Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN NYERI

DIRUANG EDELWEIS

RSUD DR. R. GOETENG TARUNADIBRATA PURBALINGGA

LP MINGGU KE 1

OLEH :

NAMA : RATRI WULANDARI

NIM : 180106011

PRAKTIK KLINIK DASAR 1

PRODI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

TAHUN AKADEMIK 2019


A, TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
(Hidayat, 2009)
Nyeri akut didefinisikan keadaan individu mengalami dan mengeluhkan
ketidaknyamanan yang hebat atau sensai yang tidak menyenangkan selama 1 detik hingga
kurang dari enam bulan (Buku Lynda Juall,2012)
Nyeri kronis adalah keadaan ketika individu mengalami nyeri yang menetap atau
intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan. (buku Lynda Juall,2012)
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu keadaan yang
tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh
ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.

2. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit
atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera,
persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons
akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti
histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal,
listrik atau mekanis.
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-
impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau
serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh
serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut
aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsa horn. Dorsal
horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara lapisan dua dan
tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls
nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal
asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan
spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses
transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate.
Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens
dari thalamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sumsum tulang
belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan
neurotransmiter dalam impuls supresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor
yang ditransmisikan oleh oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak
memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Hidayat,
2009).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah :

a. Arti nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain. Keadaan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya,
lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat sbjektif tempatnya pada korteks (pada fungsi
evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat memicu stimulasi
nociceptor.
c. Toleransi nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi
nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri.
Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas,
menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa fator, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,
harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut dan cemas, usia dan lain-lain.

4. Jenis Gangguan

Secara umum, nyeri dibagi menjadi dua,yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6
bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri
yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu
lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom
nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam
beberapa kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.

Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antarnya nyeri
somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent paint), nyeri psikogenik, nyeri phantom dari
ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain.

Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah
kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaan dari kedua jenis nyeri ini dapat dilihat pada
tabel berikut :

Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral


Superfisial Dalam
Kualitas Tajam, menusuk, Tajam, tumpul, nyeri Tajam, tumpul, nyeri
membakar. terus. terus, kejang.
Menjalar Tidak Tidak Ya
Stimulasi Torehan, abrasi terlalu Torehan, panas, iskemia Distensi, iskemia,
panas dan dingin. pergeseran tempat. spasmus, iritasi kimiawi
(tidak ada torehan).
Reaksi Otonom Tidak Ya Ya
Refleks Kontraksi Tidak Ya Ya
Otot

Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi
akibat kerusakan pada cedera organ viseral. Nyeri psikogenik adalah nyeri nyeri yang tidak
diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang
disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang
tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.

B. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Nyeri

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri
seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan
dengan cara PQRST :
1. P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri,
2. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat,
3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri,
4. S (severity) adalah keparahan atau itensitas nyeri,
5. T (Time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri berikut:
B. Diagnosa Keperawatan
Terdapat beberapa diagosis yang berhubungan dengan masalah nyeri akut dan nyeri kronis,
di antaranya :

1. berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan

2. berhubungan dengan trauma pada perineum selama persalinan dan kelahiran

3. berhubungan dengan involusi uterus dan pembengkakan payudara

4. berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot reflex

5. berhubungan dengan keletihan,malaise,dan atau prirutus

5. berhubungan dengan pengaruh kanker

6. berhubungan dengan kram abdomen ,diare,dan muntah akibat gastroenterotos,influenza,tukak


lambing

7. berhubungan dengan informasi dan spasme otot polos akibat batu ginjal atau infeksi
gastrointestinal

8. berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot reflex

9. berhubungan dengan demam

10. berhungan dengan imobilitas/posisi tidak tepat

11. berhubungan dengan aktivitas yang berlebihan

12. berhubungan dengan titik tekanan (gips yang ketat,perban elastic)


13. berhubungan dengan respon alergi

14. berhubungan dengan iritan kimia

15. berhubungan dengan kebutuhan akan kemandirian yang tidak terpenuhi

16. berhubungan dengan ansietas yang ditekan

C. Perencanaan Keperawatan
1. ajarkan tentang tindakan pereda nyeri non invasive
2. berikan pereda sakit yang optimal dengn analgesic
3. ajrkan tentang teknik khusus untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat
menurunkan intensitas nyeri
4. ajarkan strategi relaksasi khusus (missal bernapas perlahan,berirama,atau napas
dalam,kepalkan tinnju menguap)

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan dan kebosanan.
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti :
a. Teknik latihan pengalihan
1) Menonton televisi.
2) Berbincang-bincang dengan orang lain.
3) Mendengarkan musik.
b. Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan
udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki,
perut, dan punggung serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi
hinga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
c. Stimulasi kulit
1) Menggosok dengan halus daerah nyeri.
2) Menggosok punggung.
3) Menggunakan air hangat dan dingin.
4) Memijat dengan air mengalir.
3. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi
stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri.
(Hidayat, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim A, 2008. Konsep Dasar Nyeri. http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-


nyeri.html

Hidayat, A. A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

Carpenito, L.J.(2012).Diagnosis keperawatan : Bukusaku / Lynda juall Carpenitomoyet;


alihbahasa, Fruriolina Ariani, EstuTiar; editor edisibahasa Indonesia, Ekaanisa Mardela … [et al]
– Edisi 13 – Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai