Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tanda-tanda meningeal timbul karena tertariknya radiks-radiks saraf tepi yang
hipersensitif karena adanya perangsangan atau peradangan selaput otak pada
meninges(meningitis) akibat infeksi,kimiawi maupun karsinomatosis. Perangsangan
meningeal bisa terjadi juga akibat pendarahan subarachnoid.
Tes-tes untuk menguji adanya tidaknya tanda meningel banyak sekali,namun
pada dasarnya adalah variasi tes pertamayang dikenal oleh valdimir kering pada tahun
1884. Dokter ahli penyakit dalam dari rusia ini memperhatikan adanya keterbatasan
ekstenpasif sendi lutut pada pasien meningitis dalam posisi duduk maupun berbaring.
Sampai sekarang masih sering digunakan untuk memeriksa tanda
meningeal.Tanda yang lain dapat di jumpai ialah sikap tungakai yang cenderung
mengambil posisi fleksi dan opistotonus karena terangsangnya otot-otot eksternor
kuduk dan punggung Pemeriksaan fisik yang penting di lakukan untuk meyakinkan
adanya iritasi meningieal adalah kaku kuduk (nuchal rigidity), tanda lasegue, kernig,
brudzinski 1 (brudznki’neck sign), dan brudnski’s contra lateral leg).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja fungsi kortikal?
2. Bagaimana pemeriksaan fisik fungsi kortikal?
3. Apa saja fungsi meningeal?
4. Bagaimana pemeriksaan fisik fungsi meningeal?
C. Tujuan
1. Mengetahui fungsi kortikal.
2. Mengetahui cara pemeriksaan fisik fungsi kortikal.
3. Mengtahui fungsi menigeal.
4. Mengetahui cara pemeriksaan fisik fungsi meningeal.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Pemeriksaan Fisik Fungsi Kortikal Dan Meningeal

A. Fungsi kortikaal

Pemeriksaan fungsi ini di lakukan jika sensibilitas permukaan dan dalam normal,setidak-
tidaknya jika tergantung hanya dalam derajat yang ringan.

a. Stereognosis
 Klien harus mengenal benda tersebut (misalnya gelas,botol,arloji,uang logam
atau kunci).
 Instruksikan klien untuk menutup matanya,kemudian tempatkan bermacam
benda kedalam tanganya satu persatu.
 Jika klien mampu menyebutkan benda tersebut,minta klien untuk melukiskan
ukuran,bentuk dan materi benda tersebut.
 Jika klien tidak dapat menggunakan tangganya,pemeriksa menolong klien
untuk menggenggam atau memegang benda tersebut.
b. Rasa diskriminasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan klien membedakan
rangsangan tajam, tunggal atau ganda.
 Gunakan jarum steril
 Daerah tusukan adalah bagian palmar dan dorsal tangan kaki, ujung, dan
bagian dorsal jari-jari tangan dan kaki serta bagian anterior dari lutut kebawah
 Jarak normal yang masih dapat dikenal dua titik ialah 8-15 mm untuk palmar
tangan tersebut
 Intruksikan klien untuk menutup mata dan meminta klien untuk menyebutkan
satu atau dua terhadap tusukan yang dirasakan

Fungsi Refleks

Refleks superfisialis timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang


mengakibatkan berkontraksinya otot yanga ada dibawahnya atau sekitarnya jika
bukan karena teregannya otot seperti pada reflek dalam.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan

1. Klien dalam posisi duduk atau berbaring


2. Relaksasi sempurna dan posisi pasien senyaman mungkin
3. Harus ada ketegangan optimal pada otot yang akan di periksa hal tersebut dicapai
bila posisi pasien dengan letak anggota gerak diatur dengan bai,misalnya untuk

2
menimbulkan refleks biseps,triseps dan brakhioradialis ialah pasien dalam
keadaan duduk,lengan bawh dan tangan berada diatas paha.
4. Rangsangan regangan yang cukup,yaitu menjatuhkan refleks dengan gerakan
fleksi sendi tangan
5. Penggunaan refleks,dengan cara mengahlikan perhatian pasien terhadap anggota
gerak yang akan diperiksa,dengan cara mengajak berbicara atau menarik tangan
kirinya sekuat melalui jari-jari tangan (jendrassik).

Cara pemeriksaan:

A. Refleks biceps
- Bila posis klien duduk lengan bawah pronasi rileks di atas paha bila posisi
klien terlentang,lengan ditaruh diatas bantal,lengan bawah dan tangan diatas
abdomen
- Taruh ibu jari pemeriksa diatas tendon biseps
- Ketukan hammer diatas ibu jari
- Respons normal berupa fleksi dari siku dan tampak kontraksi otot biseps.

B. Refleks triseps
- Posisi klien hampir sama dengan refleks triseps
- Posisi pemeriksa sebaiknya dari arah samping belakang pasien untuk
mengamati kontraksi
- Kerukan hammer kira-kira 5 cm di atas siku (olekranon)
- Respons normal adalah ekstensi dari siku dan tampak kontraksi otot triseps.

3
C. Refleks brakhioradialis (refleks radius)
- Posisi pasien sama dengan refleks biseps,hanya lengan bawah harus berada
antara pronasi dan supinasi
- Ketukan hammer dengan di bagian bahwa radius,kira-kira 5 cm di atas
pergelangan tangan.
- Respon normal berupa lengan bawah akan berfleksi dan bersupinasi.

D. Refleks kuadriseps femoris (refleks patella)


- Bila posisi klien duduk,kaki tergantung refleks ditepi tempat tidur,tangan
pemeriksa berada diatas lutut
- Bila posisi klien terlentang tangan atau lengan bawah pemeriksa berada
dataruh di bawah lutut klien (bisa diganti dengan bantal),klien dalam keadaan
fleksi sendi lutut kira-kira 20 derajat dan tumit klien harus tetap berada diatas
tempat tidur.
- Ketukan pada tendon muskulus kuadriseps femoris,dibawah patella
- Respons normal berupa gerakan ekse=tensi dari tungkai bawah di sertai
dengan kontraksi otor kuadriseps.

E. Refleks tendon achilles (APR)


- Bila posisi klien duduk, kaki dorsofleksi optimal (sama seperti posisi refleks
biseps)
- Bila posisi klien terlentang,fleksi panggul dan lutut sambil sedikit rotasi paha
keluar.
- Pemeriksa memegang ujung kaki untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan
pada kaki
- Ketukan hammer diatas tendon achilles
- Respon normal berupa gerak plantar fleksi pada kaki dan kontraksi otor
triseps sure.

4
F. Refleks permukaan/superfisialis
a. Refleks kulit
- Refleks dinding perut superfisialis
 Alat yang digunakan benda berujung tumpul seperti kunci atau ujung
refleks hammer.
 Posisi klien terlentang,tungkai diginjlbantaal kedua lengan diletaakan
disaamping tubuh dan upayakan relaksasi.
 Instrukssikaan klien untuk menutup mata dan anjurkan napas panjang
 Goreskan kunci atau ujung reflex hammer diseluruh kuadraan perut klien
dengan arah luar menujuarah umbiilikus
 Respon normal berupa kontksi otot perut dan umbilicus bergerak kearah
otot yang kontraksi

b. Reflex kremaster
 Alat yang digunakan ujung refleks hammer
 Posisi klien berbaring terlentangdengan paha ssediki abduksi
 Goreskan dengan ujung refleks pada permukaan dalam medial kedua
pangkal paha
 Respon normal berupa kontraki skrotum dan kremaster.

5
c. Refleks anus superfisialis
 Gunakan sarungtangan
 Posisi klien dorsal recumbent dan upayakan relaksasi
 Ujung jari pemeriksa dengan menggunakan sarung tangan ditusukan
secara ringan kedalam cincin anus klien.
 Refleks normal berupa kontraksi otot sfingter ekstemus.
d. Reflex bubokavemosus
 Posisi klien berbaring dan upayakan relaksasi
 Cubi kulitpenis atau gland penis
 Refleks normal berupa kontraksi otot bubokavemosus kontraksi ini dapat
di lihat,tetapi akan lebih jelas bila diraba.
e. Refleks plantar
 Kaki relaksasi
 Telapak kaki digores dengan benda yang agak runcing
 Respons normal berupa kaki melakukan gerakan plantar
fleksi,biasanya diikuti dengan gerakan menarik kaki
G. Refleks patologis
a. Refleks Babinski
- Posisi klien berbaringa dan relaksasi dengan tungkai diluruskan
- Goreskan harus dilakukan perlahan,jangan sampai menimbulkan rasa
nyeri
- Pemeriksa memegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya
- Telapak kaki digores dengan benda berujung agak tajam dari arah tumit
menyususr bagian lateral menuju pangkalibu jari.
- Respons reflex berupa dorsal fleksi dari ibu jari dan biasanya di sertai
dengan pemekaran dari jari-jari lainnyaa disebut tanda babinski positif.
b. Refleks chaddock
- Goreskan baagiaan lateral maleolus
- Tanda babinski akan timbul
c. Refleks Gordon
- Cubit (tekan ) otot betis
- Tanda babinski akan timbul.
d. Refleks Oppenheim
- Urut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior dengan arah mengurut
kebawah (distal)
- Tanda babinski akan timbul
e. Refleks gonda
- Tekan satu jari kaki dan kemudian lepaskan dengan sekonyong-konyong
- Tanda babinski akan timbul
f. Reflex schacfer
- Tekan (cubitz0 tendon Achilles
- Tanda babinski akan timbul

6
H. Refleks Hoffman-tromner
- Pergelangan tangan klien dipegang dan jari-jari di instruksikan untuk
fleksi(sambil relaks)
- Kemudian jari tengah klien kita jepit diantara telujuk dan jari tengah kita
dengan ibujari kita ‘’gores-kuat (nap) ujung jari tangah pasien
- Respons reflex :fleksi jari telunjuk serta fleksi dan adduksi ibu jari.

I. Refleks bechterew
- Ketukn bagian dirsal basis jari-jari kaki sebelah depan
- Respons reflex berupa gerakan fleksi jaari-jari kaki
J. Reflex rosolimo
- Ketukan bagian basis telapak jari-jari kaki
- Respons reflex berupa gerakan fleksi jaari-jari kaki
K. Refleks regresi
a. Refleks glabella
- Ketukkan dahi diantara kedua mata mengetuknya dari samping
- Respon reflex berupa tiap ketukan mengkibatkan kedua mata pasien
berkedip
b. Refleks snout
- Ketukan pertengahan bibir atas
- Respon reflex berupa tiap ketukan menyebabkan mulutnya mencucur

c. Refleks sucking
- Taruh jari pemeriksa diatas bibir klien
- Respon reflex berupa pasien menghisap jari tersebut
d. Refleks grasp
- Raba telapak tangan klien atau menyentuh tangan kien diantara ibu jari
dan telunjuk
- Respon reflex berupa klien akan menggenggam tangan pemeriksa atau
fleksi ibu jari dan jari-jari lainnya.
e. Refleks palmomental

7
- Goreskan telapak tangan bagian distal
- Respon reflex berupa kontraksi otot-otot mental/dagu.

B. Fungsi meningeal

Rangsangan selaput meningeal

Jika selaput meningeal meradang akan di jupai tanda yang diidentifikasi sebagai tanda
iritasi meningial. Manifestasi subjektif dari keadaan ini adalah keluhan nyeri kepala, kuduk
terasa kaku, takut/ silau terhadap cahaya (fotofobia) dan hiperrakusis. Tanda yang lain
dapat di jumpai ialah sikap tungakai yang cenderung mengambil posisi fleksi dan
opistotonus karena terangsangnya otot-otot eksternor kuduk dan punggung

Pemeriksaan fisik yang penting di lakukan untuk meyakinkan adanya iritasi meningieal
adalah kaku kuduk (nuchal rigidity), tanda lasegue, kernig, brudzinski 1 (brudznki’neck sign),
dan brudnski’s contra lateral leg).

1. Tanda tanda kernig


 Posisi klien terlentang
 Fleksi paha hingga persendian panggul mencapai susdut 90 derajat
 Setelah itu tungkai bawah de ekstensikan pada persendian lutut
 Di nyatakan tanda kernik positif bila terdapat tahanan dan rasa sakit sebelum
tercapai sudut 135 derajat
2. Tanda brundszinki 1( brundzinski,s neck sign )
 Posisi klien terlentang
 Tangan kiri pemeriksa di tempatakan di bawah kepala klien, dan tnagan yang
lainnya di taruh di dada klien
 Fleksikan kepala/leher leher sejauh mungkin, dagu mrnyentuh dada
 Di nyatakan tanda brudnzki 1 positif bila pada saat fleksi leher terjadi pula
fleksi ke dua tungkai. Sebelumnya perlu di perhatikan apakah tungkainya
tidak lumpuh.

Cara pemeriksaan :

Pemeriksaan Tanda Rangsangan Meningeal

a. Kaku kuduk:
Cara :
1. Pasien tidur telentang tanpa bantal.

8
2. Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring,
kemudian kepala ditekukan ( fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.
Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita
dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat
ringan atau berat.
b. Brudzinski II
Cara :
1. Pasien berbaring terlentang.
2. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas
diekstensikan pada sendi panggul.
Hasil Pemeriksaan : Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai
kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini menandakan test ini postif.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari Pemeriksaan fungsi kortikal ini di lakukan jika sensibilitas permukaan dan dalam
normal,setidak-tidaknya jika tergantung hanya dalam derajat yang ringan.sedangkan pada
pemeriksaan Pemeriksaan fisik yang penting di lakukan untuk meyakinkan adanya iritasi
meningieal adalah kaku kuduk (nuchal rigidity), tanda lasegue, kernig, brudzinski 1
(brudznki’neck sign), dan brudnski’s contra lateral leg).

3.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini kami berharap pembaca dapat lebih mengerti dan
mengetahui tentang pemeriksan fisik fungsi kortikal dan meningeal. Dan apabila terdapat
kekeliruan, kesalahan dalam penyesunan makalah ini kami harap untuk dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun agar kami dapat memperbaiki dalam makalah selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unand.ac.id/15476/4/Penuntun_Skill_Lab_3.pdf

http://fk.uns.ac.id/static/file/GABUNGAN_MANUAL_SEMESTER_3-2012-ED.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai