27 Februari 2019
PERPAJAKAN 1
DASAR – DASAR PERPAJAKAN
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Tak lupa juga kami
ucapkan banyak terimaksih kepada Ibu Merida S,.E, M,Ak. Selaku dosen
pengampu Mata kuliah Perpajakan 1 sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Perpajakan yang berjudul “DASAR – DASAR PERPAJAKAN ini dengan baik.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 14
3.2 SARAN ............................................................................................................... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan
untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan
kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sulitnya negara
melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib pajak yang tidak patuh
dalam membayar pajak merupakan suatu tantangan tersendiri. Pemerintah telah
memberikan kelonggaran dengan memberikan peringatan terlebih dahulu melalui
Surat Pemberitahuan Pajak (SPP). Akan tetapi, tetap saja banyak wajib pajak yang
lalai untuk membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari
kewajiban tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang dapat
memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum. Salah
satu mekanisme tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan. Keberadaan
lembaga ini masih kontroversial. Beberapa kalangan beranggapan bahwa
pemberlakuan lembaga paksa badan merupakan hal yang berlebihan. Di lain
pihak, muncul pula pendapat bahwa lembaga ini diperlukan untuk memberikan
efek jera yang potensial dalam menghadapi wajib pajak yang kurang patuh.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Hukum Pajak Materiil Dan Hukum Pajak Formil?
2. Bagaimana Pengelompokan Pajak?
3. Bagaimana Tata Cara Pemungutan Pajak?
4. Bagaimana Timbul Dan Hapusnya Utang Pajak?
5. Apa Itu Tarif Pajak?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.1 PENGELOM
POKAN
PAJAK
1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung
Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat di
bebankan atau dilimpahkan kepada orang lai. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung
Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebenkan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memerhatikan keadaan diri
Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
7
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas:
1) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
2) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Hiburan.
8
Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode
(setelah penghasilan riil diketahui). Pemungutan pajak baru bisa dilakukan
pada akhir tahun pajak atau periode pajak. Padahal pemerintahan
membutuhkan penerimaan pajak untuk membiayai pengeluaran sepanjang
tahun dan tidak hanya pada akhir tahun saja.
c. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan.
Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian
pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut
anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil
kelebihannya dapat diminta kembali.
9
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili ( Asas Tempat Tinggal )
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Pengenaan pajak
dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di
Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang
bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku bagi Wajib Pajak luar negeri.
10
Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak
sendiri.
2) Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. Withholding System
Withholding System dalah suatu system pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk memposing atau memungut pajak yang terutang oleh wajib
pajak. Ciri-ciri wewenang memotong atau memungut yang terutang pada pihak
ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan wajib pajak.
11
2. Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan apabila wajib pajak memiliki kelebihan
dalam membayar pajak. Kelebihan ini dapat digunakan untuk membayar
pajak lainnya yang terutang.
3. Daluwarsa
Utang pajak dapat dihapuskan apabila telah lewat jangka waktu
berlakunya sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang. Dalam hal
ini, kedaluwarsa yang dimaksud adalah kedaluwarsa penagihan pajak.
4. Pembebasaan
Utang pajak dapat hilang karena ditiadakan. Pembebasan di sini tidak
benar-benar menghilangkan pokok utang pajak, melainkan meniadakan
sanksi administratif terkait utang pajak.
5. Penghapusan
Hilangnya utang pajak dapat dilakukan dengan cara penghapusan.
Penghapusan utang pajak hampir sama dengan pembebasan utang pajak.
Namun, penghapusan utang pajak dilakukan karena kondisi tertentu dari
wajib pajak, misalnya kondisi keuangan wajib pajak yang tidak
memungkinkan untuk membayar utang pajak.
12
a. Tax Avoidance: Usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
undang-undang.
b. Tax Evasion : Usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang -undang (menggelapkan pajak).
3. Tarif Progresif
Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang di kenai pajak
semakin besar.
Contoh: Pasal 17 undang-undang pajak penghasilan untuk wajib pajak orang
pribadi dalam negri.
13
Di atas Rp.25.000.000,- s.d Rp. 500.000.000,- 25%
Di atas Rp.500.000.000,- 30%
4. Tarif Degresif
Presentase tarif yang di gunakan bila jumlah yang di kenai semakin besar. Tarif
pajak degresif adalah tari pajak akan semakin naik sebanding dengan naiknya
dasar pengenaan pajak.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak
adalah pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan sumber dana untuk
pembangunan. Selain itu pajak berbeda dengan retribusi dan sumbangan. Dalam
penetapan besaran pajak harus sesuai dengan pancasila. Pajak sendiri memiliki
banyak jenis dan asas yang digunakan pun beraneka ragam. Tarif pajak berbeda
tergantung dasar yang digunakan. Selain itu pemerintah telah memberikan batasan
14
segala hal yang berkaitan dengan pajak di dalam UU perpajakan nasional yang
merupakan modernisasi dari UU pajak jaman kolonial. Untuk menarik pajak yang
ada di luar negeri pemerintah melakukan kerja sama dengan negara lain dalam
perpajakan yang lazim diebut perjanjian traktat, yang hal tersebut diatur dalam
HUKUM PAJAK INTERNASIONAL.
3.2 SARAN
Setelah mempelajari materi ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan dapat terus berjalan
DAFTAR PUSTAKA
15
16