Tidak Ada
Tidak Ada
PENDAHULUAN
Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda
daerah perbukitan didaerah tropis seperti di negara kita. Kerusakan yang ditimbulkan
tidak hanya berdampak langsung seperti rusaknya fasilitas umum, lahan pertanian
ataupun korban jiwa, akan tetapi dapat menimbulkan dampak tidak langsung seperti
menghambat kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi pada daerah bencana dan
sekitarnya. Hal ini cenderung semakin meningkat berkaitan dengan meningkatnya
aktivitas manusia salah satunya laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi,
sehingga kebutuhan akan lahan semakin meningkat pula, menyebabkan keseimbangan
lingkungan hidup terganggu karena adanya tekanan yang besar terhadap kebutuhan
lahan yang menimbulkan tidak sedikit penggunaan lahan tidak sesuai fungsinya.
Ditambah banyaknya pula penebangan atau perumahan yang seharusnya tidak berda di
dekat bukit atau lereng karena lokasi seperti itu sangat beresiko terjadi longsor. Selama
ini belum adanya kesadaran masyarakat untuk lebih memilih lokasi tempat tinggal
yang aman dan itulah tugas pemerintah sebagai pemangku kepentingan untuk di
luruskan .
1
Sebagian besar longsor terjadi secara tiba - tiba dan sulit diprediksi atau di
antisipasi sehingga menjadikan bencana longsor selalu memakan korban jiwa dari
masyarakat yang tinggal di daerah terdampak longsor. Apabila hal ini terus terjadi tanpa
adanya usaha antisipasi bencana longsor maka ini akan menjadi seperti bencana
musiman yang akan terus berulang dari masa kemasa sehingga masyarakat
menganggap bencana ini sebuah fenomena yang sudah biasa terlebih pada musim hujan
dan khususnya terhadap masyarakat yang tinggal di daerah yang dekat dengan lereng
atau perbukitan yang curam.
I.4. Tujuan
Tujuan utana dari kegiatan kerja praktik ini adalah :
1. Membuat rencana pergerakan titik - titik longsor dengan memasukkan koordinat,
waktu dan tanggal sebagai input data setiap titik - titik longsor.
2. Membuat titik longsor bergerak menggunakkan GeoEvent Extension dan GeoEvent
Simulator.
3. Memonitor pergerakan titik longsor menggunakkan GeoEvent Extension.
4. Menentukan interval waktu pergerakan antar titik longsor menggunakkan Operation
Dashboard.
5. Memvisualisasikan Pergerakan titik longsor mengunakkan Operation Dashboard.
3
BAB II
DASAR TEORI
Ada 6 jenis tanah longsor yaitu, longsor trasnslasi, longsor rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batuan, rayapan tanah dan aliran bahan rombakan. Jenis longsor
translasi dan rotasi adalah jenis longsor yang banyak terjadi di Indonesia, sedangkan
sedangkan longsor yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran
bahan rombakan. Berikut adalah penjelasan jenis – jenis tanah longsor.
1. Longsor Translasi
Longsor Translasi adalah bergeraknya tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk merata atau menggelombang landai. Longsor ini di akibatkan curah
hujan yang tinggi dan tekstur tanah yang halus sehingga gampang terkikis oleh
air hujan. Longsor Translasi juga termasuk jenis longsor yang sering terjadi di
negara Indonesia di sebabkan Karen bentuk kontur yang banyak bukit dan
lereng yang terjal ditambah Musim hujan yang sangat sering terjadi di Indonesia
menjadikan longsor ini sangat sering terjadi.
4
Gambar 2.1. Longsor Translasi (Sumber : Nandy, 2007)
2. Longsor Rotasi
Longsor Rotasi adalah bergeraknya masa tanah pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
5
Gambar 2.3. Pergerakkan Blok (Sumber: Nandy, 2007)
4. Runtuhan Bantuan
Runtuhan Bantuan terjadi karena sejumlah batuan atau material dengan jumlah
yang besar bergerak ke bawah dengan cara terjun bebas. Umumnya terjadi ada
lereng yang terjal dan menggantung terutama di daerah pantai.
6
Gambar 2.5. Rayapan Tanah (Sumber: Nandy, 2007)
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika masa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada keiringan lereng, volume dan tekanan air.
7
2. Burrough (1986), SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan
untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan
kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan
yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
3. Berry (1988), SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta
otomatisasi data keruangan.
4. Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang
memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan
kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir
(output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.
5. Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan
keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi
dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi
tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi
yang diperlukan yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak dan
struktur organisasi.
6. Chrisman (1997), SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras,
perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan
menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan
bumi.
9
II.2.2 Sejarah SIG
Sistem Informasi Geografis pertama kali diperkenalkan di Indonesia
pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Development. Munculnya istilah
Sistem Informasi Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General
Assembly dari International Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun
1967. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS
(Canadian GIS-SIG Kanada). CGIS digunakan untuk menyimpan, menganalisa
dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada
(CLI- Canadian Land Inventory) yang merupakan sebuah inisiatif untuk
mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan
berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas
dan penggunaan tanah pada skala 1:250000.
Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang di beberapa
benua terutama Benua Amerika, Benua Eropa, Benua Australia, dan Benua
Asia. Seperti di Negara- negara yang lain, di Indonesia pengembangan SIG
dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer. Perkembangan SIG menjadi
pesat semenjak di ditunjang oleh sumberdaya yang bergerak di lingkungan
akademis (kampus).
Dalam sejarahnya penggunaan SIG modern (berbasis computer, digital)
dimulai sejak tahun 1960-an. Pada saat itu untuk menjalankan perangkat SIG
diperlukan computer mainframe khusus dan mahal. Dengan perkembangan
computer PC, kecanggihan CPU, dan semakin murahnya memori, sekarang
SIG tersedia bagi siapapun dengan harga murah.
10
Gambar 2.8. Sejarah SIG (Sumber: Prahasta, 2009)
Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG dapat
beroperasi dengan komponen- komponen sebagai berikut :
11
4. Software adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang
memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan
pena yangan data spasial (contoh : ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS,
MapInfo, dll)
5. Hardware, perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem
berupa perangkat komputer, printer, scanner, digitizer, plotter dan perangkat
pendukung lainnya.
Berdasarkan desain awalnya tugas utama SIG adalah untuk melakukan analisis
data spasial. Dilihat dari sudut pemrosesan data geografik, SIG bukanlah
penemuan baru. Pemrosesan data geografik sudah lama dilakukan oleh berbagai
macam bidang ilmu, yang membedakannya dengan pemrosesan lama hanyalah
digunakannya data digital. adapun tugas utama dalam SIG adalah sebagai berikut:
1. Input Data, sebelum data geografis digunakan dalam SIG, data tersebut
harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam bentuk digital. Proses konversi
data dari peta kertas atau foto ke dalam bentuk digital disebut dengan
digitizing. SIG modern bisa melakukan proses ini secara otomatis
menggunakan teknologi scanning.
12
2. Pembuatan peta, proses pembuatan peta dalam SIG lebih fleksibel
dibandingkan dengan cara manual atau pendekatan kartografi otomatis.
Prosesnya diawali dengan pembuatan database. Peta kertas dapat
didigitalkan dan informasi digital tersebut dapat diterjemahkan ke dalam
SIG. Peta yang dihasilkan dapat dibuat dengan berbagai skala dan dapat
menunjukkan informasi yang dipilih sesuai dengan karakteristik tertentu.
3. Manipulasi data, data dalam SIG akan membutuhkan transformasi atau
manipulasi untuk membuat data-data tersebut kompatibel dengan sistem.
Teknologi SIG menyediakan berbagai macam alat bantu untuk
memanipulasi data yang ada dan menghilangkan data-data yang tidak
dibutuhkan.
4. Manajemen file, ketika volume data yang ada semakin besar dan
jumlah data user semakin banyak, maka hal terbaik yang harus dilakukan
adalah menggunakan database management system (DBMS) untuk
membantu menyimpan, mengatur, dan mengelola data
5. Analisis query, SIG menyediakan kapabilitas untuk menampilkan query
dan alat bantu untuk menganalisis informasi yang ada. Teknologi SIG
digunakan untuk menganalisis data geografis untuk melihat pola dan tren.
6. Memvisualisasikan hasil, untuk berbagai macam tipe operasi geografis,
hasil akhirnya divisualisasikan dalam bentuk peta atau graf. Peta sangat
efisien untuk menyimpan dan mengkomunikasikan informasi geografis.
Namun saat ini SIG juga sudah mengintegrasikan tampilan peta dengan
menambahkan laporan, tampilan tiga dimensi, dan multimedia.
14
dimodelkan ke dalam bentuk nyata (real world tiga dimensi) dengan
menggunakan data ketinggian berikut layer tematik yang diperlukan.
7. SIG dapat menurunkan informasi secara otomatis tanpa keharusan untuk
selalu melakukan interpretasi secara manual. Dengan demikian, SIG dengan
mudah dapat menghasilkan data spasial tematik yang merupakan (hasil)
turuan dari data spasial yang lain (primer) dengan hanya memanipulasi atribut
- atributnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi GIS di berbagai bidang :
A. Pengelolaan Fasilitas: Peta skala besar, network analysis, biasanya
digunakan untuk pengolaan fasilitas kota. Contoh aplikasinya adalah
penempatan pipa dan kabel bawah tanah, perencanaan fasilitas perawatan,
pelayanan jaringan telekomunikasi.
B. Sumber Daya Alam: studi kelayakan untuk tanaman pertanian,
pengelolaan hutan, perencanaan tataguna lahan, analisis daerah bencana
alam dan analisis dampak lingkungan.
C. Lingkungan: pencemaran sungai, danau, laut, evaluasi pengendapan
lumpur disekitar sungai, danau atau laut, pemodelan pencemaran udara,
dll.
D. Perencanaan: pemukiman transmigrasi, tata ruang wilayah, tata kota,
relokasi industri, pasar, pemukiman, dll.
E. Ekonomi dan bisnis: penentuan lokasi bisnis yang prospektif untuk
bank, pasar swalayan, mesin ATM, show room, dll.
F. Kependudukan : penyediaan informasi kependudukan, pemilihan umum,
dll
G. Transportasi: inventarisasi jaringan (seperti jalur angkutan umum),
analisis rawan kemacetan dan kecelakaan, manajemen transit perencanaan
rute, dll.
15
II.3. ArcGIS GeoEvent Extension
ArcGIS GeoEvent Extension for Server adalah perluasan untuk ArcGIS Server.
Ini memperluas kemampuan ArcGIS Server, memungkinkan real-time berbasis event
data stream untuk diintegrasikan sebagai sumber data dalam GIS. Data acara dapat
disaring, diproses, dan dikirim ke beberapa tujuan, yang memungkinkan untuk
terhubung dengan hampir semua jenis data streaming dan personil otomatis peringatan
ketika kondisi tertentu terjadi, semua secara real-time.Arcgis Geoevent extension
adalah sebuah platform dari ESRI yang berbasis server. GeoEvent yang terdiri dari 3
menu utama yaitu Services, Site, dan Logs. Menu services berisi Monitor, Inputs,
GeoEvent Services, dan Outputs. Menu Site berisi GeoEvent Definitions, Tags,
Geofences, Connectors, Configuration Stores, Data Stores, dan Spatiotemporal Big
Data Store.
16
Pada bagian input di gunakkan untuk menghubungkan beberapa
extension/format yang di jadikan sebagai penghubung data yang akan di input.
Sedangkan pada output sama halnya dengan input, untuk GeoEvent services berbeda
dengan input dan output. Selain sebagai penghubung antara input dan output, GeoEvent
Services digunakkan sebagai processing data input sehingga dapat di proses dan
menghasilkan data output sesuai output connector yang telah ditentukan.
Selain input, output dan GeoEvent services ada juga GeoEvent Definition yang
berfungsi sebagai pemberi definisi data yang akan di inputkan dan juga data bentuk
output. Untuk extension data yang berupa feature services juga perlu di importkan
kedalam GeoEvent definition agar hasil output connector dapat terhubung dengan hasil
feature services yang di inginkan. Monitor berfungsi untuk menampilkan count/ jumlah
dari banyaknya point dalam file input TCP yang dihubungkan dengan Processor dan
Output connector, dimana apabila terjadi kesalahan processing maka count pada salah
satu pada fitur tersebut atau semua fitur tidak akan muncul atau tetap bernilai 0.
17
II.4 GeoEvent Simulator
GeoEvent Simulator adalah software yang di keluarkan oleh ESRI dan
merupakan bagian atau satu kesatuan dari GeoEvent Extension. Fungsinya adalah untuk
menjalankan services pada GeoEvent Extension agar dapat berjalan. Namun pada
GeoEvent Simulator ada beberapa hal yang atau unsur yang harus di perhatikan. Karena
GeoEvent Simulator Berorientasi Server sama halnya dengan GeoEvent Extention maka
untuk menghubungkan antara GeoEvent Simulator dan GeoEvent Extension di perlukan
lokasi server yang sama. Selanjutnya apabila telah dihubungkan semisal
menggunakkan server localhost yang berarti GeoEvent Extension dan GeoEvent
Simulator berada pada local mesin maka port yang di masukkan dalam input connector
pada GeoEvent Extension dan GeoEvent Simulator haru sama. Agar GeoEvent
Simulator dapat di gunakkan untuk menjalankan services pada Geoevent Extention di
perlukan input. Input ini terdiri dari Koordinat titik longsor, tanggal dan waktu.
19
Gambar 2.12. Operation View (Sumber: www.Arcgis.com)
1. File menu – Akses terhadap detail Open operation view dan akun Operation
View.
2. Tool – Akses Stop dan Start editing pada Operaion View.
3. View menu – Akses terhadap tampilan option meliputi, ukuran teks, warna
tema dan whether optimized.
4. Widget – Untuk Menambah pilihan Data source.
5. Title – Nama dari Operation View.
6. Help icon – Menampilkan Website help Operation View.
7. Information Display - Menampilkan informasi yang dapat dimasukkan dan
memungkin ditata dalam tampilan operasi. Menampilkan (widget) membawa
informasi dari peta, menyediakan akses cepat ke informasi yang dibutuhkan.
Misalnya, jika ingin melihat informasi tentang insiden terbaru, dibutuhkan
beberapa pencarian di peta sejak fitur yang terorganisir secara geografis.
20
Menggunakan daftar diurutkan berdasarkan tanggal untuk segera menemukan
insiden terbaru. Untuk melihat fitur yang sama pada peta, tekan dan tahan atau
klik kanan item dalam daftar untuk membuka menu konteks yang dapat
mencakup tindakan seperti Sorot dan Zoom untuk. Menampilkan menu dalam
contoh meliputi: (a) ringkasan, (b) daftar, dan (c) bar chart. Untuk daftar
lengkap dari tampilan yang ada dan bagaimana dapat Berinteraksi dengan
widget.
8. Map – Menampilkan Data geografis, dapat menampilkan beberapa peta dalam
satu tampilan.
Keterangan :
1. Map tittle (Judul Peta)
21
2. Pop map out icon – Memisahkan peta dari jendela aplikasi utama, yang
memungkinkan untuk menempatkan map tittle di mana saja pada layar atau
layar sekunder.
3. Map toolbar – Map toolbar terdiri dari submenu yang tersedia pada peta.
a) Find Places – Mencari nama lokasi pada peta. Navigasi pada peta akan
mengarahkan pada hasil yang terbaik Dengan membuat catatan berupa
kumpulan hasil yang ditemukan.
b) Basemap – Merubah referensi tampilan dasar peta yang digunakkan
sebagai tampilan belakang peta
c) Bookmarks – Menampilkan keterangan dari pembuat peta.
d) Driving Direction – Untuk menunjukkan arah dari dua lokasi yang
berbeda sehingga di dapat jalur yang dapat di lewati.
e) Layer Filter – Merubah layer yang telah ditetapkan untuk ditampilkan
di Operation View.Layer tersebut ditampilkan dalam peta sesuai
tampilan layer yang telah ditetapkan.
f) Link Maps Extent – Menampilkaan Peta pada Operation view dengan
bentuk dan luasan yang sama.
g) Map Content – Menampilkan data yang ditampilkan pada peta.Map
Content dapat di on atau off kan.
h) Measure – Mengetahui jarak, luasan di peta atau koordinat lokasi pada
peta. Jika mengukur Jarak dapat dilakukan dengan membentuk garis
pada peta, Jika mengukur luasan gambar Polygon pada peta dan jika
mencari koordinat titik maka pilih lokasi yang ingin di cari koordinatnya
dan buatlah titik di atasnya.
i) Select Feature – Untuk memilih Feature yang ingin di tampilkan pada
peta. Feature yang ditampilkan adalah Feature yang dipilih dan di
perbarui sesuai Feature.
j) Clear Feature Selection – Menghilangkan Feature yang di pilih
menggunakkan Select Feature.
22
4. Map Display – Pan dan Zoom untuk merubah tampilan area yangingin di lihat
secara detail. Zoom digunakan untuk memperjelas tampilan gambar menjadi
lebuh dekat atau lebih jauh. Sedangkan
23
: