PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi merupakan
salah satu perhatian untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Hal
tersebut menjadi penting karena berdampak luas pada berbagai aspek
kehidupan. Kesehatan reproduksi wanita yang menjadi masalah salah
satunya adalah mioma uteri dimana terus mengalami peningkatan (Basuki,
2012).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, berdasarkan lokasi dan
besarnya dapat memberikan gejala klinis seperti perdarahan, pembesaran
dan pendesakan. Mioma uteri terjadi sekitar 30%-35% tapi tidak semua
wanita memberikan gejala klinis. Di Indonesia, berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2006-2007, angka kasus
mioma uteri sebesar 20 per 1000 wanita dewasa. Selama 1 tahun, sekitar
49.598 wanita mengalami mioma uteri.
Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko yang meningkat seiring
dengan terjadinya peningkatan umur. Mioma uteri terbanyak terjadi pada
kelompok umur 40-49 tahun dan meningkat pada wanita nullipara.
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada wanita yang memiliki kulit hitam
dibandingkan wanita berkulit putih karena memiliki lebih banyak hormone
esterogen (Benson, 2008). Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik di
Indonesia umummya dengan tindakan operasi yaitu histerektomi
(pengangkatan rahim) atau miomektomi (pengangkatan mioma) pada
wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya (Basuki, 2012).
Mioma uteri dapat menimbulkan berbagai masalah jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia.
Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah,
sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Perdaraham
abnormal yang terjadi dapat mengakibatkan seseorang mengalami
kekurangan volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Di sisi lain jika
dilakukan tindakan operasi atau pembedahan maka akan terjadi perlukaan
sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan integritas kulit. (Price,
2006).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktik stase keperawatan maternitas,
diharapkan mahasiswa mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan pada gangguan sistem reproduksi dan kandungan
khususnya pada Ny.R dengan mioma uteri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran data umum hasil pengkajian kesehatan dan
data klien dengan gangguan sistem reproduksi dan kandungan
khususnya pada Ny.R dengan mioma uteri.
b. Mengetahui diagnosa keperawatan dan prioritas diagnosa yang
muncul berdasarkan pengkajian pada Ny.R
c. Mengindentifikasikan problem dan etiologi yang muncul
menggunakan kriteria SMART pada kasus Ny.R
d. Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan berdasarkan
masalah keperawatan yang muncul baik mandiri maupun
kolaboratif pada kasus Ny.R
e. Mengetahui gambaran rencana tindakan keperawatan dan evaluasi
hasil intervensi yang telah dilakukan pada kasus Ny.R
f. Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan evidence base
practice.
g. Mengidentifikasikan rencana tindak lanjut yang tepat berdasarkan
hasil evaluasi dan dokumentasi pada kasus Ny.R
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MIOMA UTERI
A. Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak
berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga
disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor
jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan
reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif
berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi
(Aspiani, 2017).
B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri,
namun sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau
2 (2) kali
C. Tanda dan Gejala
Gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan
sekunder, dan komplikasi. Tanda dan gejala tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:
D. Patofisiologi/pathways
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
E. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a. Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b. Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c. Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d. Telinga : lihat kebersihan telinga.
e. Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f. Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g. Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan
sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h. Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat
menonjol, Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi:
timpani, pekak Auskultasi: bagaimana bising usus
i. Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j. Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan
diluar siklus menstruasi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik
USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
tak teratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati, ureum, kreatinin darah.
7. Tes kehamilan.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas,
lokasi, dan ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi
atas kelompok-kelompok berikut :
- Wajah tegang
- Tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Gemetar
- Suara bergetar
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Insomnia
- Kontak mata yang buruk
- Mengekspresikan
kekhawatiran karena
perubahan dalam
peristiwa hidup
Post operasi
1 DS : Agen injuri biologis nyeri
- Biasanya Pasien
mengeluh nyeri luka
bekas post operasi
DO :
- konjungtiva tampak
pucat
- tampak lemah
- tampak kurang berminat
terhadap makanan
3 DS: Obstruksi jalan napas Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
- biasanya pasien
Napas
Kesulitan
berbicara/mengeluarkan (Ineffective
suara Airway
Clearance)
DO :
- Pernurunan bunyi napas
- Dispnea
- Sputum dalam jumlah
yang berlebihan
- Batuk yang tidak efektif
- Gelisah
- Mata terbuka lebar
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
(Nutrition: Imbalanced, Less Than Body Requirements)
Berhubungan dengan faktor biologis
c. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (Ineffective Airway
Clearance) berhubungan dengan obstruksi jalan napas
d. Ketidak efektifan pola napas (Breathing Pattern, Ineffective)
Berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan Pengetahuan yang tidak cukup
untuk menghindari pemajanan pathogen
f. Intolenransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama :Ny. R
Umur :41 Tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Suku/Bangsa :Sunda/ Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan :SD
Pekerjaan :Mengurus Rumah Tangga
Sumber Biaya :Diperoleh dar penghasilan suami
Tanggal Masuk :13-12-2019
Ruang Rawat Inap :Ruang Kebidanan kelas II
No Register :436634
Diagnose Medik : post op histerektomi h : 1
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :Tn. M
Umur :45 Tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Buruh
Alamat :Siraman Pekalongan
Hubungan Dengan Klien:Suami
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama (saat pengkajian
P: Nyeri karena adanya luka post operasi, nyeri akan bertambah
pada saat klien menggerakan tubuhnya
Q: Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri dirasakan diperut bagian bawah (area luka post operasi)
S: Skala nyeri 5
T: nyeri terus menerus
U: Klien terlihat menyernyitlkan wajah menehan nyeri, klien
terlihat melokalisasi area luka post operasi pada perut bagian
bawahnya.
b. Keluhan penyerta : klien menyatakan badan klien terasa lemah
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche :klien menyatakan pertama kali haid
pada usia 13 tahun
Siklus : 28-30 Hari
Banyaknya : 10 x ganti pembalut/hari
Keteraturannya : Teratur.
Lamanya : 3 minggu bahkan 4 minggu
HPHT : klien mengatakan tidak tahu kapan
Menstruasi terakhir karna klien
Setiap harinya selalu mengeluarkan
darah
Keluhan yang menyertai : disminore hari pertama dan hari ke
2, mg ke 2, mg ke 3,
mg ke 4, kadan lemas cepat
lelah dan mengantuk
Perdarahan 3 bulan terakhir :Klien menyatakan setiap hari klien
selalu menstruasi dan mengeluarkan
darah (berupa gumpalan-gumpalan)
selama 3 minggu kadang 4 minggu
setiap bulan selama 5 tahun terakhir
b. Riwayat Perkawinan
Kawin/tidak kawin : Kawin
Umur ibu menikah :Klien menikah pada usia 28 tahun
Umur suami menikah :30 tahun
Lama pernikahan :13 tahun
Berapa kali menikah :1x
c. Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas
4. Riwayat penyakit dahulu :
- Klien mempunyai riwayat curattage 7 tahun yang lalu, riwayat SC
anak ke 2 klien tanggal 09 september 2017.
5. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengatakan setiap hari klien
menstruasi mengeluarkan darah berupa gumpalan-gumpalan klien
mengatakan bahwa menstruasinya tidak teratur
b. Riwayat kesehatan dahulu : tidak teratur
c. Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan di dalam
keluarga klien yang menderita sakit seperti klien yaitu adik klien
(kembaran klien)
b. Pola Eliminasi
e. Pola aktivitas
Kegiatan dalam pekerjaan :klien bekerja sebagai ibu rumah
tangagga mebereskan rumah,
mencuci pakaian, nyetrika dan
mengasuh anak
Waktu bekerja :Klien mengatakan membereskan
rumah dikala rumah tidak bersih dan
tidak rapi,
setiap habis masak klien mencuci
perabot dapur setelah habis masak
dan setelah makan pagi siang dan
malam
3. Mata
a) Inspeksi
Mata simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva anemis,
selera tidak ikterik, pupil isokor, refleks mata terhadap
cahaya normal dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan gerakan bola mata normal tidak ada nistakmus
b) Palpasi
Tidak ada massa dan tidak terdapat nyeri tekan
4. Leher
a) Inspeksi
Bentuk leher normal, tidak ada lesi, reflek menelan baik
b) Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdappat pembesaran
kelenjar tiroid
5. Hidung
a) Inspeksi
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, pelebaran nares
hidung simetris, tidak ada pendarahan dari hidung,
penciuman normal, tidak ada cuping hidung, dan tidak
terdapat penggunaan alat bantu pernapasan
b) Palpasi
Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
6. Mulut
a) Inspeksi
Bentuk bibir simetris, warna bibir pucat tidak ada lesi,
mukosa bibir kering dan tidak menggunakan gigi palsu
b) Palpasai
Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
7. Telinga
a) Inspeksi
Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran dan tidak ada lesi
b) Palpasi
Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
8. Dada dan Paru
a) Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, persebaran warna kulit
merata, pengembangan dada simetris, dan tidak terlihat
adanya retraksi dinding dada.
b) Palpasi
Taktil fremitus kedua sisi sana
c) Perkusi
Terdengar bunyi sonor di seluruh lapang paru
d) Auskultasi
Terdengar suara napas vesikuler
9. Jantung
a) Inspeksi
Ictus tidak terlihat
b) Palpasi
Ictus cordis teraba di intercostal V midclavicula sinistra
c) Perkusi
Suara jantung pekak
d) Auskultasi
Terdengar suara jantung S1 lub dan S2 tidak terdengar
adanya suara jantung tambahan
e) Payudara : tidak ada perubahan
Perubahan warna kulit : ( ) ya, jelaskan ( x ) tidak
Pembekakan mamae :( ) ya ( x ) tidak, nyeri tekan
pada saat palpasi tidak wana aerola coklat papilla mammae
datar colostrums tidak ada pegeluaran cairan colostrums
kebersihan aerolla dan putting bersih.
c. Leher
Inspeksi bentuk leher normal, tidak ada lesi, reflek menelan baik
palpasi :
- Pembesara kelenjar tyroid tidak ada
- Nyeri tekan tidak ada
d. Abdomn : terlihat adanya balutan luka
Post histerektomi yang di
Tutup dengan kain kasa luka
Kurang lebih 15cm tidak
terlihat adanya rembesan
darah pada balutan
Strie : tidak ada
Linia nigra : tidak ada
Bising usus : 5x permenit
Kondisi vesika urinaria :-
TFU :-
Kontraksi uterus :-
e. Genetalia : tidak ada kelainan anatomis
Labia mayora dan minora : tidak ada lesi
Kebersihan vagina : pengeluaran cairan darah
Perineum :-
Jika terdapat jahitan perineum : (REEDA)
Lochea/cairan yang keluar : pengeluaran cairan darah
Pemakaian pembalut : klien tidak menggunakan
Pembalut terpasang DC
Perdarahan 3 bulan terakhir : Klien mengatakan setiap
Hari klien menstruasi dan
Mengeluarkan gumpalan –
Gumpalan darah selama 3
Minggu bahkan 1 bulan dan
Setiap bulan selama kurang
Lebih 5 tahun.
f. Ekstrimitas
9. Pengobatan /Terapi
Post op
1. cefa toxin 2 x 1
2. Keterolax 3 x 1
3. infus RL 20 tetes / mnt
4. Ronabyos kalau perlu
1. Asmef 500 mg 3 x 1
2. Tablet tambah darah 2 x 1
3. Amop 500 mm 3 x 1
LAPORAN OPERASI
1. Jum,at, 13 Ganguan perfusi Setelah dilakukan tindakan - Monitor TTV - Sebagai pedoman untuk
Desember jaringan berhubungan keperawatan 3x 24 jam gangguan - Monitor CRT tindakan selanjutya
2019 dengan pengeluaran perfusi jaringan teratasi dengan - kaji nadi untuk frekuaensi, irama, cata jika nadi - Respon fisik akan
darah kriteria hasil cepat, lemah menggambarkan tingkat
- Akral hangat - Kaji kulit jika terasa dingin
- Bibir tidak pucat - Kaji adanya diaforesis
- TTV dalam batas normal - Kaji adanya sianosis
- Catat perubahan dalam tingkat kesadaran
- Pertahankan cairan adekuat
- Kolaborasi dalam pemberian transfusi
2. Jum,at, 13 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control (6550) - Infeksi terjadi apabila
Desember (00004) berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Observasi kulit di sekitar balutan ditemukan tanda tanda seperti
2019 dengan prosedur diharapkan resiko infeksi berkurang 2. Pertahankan lingkungan agar tetap aseptik kulit kemerahan adanya pus,
infasif luka post dengan kriteria hasil : 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan terjadi implamasi
operasi histerektomi a. Tanda-tanda vital klien dalam tindakan - Cara pertama untuk
batas normal : 4. Instruksikan pada keluarga untuk cuci tangan saat menghindari infeksi
(tekanan darah 120/80 mmHg, berkunjung dan sebelum meninggalkan pasien nasokomial
nadi 60-100 x/menit, suhu 36,50- 5. Anjurkan klien untuk diit TKTP - Melindungi pasien dari sumber
37,50C, dan pernapasan 16-24 6. Lakukan perawatan luka post histerektomi sumber infeksius
x/menit) 7. Kolaborasi pemberian antibiotik - Menurunkan resiko
b. Klien bebas dari tanda dan gejala kontaminasi terhadap agen
infeksi seperti kemerahan, infeksius
bengkak, dan panas - Makanan mengandung protein
mempercepat penyembuhan
luka
- Untuk mengidentifikasi
infeksi dan mencegah
infeksi bakteri
3. Jum,at, 13 Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan Pain management (1400) - Untuk mengetahui tingkat
Desember berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Kaji lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas dan sekala nyeri dengan pengkajian
2019 agen cidera biologis nyeri klien berkurang dengan intensitas nyeri nyeri PQRST
(luka post kriteria hasil: 2. Observasi reaksi nonverbal ketidaknyamanan - Memungkinkan pasien untuk
histerektomi) 1. Klien mampu mengenal 3. Ajarkan bagaimana mengatasi nyeri secara non berparti sipasi secara aktif dan
nyerinya (skala, intensitas, farmakologi (teknik relaksasi nafas dalam, massase, meningkatkan rasa kontrol
frekuensi dan tanda nyeri) distraksi, dan memposisikan klien) - Merilexsasikan otot dan
2. Klien dapat mengontrol 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman menngalihkan perhatian dari
nyerinya dengan teknik 5. Tingkatkan istirahat klien sensasi nyeri
nonfarmakologi 6. Evaluasi keefektifan cara mengontol nyeri. - Meningkatkan relaxsasi dan
3. Klien melaporkan nyeri Relaxation Therapy (6040) membantu memfokuskan
berkurang dari 5 menjadi 3 (0- 1. Jelaskan mengenai jenis, cara dan manfaat teknik kembali perhatian
10) relaksasi - Sebagai pedomana untuk
2. Kaji keinginan klien tentang partisipasi dan tindakan selanjutnya
kemampuan dalam memilih dan melakukan teknik - Dapat mencegah dan
relaksasi mengurangi intensitas
3. Berikan pengertian lebih lanjut dan detail mengenai nyeri
teknik relaksasi yang dipilih
4. Motivasi klien untuk mempraktikkan teknik
relaksasi
5. Ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam
6. Kaji keefektfan penggunaan teknik relaksasi
Analgesic Administration (2214)
1. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah
pemberian analgetik
2. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik yang
sesuai
3. Evaluasi keefektifan pemberian analgesik
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari, No Dx PARAF
PUKUL Implementasi Respon
Tanggal Kep
S : Klien mengatakan ia merasa lemas
Memonitor keadaan umum dan tanda- O:
Jum,at, 13 - Klien terlihat lemas
13.00 tanda vital (tekanan darah, nadi, Kelompok 2
Desember 1, 2,3
WIB pernapasan, dan suhu) klien
2019 - TD: 100/60 mmHg, nadi : 78 kali/menit, RR
: 18 kali/menit, suhu : 36,20 C
S: -
13.03 Memonitor untuk repon verbal O: kesadaran compos mentis
1 Kelompok 2
WIB
S:
- Klien mengatakan ia merasa nyeri pada
perut bagian bawahnya
P : nyeri karena adanya luka post operasi
Mengkaji lokasi, karakteristik,
13.05 histerektomi, nyeri akan bertambah saat Kelompok 2
3 frekuensi, kualitas, dan intensitas
WIB klien menggerakkan tubuhnya.
nyeri klien
Q: nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-
tusuk.
R : nyeri dirasakan di perut bagian bawah
(area luka post histerektomi)
S : skala nyeri 3
T : nyeri muncul kadang-kadang
O:
- Klien terlihat mengernyitkan wajah
menahan nyeri
- Klien terlihat memegangi perut bagian
bawahnya
S : Klien mengatakan merasa sedikit lebih
13.10 Menganjurkan klien untuk latihan nyaman setelah relaksasi nafas dalam Kelompok 2
3
WIB relaksasi nafas dalam O : Klien tampak kooperatif untuk diajarkan
relaksasi nafas dalam
S:-
O:
Sabtu, 14 - Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi
08. 00 Mengobservasi kulit di sekitar Kelompok 2
Desember 2 (kemerahan, bengkak, panas) di sekitar
WIB balutan (adanya tanda-tanda infeksi)
2019 balutan luka operasi
- Luka tampak tertutup balutan yang tampak
kering dan bersih
S:
- Klien mengatakan akan menjaga balutan
tetap kering
Menganjurkan untuk menjaga
08.20 O: Kelompok 2
2 balutan tetap kering
WIB - Klien tampak memahami anjuran yang
diberikan
S:
O:
09.45 2 Menganjurkan klien untuk menjaga S : Klien mengatakan akan menjaga balutan
balutan tetap kering tetap kering
WIB Kelompok 2
O : Tampak balutan kering dan tidak ada
rembesan
- CRT 3
detik
- Akral
hangat
- Conjungtiv
a tidak
anemis
08.15 1 Mengkaji intake dan out put cairan S : klien mengatakan tidak mengetahui
Terpasang DC
09.10 2 Menganjurkan klien untuk menjaga S : Klien mengatakan akan menjaga balutan
balutan agar tetap kering tetap kering Kelompok 2
WIB
O : Klien tampak sudah memahami
1. Jum,at, 13 Desember 2019 Gangguan perfusi jaringan S : klien mengatakan lemas Kelompok 2
berhubungan dengan
14.00 WIB pengluaran darah O : TTV sebelum oprasi
TD : 100/70 mmhg
N : 80 / mnt
S : 36,80c
R : 20x/mnt
TTV post op
TD : 100/60 mmhg
N : 78X/mnt
S : 36,20c
R : 18/mnt
CRT 3 detik
p. monitor TTV
2. Jum,at, 13 Desember 2019 Resiko infeksi berhubungan S: Kelompok 2
Klien mengatakan akan merawat lukanya agar tetap kering
14.00 WIB dengan prosedur infasif luka
O:
post operasi histerektomi A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
(00004)
Observasi tanda-tanda infeksi di sekitar balutan
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Anjurkan klien untuk menjaga luka tetap kering
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
3. Jum,at, 13 Desember 2019 Nyeri Akut (00132) S: Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawahnya Kelompok 2
berhubungan dengan Agens P : Nyeri disebabkan karena adanya luka post histerektomi, nyeri
14.00 WIB cedera biologis (luka post akan bertambah saat klien menggerakkan tubuhnya
histerektomi)
Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
- Masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka jahit
post histerektomi) belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Sabtu, 14 Desember 2019 Gangguan perfusi jaringan S : klien mengatakan sudah agak membaik dan sudah tidak terlalu Kelompok 2
berhubungan dengan Lemas
14.00 WIB pengluaran darah O:
TD : 120/70 mmhg
N : 80x / mnt
S : 36,50c
R : 20x/mnt
Klien tidak pucat
CRT 3 detik
Akral hangat
Conjung tiva tidak anemis
A :Masalah teratasi sebagian
P : Monitor TTV dan CRT
O:
2. Minggu, 15 Desember Resiko infeksi berhubungan : Klien mengatakan akan menjaga balutan luka tetap kering dan Kelompok 2
2019 terhindar dari rembesan
dengan prosedur infasif luka
09.30 WIB post operasi histerektomi O : Tampak balutan luka kering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan, bengkak, dan panas
(00004)
Suhu : 36,80C
P : intervensi
Dihentikan klaen pulang
Menganjurkan pada keluarga untuk kontrol tepat waktu
Menganjurkan pada keluarga untuk selalu melaksanakan
PHBS
Mengjarkan pada keluarga cara perawatan luka di rumah
-
3. Minggu, 15 Desember Nyeri Akut berhubungan S: Kelompok 2
2019
dengan Agens cedera biologis Klien mengatakan nyeri bekas operasinya sudah mulai berkurang
09.30 WIB (luka post histerektomi)
P : nyeri karena adanya luka post histerektomi, nyeri bertambah saat
(00132) klien menggerakkan tubuhnya
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri pada abdomen kuadran bawah, pada bekas luka operasi
S : skala nyeri 3 dari rentang skala 1-10
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul
O:
akral hangat tujuan dan kriteria hasil tercapai untuk intervensi di lanjutkan di
rumah di karnakan pasien pulang, pemberian terapi oral yaitu tablet tambah
darah 2x1 dan menganjurkan pada klien untuk mematuhi diit yang disarankan
dan menganjurkan pada klien dan keluarga untuk fasilitas kesehatan terdekat
dengan tujuan dan kriteria hasil, balutan luka kering dan tidak terdapat tanda-
tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, dan panas suhu dalamm batas
kontrol tepat waktu ke poli klinik untuk periksa dan medikasi luka atau ganti
balutan pada 4 hari berikutnya memberikan trapi oral bactesyn 1,5 mg 2x1,
dan menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan pada bagian sekitar luka.
Diagnosa yang ke 3 nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka
berkurang dari 5 menjadi 3, ekspresi wajah lebih rileks, tujuan dan kriteria
studi kasus dengan demikian ada kesamaan antara jurnal dan studi kasus.
BAB V
1. Kesimpulan
a. Pada pasien Ny.R dengan kasus post operasi Histrektomi ( mioma uteri )
tindakan kasus.
yang telah diterapkan pada teori post operasi histerektomi ( mioma uteri
untuk obgyn untuk meditasi luka, berikan surat kontrol dokter kepada
pasien, anjurkan untuk selalu menjaga kebersihan pada sekitar luka ). Dan
teknik relaksasi, berikan obat oral terapi dari dokter) apabila terasa nyeri.
baik dari berbagai pihak komponen rumah sakit atau tenaga medis yang
a. Perawat
No. 5
No. 2. Romanian
Kapita Selekta Kedokteran, 1999, Editor: Arif Mansjoer dkk, Edisi 3, Jilid 1,.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
Ilmu Kandungan, 1999, Editor : Hanifa Wiknjosastro dkk, Edisi II, Cetakan 3,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pukul : 11.30WIB
A. Latar Belakang
Relaksasi distraksi adalah metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi
stimulasi nyeri.
B. Tujuan
1. Tujuan InstruksionaI Umum (TIU)
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian dari relaksasi distraksi
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
E. Media
Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien
1 5 menit A. Pembukaan
3 5 menit C. Penutup
2. Waktu : 5 menit
RELAKSASI DISTRAKSI
1. Distraksi Visual
Membaca koran
2. Distraksi Audio
3. Distraksi Pernafasan
2. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
secara perlahan-lahan
10. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
11. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat