Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi merupakan
salah satu perhatian untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Hal
tersebut menjadi penting karena berdampak luas pada berbagai aspek
kehidupan. Kesehatan reproduksi wanita yang menjadi masalah salah
satunya adalah mioma uteri dimana terus mengalami peningkatan (Basuki,
2012).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, berdasarkan lokasi dan
besarnya dapat memberikan gejala klinis seperti perdarahan, pembesaran
dan pendesakan. Mioma uteri terjadi sekitar 30%-35% tapi tidak semua
wanita memberikan gejala klinis. Di Indonesia, berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2006-2007, angka kasus
mioma uteri sebesar 20 per 1000 wanita dewasa. Selama 1 tahun, sekitar
49.598 wanita mengalami mioma uteri.
Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko yang meningkat seiring
dengan terjadinya peningkatan umur. Mioma uteri terbanyak terjadi pada
kelompok umur 40-49 tahun dan meningkat pada wanita nullipara.
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada wanita yang memiliki kulit hitam
dibandingkan wanita berkulit putih karena memiliki lebih banyak hormone
esterogen (Benson, 2008). Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik di
Indonesia umummya dengan tindakan operasi yaitu histerektomi
(pengangkatan rahim) atau miomektomi (pengangkatan mioma) pada
wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya (Basuki, 2012).
Mioma uteri dapat menimbulkan berbagai masalah jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia.
Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah,
sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Perdaraham
abnormal yang terjadi dapat mengakibatkan seseorang mengalami
kekurangan volume cairan dan timbulnya resiko infeksi. Di sisi lain jika
dilakukan tindakan operasi atau pembedahan maka akan terjadi perlukaan
sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan integritas kulit. (Price,
2006).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktik stase keperawatan maternitas,
diharapkan mahasiswa mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan pada gangguan sistem reproduksi dan kandungan
khususnya pada Ny.R dengan mioma uteri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran data umum hasil pengkajian kesehatan dan
data klien dengan gangguan sistem reproduksi dan kandungan
khususnya pada Ny.R dengan mioma uteri.
b. Mengetahui diagnosa keperawatan dan prioritas diagnosa yang
muncul berdasarkan pengkajian pada Ny.R
c. Mengindentifikasikan problem dan etiologi yang muncul
menggunakan kriteria SMART pada kasus Ny.R
d. Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan berdasarkan
masalah keperawatan yang muncul baik mandiri maupun
kolaboratif pada kasus Ny.R
e. Mengetahui gambaran rencana tindakan keperawatan dan evaluasi
hasil intervensi yang telah dilakukan pada kasus Ny.R
f. Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan evidence base
practice.
g. Mengidentifikasikan rencana tindak lanjut yang tepat berdasarkan
hasil evaluasi dan dokumentasi pada kasus Ny.R
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

MIOMA UTERI

A. Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak
berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga
disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor
jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan
reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif
berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi
(Aspiani, 2017).

B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.

1. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).

2. Hormon Endogen (endogenous hormonal)


Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.

3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.

4. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri,
namun sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.

5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.

6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau
2 (2) kali
C. Tanda dan Gejala
Gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan
sekunder, dan komplikasi. Tanda dan gejala tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:

1. Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi


2. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma
yang disertai nekrosis dan peradangan.
3. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis,
hidroureter, poliuri.
4. Abortus spontan karena distorsi rongga uterus pada mioma
submukosum.
5. Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstitialis tuba.

D. Patofisiologi/pathways
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu


putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi
umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari
benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada
ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara
yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan
kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut
mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus
untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar
memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan
perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).

E. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a. Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b. Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c. Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d. Telinga : lihat kebersihan telinga.
e. Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f. Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g. Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan
sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h. Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat
menonjol, Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi:
timpani, pekak Auskultasi: bagaimana bising usus
i. Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j. Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan
diluar siklus menstruasi

F. Pemeriksaan Penunjang
1. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik
USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
tak teratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati, ureum, kreatinin darah.
7. Tes kehamilan.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas,
lokasi, dan ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi
atas kelompok-kelompok berikut :

1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada


pra dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan
konsevatif adalah sebagai berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone)
leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga
menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala.
Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan menciptakan
keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran
tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
2) Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.
3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat
berupa langkah-langkah berikut.
Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang
masih menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi
kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan
terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari
pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor
dengan tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.

4) Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG),


kriteria preoperasi adalah sebagai berikut.
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b. Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c. Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang tidak ditemukan.
5) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan
pada pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang
sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai
berikut.

a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang


dapat teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-
ulang selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
6) Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
Langkah ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai
berikut.

a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad


risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause

H. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji ( Analisa Data)


N Data Etiologi Masalah
o
Pre Operasi
1 DS : Agen injuri biologis nyeri
- Biasanya Pasien
mengeluh nyeri
DO :

- Pasien tampak meringis


kesakitan
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat
2 DS : Kehilangan cairan Kekurangan
- biasanya Pasien aktif volume cairan
mengatakan sering dan elektrolit
merasa haus dan lemas
DO :
- Mukosa bibir kering
- Kulit kering
- Suhu tubuh meningkat
- Penurunan denyut nadi
dan tekanan darah
3 DS : Kurang informasi ansietas
- Biasanya Klien
mengatakan cemas
terhadap prosedur
pembedahan yang akan
dilakukan
DO :

- Wajah tegang
- Tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Gemetar
- Suara bergetar
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Insomnia
- Kontak mata yang buruk
- Mengekspresikan
kekhawatiran karena
perubahan dalam
peristiwa hidup
Post operasi
1 DS : Agen injuri biologis nyeri
- Biasanya Pasien
mengeluh nyeri luka
bekas post operasi
DO :

- Pasien tampak meringis


kesakitan
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat

2 DS: Faktor biologis Ketidakseimban


gan Nutrisi:
- Biasanya Pasien
Kurang Dari
mengatakan tidak nafsu
Kebutuhan
makan
Tubuh
- pasien mengalami
(Nutrition:
penurunan berat badan
Imbalanced,
- klien mudah merasa
Less Than Body
kenyang sesaat setelah
Requirements)
makan
DO :

- konjungtiva tampak
pucat
- tampak lemah
- tampak kurang berminat
terhadap makanan
3 DS: Obstruksi jalan napas Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
- biasanya pasien
Napas
Kesulitan
berbicara/mengeluarkan (Ineffective
suara Airway
Clearance)
DO :
- Pernurunan bunyi napas
- Dispnea
- Sputum dalam jumlah
yang berlebihan
- Batuk yang tidak efektif
- Gelisah
- Mata terbuka lebar

4 DS : keletihan otot Ketidakefektifan


- Biasanya Pasien pernapasan Pola Nafas
mengatakan sesak (Breathing
DO : Pattern,
Ineffective)
- Napas pendek
- Tampak Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
- Tampak Menggunakan
otot pernapasan
tambahan
5 DS : - Ketidakadekuatan Resiko infeksi
DO : - system imun

6 DS: Ketidakseimbangan Intolenransi


- Biassanya Pasien antara suplai oksigen aktivitas
mengatakan sering dengan kebutuhan
merasa lelah, lemas
susah melakukan
kegiatan hari-hari
DO:
- Pasien tampak kelalahan
dan lemas
- ADL di bantu
- Adanya dyspnea saat
beraktivitas

I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis
b. Kekurangan volume cairan (fluid volume, deficient) berhubungan
dengan Kehilangan cairan aktif
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
(Nutrition: Imbalanced, Less Than Body Requirements)
Berhubungan dengan faktor biologis
c. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (Ineffective Airway
Clearance) berhubungan dengan obstruksi jalan napas
d. Ketidak efektifan pola napas (Breathing Pattern, Ineffective)
Berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan Pengetahuan yang tidak cukup
untuk menghindari pemajanan pathogen
f. Intolenransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN DX POST OP


HISTEREKTOMI TOTAL ( MIOMA UTERI ) H: 1 DIRUANG
KEBIDANAN RUMAH SAKIT ISLAM KOTA METRO

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama :Ny. R
Umur :41 Tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Suku/Bangsa :Sunda/ Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan :SD
Pekerjaan :Mengurus Rumah Tangga
Sumber Biaya :Diperoleh dar penghasilan suami
Tanggal Masuk :13-12-2019
Ruang Rawat Inap :Ruang Kebidanan kelas II
No Register :436634
Diagnose Medik : post op histerektomi h : 1
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :Tn. M
Umur :45 Tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Buruh
Alamat :Siraman Pekalongan
Hubungan Dengan Klien:Suami
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama (saat pengkajian
P: Nyeri karena adanya luka post operasi, nyeri akan bertambah
pada saat klien menggerakan tubuhnya
Q: Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri dirasakan diperut bagian bawah (area luka post operasi)
S: Skala nyeri 5
T: nyeri terus menerus
U: Klien terlihat menyernyitlkan wajah menehan nyeri, klien
terlihat melokalisasi area luka post operasi pada perut bagian
bawahnya.
b. Keluhan penyerta : klien menyatakan badan klien terasa lemah

3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche :klien menyatakan pertama kali haid
pada usia 13 tahun
Siklus : 28-30 Hari
Banyaknya : 10 x ganti pembalut/hari
Keteraturannya : Teratur.
Lamanya : 3 minggu bahkan 4 minggu
HPHT : klien mengatakan tidak tahu kapan
Menstruasi terakhir karna klien
Setiap harinya selalu mengeluarkan
darah
Keluhan yang menyertai : disminore hari pertama dan hari ke
2, mg ke 2, mg ke 3,
mg ke 4, kadan lemas cepat
lelah dan mengantuk
Perdarahan 3 bulan terakhir :Klien menyatakan setiap hari klien
selalu menstruasi dan mengeluarkan
darah (berupa gumpalan-gumpalan)
selama 3 minggu kadang 4 minggu
setiap bulan selama 5 tahun terakhir
b. Riwayat Perkawinan
Kawin/tidak kawin : Kawin
Umur ibu menikah :Klien menikah pada usia 28 tahun
Umur suami menikah :30 tahun
Lama pernikahan :13 tahun
Berapa kali menikah :1x
c. Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas
4. Riwayat penyakit dahulu :
- Klien mempunyai riwayat curattage 7 tahun yang lalu, riwayat SC
anak ke 2 klien tanggal 09 september 2017.
5. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengatakan setiap hari klien
menstruasi mengeluarkan darah berupa gumpalan-gumpalan klien
mengatakan bahwa menstruasinya tidak teratur
b. Riwayat kesehatan dahulu : tidak teratur
c. Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan di dalam
keluarga klien yang menderita sakit seperti klien yaitu adik klien
(kembaran klien)

6. Riwayat kebiasaan sehari-hari


(sebelum masuk RS/RB dan saat ini)

Jenis Sebelum Sakit Saat Ini


Pola nutrisi Frekuensi Klien makan 3x sehari Klien mengatakan belum
makan klien menghabiskan 1 makan sesudah operasi
porsi makanan
Nafsu makan Nafsu Makan baik Klien mengalami
gangguan nafsu makan
Jenis makanan Nasi sayur lauk Nasi sayur lauk buah
bervariasi bervariasi
Kebiasaan sebelum Klien mencuci Untuk makan klien di
makanan tangannya pakai sabun, bantu keluarga
klien berdoa kemudian ( di suapin )
makan
a. Pola Nutris
Perubahan berat badan 3 bulan terakhir: Klien mengalami
Penurunan berat badan sebanyak 2kg berat badan klien 49kg
menjadi 47kg.

b. Pola Eliminasi

BAK Sebelum sakit Saat ini


Frekuensi Klien menyatakan Klien menggunakan
BAK 4-5 kali per hari DC
Jumlah
Warna Kuning jernih Kuning bercampur
sedikit darah
Bau Bau khas maniak Khas amoniak
Keluhan Tidak ada keluahn Tidak ada keluhan

BAB Sebelum sakit Saat ini


Frekuensi Klien mengatakan Klien mengatakan
BAB 1x hari belum BAB selama
dirumah sakit
Konsistensi Lembek -
Keluhan Tidak ada -
c. Pola personal hygiene

Jenis Sebelum sakit Saat dikaji


Mandi 2x sehari klien mengatakan belum
mandi setelah di oprasi
Oral hygiene 2x sehari belum setelah oprasi

Cuci rambut 2 hari sekali belum pernah setelah


dirumah sakit
Berpakaian 2 kali sehari 1x 1 hari ganti baju

Memotong kuku ketika sudah terlihat


panjang

d. Pola istirahat dan tidur


Lama tidur sebelum sakit
Tidur siang :13.00-15.00 = 2 jam perhari
Tidur malam :22.00-05.00 = 7 jam
Setelah operasi : Klirn tidak dapat tidur akibat nyeri
Pada luka oprasi
Kebiasaan sebelum tidur : klien membersihkan diri ( cuci kaki
Cuci tangan ) kemudian berdo’a
Keluhan :Klien menyatakan tidak dapat tidur
akibat dari luka bekas operasi.

e. Pola aktivitas
Kegiatan dalam pekerjaan :klien bekerja sebagai ibu rumah
tangagga mebereskan rumah,
mencuci pakaian, nyetrika dan
mengasuh anak
Waktu bekerja :Klien mengatakan membereskan
rumah dikala rumah tidak bersih dan
tidak rapi,
setiap habis masak klien mencuci
perabot dapur setelah habis masak
dan setelah makan pagi siang dan
malam

Olahraga : Klien jarang melakukan olahraga


Kegiatan waktu luang : Berkumpul dengan keluarga,
Bermian dengan anak – anak klien
Keluhan dalam berkatifitas : Klien mengatakan sering mengeluh
nyeri pada saat beraktifitas dan
pandangan berkunang-kunang
terkadang klien mengeluh pusing
sering mengantuk dan cepat lelah

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


Merokok : klien tidak merokok
- Jumlah :-
- Lama Pemakaian :-
- Ketergantungan obat : Klien tidak mengalami
Ketergantungan obat – obatan
- Lama Pemakaian :-
- Jumlah :-
- Keluhan :-
- Jenis Obat :-
7. Pemeriksaan Fisik (inspeksi, palpasi, dan perkusi)
a. Keadaan Umum : Lemah
- Kesadaran : Composmintis ‘E4 ‘M6 ‘V5
- TTV : TD:100/70 MMHG
- N : 72x/Menit
- R : 18 X / Menit
- S : 36,2 0C
- BB/TB : 49kg / 145cm
b. Kepala (rambut, muka, mata, hidung, telinga, mulut)
1. Kepala
a) Inspeksi
Bentuk kepala mesochepal, rambut hitam pendek,
penyebaran merata, rambut agak berminyak, tidak ada lesi
b) Palpasi
Tidak terdapat benjolan, dan tidak terdapat nyeri tekan
2. Wajah
a) Inspeksi
Tidak terdapat ordema ekspresi wajah meringis terutama
jika bergerak

3. Mata
a) Inspeksi
Mata simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva anemis,
selera tidak ikterik, pupil isokor, refleks mata terhadap
cahaya normal dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan gerakan bola mata normal tidak ada nistakmus
b) Palpasi
Tidak ada massa dan tidak terdapat nyeri tekan
4. Leher
a) Inspeksi
Bentuk leher normal, tidak ada lesi, reflek menelan baik
b) Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdappat pembesaran
kelenjar tiroid
5. Hidung
a) Inspeksi
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, pelebaran nares
hidung simetris, tidak ada pendarahan dari hidung,
penciuman normal, tidak ada cuping hidung, dan tidak
terdapat penggunaan alat bantu pernapasan
b) Palpasi
Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
6. Mulut
a) Inspeksi
Bentuk bibir simetris, warna bibir pucat tidak ada lesi,
mukosa bibir kering dan tidak menggunakan gigi palsu
b) Palpasai
Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
7. Telinga
a) Inspeksi
Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran dan tidak ada lesi
b) Palpasi
Tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
8. Dada dan Paru
a) Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, persebaran warna kulit
merata, pengembangan dada simetris, dan tidak terlihat
adanya retraksi dinding dada.
b) Palpasi
Taktil fremitus kedua sisi sana
c) Perkusi
Terdengar bunyi sonor di seluruh lapang paru
d) Auskultasi
Terdengar suara napas vesikuler
9. Jantung
a) Inspeksi
Ictus tidak terlihat
b) Palpasi
Ictus cordis teraba di intercostal V midclavicula sinistra
c) Perkusi
Suara jantung pekak
d) Auskultasi
Terdengar suara jantung S1 lub dan S2 tidak terdengar
adanya suara jantung tambahan
e) Payudara : tidak ada perubahan
Perubahan warna kulit : ( ) ya, jelaskan ( x ) tidak
Pembekakan mamae :( ) ya ( x ) tidak, nyeri tekan
pada saat palpasi tidak wana aerola coklat papilla mammae
datar colostrums tidak ada pegeluaran cairan colostrums
kebersihan aerolla dan putting bersih.

c. Leher
Inspeksi bentuk leher normal, tidak ada lesi, reflek menelan baik
palpasi :
- Pembesara kelenjar tyroid tidak ada
- Nyeri tekan tidak ada
d. Abdomn : terlihat adanya balutan luka
Post histerektomi yang di
Tutup dengan kain kasa luka
Kurang lebih 15cm tidak
terlihat adanya rembesan
darah pada balutan
Strie : tidak ada
Linia nigra : tidak ada
Bising usus : 5x permenit
Kondisi vesika urinaria :-
TFU :-
Kontraksi uterus :-
e. Genetalia : tidak ada kelainan anatomis
Labia mayora dan minora : tidak ada lesi
Kebersihan vagina : pengeluaran cairan darah
Perineum :-
Jika terdapat jahitan perineum : (REEDA)
Lochea/cairan yang keluar : pengeluaran cairan darah
Pemakaian pembalut : klien tidak menggunakan
Pembalut terpasang DC
Perdarahan 3 bulan terakhir : Klien mengatakan setiap
Hari klien menstruasi dan
Mengeluarkan gumpalan –
Gumpalan darah selama 3
Minggu bahkan 1 bulan dan
Setiap bulan selama kurang
Lebih 5 tahun.
f. Ekstrimitas

Ekstrimitas atas : tidak tampak adanya odema


Tidak ada siaonisis, kuku
Bersih, kulit berwarna sawo
Matang bentuk jari normal,
Terpasang infus pada tangan
Kanan, turgor kulit elastis,
Tidak terdapat nyeri tekan,
Capillary refil time kembali
Kurang dari 3 detik
Ekstrimitas bawah : tidak tampak adanya odema
Tidak ada lesi warna kulit
Sawo matang, bersih, kuku
Bersih, tidak ada varises
Bentuk jari normal tidak
Terdapat benjolan,
nyeri tekan, turgor
kulit elastis Capillary refil
time kembali kurang dari
3 detik tidak ada odema
Kekuatan otot antara kaki
Kanan dan kiri 5/5
Freflek patella : positif
g. Anus
Kebersihan : bersih
Pembesaran hemmoroid : tidak ada hemmoroid
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Keterangan
Normal
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 9,0 g/dl L: 13-18 L
P:11,5-16,5
Leukosit 7,100 /U.L 5.000-10.000 Normal
Trombosit 249,000 ᶟ/U.L 150-450X10ᶟ Normal
Eritrosit 5,31 Juta/U.L 4,37-5,63 Normal
Himotrokit 32,5 4% 40,9-54 L
MCV 61,2 1L 80-92 Normal
MCIt 17,0 2,7-31 Normal
MCItC 27,8 32-36 Normal
RDW 19 % 12,9-15,25 H
MPV 9,9 1L 7.28-9,03 H
Golongan darah O/+ Normal
Kimia Darah - - - Normal
Fungsi Ginjal
Ureum Darah 30 Mg/dl 20-40 Normal
Kreatinim Darah 0,65 Mg/dl L<1,5 Normal
P<1,3
Karbohidrat 80 Mg/dl 80-139 mg/dl Normal
glukosa sewaktu
b. Pemeriksaan Patologi (jaringan, dsb)
Dilakukan pemeriksaan PA pada tanggal 13 Desember 2019 hasil
belum keluar
c. Pemeriksaan USG (abdomen, transvaginal/VT dsb)

9. Pengobatan /Terapi
Post op
1. cefa toxin 2 x 1
2. Keterolax 3 x 1
3. infus RL 20 tetes / mnt
4. Ronabyos kalau perlu

10. Obat yang dibawa pulang

1. Asmef 500 mg 3 x 1
2. Tablet tambah darah 2 x 1
3. Amop 500 mm 3 x 1

LAPORAN OPERASI

a. Operasi dilakukan pada tanggal 13 desember 2019 pukul 09.10


WIB.
b. Jenis anastesi: spinal epedural
c. Doagnosa pra operasi: myoma uteri
d. Tindakan : operasi histerktomi
e. Jam operasi selesai pukul 11.00 wib
11. Data Fokus

data subjektif data objektif


- klien mengatakan nyeri pada - klien terlihat mengeryitkan wajah
perutnya bagian bawahnya menahan nyeri
- klien mengatakan belum mampu - klien terlihat melokaliasi arial luka
untuk bergerak post op bagian bawahnya
- klien mengatakan tidak merasa - klien terlihat berbaring di tempat
panas pada bagian perut bekas tidur
oprasi - klien terlihat belum mampu untuk
- klien mengatakan badan terasa bergerak miring kanan miring kiri
lemah - klien menjalani oprasi
- klien mengatakan tidak dapat tidur histerektomi
- klien mengatakan pemandangan - terdapat luka bekas oprasi
berkunang – kunang histerektomi kurang lebih 15cm
- klien mengeluh lemas - tidak terdapat kemerahan
- klien mengatakan sering pusing, - tidak terdapat pembengkakan
sering ngantuk dan mudah lelah - tidak terdapat pus
- kunjungtiva anemis
- TD 100/70 mmhg
Warna bibir pucat
- Mukosa bibir kering
- Warna kuku pucat
- Hb 9,0 g / dl
- Hematokrit 32,5%
10. ANALISA DATA
No Hari/ Data Masalah Etiologi
Tanggal
1. Jum,at, 13 DS : Gangguan Pengeluaran
Desember Klien mengatakan lemas perfusi jaringan darah
2019 DO :
- TD : 100/70 mmhg
- N : 72 x / mnt
- R : 18 x / mnt
- S : 320C
- Hasil leb tanggal 12 Desember 2019 ( pre op )
haemoglobin 9,0g/dl
- Hematokrit 32,5%
- Warna bibir pucat
- Mukosa bibir kering
- Akral dingin

2. Jum,at, 13 DS : Resiko infeksi prosedur


Desember Klien mengatakan tidak merasa panas pada bagian perut bekas (00004) infasif Luka
2019 luka operasi. post operasi
DO : histerektomi
- Klien menjalani operasi histerektomi
- Terdapat luka bekas operasi histerektomi sepanjang
±15cm dan lebar 1 cm
- Luka tertutup
- Tidak terdapat kemerahan
- Tidak terdapat pembengkakan
- Tidak terdapat pus
-
-
3. Jum,at, 13 Ds: Nyeri akut Agen cidera
Desember - Klien mengatakan nyeri pada perutnya bagian bawahnya (00132) biologis (luka
2019 - P : nyeri karena adanya luka post operasi histerektomi, nyeri post
akan bertambah saat klien menggerakkan tubuhnya. histerektomi)
- Q: nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
- R : nyeri dirasakan di perut bagian bawah (area luka post
histerektomi)
- S : skala nyeri 3
- T : nyeri muncul kadang-kadang
Do:
- Klien terlihat mengernyitkan wajah menahan nyeri
Klien terlihat melokalisasi area luka post operasi perut bagian
bawahnya

B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pengeluaran darah
2. Resiko infeksi (00004) berhubungan dengan prosedur infasif (luka post operasi histerektomi)
3. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera biologis (luka post op histerektomi)
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Hari/Tgl Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Jum,at, 13 Ganguan perfusi Setelah dilakukan tindakan - Monitor TTV - Sebagai pedoman untuk
Desember jaringan berhubungan keperawatan 3x 24 jam gangguan - Monitor CRT tindakan selanjutya
2019 dengan pengeluaran perfusi jaringan teratasi dengan - kaji nadi untuk frekuaensi, irama, cata jika nadi - Respon fisik akan
darah kriteria hasil cepat, lemah menggambarkan tingkat
- Akral hangat - Kaji kulit jika terasa dingin
- Bibir tidak pucat - Kaji adanya diaforesis
- TTV dalam batas normal - Kaji adanya sianosis
- Catat perubahan dalam tingkat kesadaran
- Pertahankan cairan adekuat
- Kolaborasi dalam pemberian transfusi

2. Jum,at, 13 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control (6550) - Infeksi terjadi apabila
Desember (00004) berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Observasi kulit di sekitar balutan ditemukan tanda tanda seperti
2019 dengan prosedur diharapkan resiko infeksi berkurang 2. Pertahankan lingkungan agar tetap aseptik kulit kemerahan adanya pus,
infasif luka post dengan kriteria hasil : 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan terjadi implamasi
operasi histerektomi a. Tanda-tanda vital klien dalam tindakan - Cara pertama untuk
batas normal : 4. Instruksikan pada keluarga untuk cuci tangan saat menghindari infeksi
(tekanan darah 120/80 mmHg, berkunjung dan sebelum meninggalkan pasien nasokomial
nadi 60-100 x/menit, suhu 36,50- 5. Anjurkan klien untuk diit TKTP - Melindungi pasien dari sumber
37,50C, dan pernapasan 16-24 6. Lakukan perawatan luka post histerektomi sumber infeksius
x/menit) 7. Kolaborasi pemberian antibiotik - Menurunkan resiko
b. Klien bebas dari tanda dan gejala kontaminasi terhadap agen
infeksi seperti kemerahan, infeksius
bengkak, dan panas - Makanan mengandung protein
mempercepat penyembuhan
luka
- Untuk mengidentifikasi
infeksi dan mencegah
infeksi bakteri
3. Jum,at, 13 Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan Pain management (1400) - Untuk mengetahui tingkat
Desember berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Kaji lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas dan sekala nyeri dengan pengkajian
2019 agen cidera biologis nyeri klien berkurang dengan intensitas nyeri nyeri PQRST
(luka post kriteria hasil: 2. Observasi reaksi nonverbal ketidaknyamanan - Memungkinkan pasien untuk
histerektomi) 1. Klien mampu mengenal 3. Ajarkan bagaimana mengatasi nyeri secara non berparti sipasi secara aktif dan
nyerinya (skala, intensitas, farmakologi (teknik relaksasi nafas dalam, massase, meningkatkan rasa kontrol
frekuensi dan tanda nyeri) distraksi, dan memposisikan klien) - Merilexsasikan otot dan
2. Klien dapat mengontrol 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman menngalihkan perhatian dari
nyerinya dengan teknik 5. Tingkatkan istirahat klien sensasi nyeri
nonfarmakologi 6. Evaluasi keefektifan cara mengontol nyeri. - Meningkatkan relaxsasi dan
3. Klien melaporkan nyeri Relaxation Therapy (6040) membantu memfokuskan
berkurang dari 5 menjadi 3 (0- 1. Jelaskan mengenai jenis, cara dan manfaat teknik kembali perhatian
10) relaksasi - Sebagai pedomana untuk
2. Kaji keinginan klien tentang partisipasi dan tindakan selanjutnya
kemampuan dalam memilih dan melakukan teknik - Dapat mencegah dan
relaksasi mengurangi intensitas
3. Berikan pengertian lebih lanjut dan detail mengenai nyeri
teknik relaksasi yang dipilih
4. Motivasi klien untuk mempraktikkan teknik
relaksasi
5. Ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam
6. Kaji keefektfan penggunaan teknik relaksasi
Analgesic Administration (2214)
1. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah
pemberian analgetik
2. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik yang
sesuai
3. Evaluasi keefektifan pemberian analgesik
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari, No Dx PARAF
PUKUL Implementasi Respon
Tanggal Kep
S : Klien mengatakan ia merasa lemas
Memonitor keadaan umum dan tanda- O:
Jum,at, 13 - Klien terlihat lemas
13.00 tanda vital (tekanan darah, nadi, Kelompok 2
Desember 1, 2,3
WIB pernapasan, dan suhu) klien
2019 - TD: 100/60 mmHg, nadi : 78 kali/menit, RR
: 18 kali/menit, suhu : 36,20 C

- Memonitor warna kulit


- memonitor membran mukosa S : warna kulit, kuku pucat
13.03 - memonitor warna dasar kuku O : mukosa bibir agak kering
1 Kelompok 2
WIB

S: -
13.03 Memonitor untuk repon verbal O: kesadaran compos mentis
1 Kelompok 2
WIB

S:
- Klien mengatakan ia merasa nyeri pada
perut bagian bawahnya
P : nyeri karena adanya luka post operasi
Mengkaji lokasi, karakteristik,
13.05 histerektomi, nyeri akan bertambah saat Kelompok 2
3 frekuensi, kualitas, dan intensitas
WIB klien menggerakkan tubuhnya.
nyeri klien
Q: nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-
tusuk.
R : nyeri dirasakan di perut bagian bawah
(area luka post histerektomi)
S : skala nyeri 3
T : nyeri muncul kadang-kadang

O:
- Klien terlihat mengernyitkan wajah
menahan nyeri
- Klien terlihat memegangi perut bagian
bawahnya
S : Klien mengatakan merasa sedikit lebih
13.10 Menganjurkan klien untuk latihan nyaman setelah relaksasi nafas dalam Kelompok 2
3
WIB relaksasi nafas dalam O : Klien tampak kooperatif untuk diajarkan
relaksasi nafas dalam

S : Klien mengatakan badan nya terasa dingin


Memonitor adanya keluhan rasa
O : akral digin
13.15 dingin Kelompok 2
1
WIB Pertahankan suhu lingkungan dan
tubuh hangat sesuai indikasi

S:-
O:
Sabtu, 14 - Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi
08. 00 Mengobservasi kulit di sekitar Kelompok 2
Desember 2 (kemerahan, bengkak, panas) di sekitar
WIB balutan (adanya tanda-tanda infeksi)
2019 balutan luka operasi
- Luka tampak tertutup balutan yang tampak
kering dan bersih

Sabtu, 14 Melakukan kolaborasi dalam S:-


08.15 Kelompok 2
Desember 2 pemberian antibiotik O: Kolaborasi dalam pemberian cefotaxime 1
WIB
2019 gr
08.15 Melakukan kolaborasi pemberian S: Kelompok 2
1
WIB analgetik O : Pemberian analgetik ketorolac 30 mg

S:
- Klien mengatakan akan menjaga balutan
tetap kering
Menganjurkan untuk menjaga
08.20 O: Kelompok 2
2 balutan tetap kering
WIB - Klien tampak memahami anjuran yang
diberikan

Memonitor keadaaan umum klien S:


Memonotor TTV - Klien mengatakan sudah agak membaik tidak
Memonitor respon verbal terlalu lemas, klien mengatakan masih nyeri
Sabtu, 14 1,3 diperutnya.
Desember O : TD 100/70 mmhg Kelompok 2
2019 N : 80 X/mnt
09.00 S : 36,50c
R : 18X/mnt
WIB

S:

- Klien mengatakan nyeri yang di perutnya


3 Mengkaji respon nyeri klien sudah mulai berkurang

P : nyeri karena adanya luka post Kelompok 2


09.15 histerektomi, nyeri bertambah saat klien
menggerakkan tubuhnya
WIB Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri pada abdomen kuadran bawah,
pada bekas luka operasi
S : skala nyeri 3 dari rentang skala 1-10
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul

O:

- Klien terlihat berhati-hati saat bergerak atau


memposisikan tubuhnya lebih ke atas tempat
tidur dan mengernyitkan dahi sambil
menahan sakit saat bergerak.
09.20 3 Menganjurkan klien untuk relaksasi S: Klien mengatakan merasa lebih nyaman
nafas dalam dan distraksi setelah relaksasi nafas dalam dan distraksi
WIB Kelompok 2
O: Klien tampak kooperatif melakukan
relaksasi nafas dalam dan distraksi

09.25 1 Memonitor warna kulit S: klien mengatakan badannya sudah


Memonitor membran mukosa
WIB Memonitor warna dasar kuku tidak dingin
Memonitor adanya diaforesis
O: akral hangat Kelompok 2

Klien tidak pucat

09.30 Memonitor cairan yang masuk S: -


3
WIB O: infus terpasang 20tts/mnt

Klien menghabiskan setengah

porsi makanan yang di sediakan RS

09.30 1 Melakukan kolaborasi pemberian S:


analgetik Kelompok 2
WIB O : Pemberian analgetik ketorolac 30 mg
09.30 2 Melakukan kolaborasi pemberian S:
antibiotik Kelompok 2
WIB O : Pemberian antibiotic cefotaxime 1 gr

09.35 2 Mengobservasi adanya tanda tanda S:-


infeksi pada areal balutan luka
O : Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi Kelompok 2
WIB
(kemerahan, panas, dan bengkak)

09.40 2 Mencuci tangan sebelum dan S:-


sesudah melakukan tindakan
O : Luka tampak bersih dan tidak terdapat Kelompok 2
WIB
tanda-tanda infeksi

09.45 2 Menganjurkan klien untuk menjaga S : Klien mengatakan akan menjaga balutan
balutan tetap kering tetap kering
WIB Kelompok 2
O : Tampak balutan kering dan tidak ada
rembesan

12.00 1,2, & 3 Memonitor tanda-tanda vital klien S:-


(tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
WIB O : TD : 120/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Kelompok 2
suhu)
Suhu : 36,50C, RR : 20 x/menit

08.00 1,2, & 3 Memonitor tanda-tanda vital klien S:-


(tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
Minggu, 15 WIB suhu) O : TD : 120/80 mmHg, nadi : 82 x/menit, suhu
Desember : 36,80C, pernapassan 20 x/menit
Kelompok 2
2019

08.03 1 Memonitor CRT S: Klien mengatakan sudah lebih baik Kelompok 2


WIB Memonitor memberan mukosa Dari sebelumnya
Memonitor warna kulit
Memonitor warna kuku O: klien tampak lebih segar / tersenyum

- CRT 3
detik

- Akral
hangat

- Conjungtiv
a tidak
anemis

08.05 3 Mengkaji lokasi, karakteristik, S:


frekuensi, kualitas, dan intensitas
WIB nyeri klien - Klien mengatakan nyeri yang di perutnya
sudah mulai berkurang

P : nyeri karena adanya luka post


histerektomi, nyeri bertambah saat klien
menggerakkan tubuhnya
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk Kelompok 2
R : nyeri pada abdomen kuadran bawah,
pada bekas luka operasi
S : skala nyeri 3 dari rentang skala 1-10
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul

O : Klien terlihat berhati-hati saat bergerak


atau memposisikan tubuhnya di tempat
tidur dan tampak mengernyitkan dahi
sambil menahan sakit saat bergerak.

08.10 3 Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan akan melanjutkan ketika


melanjutkan relaksasi nafas dalam nyeri timbul
WIB Kelompok 2
O : Klien tampak memahami anjuran yang
diberikan

08.15 1 Mengkaji intake dan out put cairan S : klien mengatakan tidak mengetahui

WIB Berapa kali BAK


Kelompok 2
O : infus terpasang 20 tetes/menit

Terpasang DC

09.00 2 Mengobservasi adanya tanda-tanda S:-


infeksi pada area balutan luka Kelompok 2
WIB O : Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi

09.10 2 Menganjurkan klien untuk menjaga S : Klien mengatakan akan menjaga balutan
balutan agar tetap kering tetap kering Kelompok 2
WIB
O : Klien tampak sudah memahami

3 Melakukan kolaborasi dalam S:


pemberian analgetik Kelompok 2
O : Pemberian analgetik ketorolac 30 mg

2 Melakukan kolaborasi dalam S:


pemberian antibiotik Kelompok 2
O : Pemberian antibiotik cefotaxime 1 gr
E. EVALUASI KEPERAWATAN
No. Tanggal, Jam Dx. Keperawatan Evaluasi Proses PARAF

1. Jum,at, 13 Desember 2019 Gangguan perfusi jaringan S : klien mengatakan lemas Kelompok 2
berhubungan dengan
14.00 WIB pengluaran darah O : TTV sebelum oprasi

TD : 100/70 mmhg

N : 80 / mnt

S : 36,80c

R : 20x/mnt

TTV post op

TD : 100/60 mmhg

N : 78X/mnt

S : 36,20c

R : 18/mnt

Mukosa bibir agak kering

CRT  3 detik

A. Masalah belum teratasi

p. monitor TTV
2. Jum,at, 13 Desember 2019 Resiko infeksi berhubungan S: Kelompok 2
Klien mengatakan akan merawat lukanya agar tetap kering
14.00 WIB dengan prosedur infasif luka
O:
post operasi histerektomi A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
(00004)
 Observasi tanda-tanda infeksi di sekitar balutan
 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
 Anjurkan klien untuk menjaga luka tetap kering
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

3. Jum,at, 13 Desember 2019 Nyeri Akut (00132) S: Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawahnya Kelompok 2
berhubungan dengan Agens P : Nyeri disebabkan karena adanya luka post histerektomi, nyeri
14.00 WIB cedera biologis (luka post akan bertambah saat klien menggerakkan tubuhnya
histerektomi)
Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk

R : Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah yang terdapat luka


post histerektomi

S : Nyeri skala 3 dari rentang skala 1-10.

T : Nyeri muncul kadang-kadang.


- Klien mengatakan merasa lebih nyaman setelah relaksasi nafas
dalam
O:
- Klien terlihat mengernyitkan wajah menahan nyeri
- Klien terlihat memegangi perut bagian bawahnya
- Klien terlihat kooperatif melakukan relaksasi nafas dalam
A:

- Masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka jahit
post histerektomi) belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

- Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan suhu)


klien

- Anjurkan klien untuk melanjutkan latihan relaksasi nafas dalam

- Evaluasi skala nyeri klien

 Kolaborasi pemberian analgetik ketorolac 30 mg

1. Sabtu, 14 Desember 2019 Gangguan perfusi jaringan S : klien mengatakan sudah agak membaik dan sudah tidak terlalu Kelompok 2
berhubungan dengan Lemas
14.00 WIB pengluaran darah O:
TD : 120/70 mmhg
N : 80x / mnt
S : 36,50c
R : 20x/mnt
Klien tidak pucat
CRT  3 detik
Akral hangat
Conjung tiva tidak anemis
A :Masalah teratasi sebagian
P : Monitor TTV dan CRT

2. Sabtu, 14 Desember 2019 Resiko infeksi berhubungan S: Kelompok 2


Klien mengatakan tidak merasa panas pada daerah perut bekas
14.00 WIB dengan prosedur infasif luka
operasi dan tidak ada rembesan pada balutan
post operasi histerektomi O : Tidak tampak tanda-tanda infeksi dan rembesan pada balutan luka
Suhu : 36,80C
(00004)
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
 Observasi tanda-tanda infeksi di sekitar balutan
 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
 Anjurkan klien untuk menjaga luka tetap kering
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
3. Sabtu, 14 Desember 2019 Nyeri Akut berhubungan S: Kelompok 2
dengan Agens cedera biologis
14.00 WIB (luka post histerektomi) Klien mengatakan nyeri yang di perutnya sudah mulai berkurang
(00132)
P : nyeri karena adanya luka post histerektomi, nyeri bertambah saat
klien menggerakkan tubuhnya
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri pada abdomen kuadran bawah, pada bekas luka operasi
S : skala nyeri 6 dari rentang skala 1-10
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul

O:

Klien terlihat berhati-hati saat bergerak atau memposisikan tubuhnya


lebih ke atas tempat tidur dan mengernyitkan dahi sambil menahan
sakit saat bergerak
A:
- Masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka
post histerektomi) belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan suhu)
klien
- Anjurkan klien untuk relaksasi nafas dalam
- Berikan lingkungan yang tenang
- Evaluasi skala nyeri klien
- Kolaborasi pemberian analgetik
1. Minggu, 15 Desember Gangguan perfusi jaringan S : klien mengatakan sudah lebih baik dari sebelumnya Kelompok 2
2019 berhubungan dengan O : kesadaran composmentis
pengluaran darah TD : 120/80 mmhg
09.30 WIB N : 82x/mnt
S : 36,80c
R : 20x/mnt
Conjungtiva tidak anemis
Akral hangat
A : masalah teratasi
P : intervensi tidak di lanjutkan klien pulang
- Menganjurkan pada klien dan keluarga untuk kontrol
Tepat waktu
- Menganjurkan pada klien dan keluarga untuk menyajikan
makan sesuai dengan diit yang di sarankan
- Menganjurkan pada klien dan keluarga untuk kefasilitas
kesehatan terdekat berkonsultasi masalah kesehatan

2. Minggu, 15 Desember Resiko infeksi berhubungan : Klien mengatakan akan menjaga balutan luka tetap kering dan Kelompok 2
2019 terhindar dari rembesan
dengan prosedur infasif luka
09.30 WIB post operasi histerektomi O : Tampak balutan luka kering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan, bengkak, dan panas
(00004)
Suhu : 36,80C

A : Masalah belum teratasi

P : intervensi
 Dihentikan klaen pulang
 Menganjurkan pada keluarga untuk kontrol tepat waktu
 Menganjurkan pada keluarga untuk selalu melaksanakan
PHBS
 Mengjarkan pada keluarga cara perawatan luka di rumah
-
3. Minggu, 15 Desember Nyeri Akut berhubungan S: Kelompok 2
2019
dengan Agens cedera biologis Klien mengatakan nyeri bekas operasinya sudah mulai berkurang
09.30 WIB (luka post histerektomi)
P : nyeri karena adanya luka post histerektomi, nyeri bertambah saat
(00132) klien menggerakkan tubuhnya
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri pada abdomen kuadran bawah, pada bekas luka operasi
S : skala nyeri 3 dari rentang skala 1-10
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul

O:

Klien terlihat berhati-hati saat bergerak atau memposisikan tubuhnya


A:
- Masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka
post histerektomi) teratasi sebagian
P: intervensi
- Dihentikan klaen pulang
- Menganjurkan pada klien untuk mengulangi melakukan tehnik
relaksasi distraksi bila nyeri
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan dari masing–masing diagnosa diuraikan sebagai berikut :

Diagnosa pertama, gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

pengeluaran darah masalah pada diagnosa teratasi conjungtiva tidak anemis

akral hangat tujuan dan kriteria hasil tercapai untuk intervensi di lanjutkan di

rumah di karnakan pasien pulang, pemberian terapi oral yaitu tablet tambah

darah 2x1 dan menganjurkan pada klien untuk mematuhi diit yang disarankan

dan menganjurkan pada klien dan keluarga untuk fasilitas kesehatan terdekat

berkonsultasi masalah kesehatan diagnosa kedua resiko infeksi dengan luka

post oprasi histerektomi. Masalah diagnosa kedua teratasi sebagian sesuai

dengan tujuan dan kriteria hasil, balutan luka kering dan tidak terdapat tanda-

tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, dan panas suhu dalamm batas

normal yaitu 36,80c untuk interpensi selanjutnya menganjurkan klien untuk

kontrol tepat waktu ke poli klinik untuk periksa dan medikasi luka atau ganti

balutan pada 4 hari berikutnya memberikan trapi oral bactesyn 1,5 mg 2x1,

dan menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan pada bagian sekitar luka.

Diagnosa yang ke 3 nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka

post histerektomi). Masalah pada diagnosa teratasi sebagian skala nyeri

berkurang dari 5 menjadi 3, ekspresi wajah lebih rileks, tujuan dan kriteria

hasil tercapai sebagian skala nyeri berkurang, untuk intervensi dilanjutkan

dirumah dikarenakan pasien pulang untuk pemberian terapi oral yaitu

kalfrofen 100 mg 3x1 dan menganjurkan untuk selalu menerapkan tehnik


relaksasi pada saat merasakan nyeri tidak ada kesenjangan antara jurnal dan

studi kasus dengan demikian ada kesamaan antara jurnal dan studi kasus.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Pada pasien Ny.R dengan kasus post operasi Histrektomi ( mioma uteri )

hari pertama di ruang kebidanan RS. Islam Kota Metro mahasiswa

menemukan masalah keperawatan sebagai berikut : ganguan perfusi

jaringan berhubungan dengan pengeluaran darah, resiko infeksi

berhubungan dengan prosedur infasif ( luka post op histerektomi ), nyeri

akut berhubungan dengan agen cedera biologis , ( luka post histerektomi

) adapun untuk faktor resiko terhadap pasien masalah keperawatan

gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pengeluaran darah.

b. Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada kasus post op

histerektomi ( mioma uteri ) untuk rencana tindakan, penentuan kriteria

waktu dalam rencana asuhan keperawatan sebagian besar rencana tindakan

atau intervensi sesuai berdasarkan teori dapat diterapkan pada rencana

tindakan kasus.

c. Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain sangat diperlukan dalam

pelaksanaan intervensi keperawatan. Adanya kolaborasi tersebut tujuanya

adalah membantu mahasiswa melakukan implementasi yang tepat sesuai

dengan intervensi walaupun kemungkinan adanya ketidak sempurnaan.

d. Dalam implemetasian sebagian besar telah sesuai dengan rencana tindakan

yang telah diterapkan pada teori post operasi histerektomi ( mioma uteri

),maupun perencanaan secara nyata.


e. Untuk evaluasi hasil yang dilakukan oleh mahasiswa pada dasarnya dapat

terlaksana dengan baik, beberapa masalah teratasi dan ada beberapa

masalah yang teratasi sebagian. Pada dasarnya tujuan mahasiswa adalah

ingin menunjukan bahwa semua masalah keperawatan pada dasarnya

dapat diatasi meskipun belum sempurna. Adapun masalah yang teratasi

yaitu gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pengeluaran darah.

adapun beberapa masalah yang teratasi sebagian yaitu resiko infeksi

berhubungan dengan prosedur infasif ( luka post op histerektomi)

intervensi dilanjutkan di rumah ( ingatkan pasien untuk 4 hari berikutnya

untuk obgyn untuk meditasi luka, berikan surat kontrol dokter kepada

pasien, anjurkan untuk selalu menjaga kebersihan pada sekitar luka ). Dan

nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ( luka post op

histerektomi ) intervensi dilanjutkan dirumah (ajari pasien untuk latihan

teknik relaksasi, berikan obat oral terapi dari dokter) apabila terasa nyeri.

f. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini diperlukan kerjasama yang

baik dari berbagai pihak komponen rumah sakit atau tenaga medis yang

berkompoten. Kerja sama ini dilakukan baik pasien, keluarga, perawat,

ataupun tenaga kesehatan yang lainya, agar pasien mendapatkan asuhan

keperawatan yang maksimal dan terbaik.


2. Saran

1. saran bagi ibu ( klien )

Diharapkan setiap wanita produktif untuk rajin memeriksakan diri


ketempat pelayan kesehatan agar dapat mendeteksi secara dini apabila
mengalami gangguan reproduksi karena penyakit ini tidak
menyebabkan gangguan sistem reproduksi karena penyakit ini tidak
menimbulkan gejala yang kerakteristik

a. Perawat

Diharapkan seorang perawat memiliki pengetahuan yang lebih

terampil dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan

ketrampilan yang telah dimiliki di dalam memberikan asuhan

keperawatanya. Sebagai seorang perawat harus teliti dalam

melakukan pengkajian agar tepat di dalam menegakan diagnosa,

intervensi maupun implementasi.

2. Kekuatan dan kelemahan


a. Kekuatan Saat Mengelola Kasus
Pada pengelolaan kasus post oprasi histerektomi ini klien dan
keluarga klien kooperatif dalam proses penyembuhan. Perawat
selalu melakukan asuhan keperawatan sesuai prosedur. Setiap
pagi, dan siang, di beri asuhan keperawatan seperti teknik
relaksasi,terapi IV,motivasi manjaga kebersihan diri serta
berkolaborasi dalam pemberian obat.
b. Kelemahan Saat Mengelola Kasus
Dalam melakukan tindakan keperawatan hanya memprioritaskan
tindakan, seperti pengukuran tanda vital, penggantian infuse,
pemberian oabat dan sebagainya. Seharusnya hal yang mendasar
juga ikut di laksanakan seperti pendidikan kesehatan mengenai
deteksi dini kangker leher rahim melalui pemeriksaan iva.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Yosi. . Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2

No. 5

Aspiani, Y, R. ( ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Aimee, et al. ( ). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures


withDiagnosis of Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.

Environmental Health Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375-

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap

menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Copaescu, C. ( ). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102.

No. 2. Romanian

Carpenitto Linda Jual, 2000, Asuhan Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th


Edition. Missouri: Mosby Elsevier

Kapita Selekta Kedokteran, 1999, Editor: Arif Mansjoer dkk, Edisi 3, Jilid 1,.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi


2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike
Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan
Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Ilmu Kandungan, 1999, Editor : Hanifa Wiknjosastro dkk, Edisi II, Cetakan 3,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan Teknik Relaksasi Distraksi

Sasaran : Klien dan keluarga

Waktu Pertemuan : 25 Menit

Tempat : Ruang Kebidanan

Tanggal : 14 Desember 2019

Pukul : 11.30WIB

Penyuluh : Intan Dwi.o

A. Latar Belakang

Relaksasi distraksi adalah metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada

pasien yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi

ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya

stimulasi nyeri.

B. Tujuan
1. Tujuan InstruksionaI Umum (TIU)

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan pada klien dan keluarga

diharapkan klien dan keluarga dapat mengetahui dan menerapkan tehnik

relaksasi distraksi secara mandiri.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga dapat:


a. Menjelaskan pengertian dari relaksasi distraksi.

b. Menyebutkan manfaat dari relaksasi distraksi

c. Menyebutkan dan mempraktekkan langkah-langkah relaksasi distraksi

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian dari relaksasi distraksi

2. Jenis-jenis dari relaksasi distraksi

3. Langkah-langkah relaksasi distraksi pernafasan

D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

3. Demonstrasi

E. Media

Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien

1 5 menit A. Pembukaan

1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam


2. Apersepsi tentang materi 2. Merespon persepsi pemberi
yang akan disampaikan. penyuluhan
3. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan penjelasan
penyuluhan yang akan penyuluhan yang akan dicapai
dicapai.
2 10 menit B. Kegiatan Inti

1. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan penjelasa.


dari relaksasi distraksi
2. Menjelaskan manfaat
relaksasi distraksi
3. Menjelaskan dan 2. Memperhatikan penjelasan
mempraktekkan langkah-
langkah relaksasi
distraksi 3. Memperhatikan penjelasan

3 5 menit C. Penutup

1. Melakukan evaluasi 1. Menjawab pertanyaan yang


dengan menanyakan diajukan
kembali materi
penyuluhan
2. Memberi salam penutup
2. Menjawab salam
G. Evaluasi

1. Prosedur : Akhir penyuluhan

2. Waktu : 5 menit

3. Bentuk soal : Tanya jawab

4. Jumlah soal : 3 soal

5. Jenis soal : 1. Apakah yang dimaksud relaksasi distraksi?

2. Apa manfaat dari relaksasi distraksi?

3. Sebutkan jenis-jenis dari relaksasi distraksi?


MATERI PENYULUHAN

RELAKSASI DISTRAKSI

A. Pengertian relaksasi distraksi

Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal

lain sehingga kesadaran terhadap nyerinya berkurang.

B. Jenis-jenis relaksasi distraksi

Teknik distraksi dapat dilakukan diantaranya dengan cara :

1. Distraksi Visual

 Melihat pertandingan menonton televisi,

 Membaca koran

 Melihat pemandangan dan gambar

 Menbanyangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata

2. Distraksi Audio

 Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik air.

 Mendengarkan Kajian Siraman Rohani atau cerita

 Berbincang-bincang dengan orang lain

3. Distraksi Pernafasan

Teknik relaksasi nafas merupakan suatu bentuk cara melakukan napas

dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan napas secara perlahan


 Bernafas pelan-pelan

 Massage sambil bernafas pelan-pelan

C. Teknik relaksasi distraksi Nafas dalam

1. Usahakan tetap rileks dan tenang

2. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1,2,3,4.

3. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstrimitas atas dan bawah rileks

4. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

5. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut

secara perlahan-lahan

6. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

7. Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam

8. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

9. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

10. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

11. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan

cepat

Anda mungkin juga menyukai