Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

PROGRAM PENGENALAN LAPANGAN PERSEKOLAHAN (PLP)


Semester Gasal 2019-2020
SMP NEGERI 3 JEMBER

Oleh:
Nama : Rizky Raudhatul Jannah
NIM : 160210103052
Prodi : Pendidikan Biologi
Dosen Pembimbing Lapangan : Drs. Wachju Subchan, MS.,Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM PENGENALAN LAPANGAN PERSEKOLAHAN (PLP)
Semester Gasal 2019-2020
SMP NEGERI 3 JEMBER

1. Tema Artikel : Pengaruh Model Pembelajaran Problem Best Learning


Dalam Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Jaringan
Tumbuhan Kelas VIII A di SMP Negeri 3 Jember
2. Pelaksana PLP
Nama : Rizky Raudhatul Jannah
NIM : 160210103052
3. Program Studi : Pendidikan Biologi
4. Fak./Univ. : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/Universitas
Jember
5. Lokasi PLP
Sekolah/Desa : SMP Negeri 3 Jember
6. Dosen Pembimbing : Drs. Wachju Subchan, MS.,Ph.D
7. Guru Pamong : Sugihartoko, S.Pd
8. Tgl.Penerjunan : 5 Agustus 2019
9. Tgl. Penarikan : 30 September 2019

Jember, 1 Oktober 2019


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Lapangan Guru Pamong,

Drs.Wachju Subchan, MS.,Ph.D Sugihartoko, S.Pd


NIP. 19630813 199302 1 001 NIP. 1964110 198602 1 009
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BEST
LEARNING DALAM POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN
FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS VIII A DI SMP
NEGERI 3 JEMBER

Rizky Raudhatul Jannah1a), Wachju Subchan1b), Sugihartoko2)


1
Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Jember
1
Jl. Kalimantan No. 3, Sumbersari (68121), Jember, Jawa Timur
2
SMP Negeri 3 Jember
2
Jl. Jawa No. 8, Tegal Boto Lor, Sumbersari, Kec. Sumbersari, Kabupaten
Jember, Jawa Timur
rizkyraudhatul104@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui beberapa indikator
keberhasilan yakni : (1)Kecenderungan hasil belajar dan kemampuan berpikir
kritis dari siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Jember melalui pembelajaran model
PBL (Problem Best Learning). (2)Mengetahui perbedaan hasil belajar dari siswa-
siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jember melalui pembelajaran model PBL
(Problem Best Learning). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
sangat signifikan antara hasil belajar IPA dengan model PBL dan dengan model
DI ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengikuti pembelajaran
dalam mengerjakan LKPD yang diberikan. Skor rata-rata hasil belajar UH IPA
dengan model PBL lebih tinggi daripada DI. Hal ini berarti bahwa model PBL
lebih efektif daripada model DI.
Kata kunci : PBL, Hasil Belajar IPA, Berpikir kritis

PENDAHULUAN
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi
dari pendidikan di sekolah sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
didalam lingkungan masyarakat. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang bertujuan mempelajari dan memahami kejadian atau fenomena
alam yang terjadi di lingkungan sekitar (Patonah, 2014). Proses pembelajaran IPA
yang sesungguhnya harus menekankan pada keterampilan proses dan sikap ilmiah
siswa dalam menemukan pengetahuan mengenai fenomena alam dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagaimana menurut Kemendikbud (2016), dalam pembelajaran
IPA, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks. Peserta didik harus diarahkan untuk mencerna pengetahuan
yang didapat agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
maka peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya dengan menggali secara mandiri ide-
idenya.
Efektivitas dalam suatu pembelajaran dapat diketahui apabila semua
indikator kompetensi dapat tercapai berdasarkan target pembelajaran baik proses
pembelajaran maupun hasil belajar peserta didik. Pembelajaran IPA terdapat
beberapa indikator kompetensi yang diharapkan dapat tercapai meliputi tiga aspek
yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan),
namun pada saat ini yang hanya dikembangkan aspek kognitif saja, sehingga
pembelajaran belum efektif dalam mencapai semua indikator kompetensi yang
diharapkan dan sesuai dengan kurikulum 2013 revisi. Sebagaimana
Permendikubud No. 22 Tahun 2016, yakni proses pembelajaran sepenuhnya
diarahkan pada pengembangan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Pengembangan ranah yang satu tidak dapat dipisahkan dengan ranah lainnya,
dengan demikian proses pembelajaran secara utuh dapat menciptakan kualitas
pribadi yang mencerminkan keutuhan penugasan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Berdasarkan hasil observasi pada proses pembelajaran IPA di SMP Negeri
3 Jember, ditemukan bahwa masih banyak yang belum tercapai dari hasil belajar
siswa. Hal ini tampak dari rata-rata hasil ulangan harian VIII A tahun pelajaran
2019/2020 yaitu 75 yang berarti belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yang ditetapkan sekolah yaitu 78. Kurangnya hasil belajar IPA siswa
disebabkan antara lain karena rendahnya pemahaman siswa dalam menerima
pelajaran yang diberikan, belum terjadi suasana kondusif dan aktif dalam
pembelajaran, dan kurangnya keterlibatan siswa secara langsung. Hal ini juga
yang menghambat kemampuan siswa dalam berpikir kritis terhadap berbagai
informasi. Sehingga siswa sulit dalam mengaitkan materi pelajaran dan
aplikasinya di kehidupan sehari-hari. Pentingnya mengembangkan kemampuan
berpikir kritis pada siswa karena merupakan salah satu kecakapan hidup (life skill)
yang menjadikan siswa terlatih dalam memecahkan masalah dan mengambil
keputusan.
Dalam mengatasi masalah tersebut perlu adanya inovasi model belajar
yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Salah satu
caranya yaitu dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu cara untuk lebih
mengaktifkan peserta didik selama proses pembelajaran (Sujatmika, 2016).
Problem Based Learning (PBL) model pembelajaran yang bercirikan
menggunakan masalah dalam kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus
dipelajari peserta didik untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep penting.
Hal tersebut memungkinkan siswa merumuskan, mengevaluasi pendapat
mereka sendiri. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui kecenderungan hasil belajar IPA dan kemampuan berpikir
ilmiah siswa SMP Negeri 3 Jember yang menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan model pembelajaran langsung (direct
instruction). Serta perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas VIII A SMP Negeri 3
Jember antara yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dengan model pembelajaran langsung (direct instruction) ditinjau dari
kemampuan berpikir ilmiah dasar.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang bersifat “Quasi Eksperiment”,
menurut Sukardi (2009), kuasi eksperimen yaitu penelitian yang mendekati
eksperimen. Lokasi Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3 Jember. Penelitian
dilakukan pada bulan Agustus sampai September pada semester gasal tahun
pelajaran 2019/2020.
Berdasarkan kajian teori, hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Jember tahun
pelajaran 2019/2020 antara yang menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dengan model pembelajaran langsung (direct instruction)
ditinjau dari kemampuan berpikir ilmiah yakni nilai siswa setelah diberi model
pembelajaran PBL nilai ulangan harian dapat meningkat atau setidaknya dapat
mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Diduga model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) lebih efektif dibandingkan dengan model
pembelajaran langsung (direct instruction).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kecenderungan hasil belajar IPA siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Jember
yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), terdapat
perbedaan. Adanya perbedaan disebabkan karena model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menggunakan
permasalahan sekitar sehingga siswa dapat mempelajari fenomena alam melalui
kegiatan pemecahan masalah. Hal ini akan membentuk siswa terbiasa menghadapi
masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa juga terbiasa melakukan diskusi dengan teman
sekelasnya, sehingga siswa dapat aktif, menumbuhkan rasa ingin tahu,
mengkonstruksi dan mengembangkan pengetahuannya sendiri sehingga belajar
lebih bermakna. Pembelajaran yang mengaktifkan dan mengajak siswa berpikir
langsung mempunyai peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian menurut Susilo (2012), bahwa
peningkatan pemahaman siswa dikarenakan dalam model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada dasarnya menyuguhkan kepada peserta didik situasi
masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada
siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Sementara siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung
(Direct Instruction) dimana pembelajaran berpusat pada guru, mengakibatkan
siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Siswa hanya mempelajari IPA sebagai
produk, konsep, hukum, teori dan hafalan. Pembelajaran yang hanya berlandaskan
teori saja akan membuat siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran. Sehingga
pembelajaran menjadi kurang bermakna dan membuat siswa merasa mudah bosan
serta mengingat pembelajaran hanya dalam jangka waktu yang pendek.
Pemahaman materi yang diserap oleh siswa sangat bergantung pada
gaya komunikasi guru dalam menyampaikan informasi.
Model Problem Based Learning (PBL) juga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Pengalaman belajar dengan menyajikan permasalahan
ilmiah dapat membentuk siswa mampu menemukan, mengolah, menganalisis,
menyimpulkan dan menemukan solusi terhadap permasalahan tersebut. Sehingga
siswa kurang langsung menerima begitu saja ilmu yang mereka dapatkan dari
guru tetapi siswa selalu aktif bertanya, berani menyampaikan serta menggunakan
berbagai cara untuk memecahkan persoalan dan masalah dalam pembelajaran. Hal
tersebut dapat meningkatkan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran dan
membuat belajar menjadi lebih bermakna.

KESIMPULAN
1. Kecenderungan hasil belajar IPA siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Jember
tahun pelajaran 2019/2020 yang menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
dari rata-rata nilai UH 1 75 pada UH 2 sudah meningkat menjadi 78,5
2. Rata-rata skor kelompok siswa hasil belajar IPA dan kemampuan berpikir
kritis siswa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) lebih tinggi daripada model pembelajaran langsung (DI). Hal ini
berarti model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih efektif
dibandingkan dengan model pembelajaran langsung (DI).
DAFTAR PUSTAKA
Patonah, S. (2014). Elemen Bernalar Tujuan pada Pembelajaran IPA Melalui
Pendekatan
Metakognitif Siswa SMP, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3(2), 128-
133.

Kemendikbud. (2016). Permendikbud No. 22 tentang Standar Proses Pendidikan


Dasar
dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. (2016). Buku Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII.


Jakarta:
Puskurbuk.

Sujatmika, S. (2016). Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based Learning


Terhadap
Prestasi Belajar ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemandirian, Jurnal
Sosiohumaniora, 2(1): 116-123.

Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta:
Bumi Aksara.

Sunaryo, Y. (2014). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematika Siswa SMA di Kota
Tasikmalaya, Jurnal Pendidikan dan Keguruan. 1(2): 41-51.

Susilo, A. B. (2012). Pengembangan Model Pembelajaran IPA Berbasis Masalah


untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar dan Berpikir Kritis Siswa SMP. Journal
of
Elementary Education. 1(1): 57-63.

Anda mungkin juga menyukai