Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN KEAHLIAN DAN KEDISIPLINAN PENCATATAN REKAM

MEDIS OLEH MAHASISWA PROFESI KEDOKTERAN GIGI (CO-ASS)

TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PERAWATAN GIGI DI RUMAH

SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS PADJADJARAN

OLEH :

DWITA KEMALA

NPM : 200910319020

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap warga Negara Indonesia berhak mendapat pelayanan kesehatan yang

layak. Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H Ayat (1)

meyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada Pasal 34 ayat (3) ditegaskan

bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan

fasilitas pelayanan umum yang layak. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan, pada Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

kesehatan. Salah satu bidang kesehatan yang dimaksud adalah rumah sakit.

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran adalah sebuah rumah

sakit yang melayani perawatan gigi dan pemberian sarana edukasi guna meningkatan

derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia, khususnya daerah Jawa

Barat. Selain sebagai tempat pelayanan kesehatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut juga

berfungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit

yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan

secara terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran dan/atau kedokteran gigi, pendidikan

berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.

Co-Ass Dokter Gigi atau Dokter Gigi Muda adalah mahasiswa profesi

kedokteran gigi yang menjalankan pembelajaran klinik di rumah sakit pendidikan


untuk mencapai kompetensi sebagai tenaga kesehatan dokter gigi. Mahasiswa profesi

kedokteran gigi melakukan tindakan kedokteran gigi dibawah bimbingan dan

pengawasan dari dosen sebagai penanggung jawab layanan untuk memberikan

pembelajaran klinik pada mahasiswa.

Rekam medis merupakan sumber data dan informasi yang memuat riwayat

penyakit pasien, terapi yang diberikan dan perkembangan perawatan. Rekam Medis

juga digunakan untuk merencanakan evaluasi terapi pasien dan sebagai alat

komunikasi antar dokter dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit.

Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan yang diberikan

kepada pasien oleh Dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yang mana dengan adanya

bukti tertulis tersebut maka rekam medis yang diberikan dapat

dipertanggungjawabkan. Rekam medis digunakan sebagai alat perlindungan hukum

untuk pasien dan dokter yang melakukan perawatan.

Tenaga kesehatan yang merawat pasien bertanggung jawab atas kelengkapan

serta keakuratan rekam medis dan ini akan bermanfaat sekali untuk perawatan dan

pengobatan pasien, bukti hukum bagi rumah sakit maupun kepentingan penelitian

medis dan administratif. Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 menyebutkan bahwa

setiap sarana pelayanan kesehatan wajib menyelenggarakan rekam medis. Rekam

medis rumah sakit merupakan komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan

manajemen rumah sakit. Berkaitan dengan isi dari rekam medis yang mencatat semua

riwayat perjalanan penyakit pasien, rencana perawatan dan perawatan yang telah

diberikan kepada pasien, maka rekam medis dapat dijadikan sarana untuk mengukur

tingkat keberhasilan suatu perawatan.


Sebagai rumah sakit pendidikan, selain utuk mencatat semua riwayat

perjalanan penyakit pasien, rencana perawatan dan perawatan yang telah diberikan

kepada pasien, rekam medis juga dapat dijadikan sarana untuk mengukur tingkat

keberhasilan suatu perawatan. Keberhasilan perawatan yang dilakukan oleh

mahasiswa profesi kedokteran gigi menjadi satu indikator penting dalam tercapainya

kompetensi mahasiswa tersebut dalam melakukan sebuah perawatan.

Berbeda dengan apa yang telah dikemukakan bahwa pada pelaksanaan

pencatatan rekam medis, tenaga kesehatan tidak menyadari sepenuhnya manfaat dan

kegunaan rekam medis, baik pada sarana kesehatan maupun pada praktik perorangan,

akibatnya rekam medis sering dibuat tidak lengkap, tidak jelas dan tidak tepat waktu.

Seperti contohnya tenaga kesehatan tidak menuliskan secara lengkap anamnesis dan

pemeriksaan kondisi pasien, tenaga kesehatan tidak menuliskan perawatan

farmakoligis dan non farmakologis apa yang telah diberikan kepada pasien, sehingga

tenaga medis tersebut tidak dapat menilai perkembangan dari pasien dan

mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah diberikan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui hubungan keahlian dan

kedisiplinan pencatatan rekam medis oleh mahasiswa profesi dokter gigi terhadap

keberhasilan perawatan gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

diperoleh rumusan masalah, “bagaimana hubungan keahlian dan kedisiplinan


pencatatan rekam medis oleh mahasiswa profesi dokter gigi terhadap keberhasilan

perawatan gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan keahlian dan

kedisiplinan pencatatan rekam medis oleh mahasiswa profesi dokter gigi terhadap

keberhasilan perawatan gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini memiliki manfaat, diketahuinya hubungan

keahlian dan kedisiplinan pencatatan rekam medis oleh mahasiswa profesi dokter gigi

terhadap keberhasilan perawatan pasien.

Secara praktis, setelah diketahui peran serta rekam medis dalam keberhasilan

perawatan pasien, diharapkan tenaga kesehatan khususnya mahasiswa profesi dokter

gigi memiliki keahlian dan kedisiplinan dalam melakukan pencatatan rekam medis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rekam Medis

Rekam medis adalah catatan yang mencerminkan segala informasi yang

menyangkut seorang pasien yang akan dijadikan dasar dalam menentukan tindakan

lebih lanjut dalam upaya pelayanan medis maupun tindakan medis lainnya yang

diberikan kepada seorang pasien. Atau menurut teknis medis, rekam medis adalah

keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnesis,

penentuan fisik laboratorium, diagnosis segala pelayanan dan tindakan medik uang

diberikan kepada pasien serta pengobatan yang rawat inap, rawat jalan, dan pelayanan

gawat darurat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bahwa rekam medis adalah

berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam

medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien. Sesuai Permenkes Rekam Medis Pasal 2 ayat (1) dan (2), rekam medis harus

dibuatsecara tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese penentuan

fisik laboratorium, diagnose segala pelayanan dan tindakan medik yang memberikan

kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang

mendapatkan pelayanan gawat darurat.


2.1.2 Pengertian Rekam Medis berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009

tentang Kedokteran

Ketentuan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang

Kedokteran, rekam medis adalah suatu berkas berisi catatan yang harus dilengkapi

setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan, yang harus dibubuhi nama,

waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Rekam

medis adalah suatu berkas yang didalamnya memuat segala sesuatu yang telah

diberikan oleh dokter kepada pasien berupa pengobatan dan tindakan medis. Berkas

tersebut yang nantinya akan disimpan oleh sarana pelayanan kesehatan untuk

pengobatan pasien yang berkesinambungan. Rekam Medis tersebut akan digunakan

untuk kepentingan hukum jika suatu saat timbul sengketa medis antara pasien dan

dokter. Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai alat bukti dalam proses

penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakan etika

kedokteran dan etika kedokteran gigi.

Isi rekam medis diatur dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis sebagai berikut: 13 Ayat (1): Isi

rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-

kurangnya memuat: a) Identitas pasien; b) Tanggal dan waktu; c) Hasil anamnesis,

mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; d) Hasil pemeriksaan

fisik dan penunjang medik; e) Diagnosis; f) Rencana penatalaksanaan; g) Pengobatan

dan/atau tindakan; h) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien; i) Untuk

pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan j) Persetujuan tindakan

bila diperlukan.
Ayat (2): Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari

sekurangkurangnya memuat: a) Identitas pasien; b) Tanggal dan waktu; c) Hasil

anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; d) Hasil

pemeriksaan fisik dan penunjang medik; e) Diagnosis; f) Rencana penatalaksanaan;

g) Pengobatan dan/atau tindakan; h) Persetujuan tindakan bila diperlukan; i) Catatan

observasi klinis dan hasil pengobatan; j) Ringkasan pulang (discharge summary); k)

Nama dan tanda tangan dokter atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan

pelayanan kesehatan Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu;

dan m) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.

Ayat (3): Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurangkurangnya

memuat: a) Identitas pasien; b) Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan

kesehatan; c) Identitas pengantar pasien; d) Tanggal dan waktu; e) Hasil anamnesis,

mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; f) Hasil pemeriksaan

fisik dan penunjang medik; g) Diagnosis; h) Pengobatan dan/atau tindakan; i)

Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayan unit gawat darurat dan

rencana tindak lanjut;j) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga

kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan; k) Sarana transportasi

yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan

lain; dan l) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Ayat (4): Isi rekam medis pasien dalam keadaan bencana, selain memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah dengan: a) Jenis bencana

dan lokasi dimana pasien ditemukan; b) Kategori kegawatan dan nomor pasien

bencana massal; dan c) Identitas yang menemukan pasien.


Data dalam rekam medis berdasrkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis dikelompokkan menjadi 2, yaitu

data administrasi dan data klinis. Data pasien dapat dibedakan/ dikelompokkan ke

dalam 2 bagian, yaitu data sosial dan data medis. Data sosial didapatkan pada saat

pasien mendaftarkan diri pada bagian penerimaan/ pendaftaran, sedangkan data medis

baru diperoleh dari pasien apabila pasien telah masuk pada unit pelayanan kesehatan.

Beradasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis nilai guna rekam medis itu

terbagi atas 3 yaitu:

Bagi Pasien, terdiri atas: a. Berguna untuk menyediakan bukti asuhan

keperawatan/ tindakan medis yang diterima oleh pasien; b. Berguna untuk

menyediakan data bagi pasien jika pasien datang untuk yang kedua kali dan

seterusnya; c. Berguna untuk menyediakan data yang dapat melindungi kepentingan

hukum pasien dalam kasus-kasus kompensasi pekerja kecelakaan pribadi atau

malpraktek.

Bagi Fasilitas Layanan Kesehatan, terdiri atas: a. Memiliki data yang dipakai

untuk pekerja profesional kesehatan; b. Dapat berfungsi sebagai bukti atas biaya

pembayaran pelayanan medis pasien; c. Dapat mengevaluasi penggunaan sumber

daya.

Bagi pemberi pelayanan, terdiri atas: a. Berguna untuk menyediakan

informasi untuk membantu seluruh tenaga profesional dalam merawat pasien; b.

Berguna untuk membantu dokter dalam menyediakan data perawatan yang bersifat
berkesinambungan pada berbagai tingkatan pelayanan kesehatan; c. Berguna untuk

menyediakan data-data untuk penelitian dan pendidikan.

Tujuan dibuatnya Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

Tanpa dukungan suatu sistem pengelolaan rekam medis baik dan benar tertib

administrasi di Rumah Sakit tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.

Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan upaya

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pembuatan rekam medis di rumah sakit

bertujuan untuk mendapatkan catatan atau dokumen yang akurat dari pasien,

mengenai kehidupan dan riwayat kesehatan, riwayat penyakit di masa lalu dan

sekarang, juga pengobatan yang telah diberikan sebagai upaya meningkatkan

pelayanan kesehatan. Rekam medis dibuat untuk tertib administrasi di rumah sakit

yang merupakan salah satu faktor penentu dalam rangka upaya peningkatan

pelayanan kesehatan. Dasar hukum tentang penyelenggaraan rekam medis yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Kedokteran.

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1960 tentang Wajib Simpan Rahasia

Kedokteran.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 034/ BIRHUB/ 1992 tentang Perencanaan dan

Pemeliharaan Rumah Sakit dimana antara lain disebutkan bahwa guna menunjang

terselenggaranya rencana induk yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan: a)

Mempunyai dan merawat statistik yang Up to date. b) Membina medical record yang

berdasarkan ketentuanketentuan yang telah ditetapkan.


5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi

dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum di mana antara lain disebutkan bahwa salah satu

sub bab bagian adalah pencatatan medik.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam

Medis

Rekam medis bersifat rahasia. Oleh karena itu, untuk melindungi

kerahasiaannya maka dibuat ketentuan bahwa hanya petugas rekam medis yang

diperbolehkan untuk memasuki ruangan penyimpanan rekam medis. Disamping itu,

hanya badan-badan atau orang-orang yang ditentukan dalam Undang-Undang yang

dapat mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis. Serta perawat pasien

bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan isi rekam medis pasien selama pasien

dirawat. Rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada

di dalam rekam medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan ataupun

memasukkan data yang ada di dalam rekam medis atau dipergunakan oleh orang yang

semestinya tidak diberi izin. Adapun tanggung jawab itu dibebankan kepada: 1.

Tanggung jawab dokter yang merawat Tanggung jawab utama akan kelengkapan

rekam medis terletak pada dokter yang merawat. Dia mengemban tanggung jawab

terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis; Tanggung jawab petugas

rekam medis Petugas rekam medis, membantu dokter yang merawat dalam

mempelajari kembali rekam medis. Analisa dari kelengkapan isi rekam medis

dimaksudkan untuk mencari hal-hal yang kurang dan masih diragukan.Dalam rangka

membantu dokter dalam penganalisaan kembali dari rekam medis, personil rekam

medis harus melakukan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif; 3. Tanggung jawab
pimpinan rumah sakit Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab menyediakan

fasilitas unit rekam medis yang meliputi ruang, peralatan, dan tenaga yang memadai.

Dengan demikian tenaga di bagian rekam medis dapat bekerja secara efektif

memeriksa kembali dan memuat indeks, penyimpanan dari semua sistem medis

dalam waktu singkat; 4. Tanggung jawab mahasiswa praktik Dalam kegiatan praktik

kerja lapangan (PKL) diwajibkan semua mahasiswa baik itu dari fakultas kedokteran,

keperwatan, kebidanan, rekam medis dan informasi kesehatan, serta mahasiswa

kesehatan lainnya, diwajibkan untuk 18 selalu bertanggung jawab dan menjaga

kerahasiaan akan isi dokumen rekam medis milik pasien di rumah sakit tersebut.

Untuk menjaga kerahasiaan tersebut, maka setiap mahasiswa perekam medis wajib

berjanji untuk menjunjung tinggi kode etik profesi dalam menjaga rahasia informasi

medis.

2.2 Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi

Mahasiswa profesi kedokteran gigi adalah mahasiswa yang menjalankan

pembelajaran klinik di rumah sakit pendidikan untuk mencapai kompetensi sebagai

tenaga kesehatan dokter gigi. Mahasiswa profesi kedokteran gigi melakukan tindakan

kedokteran gigi dibawah bimbingan dan pengawasan dari dosen sebagai penanggung

jawab layanan untuk memberikan pembelajaran klinik pada mahasiswa. Program

pembelajaran ini dimaksudkan agar mahasiswa memiliki kompetensi yang mumpuni

dalam melakukan tindakan kedokteran gigi sebagai upaya peningkatan kesehatan gigi

dan mulut.
2.3 Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan

pelayanan kepada pasien, diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan

masalah kesehatan, baik bersifat bedah maupun non bedah (Aditama, 2004).

Berdasarkan Undang- Undang no. 44 tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut

surat keputusan Menteri Kesehatan RI no. 983/ Menkes / 17/ 1992 tentang pedoman

organisasi rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik,dan sub spesialistik, sedangkan klasifikasi

didasarkan pada perbedaan tingkat menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang

dapat disediakan yaitu rumah sakit kelas A, Kelas B ( Pendidikan dan Non

Pendidikan ) kelas C dan Kelas D. Rumah sakit adalah organisasi dan manajemen

dengan ciri khas, memberikan layanan medis yang dilakukan oleh tenaga medis, dan

para medis profesional seperti: dokter, dokter gigi, dan paramedis yang didukung

oleh tenaga-tenaga non medis, tenaga administrasi dan tenaga teknis lainnya yang

memberikan pelayanan umum beserta sarana dan prasarana yang diperlukan (Djoko

Wijono,2008). Peraturan tentang rumah sakit menyatakan bahwa fungsi rumah sakit

adalah sebagai tempat penyelenggaraan pelayanan medis, penunjang medis,

administrasi dan manajemen, juga dapat digunakan sebagai pendidikan, pelatihan dan

pengembangan. Rumah sakit yang digunakan sebagai tempat pendidikan profesi

kedokteran atau kedokteran gigi disebut sebagai rumah sakit pendidikan (teaching

hospital).(Depkes RI, 2005).


Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah rumah sakit yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dan merupakan sarana pendidikan dan penelitian

tenaga kesehatan gigi tingkat S1, Profesi, Spesialis, S2 dan S3, dan dapat digunakan

untuk berbagai bidang kesehatan khususnya dan bidang lain pada umumnya. Sesuai

dengan surat keputusan menteri kesehatan pada tahun 2002 No.

H.K.00.05.1.4.2492.A yang berisi bahwa setiap Fakultas Kedokteran Gigi harus

memiliki Rumah Sakit Gigi dan Mulut dalam upaya untuk meningkatkan kualitas

dokter gigi dan pelayanan kepada masyarakat umum.

Rumah sakit gigi dan mulut (RSGM) pendidikan bertujuan untuk

menyediakan sarana peningkatan mutu pendidikan, pelayanan dan penelitian di

bidang kesehatan gigi dan mulut dari tingkat dasar sampai spesialistik sesuai dengan

tuntutan masyarakat dan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran

dan kedokteran gigi serta menjadi sarana upaya rujukan. RSGM pendidikan

melaksanakan pendidikan, pelayanan dan penelitian kesehatan gigi dan mulut dengan

mengutamakan kegiatan kuratif dan rehabilitatif tanpa meninggalkan kegiatan

promotif preventif yang dilaksanakan secara terpadu dan melaksanakan upaya

rujukan dengan melindungi hak-hak pasien. Fungsi RSGM pendidikan yaitu

menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pelayanan medik gigi dasar,

spesialistik, pelayanan penunjang, pelayanan rujukan, dan pelayanan gawat darurat

kesehatan gigi dan mulut. Pelayanan penunjang meliputi pelayanan kefarmasian,

laboratorium klinik, laboratorium teknik gigi dan pelayanan radiologi gigi (Depkes,

2005).
Sejarah pendirian Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran (RSGM FKG Unpad) tidak dapat terlepas dari sejarah

Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Padjadjaran (FKG Unpad). Fakultas ini

didirikan pada tahun 1959 dengan kampus pertama berlokasi di JI. Cisangkuy 4

Bandung. Tahun 1963 mahasiswa angkatan pertama FKG Unpad mencapai tahapan

klinik, pada saat itu kerja klinik mahasiswa dilakukan di Bagian Gigi RS Hasan

Sadikin, Dinas Kesehatan Gigi Kotamadya Bandung, serta di Klinik Gigi TNI

Angkatan Darat. Untuk mengantisipasi semakin banyaknya jumlah mahasiswa, pada

tahun 1969 kampus FKG Unpad dipindahkan ke JI. Maulana Yusuf 12 Bandung.

Untuk mengurangi ketergantungan pada pihak lain, dirintis pembentukan klinik

sendiri sebagai tempat kerja praktek mahasiswa, di Kampus Maulana Yusuf yang

dimulai dengan beberapa klinik sederhana yaitu, Klinik Gigi Tiruan, Klinik

Konservasi, Balai Kesehatan Gigi Anak, Klinik Ortodonsia, dan Laboratorium

Teknik Gigi. Pada tahun 1979 Kampus FKG Unpad kembali pindah ke tempat yang

baru yaitu JI. Sekeloa Selatan I Bandung, menempati sebuah gedung baru berlantai

tiga. Di lantai pertama gedung ini dibuka Klinik Kerja Mahasiswa yang melayani

perawatan gigi dari seluruh sub ilmu kedokteran gigi; kecuali Bedah Mulut masih

menggunakan klinik di Bagian Gigi RSHS. Tahun 1996, Universitas Padjadjaran

memindahkan kegiatan perkuliahan FKG Unpad ke kampus baru di Jatinangor, sejak

itu kampus sekeloa hanya diisi oleh aktivitas Klinik Kerja Mahasiswa. Tahun 2002

Departemen Kesehatan memberikan Izin Sementara Penyelenggaraan Rumah Sakit

Gigi dan Mulut (RSGM) kepada FKG Unpad melalui Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor HK 00.05.1.4.2442A. Berbagai perubahan baik dari segi fisik


maupun organisasi dilakukan sebagai tindak lanjut keluamya izin tersebut.

Operasional RSGM sendiri baru dimulai pada Bulan Maret 2003 sesuai dengan Surat

Keputusan Rektor Unpad Nomor 859a/J06/Kep/KP/2003. Untuk melengkapi sarana

RSGM, selain gedung lama berlantai tiga, mulai tahun 2006 ditambah dengan dua

gedung baru; yang pertama berlantai empat yang kedua berlantai 2, dan rencananya

pada tahun 2008 akan ditambah lagi dengan gedung berlantai tiga bekas Program

Pasca Sarjana.

2.4 Keberhasilan Perawatan Gigi

Dalam kedokteran gigi terdapat 8 departemen yang melaksanakan perawatan

gigi yaitu : Ortodonsia, Periodonsia, Prostodonsia, Bedah Mulut, Penyakit Mulut,

Radiologi, Kedokteran Gigi Anak dan Konservasi Gigi. Setiap departemen memiliki

kriteria keberhasilan masing-masing.

Orthodonsia, kelainan pada tulang rahang maupun posisi gigi dapat

menyebabkan gangguan pengunyahan, fungsi bicara dan estetik seseorang.

Ortodontik adalah cabang ilamu dalam kedokteran gigi yang menangani masalah

pada bentuk dan posisi tulang rahang maupun gigi. Pengembalian posisi tulang

rahang dan gigi pada posisi idealnya menjadi nilai keberhasilan perawatan ortodontik.

Periodonsia adalah cabang ilmu dalam kedokteran gigi yang mempelajarinya

mengenai struktur pendukung gigi. Keberhasilan perawatan dalam periodontik adalah

mampu memperbaiki jaringan pendukung gigi yang bermasalah akibat adanya

kalkulus/karang gigi yang bisa menyebabkan gigi goyang. Pengembalian kekuatan


gigi dalam rongga mulut menjadi indicator utama dalam keberhasilan perawatan

periodontik.

Prosthodonsia, penilaian keberhasilan suatu perawatan dengan gigi tiruan

(prosthodontik) dapat dilakukan dengan menggunakan indikator rasa nyaman dalam

mulut, kembalinya fungsi pengunyahan, estetika dan bicara. Keberhasilan perawatan

akan dinilai optimal bila didapat keserasian antara pemeriksaan obyektif yang

dilakukan oleh operator dengan persepsi pasien.

Bedah mulut merupakan tindakan kedokteran gigi yang memiliki tingkat

komplikasi sangat tinggi. Resiko yang ditanggung pasien setelah dilakukan tindakan

bedah antara lain infeksi pada daerah bedah, perdarahan hingga infeksi penyakit

menular dari satu pasien ke pasien yang lain. Keberhasilan tindakan bedah mulut

dapat dilihat dengan tidak adanya komplikasi setalah dilakukan tindakan bedah

terhadap pasien.

Penyakit mulut biasanya merupakan manifestasi oral dari penyakit sistemik

yang diderita oleh pasien yang bersangkutan. Penyakit yang erat kaitannya dengan

penyakit mulut adalah HIV/AIDS dan penyakita kelamin lainnya seperti sifilis.

Penyakit berbahaya tersebut bisa menular melalui cairan tubuh penderita seperti

darah dan air liur. Keberhasilan perawatan dari penyakit mulut adalah mampu

mengobati manifestasi oral dalam rongga mulut tanpa menginfeksi pasien lain

ataupun tenaga medis lain.

Radiologi merupakan salah satu pemerikasaan penunjang untuk mendiagnosa

suatu penyakit atau kelainan pada rongga mulut. Pancaran radiasi dari radiologi ini

dapat membahayakan pasien maupun orang-orang disekitar mesin radiografi.


Keberhasilan perawtan radiologi adalah mendapatkan pemeriksaan penunjang guna

membantu untuk penegakan diagnosis dengan meminimalisir efek radiasi kepada

pasien dan lingkunagn=an sekitar.

Kedokteran Gigi Anak, menjaga kesehatan gigi anak dan merawat gigi anak

adalah ranah dari kedokteran gigi anak. Kriteria keberhasilannya adalah merawat dan

menjaga kesehatan gigi anak tanpa menimbulkan trauma kepada anak tersebut.

Konservasi Gigi, memperbaiki gigi berlubang adalah tugas dari bagian

konservasi gigi. Ilmu konservasi gigi adalah mempertahan gigi yang sudah rusak

yang biasa disertai dengan rasa nyeri agar fungsinya bisa kembali seperti semula.

Kriteria keberhasilannya adalah jika gigi yang masih hidup atau sudah mati dapat

bertahan dalam rongga mulut dalam keadaan steril sehingga tidak menghilangkan

fungsinya dalam pengunyahan.

Keberhasilan perawatan dapat dilihat dari tingkat kepuasan yang dirasakan

oleh pasien setalah dilakukan perawatan. Selain tidak ada keluhan yang menyertai

setelah dilakukan perawatan, salah satu kepuasan pasien juga dapat dilihat dari aspek

biaya perawatan, komunikasi yang dilakukan oleh dokter, ketetapatan dalam

mendiagnosa dan menentukan rencana perawatan untuk pasien. Tingkat kepuasan

pasien sangat diperlukan dalam suatu instansi terkait dengan pelayanan dan

pemberian jasa kepada pasien.


2.6 Kerangka Pemikiran

Perawatan Gigi yang dilakukan oleh


Mahasiswa profesi Kedokteran Gigi di RSGM
Universitas Padjadjaran

Penulisan rekam medis berdasarkan


anamnesis, diagnose dan perawatan yang
diberikan

Penilaian keberhasilan perawatan


berdasarkan tingkat kepuasan pasien
BAB III

METODE DAN OBJEK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Rancangan penelitian mengenai hubungan keahlian dan kedisiplinan

mahasiswa profesi kedokteran gigi Universitas Padjadjaran terhadap keberhasilan

perawatan gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran. Keberhasilan

perawatan dinilai dari tingkat kepuasan pasien terhadap perawatan gigi yang

diberikan. Penelitian ini akan menganalisis hubungan pengisian rekam medis dengan

keberhasilan perawatan yang di ukur dari tingkat kepuasan pasien terhadap perawatan

gigi yang dierima. Metode penelitian ini umumnya dilakukan dengan pengisian

kuisioner, pencarian sampel (perlakuan dan kontrol), analisis data kuisioner.

Dalam pengumpulan data maka dilakukan penilaian kuesioner sebagai

berikut:

1. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur indeks kepuasan

(satisfaction indeks). Pernyataan kuesioner dibagi menjadi dua yaitu pernyataan

yang mendukung objek (favourable) dan pernyataan yang tidak mendukung objek

(unfavourable) Terdapat skala ukuran yang digunakan untuk mempermudah

dalam mentransformasi data dari kualitatif menjadi kuantitatif. Digunakan empat

skala yang berarti terdapat empat alternatif jawaban yaitu, sangat setuju, setuju,

tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

2. Customer Satisfaction Index (CSI). Menurut Supranto (2006) Tingkat kesesuaian

adalah hasil perbandingan nilai kinerja dengan nilai tingkat harapan.


3.2 Subjek Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien yang sudah lebih dari dua kali datang ke

RSGM dan sedang dirawat giginya oleh mahasiswa profesi kedokteran gigi periode

Juli-Agustus 2020.

3.2.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sample. Sampel pada penelitian ini adalah pasien di Klinik Integrasi A, B,

C, D, E RSGM Unpad yang memenuhi kriteria populasi sebagai berikut:

1) Kriteria Inklusi:

(1) Pasien yang sudah datang lebih dari dua kali untuk menerima perawatan

dari mahasiswa profesi kedokteran gigi Universitas Padjadjaran.

(2) Pasien yang menerima perawatan di departemen periodonsia,

orthodonsia, prosthodonsia, konservasi gigi, dan penyakit mulut.

(3) Pasien di klinik integrasi A, B, C, D, E RSGM Universitas Padjadjaran.

2) Kriteria Ekslusi:

(1) Pasien yang belum menerima perawatan gigi dari mahasiswa profesi

kedokteran gigi.

(2) Pasien yang tidak baca dan tulis.


3.3 Alat dan Bahan Penelitian

1. Kuisioner. Kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban skala untuk

menilai kepuasan pasien terhadap perawatan yang diterimanya.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi :

1. Variabel bebas (X) : kepuasan pasien

2. Variabel terikat (Y) : keahlian dan kedisiplinan mahasiswa profesi kedokteran

gigi dalam penulisan rekam medis.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Item Penelitian Skala Ukur


Kepuasan pasien Kepuasan Pasien 1. kualitas dari jasa Skala yang disusun
Jasa merupakan 2. kualitas pelayanan sendiri oleh peneliti
semua aktivitas 3. faktor emosional berdasarkan item
ekonomi yang 4. aspek harga dan penelitian.
hasilnya tidak biaya
merupakan produk
dalam bentuk fisik
atau konstruksi,
yang biasanya
dikonsumsi pada
saat yang sama
dengan waktu
yang dihasilkan
dan memberi nilai
tambah atau
pemecahan atas
masalah yang
dihadapi
konsumen
(Lupiyoadi, 2006)
3.6 Validitas dan Reliabilitas Akat Ukur

Validitas Alat Ukur Suatu alat ukur harus memperhatikan validitas agar

memiliki ketepatan dengan tujuan yang ingin diukur. Pengukuran dikatakan

mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat

memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur seperti dikehendaki oleh

tujuan pengukuran (Azwar, 2012). Tipe validitas yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu validitas konstruk dengan menggunakan prosedur statistika multivariat yang

disebut analisis faktor. Analisis faktor adalah kumpulan prosedur matematik yang

kompleks guna menganalisis hubungan antara variabel-variabel dan menjelaskan

hubungan tersebut dalam bentuk kelompok variabel terbatas yang disebut faktor

(Azwar, 2012).

Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan konsistensi hasil pengukuran dari

waktu ke waktu. Reliabilitas dari alat ukur akan mempengaruhi hasil dari

pengukuran. Salah satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah reliabel,

yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran yang kecil

(Azwar, 2012). Teknik reliabilitas yang akan digunakan dalam skala ini yaitu

cronbach alpha.
3.7 Alur Penelitian

Pasien yang dirawat Di RSGM


Universitas Padjadjaran

Dirawat oleh mahasiswa Dirawat oleh mahasiswa Dirawat oleh dokter


profesi (Co-Ass) program spesialis (residen) gigi spesialis

Pasien dirawat di klinik


integrasi A, B, C, D, E untuk
perawatan di departemen
periodonsia, orthodonsia,
prosthodonsia, konservasi
gigi, penyakit mulut

Pasien yang datang


lebih dari dua kali
dilakukan perawatan

Pasien bersedia mengisi


kuisioner

Analisis data

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah uji korelasi Product Moment dari Spearman. Non Parametric

adalah suatu metode analisis data yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah ada atau tidak ada hubungan antara variabel bebas (x) dengan variabel

tergantung (y). Analisis data korelasi non parametric dari Spearman dapat diperoleh
dengan menggunakan bantuan aplikasi statistik komputer, yaitu Statistic Package for

Social Sciences (SPSS) versi 21.00 for windows.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. (2018). Pengembangan Sistem Informasi Rekam Medis Studi Kasus:


Klinik Mutiara Sehat Malang (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Badrin, N. N., Rachmawaty, R., & Kadar, K. (2019). Instrumen Kepuasan Pasien
Terhadap Pelayanan Keperawatan: Literature Review. Jurnal Endurance: Kajian
Ilmiah Problema Kesehatan, 4(1), 87-96.
Bush, M., Stürmer, T., Stearns, S. C., Simpson Jr, R. J., Brookhart, M. A., Rosamond,
W., & Kucharska‐Newton, A. M. (2018). Position matters: Validation of
medicare hospital claims for myocardial infarction against medical record review
in the atherosclerosis risk in communities study. Pharmacoepidemiology and
drug safety, 27(10), 1085-1091.
Charalambous, A., & Adamakidou, T. (2012). Risser patient satisfaction scale: A
validation study in Greek cancer patients. BMC
Nursing, 11. https://doi.org/10.1186/1472-6955-11-27
Dorigan, G. H., de Brito Guirardello, E., da Silva, D., & McColl, E. (2014).
Validation of the Brazilian Version of the Newcastle Satisfaction With Nursing
Scales: A Partial Least Squares Path Modeling Approach. Journal of Nursing
Measurement, 22(3), 451–460. https://doi.org/10.1891/1061-3749.22.3.451
Farahani, M., Shamsikhani, S., & Hezaveh, M. (2014). Patient satisfaction with
nursing and medical care in hospitals affiliated to arak university of medical
sciences in 2009. Nurs Midwifery Stud, 3(3), 1–3.
Fujii, H., Yamaguchi, S., Kurai, O., Miyano, M., Ueda, W., Oba, H., ... & Okawa, K.
(2016). Putting “sticky notes” on the electronic medical record to promote intra-
hospital referral of hepatitis B and C virus-positive patients to hepatology
specialists: an exploratory study. BMC infectious diseases, 16(1), 410.
Husni, M., & Putra, D. M. (2019). Analisis Implememntasi Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (Simrs) Pada Unit Kerja Rekam Medis Di Rsu ‘Aisyiyah Padang. Jurnal
Kesehatan Lentera'Aisyiyah, 2(1).
Ismainar, H. (2018). Manajemen unit kerja: untuk perekam medis dan informatika
kesehatan ilmu kesehatan masyarakat keperawatan dan kebidanan. Deepublish.
John, S. (2019, August). Aplikasi Rekam Medis Berbasis Web (Studi Kasus Praktek
Dr. M. Najib Djalaluddin). In SISITI: Seminar Ilmiah Sistem Informasi dan
Teknologi Informasi (Vol. 7, No. 1).
Kewas, C., Wicaksono, D. A., & Gunawan, P. N. (2019). Tingkat Kepuasan Pasien
terhadap Perawatan Tumpatan Komposit pada Gigi Anterior di RSGM
Universitas Sam Ratulangi. e-GIGI, 7(2).
Rakhmawati, F., & Rustiyanto, E. (2016). Analisis Kebutuhan Petugas Rekam Medis
Berdasarkan Beban Kerja di Instalasi Rekam Medis RS Aisyiah Muntilan. Jurnal
Kesehatan Vokasional, 1(1), 1-8.
Sanggamele, C., Kolibu, F. K., & Maramis, F. R. (2019). ANALISIS
PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM PANCARAN
KASIH MANADO. KESMAS, 7(4).
Thompson, G., O’Horo, J. C., Pickering, B. W., & Herasevich, V. (2015). Impact of
the electronic medical record on mortality, length of stay, and cost in the hospital
and ICU: a systematic review and metaanalysis. Critical care medicine, 43(6),
1276-1282.
Widiasari, W., Handiyani, H., & Novieastari, E. (2019). KEPUASAN PASIEN
TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH
SAKIT. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1), 43-52.

Anda mungkin juga menyukai