Disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Whisnu Hadi
Nim : 11409717039
Tingkat : III
Semester : V (Lima)
Nim : 11409717039
Tingkat : IIl
Semester : V (Lima)
Mahasiswa
Whisnu Hadi
Nim 11409717039
Mengetahui
KONSEP TIORI
A. PENGERTIAN
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah
rektum. Keganasan ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis
keganasan yang terbanyak adalah adenoma carsinoma 65%. Kanker
colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar)
atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus).
Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma(kanker yang
dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan
lainnya). Carsinoma Rekti merupakan salah satu penyakit yang terdapat
pada usus besar yang sering mengenai daerah restrosigmoid (Silvia A.
Price,2017). Ca ini banyak tejadi pada sekum mengenai mereka dengan
usia 40-80 th. Jarang terjadi pada usia dibawah 40 th kecuali pada orang
riwayat kalitis ulseratif atau polyposis familial. Selain itu dapat terjadi pada
sekum dan kolon ascendens, kolon tranversa dan fleksura (kemungkinan
paling kecil. (Silvia A. Price, 2017).
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun
makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut.
Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan
lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara
bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu
dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel).
Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian
dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan
meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid,
besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus
sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi
pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering
terjadi pada sekum dan kolon asendens. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke
hati).
Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel
yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal
membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal,
polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal
adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi
dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi
kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.
Tumor dapat menyebar melalui :
a. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria).
b. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon
dan mesokolon.
c. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon
mengalirkan darah balik ke sistem portal.
MK : Gangguan
Pola
defekasi
Kelemahan
Tenesmi Suplai O2
MK : Resiko Gangguan
MK : Gangguan Nutrisi Keseimbangan
(-) Anemia cairan
kebutuhan tubuh
Peningkatan
perdarahan
Obstruksi Nyeri (MK)
Kembung-
Nausea/vomitu
s Penekanan
Ujung Saraf
Adanya fistula
disaluran repro
Perangsang
an pada
lambung Ganggua Ganggua Ganggua
n fs. hati n fs. paru n fs.
ginjal
Organ
terdekat
(lambung) Sal. Limfatik/hematogen
(Ureter)
(Organ repro)
G. PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah
sebagai berikut :
a. Stadium I - 72%
b. Stadium II - 54%
c. Stadium III - 39%
d. Stadium IV - 7%
Lima puluh persen dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat
berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal
lebih sering terjadi pada. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya
pada 2 tahu pertama setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi
terbentuknya rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor,
lokasi, dan kemapuan untuk memperoleh batas - batas negatif tumor.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian cairan IV
2. pengisapan nasogastric
3. Penatalaksanaan bedah
4. kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi
5. kemoterafi yang diberikan 5-flurourasil (5-FU), leukovorin,
5-FU, levamisol, dan leuvocorin.
Penatalaksanaan Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan
2) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak / kolestrol
terutama yang terdapat pada daging hewan.
4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik,
5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir. perutnya terasa
sakit (nyeri).
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip
kolon)
2) Memiliki riwayat merokok, minum alkohol, masalah
TD, perdarahan pada rektal, perubahan feses.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir
2) Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis
3) Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)
4) Klien mengeluh mual, muntah
5) Klien mengeluh tidak puas setelah BAB
6) Klien mengeluh BAB kecil
7) Klien mengeluh BBnya turun
8) Biasanya alopesia,lesi, mual muntah, nyeri ulu hati, perut
begah, pusing
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga dengan Ca. colon/recti
4. Kebutuhan bernafas
Respirasi: Sesak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
5. Kebutuhan nutrisi :
- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi
lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
- Intoleransi makanan
- Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus,
kembung, nyeri abdomen, perut tegang, nyeri tekan pada kuadran
kiri bawah
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Kebutuhan eliminasi :
- Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan
pada defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian.
Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah,
warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau
tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di
rumah sakit sama dengan di rumah.
- Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan
pemeriksaan fisik dengan observasi adanya distensi abdomen,
massa akibat timbunan faeces.
- Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase,
asites, pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila
dan supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan,
lingkar perut, dan colok dubur.
- BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB
kecil seperti feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB,
perubahan pola BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal, BAB ;
oliguria
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi b/d lesi obstruksi
2. Nyeri akut b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
3. Intoleransi aktivitas b/d anemia dan anoreksia
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan
anoreksia
5. Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kanker
6. Kerusakan integritas kulit b/d insisi bedah (abdomen dan perianal),
pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
7. Gangguan citra tubuh b/d kolostomi
8. Risiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Konstipasi NOC NIC
1. Bowel elimination Constipation/Impactio
2. Hydration
n Management
Kriteria Hasil
1. Monitor tanda dan
1. Bentuk feses
gejala konstipasi
lunak dan
2. Monitor bising usus
berbentuk 3. Monitor feses :
2. Nyeri saat
frekuensi,
defekasi
konsistensi, dan
berkurang
volume
3. Darah di dalam
4. Konsultasi dengan
feses tidak ada.
dokter tentang
4. Bebas dari
penurunan dan
ketidaknyamanan
peningkatan bising
dan konstipasi
usus
5. Monitor tanda dan
gejala ruptur
usus/peritonitis
6. Jelaskan etiologi
dan rasionalisasi
tindakan terhadap
pasien
7. Identifikasi faktor
penyebab dan
kontribusi konstipasi
8. Dukung intake
cairan
9. Kolaborasikan
pemberian laksatif
10. Pantau tanda dan
gejala impaksi
11. Pantau gerakan
usus, termasuk
konsistensi,
frekuensi, bentuk,
volume, dan warna
12. Susun jadwal ke
toilet
13. Dorong peningkatan
asupan cairan,
kecuali
dikontraindikasikan
14. Evaluasi profil obat
untuk efek samping
gastrointestinal
15. Anjurkan pasien
atau keluarga untuk
mencatat warna,
volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
16. Ajarkan
pasien/keluarga
bagaimana untuk
menjaga buku
harian makanan
17. Anjurkan
pasien/keluarga
untuk diet tinggi
serat
18. Anjurkan
pasien/keluarga
pada penggunaan
yang tepat dari obat
pencahar
19. Anjurkan
pasien/keluarga
pada hubungan
asupan diet,
olahraga, dan
cairan
sembelit/impaksi
20. Sarankan pasien
untuk berkonsultasi
dengan dokter jika
sembelit atau
impaksi terus ada
21. Informasikan pasien
prosedur
penghapusan
manual dari tinja,
jika perlu
22. Lepaskan impaksi
tinja secara manual,
jika perlu
23. Timbang pasien
secara teratur
24. Ajarkan
pasien/keluarga
tentang proses
pencernaan yang
normal
25. Ajarkan
pasien/keluarga
tentang kerngka
waktu untuk resolusi
sembelit
2. Nyeri akut NOC NIC
1. Pain Level
Pain Management
2. Pain Control
3. Comfort Level 1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
Kriteria Hasil :
1. Mampu komprehensif
mengontrol nyeri termasuk lokasi,
(tahu penyebab karakterisitik,
nyeri, mampu durasi, frekuensi,
menggunakan kualitas dari faktor
teknik presipitasi
2. Kaji kultur yang
nonfarmakologi
mempengaruhi
untuk mengurangi
respon nyeri
nyeri, mencari
3. Evaluasi
bantuan)
pengalaman nyeri
2. Melaporkan
masa lampau
bahwa nyeri
4. Evaluasi bersama
berkurang dengan
pasien dan tim
menggunakan
kesehatan lain
manajemen nyeri
tentang
3. Mampu mengenali
ketidakefektifan
nyeri (skala,
kontrol nyeri masa
intensitas,
lampau
frekuensi, dan
5. Kontrol lingkungan
tanda nyeri)
yang dapat
4. Menyatakan rasa
mempengaruhi
nyaman setelah
nyeri seperti suhu
nyeri berkurang
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi,
dan interpersonal)
8. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
9. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
10. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
11. Tingkatkan istirahat
12. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
13. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analagesic
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan
frekuensi.
3. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
4. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
5. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal.
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
7. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali.
8. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala.
3. Intoleransi NOC Activity Therapy:
aktivitas 1. Energy 1. Kolaborasikan
Conservation dengan Tenaga
2. Activity Tolerance Rehabilitas Medik
3. Self Care : ADLs dalam
merencanakan
Kriteria Hasil : program terapi
1. Berpartisipasi yang tepat
2. Bantu klien untuk
dalam aktivitas
mengidentifikasi
fisik tanpa disertai
aktifitas yang
peningkatan
mampu dilakukan
tekanan darah,
3. Bantu untuk
nadi dan RR
mengidentifikasi
2. Mampu
dan mendapatkan
melakukan
sumber yang
aktivitas sehari-
diperlukan untuk
hari (ADLs)
aktivitas yang
secara mandiri
diinginkan
3. Tanda-tanda vital 4. Bantu untuk
normal mendapat alat
4. Energy bantu aktivitas
psikomotor seperti kursi roda,
5. Level kelemahan krek
5. Bantu untuk
6. Mampu berpindah
mengidentifikasi
: dengan atau
kekurangan dalam
tanpa bantuan
beraktivitas
alat
6. Bantu pasien untuk
7. Status
mengembankan
kardiopulmunari
motivasi diri dan
adekuat
penguatan
8. Sirkulasi status 7. Monitor respon
baik fisik, emosi, sosial
9. Status respirasi: dan spiritual
pertukaran gas
dan ventilasi
adekuat
4. Ketidakseimban NOC NIC
gan nutrisi : 1. Nutritional Status : Nutrition Management
kurang dari Food and Fluid 1. Kaji adanya
kebutuhan tubuh Intake alergi makanan
2. Nutritional Status : 2. Kolaborasi
Nutrient Intake dengan ahli gizi
3. Weight Control untuk
menentukan
Kriteria Hasil : jumlah kalori dan
1. Adanya nutrisi yang
peningkatan berat dibutuhkan
badan sesuai pasien
dengan tujuan 3. Anjurkan pasien
2. Berat badan ideal untuk
sesuai dengan meningkatkan
tinggi badan intake Fe
3. Mampu 4. Anjurkan pasien
mengidentifikasi untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan
4. Tidak ada tanda- protein dan
tanda malnutrisi vitamin C
5. Menunjukkan 5. Berikan
peningkatan substansi gula
fungsi 6. Yakinkan diet
pengecapan dari yang dimakan
menelan mengandung
6. Tidak terjadi tinggi serat untuk
penurunan berat mencegah
badan yang konstipasi
berarti 7. Ajarkan pasien
bagimana
membuat catatan
makanan harian
8. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9. Berikan informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
10. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Management
1. Monitor BB
pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama
makan
5. Monitor
lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah
10. Monitor mual,
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori
dan intake nutrisi
15. Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
5. Ansietas NOC Anxiety Reduction
1. Anxiety Self- (penurunan
control kecemasan)
2. Anxiety Level 1. Gunakan
3. Coping pendekatan yang
menenangkan.
Kriteria Hasil : 2. Pahami perspektif
1. Klien mampu pasien terhadap
mengidentifikasi situasi stres.
dan 3. Temani pasien
mengungkapkan untuk memberikan
gejala cemas. keamanan dan
2. Mengidentifikasi, mengurangi takut.
mengungkapkan, 4. Identifikasi tingkat
dan kecemasan.
menunjukkan 5. Dorong pasien
teknik untuk untuk
mengontrol mengungkapkan
cemas. perasaan,
3. Vital sign dalam ketakutan,
batas normal. persepsi.
4. Postur tubuh, 6. Instruksikan psien
ekspresi wajah, menggunakan
bahasa tubuh teknik relaksasi.
dan tingkat 7. Berikan obat untuk
aktivitas mengurangi
menunjukkan kecemasan.
berkurangnya
kecemasan.
6. Kerusakan 1. Tissue Integrity : NIC
integritas kulit Skin and Mucous Pressure Management
Membranes 1. Anjurkan pasien
2. Hemodyalis Akses untuk
menggunakan
Kriteria Hasil : pakaian yang
1. Integritas kulit longgar
yang baik bisa 2. Jaga kebersihan
dipertahankan kulit agar tetap
(sensasi, bersih dan kering
elastisitas, 3. Mobilisasi pasien
temperature, (ubah posisi
hidrasi,pigmentasi pasien) setiap dua
) jam sekali
2. Tidak ada luka/ 4. Monitor kulit akan
lesi pada kulit adanya kemerahan
3. Perfusi jaringan 5. Oleskan lotion atau
baik minyak /baby oil
4. Menunjukan pada daerah yang
pemahaman tertekan
dalam proses 6. Monitor aktivitas
perbaikan kulit dan mobilisasi
dan mencegah pasien
terjadinya sedera 7. Monitor status
berulang nutrisi pasien
5. Mampu 8. Mandikan pasien
melindungi kulit dengan sabun dan
dan air hangat
mempertahankan
kelembapan kulit Insision site care
dan perawatan 1. Bersihkan,
alami pantau,dan
tingkatkan proses
penyembuhan
pada luka yang
ditutup dengan
jahitan , klip atau
straples
2. Monitor proses
kesembuhan area
insisi
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
4. Bersihkan area
sekitar jahitan atau
staples,
menggunakan lidi
kapas steril
5. Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
6. Ganti balutan pada
interval waktu
yang sesuai atau
biarkan luka tetap
terbuka (tidak
dibalut ) sesuai
program.
Hipovolemia
Management
1. Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
2. Monitor tingkat
Hb dan
hematokrit
3. Monitor tanda
vital
4. Monitor respons
pasien terhadap
penambahan
cairan
5. Monitor berat
badan
6. Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
7. Pemberian
cairan IV
8. Monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan
volume cairan
9. Monitor adanya
tanda gagal
ginjal
D. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap
setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai
dengan tujuan dan criteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA