Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

27 Februari 2019
PERPAJAKAN 1
DASAR – DASAR PERPAJAKAN

Dosen : MERIDA S,.E, M,AK.

Di Susun Oleh Kelompok 2

 Oka Oktafian 1716220077


 Ermawati 1716220097
 Miranti 1716220087
 Kris Dea Agasi 1716220088
 Desi Febrianti 1716220057
 Nelci Sean 1716220114
 Dia Metrianti 1716220064

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI 6224G/H/SH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


PUTRA PERDANA INDONESIA
Jl. Citra Raya Utama Barat No. 27, Kecamatan Cikupa,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten 15710
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Tak lupa juga kami
ucapkan banyak terimaksih kepada Ibu Merida S,.E, M,Ak. Selaku dosen
pengampu Mata kuliah Perpajakan 1 sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Perpajakan yang berjudul “DASAR – DASAR PERPAJAKAN ini dengan baik.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Tangerang, 27 FEBRUARI 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 0


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 5
1.3 TUJUAN MASALAH .............................................................................................. 5
BAB II................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
2.1 HUKUM PAJAK MATERIIL DAN HUKUM PAJAK FORMIL ........................... 6
1. Hukum Pajak Materiil ......................................................................................... 6
2. Hukum Pajak Formil ........................................................................................... 6
2.2 TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK ................................................................. 8
1. Stelsel Pajak ............................................................................................................ 8
2. Asas Pemungutan Pajak ........................................................................................ 10
3. Sistem Pemungutan Pajak ..................................................................................... 10
2.3 TIMBUL DAN HAPUSNYA HUTANG PAJAK.................................................. 11
1. Ajaran formil ..................................................................................................... 11
2. Ajaran materiil .................................................................................................. 11
2.4 HAMBATAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK ..................................................... 12
1. Perlawanan Pasif ............................................................................................... 12
2. Perlawanan Aktif .............................................................................................. 12
2.5 TARIF PAJAK........................................................................................................ 13
1. Tarif Sebanding / Proporsional ......................................................................... 13
2. Tarif Tetap ........................................................................................................ 13
3. Tarif Progresif ................................................................................................... 13
4. Tarif Degresif .................................................................................................... 14
BAB III ............................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................ 14

2
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 14
3.2 SARAN ............................................................................................................... 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan
untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan
kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sulitnya negara
melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib pajak yang tidak patuh
dalam membayar pajak merupakan suatu tantangan tersendiri. Pemerintah telah
memberikan kelonggaran dengan memberikan peringatan terlebih dahulu melalui
Surat Pemberitahuan Pajak (SPP). Akan tetapi, tetap saja banyak wajib pajak yang
lalai untuk membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari
kewajiban tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang dapat
memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum. Salah
satu mekanisme tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan. Keberadaan
lembaga ini masih kontroversial. Beberapa kalangan beranggapan bahwa
pemberlakuan lembaga paksa badan merupakan hal yang berlebihan. Di lain
pihak, muncul pula pendapat bahwa lembaga ini diperlukan untuk memberikan
efek jera yang potensial dalam menghadapi wajib pajak yang kurang patuh.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Hukum Pajak Materiil Dan Hukum Pajak Formil?
2. Bagaimana Pengelompokan Pajak?
3. Bagaimana Tata Cara Pemungutan Pajak?
4. Bagaimana Timbul Dan Hapusnya Utang Pajak?
5. Apa Itu Tarif Pajak?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Untuk Mengetahui Bagaimana Hukum Pajak Materiil Dan Hukum Pajak
Formil
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengelompokan Pajak
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Tata Cara Pemungutan Pajak
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Timbul Dan Hapusnya Utang Pajak
5. Untuk Mengetahui Apa Itu Tarif Pajak

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HUKUM PAJAK MATERIIL DAN HUKUM PAJAK FORMIL

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut


pajak dengan rakyat sebgai wajib pajak. Ada 2 macam Hukum Pajak, yaitu:
1. Hukum Pajak Materiil
Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan perbuatan, antara lain
peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak
(subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu
tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hokum antara pemerintah
dengan Wajib Pajak.
Contoh : Undang-Undang Pajak Penghasilan

2. Hukum Pajak Formil


Memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan
(cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat, antara lain:
a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) suatu utang pajak
b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak
mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
c. Kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan,
dan hak-hak Wajib Pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.
Contoh: Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

6
2.1 PENGELOM
POKAN
PAJAK

1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung
Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat di
bebankan atau dilimpahkan kepada orang lai. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung
Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebenkan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memerhatikan keadaan diri
Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.

7
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas:
1) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
2) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Hiburan.

2.2 TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


1. Stelsel Pajak
Stelsel Pajak adalah suatu sistem yang digunakan untuk
memperhitungkan pajak yang harus kita bayarkan. Pemungutan pajak didasarkan
pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutan yang baru dapat
dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya
diketahui. Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
a. Stelsel Nyata ( Riel Stelsel )
Pengenaan pajak didasakan pada objek ( penghasilan yang nyata ), sehingga
pemungutannnya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan
atau dan kekurangan.
 Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang di kenakan lebih realistis. Besarnya
pajak yang dipungut sesuai dengan besaran pajak yang sesungguhnya
terutang karena pemungutan pajak dilakukan setelah tutup buku, sehingga
penghasilan yang sesungguhnya telah diketahui.

8
 Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode
(setelah penghasilan riil diketahui). Pemungutan pajak baru bisa dilakukan
pada akhir tahun pajak atau periode pajak. Padahal pemerintahan
membutuhkan penerimaan pajak untuk membiayai pengeluaran sepanjang
tahun dan tidak hanya pada akhir tahun saja.

b. Stelsel Anggapan ( Fictieve Stelsel )


Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-
undang. Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya
pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
 Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan,
tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Pemungutan pajak sudah bisa
dilakukan diawal tahun pajak, karena berdasarkan suatu anggapan,
sehingga penerimaan pajak oleh pemerintah untuk membiayai
pengeluaran sepanjang tahun dan tidak hanya pada akhir tahun.

 kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan


yang sesungguhnya. Besarnya pajak belum tentu sesuai dengan besar
pajak yang sesungguhnya terutang karena pemungutan pajak dilakukan
berdasarkan suatu anggapan, bukan dari penghasilan yang sesungguhnya.

c. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan.
Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian
pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut
anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil
kelebihannya dapat diminta kembali.

9
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili ( Asas Tempat Tinggal )
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Pengenaan pajak
dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di
Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang
bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku bagi Wajib Pajak luar negeri.

3. Sistem Pemungutan Pajak


a. Official Assessment System
Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberika
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutama ada pada fiskus
2) Wajib Pajak bersifat pasif
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
b. Self Assessment System
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan
wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.

10
Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak
sendiri.
2) Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. Withholding System
Withholding System dalah suatu system pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk memposing atau memungut pajak yang terutang oleh wajib
pajak. Ciri-ciri wewenang memotong atau memungut yang terutang pada pihak
ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.3 TIMBUL DAN HAPUSNYA HUTANG PAJAK


Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak
1. Ajaran formil
Utang pajak timbul karena di keluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Ajaran ini di terapkan pada official assement system.
2. Ajaran materiil
Utang pajak timbul karna berlakunya undang undang. Seseorang di kenai pajak
karna suatu keadaan dan perbuataan. Ajaran ini di terapkan kepada self
assessment system.
Hapusnya utang pajak dapat di sebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut;
1. Pembayaraan
Utang pajak dapat dihilangkan dengan cara wajib pajak atau penanggung
pajak membayar utang pajaknya kepada negara. Berdasarkan penjelasan
tersebut, utang pajak dapat dibayar oleh pihak lain yang bukan merupakan
wajib pajak.

11
2. Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan apabila wajib pajak memiliki kelebihan
dalam membayar pajak. Kelebihan ini dapat digunakan untuk membayar
pajak lainnya yang terutang.

3. Daluwarsa
Utang pajak dapat dihapuskan apabila telah lewat jangka waktu
berlakunya sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang. Dalam hal
ini, kedaluwarsa yang dimaksud adalah kedaluwarsa penagihan pajak.

4. Pembebasaan
Utang pajak dapat hilang karena ditiadakan. Pembebasan di sini tidak
benar-benar menghilangkan pokok utang pajak, melainkan meniadakan
sanksi administratif terkait utang pajak.

5. Penghapusan
Hilangnya utang pajak dapat dilakukan dengan cara penghapusan.
Penghapusan utang pajak hampir sama dengan pembebasan utang pajak.
Namun, penghapusan utang pajak dilakukan karena kondisi tertentu dari
wajib pajak, misalnya kondisi keuangan wajib pajak yang tidak
memungkinkan untuk membayar utang pajak.

2.4 HAMBATAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK


Hambatan dan pemungtan pajak dapat di kelompokan menjadi;
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak yang dapat di sebabkan oleh:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang (mungkin)sulit di pahami oleh masyarakat.
c. System kontrol tidak dapat di lakukan atau di laksanakan dengan baik.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang di lakukan oleh wajib
pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain:

12
a. Tax Avoidance: Usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
undang-undang.
b. Tax Evasion : Usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang -undang (menggelapkan pajak).

2.5 TARIF PAJAK


Ada empat macam tarif pajak :
1. Tarif Sebanding / Proporsional
Tarif berupa presentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang di kenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
di kenai pajak.
Contoh: Untuk penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean akan di
kenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10%
2. 2. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang di kenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
Contoh: Besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal
berapapun adalah Rp.3.000,-

3. Tarif Progresif
Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang di kenai pajak
semakin besar.
Contoh: Pasal 17 undang-undang pajak penghasilan untuk wajib pajak orang
pribadi dalam negri.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tariff Pajak


Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%
Di atas Rp. 50.000.000,- s.d Rp. 25.000.000,- 15%

13
Di atas Rp.25.000.000,- s.d Rp. 500.000.000,- 25%
Di atas Rp.500.000.000,- 30%

Menurut kenaikan presentase tarifnya, tarif progresif di bagi menjadi:


a. Tarif progresif progresif : kenaikan presentase semakin besar.
b. Tariff progresif tetap : kenaikan presentase tetap.
c. Tariff progresif degresif : kenaikan presentase semakin kecil.

4. Tarif Degresif
Presentase tarif yang di gunakan bila jumlah yang di kenai semakin besar. Tarif
pajak degresif adalah tari pajak akan semakin naik sebanding dengan naiknya
dasar pengenaan pajak.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak
adalah pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan sumber dana untuk
pembangunan. Selain itu pajak berbeda dengan retribusi dan sumbangan. Dalam
penetapan besaran pajak harus sesuai dengan pancasila. Pajak sendiri memiliki
banyak jenis dan asas yang digunakan pun beraneka ragam. Tarif pajak berbeda
tergantung dasar yang digunakan. Selain itu pemerintah telah memberikan batasan

14
segala hal yang berkaitan dengan pajak di dalam UU perpajakan nasional yang
merupakan modernisasi dari UU pajak jaman kolonial. Untuk menarik pajak yang
ada di luar negeri pemerintah melakukan kerja sama dengan negara lain dalam
perpajakan yang lazim diebut perjanjian traktat, yang hal tersebut diatur dalam
HUKUM PAJAK INTERNASIONAL.

3.2 SARAN
Setelah mempelajari materi ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan dapat terus berjalan

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., AK PERPAJAKAN Edisi Terbaru 2018


http://ratnaariani.blogspot.com/2015/03/makalah-dasar-perpajakan.html
https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/20/pengertian-dasar-perpajakan-
makalah-sederhana-perpajakan/

15
16

Anda mungkin juga menyukai