadi landasan penelitian ini antara lain yaitu:

1. Hasna Ambar Rina (2016) dalam Tugas Akhirnya yang berjudul

“Implementasi 5C dalam Proses Analisis Pembiayaan Murabahah di

KJKS BMT Walisongo Semarang.” yang mengkaji tentang proses

pembiayaan murabahah yang memperhatikan prinsip 5C secara

menyeluruh yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital

(modal), condition (kondisi), dan collateral (jaminan) di KJKS BMT

Walisongo Semarang.12

Adapun yang membedakan penelitin ini dengan penelitian Hasna Ambar

Rina yaitu pada tujuan penelitian. Jika penelitian Hasna Ambar Rina

bertujuan penerapan %C untuk pembiayaan murabahah, sedangkan

penelitian ini bertujuan untuk pemberian modal usaha mikro walaupun

sama-sama menggunakan 5c, namun waktu dan lokasi penelitian yang

sangat berbeda maka akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula..

11
www.syariahmandiri.co.id/tentang-kami/sejarah, diakses pada tanggal 15 Maret
2019,pukul 19.00 WIB.
12
Hasna Ambar Rina, “Implementasi 5C dalam Proses Analisis Pembiayaan Murabahah
di KJKS BMT Walisongo Semarang”, Tugas Akhir, (Semarang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Walisongo Semarang, 2016). Eprint.walisongo.ac.id/7184/.
9

2. Rohmatan (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Implementasi

Prinsip 5C dalam Upaya Pencegahan Pembiayaan Mudharabah

Bermasalah di KSPS BMT Bina Ummat Sejahtera (BUS) Cabang Cepu.”

hasil dari penelitian tersebut adalah mekanisme pembiayaan mudharabah

dan implementasi prinsip 5C secara menyeluruh yang diterapkan di KSPS

BMT BUS Cabang Cepu.13

Adapun yang membedakan penelitin ini dengan penelitian Rohmatan yaitu

pada tujuan penelitian. Jika penelitian Rohmatan bertujuan penerapan 5C

untuk menekan pmasalah pada pembiayaan mudharabah, sedangkan

penelitian ini bertujuan untuk pemberian modal usaha mikro walaupun

sama-sama menggunakan 5c, namun waktu dan lokasi penelitian yang

sangat berbeda maka akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula..

3. Gusti Bagus Fradita Anggriawan, Dkk (2017) dalam jurnalnya yang

berjudul “Analisis Prinsip 5c Dan 7p Dalam Pemberian Kredit Untuk

Meminimalisir Kredit Bermasalah Dan Meningkatkan Profitabilitas (Studi

Kasus Pada Pt. Bpr Pasar Umum Denpasar - Bali)”. Hasil penelitian

tersebut yaitu analisis 5C dan 7P ini dinilai sudah sangat efektif guna

untuk mengetahui layak atau tidak layaknya kredit yang diberikan ke calon

debitur, tetap melakukan pembinaan, mengecek langsung ke lokasi usaha

debitur untuk mengetahui apa penyebab dari kredit bermasalah,

13
Rohmatan, “Analisis Implementasi Prinsip 5C dalam Upaya Pencegahan Pembiayaan
Mudharabah Bermasalah di KSPS BMT Bina Ummat Sejahtera (BUS) Cabang Cepu”, Tugas
Akhir, (Semarang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang, 2015).
Eprint.walisongo.ac.id/7184/.
10

keuntungan yang diperoleh terutama dalam bentuk bunga yang diterima

bank sebagai biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada debitur.14

Adapun yang membedakan penelitin ini dengan penelitian Gusti Bagus

Fradita Anggriawan, Dkk yaitu pada tujuan penelitian. Jika penelitian

Gusti Bagus Fradita Anggriawan, Dkk bertujuan penerapan 5C dab 7c

untuk meminimalisir kredit bermasalah, sedangkan penelitian ini bertujuan

untuk pemberian modal usaha mikro walaupun sama-sama menggunakan

5c, namun waktu dan lokasi penelitian yang sangat berbeda maka akan

memberikan hasil penelitian yang berbeda pula..

4. Muhammad Ichwan Noer Laily (2015) dalam Artikel Ilmiahnya yang

berjudul “Analisis 5C Terhadap Pemberian Kredit (Kredit Menengah,

Kredit Kecil, Kredit Mikro) Dan Kaitannya dengan Non Performing Loan

Pada PT. Bank Umkm BPR Jatim Cabang Lumajang”. Hasil penelitiannya

yaitu Penerapan 5C pada pemberian kredit usaha menengahpada PT. Bank

UMKM BPR Jatim Cabang Lumajang sudah baik sesuai dengan

kebijakan perbankan yang telah menerapkan prinsip 5C kemampuan dan

kesediaan calon nasabah usaha menengah dapat membayar kembali

pembiayaan dan melunasi pembiayaan kredit sesuai dengan perjanjian

pembiayaan. Penerapan 5C pada pemberian kredit usaha kecil pada PT.

Bank UMKM BPR Jatim Cabang Lumajang dilakukan dengan

menganalisis Character, Collateral, Capacity, Capital, Condition, analisis

14
Gusti Bagus Fradita Anggriawan, Dkk, “Analisis Prinsip 5c Dan 7p Dalam Pemberian
Kredit Untuk Meminimalisir Kredit Bermasalah Dan Meningkatkan Profitabilitas (Studi Kasus
Pada Pt. Bpr Pasar Umum Denpasar – Bali)”, Jurnal (Singaraja:Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha,2017). Ejournal.undiksha.ac.id.
11

ini mampu menekan terjadinya NPL terbukti presentase NPL selama

periode 2010-2012 cenderung stabil, PT. BPR sudah menjalan analisis 5c

diusaha kecil secara baik sesuai ketentuan dan kebijakan perbankan namun

masih terjadi kenaikan NPL. Dalam Prosedur Pemberian Kredit Usaha

Mikro Pada PT. Bank UMKM BPR Jatim Cabang Lumajang, penerapan

5c yang diterapkan pada usaha mikro ini hanya 4C saja, collateral pada

usaha mikro ini tidak digunakan, collateral tidak digunakan karena pada

kredit usaha mikro ini pinjaman yang kecil dan tidak efektif jika

menggunakan collateral dikarenakan akan berdampak pada lamanya

proses pemberian kredit dan rugi jika harus adanya penambahan karyawan

untuk pemberian surve pada nasabah.15

Adapun yang membedakan penelitin ini dengan penelitian Muhammad

Ichwan Noer Laily aitu pada tujuan penelitian. Jika penelitian Muhammad

Ichwan Noer Laily bertujuan penerapan 5C usaha mikro namun

berpengaruh kepala NPL, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk

pemberian modal usaha mikro saja walaupun sama-sama menggunakan 5c,

namun waktu dan lokasi penelitian yang sangat berbeda maka akan

memberikan hasil penelitian yang berbeda pula.

5. Indra Budi Utomo (2013) dalam Tugas akhir dengan judul “Implementasi

5C Pada Pembiayaan Murābaḥah di Baitul Mal Wattamwil (BMT)

Tumang Cabang Ampel Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah”.

15
Muhammad Ichwan Noer Laily,” Analisis 5C Terhadap Pemberian Kredit (Kredit
Menengah, Kredit Kecil, Kredit Mikro) Dan Kaitannya dengan Non Performing Loan Pada PT.
Bank Umkm BPR Jatim Cabang Lumajang”, Artikel ilmiah , (Jember : Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Jember,2015). Repository.unej.ac.id.
12

Dalam tugas akhir ini menekankan dan membahas tentang implementasi

prinsip 5C, namun lebih terfokuskan penggunaanya pada pembiayaan

murābaḥah, selain itu prinsip 5C tersebut belum sepenuhnya diterapkan

pada pembiayaan murābaḥah, hal ini terbukti dari hasil penelitian masih

terjadi permasalahan pada unsur collateral (jaminan).16

Adapun yang membedakan penelitin ini dengan penelitian Indra Budi

Utomo yaitu pada tujuan penelitian. Jika penelitian Indra Budi Utomo

bertujuan penerapan 5C pada pembiayaan murabaha, sedangkan penelitian

ini bertujuan untuk pemberian modal usaha mikro walaupun sama-sama

menggunakan 5c, namun waktu dan lokasi penelitian yang sangat berbeda

maka akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula..

6. Elzelyta N Siregar (2018) dalam tugas akhir yang berjudul “Analisa

Penerapan Prinsip 5c (Character, Capacity, Capital, Collateral,

Condition Of Economic) Pada Pt. Bank Sumut Kcp Usu”. Dalam

penelitian ini implementasi 5C digunakan dalam penilaian kualitas

pemberian kredit dari calon debitur, namun dalam penggunaan 5C lebih

ditekankan prinsip Character (watak) karena karakter merupakan modal

kejujuran dari seorang nasabah.17

Adapun yang membedakan penelitin ini dengan penelitian Elzelyta N

Siregar yaitu pada tujuan penelitian. Jika penelitian Elzelyta N Siregar

16
Indra Budi Utomo, “Implementasi 5C Dalam Pembiayaan Murābaḥah Di BMT Tumang
Kantor Cabang Ampel”, Tugas Akhir, 2013, perpus.iainsalatiga.ac.id.
17
Elzelyta N Siregar, “Analisa Penerapan Prinsip 5c (Character, Capacity, Capital,
Collateral, Condition Of Economic) Pada Pt. Bank Sumut Kcp Usu”, Tugas akhir, (Medan :
Program Studi Diploma III Keuangan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara,
2018). Repository.usu.ac.id.
13

bertujuan pada penerapan 5C saja baik aplikasi maupun yang lainnya,

sedangkan penelitian ini bertujuan untuk pemberian penerapan 5 c dalam

pemberian modal usaha mikro walaupun sama-sama menggunakan 5c,

namun waktu dan lokasi penelitian yang sangat berbeda maka akan

memberikan hasil penelitian yang berbeda pula.

7. Yuli Artiningsih (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Peranan

Penilaian Prinsip 5C dalam Pemberian Pembiayaan di BTN Syariah

Cabang Yogyakarta”. Dalam tugas ini disebutkan BTN Syariah

Yogyakarta dalam menentukan layak atau tidaknya permohonan

pembiayaan lebih menekankan kepada unsure Character, Capacity dan

Collateral. Penilaian Character menjadi jaminan bagi bank untuk melihat

watak dari calon nasabah. Kemudian peran Capacity merupakan dasar

penilaian bank atas lancar atau tidaknya calon debitur untuk mengansur

pembiayaan karena berkaitan dengan likuiditas calon debitur. Sedangkan

peran dari Collateral adalah dijadikan bahan antisipasi atas terjadinya

pembiayaan bermasalah.18

Adapun yang membedakan penelitin ini dengan penelitian Yuli

Artiningsih yaitu pada tujuan penelitian. Jika penelitian Elzelyta N Siregar

bertujuan pada penerapan 5C dalam pembiayaan yang mencakup segala

pembiayaan, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk penerapan 5c dalam

pemberian modal usaha mikro walaupun sama-sama menggunakan 5c,

18
Yuli Artiningsih, “Peranan Penilaian Prinsip 5C dalam Pemberian Pembiayaan di BTN
Syariah Cabang Yogyakarta”, Skripsi, (Yogyakarta: Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2016). Digilib.uin-suka.ac.id.
14

namun waktu dan lokasi penelitian yang sangat berbeda maka akan

memberikan hasil penelitian yang berbeda pula.


15

Anda mungkin juga menyukai