Anda di halaman 1dari 42

2.

1 TINJAUAN OBJEK RANCANGAN


Tinjaun objek rancangan adalah beberapa bahasan yang akan berisi tentang kajian mengenai Pusat
Seni Dan Kreatifitas di Kota Blitar yang terdiri dari:
2.1.1. Definisi Objek
Adapun rincian tentang definisi judul objek yang akan diulas adalah sebagai berikut:
a. Pusat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) puasat adalah tempat yang letaknya di bagian
tengah, titik yang di tengah-tengah benar (dalam bulatan bola, lingkaran, dan sebagainya, pusar, pokok
pangkal yang menjadi pumpuan (berbagai hal, urusan, dan sebagainya), dan orang yang
membahwahkan berbagai pumpuan.
b. Seni
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengertian Seni adalah:

 Seni diartikan halus, kecil, tipis, lembut dan enak didengar, mungil dan elok.
 Keahlian membuat karya bermutu (dilihat dari segi keindahan dan kehalusannya).
 Kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi.

Jika ditelaah lagi, seni sebenarnya telah ada sejak zaman dahulu ketika manusia pertaman kali
muncul dimuka bumi dalam artian seni telah ada dari zaman prasejarah. Seni merupakan hal yang tidak
lepas dari kehidupan manusia dan bagian dari kebudayaan yang diciptakan dari hubungan manusia
dalam lingkungan social. Seni memiliki berbagai pengertian tergantung dengan konsep atau pandangan
yang mendasari sebuah teori atau kajian mengenai seni itu sendiri. Menurut Sumanto (2006 : 5) seni
adalah hasil dari proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampi, kreatif,
kepekaan indra, kepekaan hati, dan pikir untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan indah,
selaras, bernilai seni, dan lainnya. Dalam penciptaan suatu karya seni yang dilakukan oleh para
seniman dibutuhkan kemampuan terampil kreatif secara khusus sesuai jenis karya seni yang dibuatnya.
Bentuk karya seni yang ada sekarang ini cukup beragam dilihat dari bentuk kreasi seni, proses dan
teknik berkarya serta wujud media yang digunakannya.

c. Kebudayaan
Apabila kita berbicara tentang kebudayaan maka kita akan langsung berhadapan dengan makna
budaya itu sendiri yang ada disetiap masyarakat. Secara umum budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa sangsekerta yaitu buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddi (budi pekerti) yang
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris
kebudayaan disebut culture yang berasal dari kara latin colera, yaitu mengolah atau mengerjakan
dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Geetz (dalam bukunya “Mojokuta :
Dinamika Sosial Sebuah Kota di Jawa”), mengakatakana bahwa budaya adalah suatu sistem makna dan
simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya yang
menyatakan perasaan dan memberikan penilaian-penilaiannya pada seuatu pola makna yang
ditransmisikan secara historis lalu diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana
orang-orang mengkomunikasikan, mengabdikan, dan mengembangkan pengetahuan karena budaya
merupakan suatu system simbolik maka harus dibaca, diterjamahkan, dan dilestarikan.
Sedangkan menurut guru besar antropologi Indonesia Kuntjaraningrat berpendapat, bahwa
budaya atau kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah bentuk jamak dari buddi yang berarti
budi dan akal sehingga disimpulkan bahwa budaya atau kebudayaan adalah sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal yang perkembangan majemuk dimasyarakat.
d. Kreativitas
Kreativitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata dasar kreatif, yaitu
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Sedangkan kreativitas sendiri memiliki arti
kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru yang berbeda dengan sebelumnya.
Kreativitas merupakan kemampuan interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada, dengan demikian perubahan di
dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif.

Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang kreativitas adalah hubungan antara
kreativitas dan aktualisasi diri. Menurut psikolog humanistik, Abraham Maslow dan Carl Rogers
menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengaktualisasikan dirinya apabila seseorang menggunakan
semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi, mengaktualisasikan, atau
mewujudkan potensinya. Menurut Maslow aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental,
suatu potensialitas yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi sering hilang, terhambat
atau terpendam dalam proses pembudayaan. Jadi sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda dari sebelumnya, baik berupa gagasan atau karya
nyata dengan menggabunggabungkan unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Hal baru disini adalah
sesuatu yang belum diketahui oleh yang bersangkutan, meskipun hal itu merupakan hal yang tidak asing
lagi bagi orang lain, dan bukan hanya dari yang tidak menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari
sesuatu yang sudah ada.

e. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan tentang definisi objek rancangan yaitu tentang
perancangan sebuah bangunan yang dipergunakan sebagai pusat pengapresiasian karya seni serta
pelestarian budaya yang berada dimasyarakat yang berasal dari buah pikiran budi pekerti luhur orang
terdahulu, yang harus dilestarikan agar tetap terjaga. Seni dan budaya tidak akan lepas dengan
kreativitas para seniman di belakangnya, yang menciptakan ide-ide atau sesuatu yang berbeda dari
sebelumnya. Maka dari itu perancangan ini selain sebagai fasilitas pelestarian seni budaya, lalu di sini
akan dikembangkan kreativitas para seniman maupun yang berkecimpung di dunia seni budaya agar
karyanya bisa menjadi lebih baik lagi.
2.2 Teori yang relevan dengan Objek
2.2.1 Seni dan Kebudayaan
Berdasarkan hasil telaah pengertian berbagai unsur seni maka disimpulkan bahwa seni
memiliki sekurang-kurangnya 5 ciri yang merupakan sifat dasar seni (Gie, 1976:41 -46). Uraian
mengenai sifat dasar seni adalah sebagai berikut :
a. Sifat kreatif dari seni. Seni merupakan kegiatan manusia yang selalu menciptakan suatu
karya baru.
b. Sifat induvidualis dari seni. Karya seni yang diciptakan oleh seseorang seniman merupakan
karya seni yang meliki ciri-ciri personal seperti penilaian terhadap subjektif dan
induvidualis.
c. Nilai ekspreksi atau perasaan. Dalam mengapresiasi dan menilai suatu karya seni harus
memekai kriteria atau ukuran estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya
kedalam karya seninya lalu penikmat seni (apresiator) menghayati, memahami, dan
mengapresiasi karya tersebut dengan perasaanya.
d. Keabadian sebab seni dapat hidup sepanjang masa. Konsep karya seni yang dihasilkan oleh
seseorang seniman dan diapresiasi oleh masyarakat tidak dapat ditarik kembali atau
terhapuskan oleh waktu.
e. Semesta atau Universal sebab seni berkembang di seluruh dunia dan di sepanjang waktu.
Seni tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Sejak jaman pra-sejarah hingga
modern ini, orang terus membuat karya seni dengan beragam fungsi dan wujudnya sesuai
perkembangan masyarakatnya.
Setelah memahami tentang sifat dasar seni maka perlu adanay pemahan tentang unsur-
unsur seni yang ada agar mempermudah dalam menciptakan karya seni maupun mengapresiasi
suatu karya seni. Menurut The Liang Gie (1776-1770) menjelasakn dalam suatu jenis kesenian
terdapat unsur-unsur yang membangun karya seni sebagai berikut:
a. Struktur seni merupakan tata hubungan sejumlah unsur-unsur seni yang membenruk suatu
kesatuan karya seni yang utuh.contoh struktur seni dalam bidang seni rupa adalah garis,
bentuk, bidang, dan tekstur.
Bidang seni music adalah irama dan melodi kalua bidang seni ta ri adalah wirama, wirasa,
dan wiraga sedangkan kalua bidang seni teater adalah gerak, suara, dan lakon.
b. Tema merupakan ide pokok yang dipersoalkan dalam karya seni. Ide pokok suatu karya
seni dapat dipahami atau dikenal melalui subjek metter (pokok soal) d an judul karya.
Poko soal dapat berhubungan dengan niat estetis, atau nilai kehidupan yakni berupa:
Objek alam, alam kebendaan, suasana atau peristiwa yang metafora atau alogari. Namun
tidak semua karya mempunyai tema melainkan kritik.
c. Medium adalah sarana yang digunakan dalam mewujudkan gagasan menjadi suatu karya
seni melalui pemanfaata material atau bahan alat dan bahan serta penguatan teknik
berkarya.
d. Gaya atau Style dalam karya seni merupakan ciri ekspresi personal yang khas dari si
seniman dalam meyajikan karyanya. Menurut Soedarso SP (1987:79). Gaya adalah ciri
bentuk luar yang melekat pada wujud karya seni, sedangkan aliran berkaitan dengan isi
karya seni yang merefleksikan pandangan atau prinsip si seniman dalam menaggapi
sesuatu.
Lalu untuk mengerti karakteristik kebudayaan dalam seni itu sendiri maka harus
mempelajari terlebih dahulu unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan. Kluckhon
dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang
ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti
masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan.
Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut
dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur -
unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa
yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah sistem
bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencarian hidup, sistem religi, dan kesenian.
Selain itu menurut Koentjaraningrat (1986), kebudayaan dibagi kedalam tiga system.
Pertama system budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua system social di mana merupakan
suatu rangkaian tindakan yang berpola dari manusia, dan ketiga system teknologi sebagai modal
peralatan manusia untuk menyambung keterbatasan jasmaninya. Berdasarkan konteks budaya,
ragam kesenian terjadi disebabkan adanya sejarah dari zaman ke zaman. Jenis -jenis kesenian
tertentu mempunyai kelompok tertentu mempunyai kelompok pendukung yang memiliki fungsi
berbeda. Adanya perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan yang hasil-hasil sennya
sediseabkan oleh diamika masyarakat, creative, dan pola tingkah laku dalam konteks masyarakat.
Koentjaraningrat mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia adalah hasil karya putera bangsa
dari suku bangsa manapun asalnya, yang penting khas dan bermutu sehingga sebagian besar orang
Indonesia mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan karyanya. Kebudayaan INone sia
adalah suatu kondisi majemuk karena ia, bermodalkan berbagai kebudayaan yang berkembang
menurut tujuan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta daerah itu memberikan jawaban
terhadap masing-masing tantangan yang memberi bentuk kesenian yang merupakan bagian dari
kebudayaan. Apa-apa saja yang menggambarkan kebudayaan, misalnya cirri khas :
a. Rumah adat daerah yang berbeda dengan satu dan lainnya, sebagai contoh ciri khas rumah
adat Jawa menggunakan joglo sedangkan rumah adat Sumatra dan rumah adat Hooi
berbentuk panggung.
b. Alat musik disetiap daerah manapun sengan alat musik didaerah lainnya. Jika dilihat dari
perbedaan jenis bentuk serta motif ragam hiasnya beberapa alat musik sudah dikenal
diberbagai wilayah.
c. Seni tari seperti tari saman dari Aceh dan tari merak dari Jawa Barat.
d. Kriya ragam hias dengan motif-motif tradisional, dan batik yang sangat beragam dari
daerah tertntu dibuat di atas media kain dan kayu.
e. Property kesenian, kesenian Indonesia memiliki beragam bentuk selain seni musik, seni
taru, seni teater, kesenian wayang golek dan topeng merupakan ragam kesenian yang kita
miliki. Sebagai contoh kesenian wayang golek adalah salah satu bentuk seni teater yang
menggunakan media wayang, sedangkan topeng adalah bentuk seni pertunjukan seni yang
menggunakan topeng untuk mendukung.
f. Pakaian daerah, setiap profinsi memiliki kesenian, pakaian, dan benda seni yang berbeda
antara satu daerah dengan daerahh lainnya.
g. Benda seni, karya seni yang tidak dapat dihitung ragamnya merupakan identitas dan
kebanggaan bangsa Indonesia. Benda seni atau souvenir yang terbuat dari perak yang
bersal dari Kota Gede di Yogyakarta adalah salah satu karya seni bangsa yang menjadi cirri
khas daerah Yogyakarta. Karya seni dapat menjadi sumber mata pencarian dan objek
wisata.
h. Adat istiadat, setiap suku mempunyai adat istiadat masing-masing seperti suku Toraja
memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi upaca pemakaman yang biasa disebut
Rambu tuka. Di Bali adat istiadat Ngaben. Ngaben adalah upacara pemakaman mayat
khususnya mereka yang beragama Hindu. Dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau
Seribu Pura ini.
2.2.2 Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan sesorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan
apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak ada yang membuatnya. Ia dapat berupa
kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi
mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pen galaman
sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup
pembentukan korelasi baru. Hasil dari sebuah kreativitas dapat berupa produk seni, kesusastraan,
produk ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis. (Suhaya, 2016:5)
Menurut Suhaya (2016:5) unsur karakteristik dari pemahaman konsep kreativitas secara
mendasar antara lain yaitu:
a. Kreativitas merupakan proses, bukan hasil.
b. Proses itu mempunyai tujuan yang mendatangkan keuntungan bagi orang itu sendiri atau
kelompok sosialnya.
c. Kreativitas mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan karenanya unik
bagi orang itu, baik berbentuk lisan atau tulisan, maupun konkret atau abstrak.
d. Kreativitas muncul dari pemikiran divergen, lain halnya dengan konformitas atau
pemecahan masalah sehari-hari yang timbul dari pemikiran konvergen.
e. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir yang tidak sama dengan kecerdasan, yang
mencakup kemampuan mental selain berpikir.
f. Kemampuan untuk mencipta bergantung pada pengetahuan yang diterima.
g. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang menjurus kearah beberapa
bentuk prestasi.
Lalu apabila kita membahas kreativitas yang berkaitan dengan seni, maka kita tidak bisa
meninggalkan kemampuan dari senimannya karena seniman memiliki ide, kreasi, dan kemampuan
teknis dalam mewujudkan gagasan atau dalam mengekspresikan pengalaman dan gejolak jiwanya.
Kreativitas dalam diri seorang seniman adalah ruang kebebasan dalam berolah pikir untuk
berekspresi dalam merefleksikan pengalaman dan rangsangan dari lingkungannya. Seorang
seniman ditunutk kepekaan naluri dan kemampuan mengolah penglaman -pengalamannya yang unik
dan menarik untuk diekspresikan menjadi sebuah karya yang original dan menjadi pengalaman
baru yang unik dan estetik bagi orang lain.
Menurut pendapat Soedarso (1990:127-128) yang termasuk kedalam pengertian kreatif
adalah kualitas dari :
a. Sensivitas adalah kepekaan terhadap setiap rangsangan yang datang dari luar baik
kepekaan terhadap kesedihan yang dirasakan orang lain maupun kepekaan terhadap
kombinasi warna atau susunan bentuk yang menarik ataupun hal -hal yang khas yang ada
disekitarnya. Dengan kepekaan seperti ini maka jiwa akan menjadi kaya oleh berbagai
pengalaman yang masuk dan kekayaan itu akan selalu siap untuk diek spresikan.
b. Kelancaran atau fluency yaitu kelancaran untuk menentukan kata-kata atau warna
tertentu yang sesuai dengan ide yang akan dieskpresikannya. Lelancaran idesional untuk
berpikir dengan cepat dan tepat, kelancaran dalam mengasosiasikan sesuatu dengan yang
lain, dean kelancaran ekspresional yang berarti mampu untuk menemukan jalan yang
paling sesuai dengan ekspresinya.
c. Fleksibilitas yakni kemampuan untuk mengadaptasi situasi yang baru. Manusia mampu
menyesuaikan dirinya dengan berbagai situasi baik kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan kawasan baru, tetangga baru, atau kondisi iklim pada daerah tertentu. Misalnya
dari hidup di daerah tropis ke hidup di daerah dingin.
d. Originalitas ialah kemampuan untuk menemukan jawaban atau solusi yang khas terhadap
masalah atau pertanyaan yang ada. Pribadi yang memiliki origanilitas adalah orang yang
tidak tergantung pad aide-ide orang lain, juju rpada dirinya sendiri, dan pada proses
kreativitasnya.
e. Kempuan untuk menentukan dan mengatur kembali.
f. Kemampuan untuk menangkap adanya hubungan antara beberapa hal atau masalah dalam
suatu jalinan tertentu.
g. Elaborasi ialah kemampuan untuk mengembangkan suatu ide dengan detail. Seseorang
yang kreatif akan mampu dengan baik membuat lukisannya (baik secara verbal maupun
dengan garbar) tentang missal suatu adegan. Tidak ada suatu bagianpun yang terlepas dari
perhatiannya.
2.3 Teori arsitektur yang relevan dengan Objek
Pada perancangan Pusat Seni Budaya dan Kreativitas Kota Blitar adalah sebagai fasilitas unutk
mengapresiasi sebuah karya seni para seniman, serta upaya pelestarian nilai-nilai kebudayaan untuk
generasi muda millennial sekarang ini, seperti yang telah diketahui bahwa generasi ini lebih condong
ketertarikanya pada penggunaan teknologi atau gadget. Sehingga didalamnya perlu memperhatikan
teori-teori arsitektur yang sesuai dalam perancangannya.
Berikut ini merupakan table jenis kegiatan dalam gedung Seni Budayaa dan Kreativitas di Kota
Blitar.
No. Keterangan Jenis Kegiatan Jumlah Pelaku

1 Seni Tari Tari Emprak Blitar 8 8 Perempuan

2 Pentas Seni Wayang Kulit 27 21 Laki-laki, 6 Perempuan

3 Seni Tari Kotemporer Labuh Bumi Pertiwi 17 9 Laki-laki, 8 hPerempuan

4 Seni Tari Tari Dayak ala Salamrejo Tidak Tetap Laki-laki, Perempuan

Seni Tari Tari Reog Bulkiyo 9 Laki-laki

Seni Tari Jaranan Jur Ngasinan Sukorejo 26 Laki-laki

4 Seni Pertunjukan Drama Kolosal Supriyadi Tidak tetap Campuran laki-laki dan perempuan ,
dengan jumlah pemain tidak tetap .

5 Seni Rupa Pameran Karya Seni 2D dam 3D Tidak Tetap Seniman lukis, Pemahat kayu, dan
Desainer Visual Art
6 Desain Visual Desain Grafis Tidak Tetap Laki-Laki dan Perempuan
6

(Sumber : Analisis Penulis)


2.3.1 Ruang pertunjukan
Untuk mendukung dalam memperkenalkan seni dan kebudayaan yang dimiliki Kota Blitar
maka diperlukan sebuah fasilitas berupa gedung/ruang pertunjukan. Sebenarnya gedung
pertunjukan adalah bangunan yang berukuran besar sebagai tempat menampilkan sebuah karya
untuk dinikmati dalam bentuk audio maupun visual.
Secara garis besar fasilitas yang terdapat didalam sebuah gedung pertunjukan dapat
dibedakan menjadi:
a. Fasilitas Utama
1. Ruang Panggung
Panggung adalah ruang yang menjadi orientasi utama dalam sebuah ruang pertunjukan.
Panggung diperintahkan bagi penampilan untuk mengekspresikan materi yang disajikan. Bentuk
dan dimensi panggung sangat bermacam-macam. Mediastika (2005:95) mengklasifikasikan
panggung menurut bentuk dan tingkat komunikasinya dengan penonton dibedakan menjadi 4 jenis:
 Panggung Procenium
Merupakan panggung dengan peletakan konvensional, yaitu penonton hanya dapat melihat
pertunjukan dari arah depan saja. Komunikasi antar pemain dan penonton pada panggung
semacam ini sangat minim. Komunikasi yang dimaksud adalah tatapan mata perasaan kedekatan
antara pemain, penonton, dan keinginan penonton untuk secara fisik terlibat dengan materi yang
disajikan misalnya ikut bergoyang dsb. Panggung ini lebih cocok digunakan untuk pertunjukan seni
tari klasik seperti Tari Labuh Bumi Pertiwi, Jaranan Jur Ngasihan, dan Reog Bulkiyo.

Gambar Panggung Proscenium


(Sumber: Seni Teater Jili II)

 Panggung Arena

Panggung arena adalah panggung yang terletak di tengah-tengah penonton sehingga penonton dapat berada pada posisi di
depan, samping, atau bahkan di belakang penampil. Panggung seperti ini biasanya dibuat semi permanen dalam sebuah auditorium
multifungsi. Komunikasi antara penampil dan penonton pun dapat berlangsung dengan sangat baik. Panggung arena ini cocok sekali
untuk pertunjukan yang santai seperti Tari Kontemporer dengan atraksi panggung yang lincah, Tari Reoog ala Salamrejo, dan Drama
Kolosal. Panggung area kerap kali dibuat dapat berputarsehingga semua penonton pada sisi yang berbeda dapat melihat penampilan
dari semua sudut.

(Sumber: Seni Teater Jili II)


2. Bangku penonton
Ukuran ruang penonton: jumlah penonton menentukan luas area yang diperlukan. Untuk setiap
penonton diperlukan ukuran luasan ≥ 0,5 m2 /penonton.
Gambar Ukuran Tempat Duduk Pengunjung

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 138)


Di setiap 3 atau 4 baris tempat duduk tersedia pintu keluar dengan lebar 1 m yang dapat
dipergunakan sebagai tempat keluar masuk pengunjung.

Gambar Letak Pintu Keluar Pengunjung

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 138)

Menurut Ernst Neufert (dalam bukunya berjudul Data Arsitek Jilid 2, 1991) mengatakan terdapat
beberapa persyaratan untuk perancangan bangku penonton seperti berikut ini:

a. Proporsi Ruang Penonton.


Dihasilkan dari sudut persepsi psikologi dan sudut pandang penonton, atau dari tuntutan pandangan
yang baik dari semua tempat duduk. Dan untuk menghasilkan sudut pandang yang baik maka
diperhitungkan beberapa aspek seperti:

 Pandangan yang baik, tanpa gerakan kepala tetapi mudah menggerakan mata kira-kira
30°.
 Pandangan yang baik, dengan sedikit gerakan kepala dan mudah menggerakan mata kira-
kira 60°.
 Maksimal sudut persepsi(pandangan) tanpa gerakan kepala kirakira 110°, ini berarti pada
bidang ini orang dapat menangkap hampir semua jalannya peristiwa.
b. Proporsi Ruang penonton klasik.
Jarak baris tempat duduk terakhir dari garis pintu gerbang (tepian panggung) maksimal 24 m,
ini merupakan jarak maksimal untuk menglihat perubahan ekspresi wajah.
Gambar Perbandingan Ruang Penonton Tradisional

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 138)

c. Tinggi Tempat duduk.


Ruangan penonton, elevasi tempat duduk terletak pada garis pandangan. Konstruksi garis
pandang berlaku untuk semua tempat duduk di ruang penonton (tempat duduk di lantai bawah dan juga
di balkon). Setiap baris membutuhkan beda ketinggian pandangan secara penuh 12 cm.

Gambar Tinggi Tempat Duduk

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 139)

3. Ruang rias dan ganti pakaian


Ruangan ini difungsikan sebagai tempat untuk para pemain pertunjukan untuk mengganti kostum
yang akan ditampilkan diatas panggung.
Gambar Ruang Ganti Pakaian

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 144)

4. Akustik Ruang
Akustik diartikan sebagai sesuatu yang terkait dengan bunyi atau suara sebagaimana yang
diungkapkan Dwi Retno Sri Ambarwati dalam jurnalnya bahwa, akustik merupakan pengolahan tata
suara pada suatu ruang untuk menghasilkan kualitas suara yang nyaman untuk dinikmati
merupakan unsur penunjang terhadap keberhasilan desain yang baik karena pengaruhnya sangat
luas dan dapat menimbulkan efek-efek fisik dan emosional dalam ruang akan mampu mampu
merasakan kesan-kesan tertentu.
J. Pamuddi Suptandar mengungkapkan dalam perancangan akustik ruang. Factor yang sangat
penting yaitu masalah gaung suara agar bisa merata keseluruh pemirsa dalam waktu yang
bersamaan meskipun posisi duduknya saling berjauhan dari sumber suara. Persyaratan tata akustik
gedung pertunjukan yang baik dikemukakan oleh Doelle (1990:54) yang menyebutkan bahwa untuk
menghasilkan kualitas suara yang baik secara garis gedung pertunjukan harus memenuhi syarat:
 Bunyi
Pengaruh dari adanya bunyi sangatlah penting dalam seni pertunjukan maka dari itu terdapat beberapa
syarat yang perlu diperhatikan seperti :
1. Kekerasan (loudness) yang cukup dan bunyi susulan
Kekerasan yang kurang terutama pada gedung pertunjukan ukuran besar disebabkan oleh energi
yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena jarak tempuh bunyi terlalu panjang dan
penyerapan suara oleh penonton dan isi ruang (kursi yang empuk, karpet, tirai dll).

Lalu nilai bunyi susulan bergantung kepada pada nilai volume dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 2. 1 Jangkauan waktu bunyi susulan yang optimal

Fungsi Ruang Jenis Kegiatan Waktu Bunyi susulan dalam


detik

Dialog Kabaret 0.8


Tonil 1.0

Musik Musik kamar 1.0....1.5

Opera 1.3....1.6

Konser Musik 1.7....2.7

Musik Orgel 2.5....3.0

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 122)

Dari table berikut ini dapat dipelajari bahwa waktu bunyi susulan bergantung kepada frekuensi
yang meliputi panjang frekuensi rendah dan frekuensi pendek tapi tinggi. Standar frekuensi pada
sebuah gedung pertunjukan memiliki jenis frekuensi 500 Hz. Frekuensi ini sudah dihitung berdasarkan
toleransi waktu bunyi susulan sebagai nilai optimal.

Grafik Tolerasi Waktu Bunyi Susulan ± 20%

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 122)

2. Pantulan bunyi.
Dalam ruangan yang tertutup menyajikan pementasan maka adanya pemantulan bunyi tidak bisa
dihindarkan, maka dari itu harus diperhatikan elemen-elemen material yang dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi efek ini atau bahkan memanfaatkan dari adanya pantulan bunyi untuk pertunjukan di atas
panggung. Elemen-elemen ini seperti didekat panggung disediakan bidang pemantul untuk pemantulan
awal, dinding belakang ruang tidak boleh menyebabkan refleksi kearah panggung karena dapat
menimbulkan gema yang berlebihan, pemanfatan langit-langit untuk perambatan bunyi sehingga
penontong yang dari kejauhan masih terdengar dengan cara membuat lipatan-lipatan pada langit-langit
kearah penonton.
Gambar Bentuk Langit-langit yang Menguntungkan

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)


Selain dapat dipergunakan sebagai penguat bunyi penempatan langit-langit yang salah akan
menyebabkan terjadinya distorsi suara yang mengakibatkan penonton menjadi terganggu. Penggunaan
langit-langit yang salah dapat dilihat dari gambar dibawah ini.

Gambar Bentuk Langit-langit yang tidak Menguntungkan

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)


 Tata Cahaya Panggung
Dalam bukunya Cole (1949:155) menyatakan tata chaya panggung memiliki 4 fungsi :

a. Visibility yaitu, membuat para penonton dapat melihat dengan jelas dan untuk sitradara
adar dapat mengatur perhatian dengan variasi intensitas dan warna cahaya.
b. Naturalism yaitu, pencahayaan panggung harus dapat mengimitasi pencahayaan alami
maupun buatan pada tempat dimana adegan tersebut didalamnya cahaya matahari dan
bulan, desa dan kota, interior dan eksterior pada tempat yang nyata maupun imajinasi.
c. Design yaitu, pada organisasi teater tata cahaya panggugn merupakan bagian dari desain
latar. Sang desainer bertanggung jawab untuk mengtur pencahayaan pertunjukan.
d. Mood yaitu, banyak desainer dan sutradara bergantung pada pencahayaan sebagai fasilitas
penting untuk menciptakan suasana yang diinginkan.
2.3.2 Pementasan Tari Emprak Blitar
Kesenian ini dinamakan Emprak atau Ngamen karena penyajiannya yang unik serta dikemas dengan
jogetan, nyanyi (nyinden), dan iringan gending. Pola sajian sinden yang dibawakan berupa lagu
dolanan, tayuban, dan bahkan jaranan. Sinden yang menjadi pusat perhatian tidak hanya melantunkan
suara, tetapi juga menarik perhatian penonton dengan iringan jogetannya. Joget yang khas dan popular
dibawakan oleh sinden adalah Srampat. Srampat adalah nama sebuah gending dengan pola kendang
yang sangat baku yang biasa terdapat pada sajian kesenian Tayub Blitar, Tulungaggung, Kediri, dan
sekitarnya. (Sumber: madiunpunyakita.blogspot.com/2018/03/kesenian-tari-emprak.html)

Sumber Analisis Penulis

2.3.3 Pementasan Tari Reog Bulkiyo


Seni tari ini merupakan peninggalan nenek moyang desa, dimana dulu yang membuka lahan desa
dari hutan belantara sejak tahun 1872. Tarian ini juga menggambarkan kisah sang raja yang melintasi
ratusan prajuritnya. Pada masa lalu, jika sang eaja melintas didepan prajurit maka harus memberi
hormat dengan cara sujud. Jika ini tidak dilakukan maka prajurit akan mendapat amarah dari sang
raja. Untuk pementasannya itu sendiri, para peserta didandani menggunakan kostum yang nyeleneh
seperti raksasa dengan berbagai model. Penggunaan aksesoris juga sangat unik seperti menggunakan
rumbai-rumbai, membawa pedang, pentungan, berambut gimbal, tubuh yang diwarnai dengan cat
hitam sehingga menambah kesan seram. Diantara ratusan peserta terdapat beberapa orang
menggunakan kostum raja lengkap dengan mahkotanya. (Sumber : Ayu, RIdho, dan Saraswati,2016:175-
177)

Sumber : Analisis Penulis

2.3.4 Pementasan Jaranan Jur Ngasihan Sukoharjo


Kesenian ini berasal dari desa Sukoharjo kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar yang merupakan
kesenian lokal tertua. Awal kemunculannya menurut seseph dan pinesepuh dan pengendang jaranan Jur
Ngasihan pada tahun 1921. Terkait dengan hal itu perbedaan jaranan Jur Ngasihan dengan
Jaranan0jaranan di Kabuoaten Blitar anatara lain, 1) Jaranan Jur Ngasihan merupakan bentuk
penyajian yang masih asli tanpa ada pembaruan dari awal muncul pada tahun 1921 serta dianggap
memiliki nlai budaya masyarakat sekitar, 2) Jaranan Jur Ngasihan mepunyai fungsi selain sebagai
presentasi estetis atau tontonan juga mempunyai fungsi sebagai ritual. Masyarakat sekitar memiliki
kepercayaan bahwa ketika mengadakan sebuah hajatan Jaranan Jur Ngasihan sebagai nadzar rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa tetapi nadzar tersebut tidak dilaksanakan maka akan terjadi
musibah. (Sumber : Dwi Zahrotul Mufrifah, 2018:12)

2.3.5 Pementasan Wayang Kulit


Wayang kulit adalah pagelaran seni tradisional yang dimaonkan oleh seorang dalang dan
dibantu oleh penyumping. penonton biasa menonton hanya bayangannya saja dari balik kelir.
Pagelaran wayang kulit yang terus berkembang dari zaman ke zaman dijadikan sebagai media
dakwah, pendidikan, dan hiburan. Wayang kulit sesuai namanya terbuat dari kulit hewan sapi atau
kulit kambing, untuk pagelaran wayang kulit di Blitar biasanya dipertunjukkan pada berbagai
acara seperti pada acara pernikahan, khitanan, dan hari 17 agustus yang dipertunjukkan satu
malam penuh. Dalam cerita wayang kulit yang dibawakan biasanya menceritakan tentang
pandhawa dan kurawa, karena ceritanya yang unik dan menarik sehingga pagelaran wayang kulit
sering menjadi perunjukan yang dinantikan.

Sumber: Analisis Penulis


Selain itu dalam pertunjukan wayang kulit terdapat elemen lain yaitu gamelan. Gamelan Jawa
merupakan pengiring musik tradisional yang terdiri dari Kendang, Demung, Saron, Peking, Bonang,
Gong, Slentem, Kethuk dan Kenong yang mengiringi jalannya pertunjukan wayang kulit. Sedangkan
untuk tempat latihan ini adalah 81m2 (sumber: Standar Ruang Kreatif Center)

Berikut ini adalah alat-alat musik tradisional beserta fungsinya untuk pementasan wayang kulit
seperti dibawah ini :

 Kendhang
Kendhang, yaitu berfungsi untuk mengatur irama. Kendhang ini dibunyikan dengan tangan
tanpa alat bantu. Jenis kendhang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut
kendang ciblon atau kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa
disebut kendang kalih. Kendang ini dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus
seperti ketapang, gendhing kethuk kalih, dan landrang irama dadi. Dan untuk bermain
kendhang dibutuhkan orang yang sangat mendalami budaya Jawa dan dimainkan dengan
perasaan naluri pemainnya yang tentu berdasarkan aturan-aturan yang ada.
Gambar Kendang

Sumber : (http://ma3dhy.blogspot.com/2011/06/besaran-peralatan-gamelan-jawa.html)

 Demung, Saron, Peking


Demung, saron, dan peking, yaitu merupakan alat yang berbentuk bilahan dengan enam atau
tujuh bilah tangga nada (satu oktaf) yang diletakkan di atas bingkai kayu yang berfungsi untuk
membuat suara menjadi nyaring (resonator). Demung memiliki ukuran yang besar dan dan beroktaf
tengah. Saron memiliki ukuran sedang dan beroktaf tinggi. Sedangkan peking, memiliki ukurang
yang kecil dan beroktaf paling tinggi.

Gambar Demung, Saron, Peking

(Sumber :http://ma3dhy.blogspot.com/2011/06/besaran-peralatan-gamelan-jawa.html)

 Gong
Gong, yaitu berfungsi untuk menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberikan rasa
keseimbangan setelah berlalunya lagu gendhing. Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya
satuan kelompok dasar lagu sehingga kelompok itu sendiri dinamakan gongan.

Gambar Gong

(Sumber : http://ma3dhy.blogspot.com/2011/06/besaran-peralatan-gamelan-jawa.html)

 Kethuk atau Kenong

Kethuk atau kenong yaitu berbentuk mirip seperti gong namun dengan posisi horosontal yang
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam memberi batasan struktur
suatu gendhing kenong adalah instrumen kedua yang paling penting setelah gong. Kenong membagi
gongan menjadi dua atau empat kalimat-kalimat kenong. Disamping berfungsi menggaris bawahi
struktur gendhing, nada-nada kenong juga berhubungan dengan lagu gendhing. Kethuk sama
dengan kenong, fungsinya juga sama dengan kenong. Kethuk dan kenong selalu bermain jalin-
menjalin, perbedaaanya pada irama bermainnya saja.

Gambar Kethuk Kenong

(Sumber : http://ma3dhy.blogspot.com/2011/06/besaran-peralatan-gamelan-jawa.html)

 Rebab
Rebab, yaitu salah satu instrument pembuka yang diakui sebagai pemimpin lagu dalam
ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing rebab
memainkan lagu pembuka gendhing yang menentukan laras dan pathet yang akan dimainkan.
Wilayah nada rebab mencangkup luas wilayah genhing apa saja, jadi alur lagu akan memberikan
petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing.

Gambar Rebab

(Sumber :http://ma3dhy.blogspot.com/2011/06/besaran-peralatan-gamelan-jawa.html)

2.3.6 Tari Dayak ala Salamrejo


Tari ini merupakan peninggalan nenek moyang desa, dimana dulu yang membika lahan desa
dari hutan belantara sekitar pada tahun 1872 hingga menciptakan kesenian tersebut. Dalam
pelaksanaan tarian ini ratusan peserta menggunakna kostum yang unik yang menyerupai raksasa
dengan berbagai model. Aksesoris pendukungnya pun juga menarik dengan penggunaan rumbai -
rumbai, pedang buatan, pentungan mainan, rambut dibuat gimbal, dan pelumuran tubuh peserta
dengan cat hitam agar menampilkan kesan seram. Seni tari ini menggambarkan kisah kehidupan
sang raja dengan prajuritnya. Pada waktu itu ada sebuah tradisi unik yaitu jika sang raja melintas
maka para prajurit diharuskan member hormat dengan cara sujud. Dan apabila ada seorang
prajurit menolaknya maka akan mendapat amarah sang raja. Dalam pementasan seni tari Dayak
ala Salarejo pun juga demikian, dengan adanya seorang peserta yang berpakaian seperti raja
dengan membawa pentungan yang dipanggul lalu melintas diantara kerumunan peser ta lainya dan
peserta lainnya pun bersorak layaknya member tanda hormat.
2.3.7 Drama kolosal perjuangan peta Blitar
Drama Kolosal Pemberontakan PETA atau teater PETA adalah event tahunan Kota Blitar yang
dipentaskan setiap tanggal 14 Februari malam. Penyelenggaraan ini biasanya dilaksanakan
didepan Tempat Makam Pahlawan (TMP) yang juga terdapat monument perjuangan PETA. Dalam
alur cerita drama ini mengisahkan pemberontakan Tentara PETA terhadap penjajah jepang di
Blitar pada tanggal 14 Februari 1945. Tokoh sentral dalam teater ini adalah Sudanca Supriyadi
yang merupakan pemimpin sekaligus dalam pemberontakan di Blitar. Kejadian ini dipicu karena
kekejaman penjajag Jepang yang berlaku sewenang-wenang dan menyesengsarakan rakyat
pribumi. Meskipun PETA sendiri awalnya adalah pasukan infantry bentukan Jepang, tetapi mereka
tidak tinggal diam dan justru berbalik menyerang jepang. Pemberontakan PETA di Blitar dengan
mudah dipatahkan karena kekuatannya tidak sebanding dengan pasukan yang dimiliki jepang.
Akan tetapi semangat patriotik Supriyadi dan kawan-kawan telah berhasil menyulut semangat
patriotism tentara PETA di seluruh Indonesia sehingga terjadilah pemberontakan-pemberontakan
di berbagai wilayah Indonesia. Uraian diatas merupakan gambaran umum dari drama kolosal yang
setiap tahunnya di selenggarakan oleh Pemerintahan Kota Blitar.

Sumber : travellersblitar.com/drama-kolosal-pemberontakan-peta-di-blitar
Untuk panggung yang digunakan tidak tetap dengan membutuhkan luasan yang lebar
karena dalam pementasan drama kolosal diikuti oleh 250 peserta yang dengan latar belakang
masyarakat dan juga pelajar.
2.3.8 Ruang Pameran
Pameran atau galeri adalah ruangan/bangunan tersendiri yang digunakan sebagai tempat untuk
memamerkan atau mendisplay karya seni. Syarat umum dalam perancangan ruangan pameran atau
galeri adalah terlindung dari kerusakan, pencurian, pelembabpan, kekeringan, dan cahaya matahari
langsung.
Gambar Ruang Pameran
(Sumber: Neufert, Data Arsitek 2, Hal 250)
Terdapat tiga macam penataan atau display benda koleksi menurut Patricia Tutt dan Davids Adler
(The Architecture Press, 1979), yaitu:
a. In show case
Benda koleksi mempunyai dimensi kecil maka diperlukan suatu tempat display berupa kotak
tembus pandang yang biasanya terbuat dari kaca. Selain untuk melindungi, kotak tersebut terkaang
untuk memperjelas atau memperkuat tema benda koleksi yang ada.
b. Free standing on the floor orplinth or supports
Benda yang akan dipamerkan memiliki dimensi yang besar sehingga diperlukan suatu panggung
atau pembuatan ketinggian lantai sehingga batas dari display yang ada. Contoh: patung, priduk
instalasi seni, dll.
c. On wall or panel
Benda yang akan dipamerkan biasanya merupakan hasil karya 2 dimensi dan ditempatkan di
dinding ruangan maupun partisi yang dibentuk untuk membatasi ruang. Contoh karya seni lukis, karya
fotografi, dll.

Gambar Penatan display Karya Seni


(Sumber: Neufert, Data Arsitek 2, Hal 250)
Ada beberapa syarat tentang cara pemajangan benda koleksi seni yang ada antara lain sebagai
berikut :
d. Random typical large gallery
Penataan benda dipamerkan dengan acak, biasanya terdapat pada galeri yang berisi benda-benda non
klasik dan bentuk galeri yang asimetris. Ruang-ruang yang ada pada galeri dibentuk mempunya lorong
yang ada pembatas oleh pintu. Jenis dan media seni yang ada dicampur dan menguatkan kesan acak.
Contoh menggabungkan karya seni 2 dimensi dengan 3 dimensi seperti seni lukis dan seni patung.
e. Large space with an introductory gallery
Pengolahan ruang pareman dengan cara pembagian area pameran sehingga memperjelas tentang
benda apa yang dipamerkan didalamnya. Pembagian dimulai dari ruang utama kemudian dengan
memperkenalkan terlebih dahulu benda apa yang dipajang didalamnya.
Ventrine merupakan salah satu lemari untukmenata dan memamerkan benda-benda koleksi.
Bentuk ventrine harus sesuai dengan ruagan yang akan ditempati oleh vintrine tersebut. Menurut
penempatanya vintrine dibagi menjadi:
f. Vintine dinding
Vintine yang diletakkan terhimpit oleh dinding dan dapat dilihat dari sisi samping dan depan.

Gambar Vintrine dinding


(Sumber: DKP:1994)
g. Vintine tengah
Diletakkan ditengah dan tidak terhimpit oleh dinding. Isinya harus terlihat dari segala arah ,
sehingga keempat sisinya harus terbuat dari kaca.

Gambar Vintrine tengah


(Sumber: DKP:1994)
h. Vintine sudut
Terletak disudut ruangan yanbg hanya dapat dilihat dari satu arah, yaitu dari sisi depan saja lalu
sisi lain melekat pada dinding.
Gambar Vintrine sudut
(Sumber: DKP:1994)
Selain masalah penyusunan karya seni yang perlu diperhatikan juga tentang kenyamanan
akustik ruang. Menurut Lawson (1981:76-201) terdapat beberapa syarat untuk akustik ruang
pameran seperti berikut ini:
1. Persyaratan Ruang
Dalam perhitungan luas satu stand pameran membutuhkan 15m 2 . Jika peserta pameran
sebanyak 100 peserta, maka kebutuhan ruang yang dibutuhkan adalah 1500 m 2 atau kelipatannya.
2. Lantai
Muatan spesifik untuk lantai pameran berkisar antara 14 sampai 17 KN/m 2 (300-350 LBS/FT2).
Kemudian seperti kebanyakan gedung pameran lantai harus menggunakan karpet karena berguna
falam menutup rangkaian kabel dan sebagai isolator aliran listrik.
3. Dinding
Ada beberapa tipe bahan dinding yang dapat dipakai di ruangan pameran antara lain:
 Beton dengan tekstur.
 Beton datar dengan dinding plaster yang difinishing dengan cat atau vynil.
 Dilapisi dengan lembaran-lembaran logam yang dipadu dengan struktur beton, balok-balok
atau dengan pengisian tembok.
 Temboik yang dilapisi peredam suara
4. Langit-langit
Langit-langit pada ruangan pameran harus mempunyai ketinggian minimal 5 meter. Hal ini
diranekan pengenjung yang banyak akan menimbulkan kepengapan dalam ruangan sehingga
membutuhkan sirkulasi udara yang baik.
5. Pencahayaan
Menurut Lawson (1981:201) terdapat sistem pencahayaan yang dibagi menjadi kedua bagian yaitu
seperti berikut ini:
 Pencahayaan langsung
Pemasangan pencahayaan pada langit-langit ruang pameran yang ruangan besar pada umumnya
menggunakan pencahayaan vertical dengan sudut maksimal 10⁰.
 Pencahayaan tidak langsung
Bentuk pencahayaan ini biasanya melingkar juga digunkan untuk memecah pencahayaan didaerah
khusus. Pencahayaan yang melingkar dapat mengurangi tingkat kekonstras an.
Perencanaan Pencahayaan

2.3.9 Ruang Auditorium


Auditorium adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk pertunjukan, seminar dan acara lain
didalamnya yang biasanya menampung peserta banyak. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
mendesain auditorium adalah:
a. Jumlah maksimal pengguna yang dapat ditampung.
b. Jenis kegiatan yang fleksibel sesuai dengan teknis ruangan. Misalnya dapat digunakan untuk
acara pertunjukan atau konser, namun dilain waktu dapat digunakan untuk acara seminar, dan
lain sebagainya.
c. Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti: perjamuan, caffee bar, dan service.
d. Konfigurasi dan hubungan ruang sekitarnya,
e. Aksen dan persyaratan sirkulasi. Bentuk auditorium yang direncanakan. Menurut Roderick Ham
(1974:17-23) bentuk auditorium dan hubungannya dengan panggung adalah sebegai berikut :
 360⁰ Encirclement
Jenis ini memiliki letak panggung yang dikelilingi oleh audiensi disemua sudutnya. Pintu
masuknya berada dibawah atau sejajar panggung. Bentuk ini di Indonesia diaplikasikan pada
panggung-panggung tradisional seperti pendopo yang berada di tengah.

Gambar 2.1 Bentuk Theatre 360 Encirclement


(Sumber: Theatre Planning, Roderick Ham, 1972)
 210⁰ - 220⁰ Encirclement
Posisi tempat duduk mengelilingi 2/3 panggung.
Gambar2.2 Bentuk Theathre 210-220 Encirclement
(Sumber: Theatre Planning, Roderick Ham, 1972)
 180⁰ Encirclement
Bentuk ini digunakan pada jaman romawi kuno, posisi audience berada tepat di depan
panggung. Bentuk ini dikenal dengan sebutan thrust stage.
 90⁰ Encirclement
Bentuk ini mirip dengan kipas, pandangan seluruh audience terfokus pada panggung.
Bentuk ini fleksibel dengan background screen.
 0⁰ Encirclement
Bentuk ini bisa disebut End Edge yang memiliki stages dikelilingi posisi audience. Bentuk ini
muncul kerena karena pilihan struktur shell.

Gambar2.3 bentuk Theatre Zero Encirclement


(Sumber: Theatre Planning, Roderick Ham, 1972)
f. Penempatan tempat duduk auditorium yang direncanakan
Menurut Lawson (1981:142) hal yang perlu diperhatikan adalah estetika pengaturan tempat duduk,
perawatan, pembersihan, jarak pandang, dan orientasi pada audio visual, kapasitas, dan lamanya
evakuasi ketika terjadi bencana. Ada 2 sistem penaataan tempat duduk yaitu:
 Sistem tradisional
Tempat duduk yang disusun terbagi menjadi beberapa baris. Terdapat jalur sirkulasi
diantara pemisahan tempat duduknya.
Gambar Sistem Penataran Auditorium Tradisional
Sumber: Conference, Convention, and Exhibition Facilities, Fred Lawson, 1981
 Sistem kotinental
System tempat duduk yang dapat mengefiensikan ruang sehingga dapat dimasuki
pengunjung lebih banyak dari sistem tradisional.

Gambar 2.5 Sistem Penataran Auditorium Continental


Sumber : Conference, Convention, and Exhibition Facilities, Fred Lawson, 1981
Sementara untuk jenis kebutuhan ruang dan fasilitas dalam ruangan gedung auditorium menurut
Fred Lawson (1981:76-78) adalah sebagai berikut:
a. Persyaratan Ruang
Dalam perhitungan luas satu standar pameran membutuhkan 15 m2. Jika peserta pameran
sebanyak 100 peserta, maka kebutuhan ruang yang dibutuhkan adalah 1500 m2. Pada perencanaan
Pusat Seni dan Kebudayaan disini membutuhkan ruang yang sangat besar. Dalam gedung ini biasanya
memiliki ruang yang besar untuk menampung berbagai macam kegiatan.
b. Persyaratan Lantai
Muatan spesifik untuk lantai permanen berkisar antara 14 sampai 17 KN/m 2 (300 – 350
LBS/FT2). Kemudian seperti kebanyakan gedung Pusat seni kebudayaan, lantai harus menggunakan
karpet karena karpet berguna dalam menutup rangkaian kabel dan sebagai isolator, sehingga
mengurangi bahaya tersetrum.
c. Persyaratan Dinding
Beberapa tipe bahan dinding yang dapat dipakai di ruangan eksibisi antara lain:
 Beton dengan tekstur.
 Beton datar dengan dinding plester yang di finising cat atau vynil.
 Dilapisi dengan lembaran – lembaran logam yang dipadu dengan struktur beton, balok – balok
atau dengan pengisian tembok.
 Tembok dengan hiasan lampu dan peredam suara.
 Langit – Langit pada hall eksibisi harus mempunyai ketinggian minimal 5 meter.hal ini
dikarenakan pengunjung yang banyak akan menimbulkan kepengapan dalam ruangan, sehingga
butuh sirkulasi udara yang baik.

2.3.10 Tempat Latihan


Sanggar seni adalah tempat atau wadah bagi manusia melakukan atau mempelajari suatu kesenian
yang bertujuan untuk selalu menjaga kelestariannya di masyarakat. Dalam sanggar seni kita dapat
mempelajari berbagai tarian, musik, teater, dan lain-lainnya (Amelia, 2013.hlm.7).

Gambar Ruang Sanggar Latihan Seni

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 145)

Selain tempat latihan diatas terdaoat pula sebuah ruangan dimana dipergunakan untuk menyimpan
dan berlatih alat-alat musik tradisional serta melatih ketera,pilan bermain wayang. Alat musik
tradisional disini meliputi pendukung wayang kulit berupa gamelan Jawa. Tempat ini disebut juga
panggung percobaan dari panggung utama yang fungsinya untuk melatih keterampilan,
mengembangkan kemampuan atau mengingat apa yang telah dipelajari tentang keahlian bermain
seni.
Gambar Ruang Latihan musik
(Sumber: Neufert, Data Arsitek 2, Hal 145)

2.3.11 Ruang Pameran

2.4 Tinjaun Pengguna Pada Pusat Senibudaya Dan Kreativitas


2.5 Studi Preseden Objek
Studi preseden objek mengambil Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki atau bisa disebut
TIM. TIM sendiri diresmikan oleh Gubernur Pemerintahan Daerah Propinsi DKI Jakarta yaitu, Jendral
Marinir Ali Sadikim pada tanggal 10 November 1968. Nama ini diambil dari nama seorang komponis
pejuang kelahiran betawi, Ismail Marzuki (1914-1957) yang telah menciptakan lebih dari 200 lagu,
diantaranya merupakan lagu-lagu perjuangan bangsa yang hingga kini masih sering didengarkan. Selain
lagu Indonesia Pusaka, masih banyak lagi judul lainnya yang diciptakan diantaranya Berkibarlah
Benderaku, Nyiur melambai, Sepasang bola mata, dan Rayuan Pulau Kelapa. Karena jasa-jasanya itulah
namanya diabadikan sebagai nama Pusat Kesenian Jakarta.

a. Diskripsi Objek Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki (TIM)

Awalnya TIM dikenal sebagai ruang rekreasi umum Taman Raden Saleh (TRS). Tempat ini dahulunya
difungsikan sebagai paru-paru kota. Tempat yang rindang dan asri membuat TRS banyak dikunjungi
warga Jakarta sebagai salah satu tempat rekreasi. Selain itu, pengunjung TRS dapat juga melihat
sejumlah hewan, bermain sepatu roda, dan balap anjing di treck balap anjing yang kini berubah
menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televise Institut Kesenian Jakarta.
TRS kala itu juga memiliki gedung bioskop garden hall dan podium yang bisa dignakan warga sebagai
lokasi nintin film di malam hari. Tapi kini suasana TRS yang seperti itu sudah tidak lagi dapat
ditemukan setelah Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin merubahnya menjadi Pusat Kesenian Jakarta
Taman Ismail Marzuki (TIM).
Para seniman yang menyelenggarakan pertunjukan disini adalah mereka yang bergerak
diberbagai bidang seni. Elemen bidang seni itu tertuang dalam symbol atau logo TIM yang dibuat oleh
Oesman Effendi salah satu pelukis Indonesia. Daun Palma artinya Pancasila dalam kehidupan seni rupa
teater film dan tradisi. Pohon nyiur merupakan pohon yang sangat bermanfaat dalam kehidupan
manusia mulai dari batang, daun, air sari buahnya, hingga akar. Tulisan CIPTA yang memiliki tujuan
agar para seniman selalu berkreasi dan menciptakan keindahan untuk sesame. Selain elemen logonya
Tim juga memilliki beberapa fasilitas seperti Graha Bhakti yang biasa dipergunakan sebagai ruang
pertunjukan seperti music, teater, dan tari dengan kapasitas pengunjung mencapai 810 penonton,
Galeri Cipta II dan III yang biasa digunakan sebagai ruang seminar, peluncuran buku dan pameran,
Teater Kecil yang sebagai ruang pertunjukan teater, musak dan tari dengan kapasitas penonton hingga
244 penonton, Teater Halaman yang digunakan untuk pertunjukan dengan kapasitas penonton yang
fleksibel dan yang terakhir adalah Plaza TIM dapat digunakan untuk tempat pertunjukan, café, galeri
buku, dan tempat parkir kendaraan yang dapat menampung 300 buah kendaraan roda empat dan 400
buah kendaraan roda dua.

b. Fasilitas gedung pada Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM)

No Aspek Keterangan Gambar

1 Fasad Menggunakan permainan


lanskap untuk mewujudkan
terciptanya sebuah irama
berkesinambungan antara
bangunan dengan
pemberian jembatan
sebagai
penghubungnya.komposisi
fasd juga dibuat secara
dinamis yang
menggabungkan antara
titik, garis dan lipatan
kedalam.

2 Fungsi bangunan Terdapat beberapa fungsi


bangunan dalam kawasan
ini seperti tempat
pertunjukan, pameran
peluncuran buku dll, selain
itu terdapat plaza untuk
pengunjung serta
didalamnya terdapat ruang
pertunjukan, disna juga
terdapat sebuah Institut
Kesenian Jakarta.

3 Fasilitas Karena banguannya


bangunan terpisah maka terdapat
fasilitas berbeda untuk tiap
bangunan seperti tempat
pertunjukan besar di Graha
Bakti I,II,III. Lalu disana
juga terdapat tempat
teater kecil yang di
sediakan untuk
pertunjukan kecil. Adapula
area halaman depan plaza
yang digunakan untuk
tempat pertunjukan band-
band lokal. Serta tempat
plaza yang dipadukan
dengan tempat
pertunjukan. Dan tempat
planetarium sebagai
tempat wahana area
bermain pintar yang
menyediakan ilmu tentang
sains.

4 Jenis kegiatan Disana melibatkan banyak


yang diwadahi elemen seni yang diwadahi
seperti ruang pameran
seni, tempat drama teater
kolosal hingga modern,
panggung wayang orang,
lenong betawi, wayang
kulit, tempat seminar,
tempat peluncuran buku,
tempat manggung band
lokal, panggung tari
moderan maupun
kontemporer yang bahkan
diikuti oleh beberapa anak
usia dini.

2.6 Tinjaun Pendekatan


Tinjuan pendekatan merupakan beberapa bahasan mengenai pendekatan dalam rancangan stasiun
pemadam kebakaran yaitu hi-tech. Berikut ini adalah pembahasan dari pendekatan rancangan:

2.6.1 Definisi dan Prinsip Pendekatan


Arsitektur high-tech adalah sebuah gaya arsitektur yang muncul pada 1970-an, juga dikenal
sebagai Modernisme Akhir atau Ekspresionisme Struktural uang menggabungkan elemen-elemen dari
high-tech industri dan teknologi ke dalam desain bangunan. Dalam bukunya “Arsitektur Modern Akhir
Abad XIX dan Abad XX”Yulianto Sumalyo menyebut arsitektur high tech sebagai arsitektur
echnoarthistic rancangan dengan teknologi pabrikasi lebih besar dan lebih maju dengan konstruksi
utama metal atau logam. Arsitektur tidak lagi mengambil bentuk scluptural abstrak seperti pada
arsitektur monumental dari beton. Bahan-bahan fabrikasi ditonjolkan baik pada ruang dalam maupun
luar, sehinggabahan, struktur, system dan sub system struktur, konstruksi dan dekorasi secara integral
menampilkan bentuk arsitektur yang berkarakter khusus. Yang dapat dilihat karena exposed dan
menjadi bagian dari dekorasi, tidak saja elemen-elemen konstruksi tetapi juga semua elemen
bangunan seperti tangga, koridor, mekanikal, dll

Menurut Colin Davies, dalam bukunya High Tech Architecture, pengertian high-tech dalam
arsitektur berbeda dengan pengertian high tech dalam industri. Bila dalam industri pengertian high-
tech diartikan sebagai teknologi canggih seperti elektronik, komputer, robot, silikon chips, mobil sport
dan sejenisnya. Sedangkan dalam arsitektur, high-tech diartikan sebagai suatu aliran arsitektur yang
bermuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar-besarkan kesan struktur dan teknologi
suatu bangunan. Karakteristik yang menjadi referensi arsitektur high-tech adalah bangunan yang terbuat
dari material sintesis seperti logam, kaca, danplastik.

Menurut Charles Jenks dalam buku High Tech Maniera, elemen servis dan struktur pada suatu
bangunan High-Tech hampir selalu diperlihatkan di eksteriornya sebagai ornamen dan sculpture.
Bangunan High-Tech juga diperlihatkan dengan menggunakan kaca buram maupun transparan, ducting
yang saling tumpang tindih, penggunaan warna pada tangga, eskalator dan lift dengan warna-warna
cerah yang bertujuan membedakan fungsi masing-masing elemen struktur dan servis. Arsitektur High-
Tech merupakan suatu kejujuran yang menyatakan dengan jelas fungsi-fungsi elemen bangunannya
misalnya yang mana tangga, lift, ducting danlainnya.
Charles Jenks menyebutkan ada 6 hal penting yang menjadi ciri dari arsitektur hi-tech, yaitu:
a.) Inside-out (penampakan bagian luar-dalam)
Pada bangunan hi-tech struktur, area servis dan utilitas dari suatu bangunan hampir selalu
ditonjolkan pada eksteriornya baik dalam bentuk ornament ataupun sculpture.
b.) Terdapat simbolisasi hi-tech
Memberi suatu bentuk semacam sculpture yang menggambarkan konsephi-tech.

c.) Transparant mass

Karakter dari bangunan hi-tech dapat dilihat pada penggunaan yang lebih luas material kaca

(transparan dan tembus cahaya).

d.) Flat Bright Colouring (pewarnaan yang menyala dan merata)


Warna cerah yang digunakan dalam bangunan hi-tech memiliki makna asosiatif di samping dari
segi fungsionalnya untuk membedakan jenis struktur dan utilitas bangunan. Warna kuning, merah, biru
yang cerah merupakan warna dari mesin-mesin industri, mobil, kapal, traktor, dan benda-benda
teknologi masa sekarang. Warna-warna ini kemudian diasosiasikan sebagai suatu elemen yang
membatasi masa sekarang dan masa depan terhadap masalalu.

e.) Steel structure and cable structure


Bangunan hi-tech banyak menggunakan material-material baja dan permainan struktur kabel.
f.) Inovation planning

Penggunaan hi-tech merupakan harapan di masa depan, meliputi penggunaan material, warna
dan penemuan-penemuan atau inovasi baru dalam bidang lainnya.

Jadi dapat disimpulkan high-tech architecture memiliki karakter-karakter sebagai berikut:


Berestetika mesin, Dominasi material logam ataupun material penemuan baru, Penekanan pada
ekspresi bangunan, bukan fungsi bangunan, dan penggunaan teknologi hampir diseluruh bagian
bangunan. High-tech architecture tidak lepas dari kesan futuristik, yang berkarakter. Konsep bangunan
bervisi ke depan, estetika mesin yang mencerminkan era industrialisasi, penggunanan bahan
prefabrikasi dan bahan- bahan baru lainnya, dan bentuk yang tidak konvensional lagi. Namun dalam
rancangan akan lebih memperdalam masalah Inovation planning Hich-techonology karena lebih
mendekatkan pedetakan kepada user yaitu generasi millennial yang cenderung menggunakan unsure
teknologi kedalam kehidupannya.

2.6.2 Prinsip Aplikasi pendekatan


Prinsip-prinsip dari Hi-tech adalah inside out, hi-tech symbolic, transparent mass, flat bright
colouring, and stell structure and cable structurePrinsip-prinsip ini akan di terapkan pada proses
perancangan Pusat Seni dan Kreatifitas. Pada 2.3 ini akan ini merupakan penerapan prinsip-prinsip hi
tech pada perancangan:
Tabel 2.6.2 Prinsip Aplikasi Pendekatan
No Prinsip Penerapan

inside out Menghasilkan bentukan yang dinamis yang didesain menarik secara
fasad luar dan dalam(interior)
Inovation planning Memadukan unsur penemuan dibidang teknologi seperti peralatan
pendukung bangunan serta tata cara pengolahan bangunan baik
hasil pembuangan maupun dalam perawatannya.
transparent mass Menghasilkan bangunan yang berundak atau memiliki beda
ketingggina serta zoning ruang yang memanfaatkan luas ruangan
dengan penggunaan partisi kaca sebagai salah satu pembatasnya.
flat bright colouring Menghasilkan pembedaan zoning dengan penggunaan warna yang
berbeda untuk mengenali tiap ruangan, struktur, dan system
utilitas.
stell structure and cable structure Menghasilkan bentukan permainan struktur dari baja yang
ditonjolkan sebagai estetika dan juga menopang bangunan.

2.7 Tinjauan Nilai-nilai Islami


Di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist banyak kata yang disebutkan tentang pembangunan. Hal ini
menunjukkna bahwa terdapat beberapa aspek dalam membangun sebuah bangunan dalam Islam. Untuk
itu sudah seharusnya sebagi seorang arsitek muslim kita menerapkan aspek-aspek islami dalam
berarsitektur. Membangun pada dasarnya adalah melibatkan beberapa aspek islami seperti social,
teknik, ekonomi, dan psikologis. Dengan memperhatikan aturan dalam aspek di atas maka diharapkan
akan memberikan dampak perubahan dalam hubungan masyarakat dengan lingkungannnya. Jadi kini
dalam berarsitektur kita harus melibatkan unsur islami yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist
dalam perancanganya karena dengan memasukkan unsur-unsur islami maka akan lebih menjaga
hubungan manusia dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan manusia sehingga bangunan
yang terbangun nanti akan membawa keberkahan.
Salah satu Al-Hadist dalam Al-Qur’an adalah tentang sains dan ilmu pengetahuan yang telah di
jelaskan beberapa kali di dalam isi kandungan kitab suci Al-Quran. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut
dalam Al-Qur’an sebanyak 105 kali tetapi dalam kata jadinya ia disebut lebih dari 744 kali.Allah telah
meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengatuhuan di dalam Al-Quran jadi manusia hanya tinggal
menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada antara lain sebagaimana terdapat dalam
Q.S Ar-Rahman:55/33 yang berbunyi :”Hai jamaah jin dan manusia jika kamu sanggup
menembus(melintasi) penjuru langit dan bumi maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya
melainkan dengan ketentuan dan kekuatan”.
Tentang pentingnya ilmu pengetahuan, dalam kitab Diwan juga menegaskan: “Barang siapa yang
menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus
dengan ilmu”. Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup
baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus
dilalui. Namun Al-Qur’an memberi peringatan agar manusia bersifat realistik sebab betapapun baiknya
rencana namun bila tidak di imbangi dengan ihktiar dan doa maka akan menjadi sia-sia di hadapan
ketetapan Allah. Ihktiar yang di maksud dalam ayat ini adalah tentang berusaha secara keras dalam
mencari ilmu bidang pngetahuan dan teknologi dan meniatkan segala sesuatunya untuk beribadah di
jalan Allah. Oleh karena itu manusia ditantang dan dianjurkan untuk selalu mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Maka alasan inilah mengapa dalam perncangan bangunan Pusat Senibudaya dan Kreatifitas di Blitar
menggunakan penggunaan pendekatan Hi-tech karena ingin mengintegrasikan hadist tentang sains dan
ilmu teknologi kedalam perancangan kali ini. Hi-tech di ambil sebagai pendekatan juga karena dalam
pendekatan ini karena melibatkan kemajuan teknologi dalam unsur perancangannya.
2.7.1 Aplikasi Nilai Islam pada Rancangan
Dalam perancangan Pusat Senibudaya dan Kreativitas ini mengandung nilai-nilai integrasi
keislaman guna membentuk landasan arsitektur yang islami dalam perancangannya. Arsitektur yang
islam merujuk pada ayat-ayat Quraniyah dan Kauniyah, jadi dalam perancangan harus mampu
memenuhi The Law of God dan The Law of Nature sehingga bangunan yang di bangun nanti tidak
merusak alam dan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan.Hal ini mengingatkan pada karya arsitektur
tokoh arsitektur modern, Le Corbusier, dengan konsep “pilotis” yang memilih mengangkat bangunan
sehingga kehadiran bangunan di atas bumi ini tidak merusak hijaunya rerumputan.
BAB III

METODE PERANCANGAN

1.1 Tahap Programming


1.1.1 Metode Perancangan

Metode perancangan merupakan proses yang dilakukan secara bertahap untuk membuat,
menemukan atau menghasilkan sebuah ide rancangan yang sesuai dengan analisis yang telah dilakukan.
Metode yang digunakan dimulai dari metode kualitatif dengan menggabungkan metode deskriptif yang
membahas teknik pengumpulan data, analisis atau pengolahan data serta penyajian terhadap data yang
terkumpul. Tujuannya untuk mengungkap fakta, keadaan dan fenomena yang terjadi serta
menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

Proses kajian yang dipergunakan dalam Perancangan Pusat Senibudaya dan Kreativitas di Kota
Blitar melalui metode perancangan linear. Metode tersebut berbentuk garis lurus yang secara runtut
dan bertahap, sehingga hasil akhir menjadi sebuah konsep.

Metode perancangan linear ini diawali dengan analisis fungsi yang merupakan metode dari
arsitek Jan Mukarowsky (1891-1975). Menurut Jan Mukarowsky, fungsi adalah segenap potensi arsitek
untuk memberikan makna terhadap lingkungan. Analisis fungsi terbagi menjadi 5, antara lain :
Expressive Functional (Fungsi Ekspresi), Aesthetic Function (Fungsi Estetika), Allusorry Function (Fungsi
Kenangan), Territorial Function (Fungsi Teritori/Batas), serta Referential Function (Fungsi Acuan).

Expressive Functional (Fungsi Ekspresi) merupakan bentuk penekanan & perwujudan


(manifestasi) terhadap bermacam-macam aspek identitas itu sendiri, melalui isyarat –isyarat atau
penanda yang diberikan pada arsitekturnya. Isyarat atau penanda tersebut diterjemahkan ke dalam
arsitektur sebagai pembeda fungsi serta untuk pengguna yang ada di dalamnya. Bentuk merupakan
wujud dari kegunaan atau fungsi yang ada di dalamnya.

Aesthetic Function (Fungsi Estetika) merupakan potensi yang bisa ditonjolkan di dalam
arsitekturnya. Ruang lingkup fungsi ini meliputi keharmonisan antar warna, tekstur, serta kesesuaian
pengaturan komposisi pada lingkungannya.

Allusorry Function (Fungsi Kenangan) merupakan manifestasi berdasarkan sejarah dan warisan
budaya yang ada, dengan menonjolkan sebagian atau beberapa bangunan bersejarah ke dalam bentuk
bangunan yang dibuat di masa sekarang.

Territorial Function (Fungsi Teritori/Batas) dapat memberikan kejelasan batas suatu ruang
sebagai pembeda dengan ruang yang lain, dengan membedakan fungsi ruang suatu bangunan dengan
ruang yang lain, serta suasana ruang yang tercipta secara khas dan spesifik.

Referential Function (Fungsi Acuan) merupakan fungsi yang berdasarkan kelokalan atau tradisi
serta warisan budaya yang ada di suatu wilayah. Sehingga, bangunannya terdapat unsur tradisional.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dalam analisis fungsi terdapat aspek tersebut.
(Sumber : Jan Mukarowsky, 1891-1975)

1.1.2 Ide Perancangan

Tahapan kajian yang digunakan dalam proses perancangan Pusat Senibudaya dan Kreativitas
Kota Blitar sebagai berikut :

1. Pencarian ide dari sebuah pemikiran tentang keinginan merancang sebuah Pusat Senibudaya
dan Kreativitas yang mewadahi pelestarian dan pengembangan yang ditujukan pada generasi
millennial di Kota Blitar.
2. Perancangan ide tentang Pusat Senibudaya dan Kreativitas dengan menggunakan pendekatan
hi-tech innovation agar sesuai pengguna yaitu generasi millennial yang identik dengan
kemajuan teknologi.

1.1.3 Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan dalam perancangan Pusat Senibudaya dan Kreativitas di Kota Blitar
sebagai berikut :

1. Banyaknya generasi anak muda yang kurang memerhatikan dan melestarikan wasisan kesenian
dan budaya Kota Blitar.
2. Pemahaman Masyarakat tentang nilai- nilai budaya yang masih rendah khususnya generasi anak
muda.
3. Kurangnya fasilitasi sarana dan prasarana untuk mengembangkan Apresiasi Seni Budaya.
4. Kurangnya penyelenggaraan pameran lukisan/karya seni untuk memperkenalkan budaya
sendiri.
1.1.4 Tujuan Perancangan

Adapun beberapa tujuan dari perancangan Pusat Senibudaya dan Kreativitas di Kota Blitar,
sebagai berikut :

1. Menghasilkan rancangan Pusat Senibudaya dan Kreativitas yang mewadahi kegiatan kesenian
dan kebudayaan Kota Blitar.
2. Mengembangkan pemahaman nilai-nilai kebudayaan kepada generasi muda agar lebih peduli
tentang kesenian dan budaya mereka sendiri.
3. Menerapkan pendekatan high-tech innovation pada perancangan Pusat Senibudaya dan
Kreativitas agar bangunan menjadi daya tarik kepada generasi muda untuk berkunjung dan
belajar tending seni dan budaya.
4. Menerapkan nilai-nilai Islami pada perancangan Pusat Senibudaya dan Kreativitas dengan
mengintegrasikan pendekatan high-tech innovation.

1.2 Tahap Pra Rancangan


1.2.1 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Terdapat beberapa cara untuk melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Data-data yang
dihasilkan terbagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi survey tapak atau
observasi langsung, dokumentasi, serta pengukuran. Sedangkan data sekunder meliputi studi literatur
seperti jurnal dan buku serta studi preseden yang berhubungan dengan obyek perancangan dan
pendekatan. Hal tersebut bertujuan untuk memperkuat konsep rancangan.

1.2.1.1 Data Primer

Adapun beberapa teknik pengumpulan dan pengolahan data yang menghasilkan data primer, sebagai
berikut :

1. Survey Tapak

Pengamatan dilakukan secara langsung ke lapangan dengan melakukan pengamatan, analisis,


pengukuran dan memperhatikan kondisi eksisting seperti iklim, batas-batas, aksesibilitas dan sirkulasi.
Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi secara detail sesuai dengan kondisi tapak yang
sesungguhnya, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam proses perancangan. Tapak berada
di Jalan Cakraningrat Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi proses observasi. Dokumen yang dihasilkan dapat
berupa foto ataupun video.

1.2.1.2 Data Sekunder

Adapun beberapa teknik pengumpulan dan pengolahan data yang menghasilkan data sekunder, sebagai
berikut :

1. Studi Literatur

Merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui jurnal, buku, artikel, thesis
dan karya ilmiah lainnya. Data yang diperoleh berupa standar ruang, RT/RW, RDTRK (Rencana Dasar
Tata Ruang Kota) dan lainnya. Hal tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk merancang.
2.Studi Preseden

Merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dari obyek yang terkait dengan
obyek perancangan dan pendekatan arsitektur yang digunakan.

1.2.2 Teknik Analisis Perancangan

Proses analisis terdiri atas dua bagian yaitu analisis makro dan analisis mikro. Analisis makro
merupakan analisis dalam skala luas seperti analisis pada kawasan sekitar yang meliputi iklim makro,
lokasi dan tapak. Sedangkan untuk analisis mikro merupakan analisis terhadap obyek rancangan yang
meliputi analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis ruang dan bentuk, serta analisis bangunan.
Adapun analisa-analisa yang dilakukan, antara lain :

a. Analisis Fungsi

Fungsi utama perancangan Pusat Senibudaya dan kreativitas di Kota Blitar yaitu untuk
mewadahi kegiatan kesenian dan kebudayaan yang ditujukan kepada generasi muda agar tumbuh nilai-
nilai kebudayaan sehingga dapat melestarikannya. Analisis fungsi bertujuan untuk membentuk ruang-
ruang dan fasilitas yang dibutuhkan oleh pengguna.

 Analisis Aktifitas dan Pengguna

Analisis aktifitas dan pengguna bertujuan untuk aktifitas atau kegiatan yang ada pada
perancangan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku pengguna. Pelaku aktifitas pada rancangan
Pusat Senibudaya dan Kreativitas dapat dibagi atas beberapa kelompok, anatara lain :

a) Kelompok Pengelola

b) Kelompok Pengguna dan Pengunjung

c) Analisis Sirkulasi, antara lain :

1. Jalan masuk atau pindu ke dalam berbeda dengan pintu keluar atau jalan keluar
2. Adanya pedestrian sebagai sirkulasi pejalanan kaki
3. Konfigurasi bentuk jalan atau alur sirkulasi, terdiri dari linear, radial, grid, ataupun
network.
4. Analisis Ruang

Analisis ini digunakan untuk memperoleh persyaratan-persyaratan, kebutuhan dan besaran


ruang yang akan digunakan dalam perancangan Pusat Pusat Senibudaya dan kreativitas. Analisis
kebutuhan ruang terdiri dari kebutuhan ruang luar (eksterior) dan kebutuhan ruang dalam (interior).

b. Analisis Bentuk

Merupakan langkah selanjutnya setelah kebutuhan dana besaran ruang sudah ditentukan,
kemudian melakukan analisis bentuk. Analisis yang dilakukan untuk memunculkan karakter dari
bangunan itu sendiri kemudian disajikan dalam bentuk sketsa.

c. Analisis Tapak

Tapak berada di Jalan Cakraningrat Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar. Jalan ini beada
didekat Makam Bung Karno yang ramai dikunjungi wisatawan dan terletak diderah pusat perkotaan.
Selain Makam Bung Karno Terdapat Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan yang dipergunakan
sebagai tempat parkir kendaraan wisataan dan destinasi wisata di Kota Blitar.
d. Analisis Struktur

Analisis yang berkaitan dengan bangunan, tapak dan lingkungan sekitar yang akan berpengaruh
dengan material yang akan digunakan. Analisis struktur berfungsi untuk menghasilkan bangunan yang
kokoh baik dari sistem struktur dana bahan material yang digunakan serta mengetahui beban
maksimum bangunan.

e. Analisis Utilitas

Analisis utilitas meliputi sistem penyediaan air bersih, drainase, sistem jaringan listrik, sitem
jaringan listrik, dan sistem keamanan. Analisis utilitas sangat penting agar bangunan dapat digunakan
dengan baik.

1.2.3 Teknik Sintesis

Sintesis ini merupakan proses penggabungan dari hasil analisis yang menghasilkan sebuah
konsep, yang nantinya akan menjadi pedoman didalam penyusunan konsep rancangan. Dalam
perancangan ini terdapat beberapa konsep, antara lain :

1. Konsep Ruang

Konsep Ruang merupakan hasil dari analisis dari kebutuhan ruang, fungsi, pengguna, dan
aktivitas. Output dari konsep ruang adalah denah secara kasar pada perancangan Pusat Senibudaya dan
kreativitas di Kota Blitar.

2. Konsep Bentuk

Konsep Bentuk merupakan hasil dari analisis yang berkaitan dengan bentuk tapak, ruang,
struktur maupun utilitas yang diolah sesuai dengan pendekatan perancangan. Output dari konsep ruang
kemudian diolah melalui transformasi bentuk.

3. Konsep Tapak

Konsep tapak merupakan hasil penarikan kesimpulan sesuai dengan analisis yang berkaitan
dengan kondisi tapak. Output dari konsep tapak ialah tatanan lay out dari sebuah Pusat Senibudaya dan
kreativitas di Kota Blitar beserta komponen landkapnya.

4. Konsep Struktur

Konsep Struktur merupakan hasil analisis dari hasil bentuk dan struktur yang diolah sesuai
dengan pendekatan perancangan yang digunakan yaitu steel struktur yang merupakan bagian dari
pendekatan hi-tech innovation. Output yang dihasilkan adalah rancangan struktur yang digunakan
untuk perancangan Pusat Senibudaya dan kreativitas di Kota Blitar.

5.Konsep Utilitas

Konsep Utilitas menghasilkan rancangan utilitas yang baik pada perancangan Pusat Senibudaya
dan kreativitas di Kota Blitar. Dari konsep ini diharapkan untuk kedepannya dapat ditransformasikan ke
dalam bentuk sketsa ide perancangan yang dilanjutkan dengan gambar kerja berupa denah, tampak,
potongan, site plan, lay out, perspektif, dan detail arsitektural.
1.2.4 Perumusan Konsep Dasar ( Tagline )

Perumusan konsep perancangan ini dperoleh dari isu-isu dan hasil pengumpulan data yang relavan
dengan prinsip pendekatan arsitektur hi-tech innovation yang di integrasikan dengan nilai keislaman
berdasarkan Quran Surat Ar-rahman ayat 53 mengenai perkembangan ilmu sains dan kemajuan
teknologi. Hasil dari integrasi nilai-nilai tersebut terdapat beberapa poin penting seperti, Inside-out,
Transparant mass, Flat Bright Colouring, Steel structure and cable structure, dan balance. Maka dari
itu didapatkan konsep perancangan yaitu smart camouflage.
Konsep ini menitikberatkan pada kata smart dan camouflage. Untuk smart disini di dasarkan
pada pendekatan pada generasi millennial yang mempunyai ciri penggunaan teknologi sebagai life
stylenya. Pemasukan unsur inovasi dalam bidang teknologi untuk memudahkan penggunanya serta di
implementasikan pada bangunan memalui 5 aspek dalam pendekatan hi-tech. sementara camuflase
sendiri di impelemtsikan pada penerapan pengolahan limbah yang tidak berdampak kepada lingkungan
serta efisien dalam penggunaan energi.
1.3 Skema Tahapan Perancangan

Anda mungkin juga menyukai