Bab 3 Membuat Pola
Bab 3 Membuat Pola
Membuat Pola
BAB 3
MEMBUAT POLA
A. SUB KOMPETENSI
Dasar-dasar pembuatan pola pada teknik pengecoran logam dapat dipahami dan
dijelaskan dengan benar.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menjelaskan dengan benar dasar-dasar pembutan pola pada
teknik pengecoran logam.
C. URAIAN MATERI
1. Pembuatan Pola
Proses pembuatan pola diawali mengidentifikasi gambar kerja pola. Desainer
pengecoran menyampaikan informasi-informasi perencanaan pembuatan pola yang
antara lain meliputi: bentuk, ukuran, bahan dan penyelesaian akhir permukaan pola.
Pembuat pola memilih bahan pembuat pola berdasar informasi pada gambar kerja
pola. Bahan yang berbeda membutuhkan perlakuan dan proses pengerjaan pembuatan
pola yang berbeda pula. Sebagai contoh, penggunaan kayu sebagai bahan pembuat
pola harus dicermati struktur serat, sifat-sifat, kekuatan dan sebagainya.
Pada pembuatan pola digunakan berbagai mesin dan perkakas. Pembuat pola
seyogyanya memiliki kompetesni yang sesuai. Sebagai contoh pada pembuatan pola
dari kayu dibutuhkan kompetensi untuk mengoperasikan mesin dan alat, seperti: mesin
bubut kayu, mesin gergaji pita mesin ketam perata dan sebagainya. Demikian pula pada
pembuata pola dari resin, dibutuhkan pengetahuan dan kompetensi berkerja dengan
bahan-bahan kimia, seperti: resin, hardener, katalis, pemlastis dan sebagainya.
Pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatn kerja mutlak diperlukan dalam proses
pembuatan pola.
Chijiiwa, 1976). Permukaan pola kayu biasanya diperkuat dengan lapisan plastik
ataupun krom (Ngatiman, 2016). Faktor penting dalam menentukan macam pola
adalah: (1) proses pembuatan cetakan, (2) dimana pola tersebut dipakai dan (3)
pertimbangan ekonomi terkait biaya pembuatan cetakan dan biaya pembuatan pola.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan pola dari kayu adalah:
1) Pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan.
2) Pola harus memiliki permukaan yang halus.
3) Pola tidak boleh memiliki sudut-sudut tajam.
4) Harus memiliki lubang pena berulir untuk pengambilan dari cetakan.
5) Ukuran pola harus lebih besar dari benda asli untuk mengantisipasi penyusutan dan
penyelesaian mesin.
6) Penempatan inti harus mudah untuk pola yang berlubang atau berbentuk pipa.
7) Permukaan pisah jangan terlalu banyak karena akan mengambil banyak waktu
didalam proses pembuatan cetakan yang menyebabkan tonjolan-tonjolan sehingga
pembuatan pola menjadi mahal.
a. Mengidentifikasi gambar rencana pola
Benda seperti tampak pada Gambar3.1. akan dibuat dengan proses pengecoran.
Hal yang diamati adalah dari gambar adalah: (1) Bentuk benda yang akan dibuat untuk
menentukan permukaan pisah dan bagian-bagian mana yang akan diberi kemiringan;
(2) Ukuran benda yang akan dibuat untuk menentukan ukuran pola. Langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi ukuran benda-benda silindris yang akan dibuat
sehingga diperoleh ukuran seperti tampak pada Gambar 3.2. (Ngatiman, 2016).
Gambar 3.3. Desain pola untuk benda silinder A (kiri) dan B (kanan)
c. Langkah pembuatan
Tahapan pembuatan pola dari untuk kasus seperti yang telah di bahas di atas
adalah sebagai berikut:
1) Kayu yang akan dibuat pola di menggunakan mesin bubut kayu sesuai ukuran.
Bagian-bagian tajam diberikan radius.
2) Gunakan amplas kayu untuk mengamplas permukaan hingga halus.
3) Buat lubang berulir pada bagian atasnya untuk mengambil pola dari cetakan.
4) Lapisi seluruh permukaan pola dengan dempul plastik untuk menutup pori-pori
kayu sehingga permukaannya menjadi halus disamping lebih tahan aus.
5) Lapisi seluruh permukaan pola dengan cat atau sejenisnya dengan beberapa
tahapan agar permukaan pola menjadi lebih licin.
6) Keringkan cat ditempat teduh dan bebas dari debu.
Gambar 3.4 dan 3.5 memperlihatkan langkah-langkah pembuatan pola-pola
silindris A dan B. Pola-pola didesain untuk pengecoran vertikal sehingga tidak
dibutuhkan kup.
MEMBUAT POLA
Gambar 3.4. Pola untuk benda silinder A dan B sebelum di dempul dan di cat
Gambar 3.5. Pola untuk benda silinder A dan B setelah di dempul dan dicat
Jika akan pola benda silindris A dan B seperti di atas akan dibuat dari logam, maka
tahapan identifikasi gambar dan penentuan ukuran pola adalah sama seperti pada
pembuatan pola dari kayu. Perbedaannya adalah pada tahap pembuatan pola. Pada
pola logam digunakan mesin dan perkakas untuk pengerjaan logam, yaitu: mesin bubut
dan perlengkapannya.
Pola silindris B dapat dibuat terdiri atas dua bagian, yaitu silinder atas dan bawah
yang kemudian disatukan. Penyatuan kedua bagian sebaiknya dengan teknik baut. Jika
disatukan dengan teknik pengelesan dapat terjadi deformasi akibat panas yang
berdampak pada bentuk dan ukuran pola. Cara ini ditempuh untuk menghemat bahan
atau untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan bahan baku pembuat pola. Yang
harus diperhatikan adalah kelurusan sumbu bagian atas dan bawah.
MEMBUAT POLA
3. Pola Styrofoam
Pembuatan pola dari stryofoam, secara prinsip, tahap identifikasi gambar dan
penentuan ukuran pola adalah sama dengan pada pembuatnan pola kayu maupun
logam. Bagaimanapun, mengingat karakteristik stryofoam, pada tahap penentuan kup,
drag dan permukaan pisah harus diperhatikan. Stryofoam akan berubah menjadi gas
saat di tuangi logam cair. Kup,drag dan permukaan pisah harus di desain untuk
mengendalikan ga dari stryofoam agar tidak menyebabkan cacat pada coran.
Pada pengecoran dengan pola stryofoam atau dikenal sebagai lost foam casting,
pola dibuat dari foam polystyrene, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara.
(Wikipedia, 2016). Pola bervolume kecil dapat dipotong dengan tangan atau mesin dari
blok solid foam. Jika geometri atau bentuk pola cukup sederhana dapat dipotong
menggunakan pemotong foam panas-kawat. Jika volume besar, maka pola diproduksi
secara massal dengan injection molding. Butiran expandable polistiren disuntikkan
dengan tekanan rendah ke dalam cetakan aluminium panas. Uap panas dimasukkan
dan polistiren akan mengembang mengisi seluruh cetakan. Hasilnya adalah pola
dengan sekitar 97,5% udara dan 2,5% polistirena. Sistem saluran seperti: cawan tuang,
saluran turun, saluran pengalir, saluran masuk dan penamabah ditempelkan dengan
pemanasan pada pola. Selanjutnya, pola stryofoam dilapis dengan lapisan tipis keramik
dengan cara dicelupkan, dipulaskan, disemprotkan atau dialirkan. Fungsi lapisan ini
adalah:
1) Membatasi permukaan pola yang halus dan permukaan pasir yang kasar.
2) Mengontrol permeabilitas. Gas yang timbul akibat penguapan pola saat logam cair
dimasukkan ke cetakan akan keluar melalui lapisan keramik dan bergerak keluar
lewat pasir.
3) Mencegah erosi pasir untuk menghinadri cacat inklusi pasir.
4) Mencegah penetrasi logam cair ke dalam pasir.
Pengecoran dengan pola dari stryofoam seyogyanya dilakukan menggunakan
pengecoran tertutup dengan sistem saluran. Dengan demikian dapat diatur agar logam
cair mengisi rongga cetakan dari bawah sehingga stryofoam yang berubah menjadi gas
akan terdrong keluar seperti tampak pada Gambar 3.6.
MEMBUAT POLA
4. Pola Lilin
Gambar 3.7 memperlihatkan secara skematis pembuatan benda cor dengan pola
lilin. Pada gambar tersebut bahwa tahap 1 sampai dengan 3 merupakan tahapan
pembuatan pola lilin. Jelas bahwa pada pembuatannya pola lilin dibutuhkan sebuah
cetakan untuk membuat. Cetakan pembuat pola lilin biasanya di buat dari logam.
Pembuatan cetakan ini meliputi perancangan cetakan dan pembuatan cetakan. Oleh
karenanya dibutuhkan kompetensi di bidang dies design dan mold making.
Pola lilin yang telah dibuat dengan cetakan kemudian disusun menjadi sebuah
pohon pola (assembled tree). Contoh hasil penyusun pola lilin menjadi pohon pola
tampak pada Gambar 2.14.
Gambar 3.7.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Ngatiman. (2016). Modul Pengecoran Logam Aluminium. Yogyakarta: Pendidikan Teknik Mesin, FT
UNY.
Surdia, T., & Chijiiwa, K. (1976). Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: PT. PRADNYA PARAMITA.
Wikipedia. (2016, Januari 7). Retrieved Juli 26, 2016, from Wikipedia.org:
https://en.wikipedia.org/wiki/Lost-foam_casting