Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota

vol. II, no.7 , hlm. 18-25, Juni 2017


DOI: 10.5614/jpwk.2017.II.06.article

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Kampung Kota


Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman (Studi Kasus: Kampung
Bandung Kidul dan Kampung Kreatif Dago Pojok)

Ade Wahyudi1 dan Iwan Kustiwan2

Abstrak. Tingginya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk menjadi faktor utama munculnya
permukiman informal di kawasan perkotaan. Masyarakat yang berpenghasilan rendah cenderung
terperangkap dan tidak memiliki kemampuan dan kapasitas yang cukup untuk mengakses
permukiman formal sehingga mereka hanya bisa menempati suatu kawasan yang dinamakan
dengan kampung kota. Lokasi kampung kota yang strategis yaitu di pusat kota membuat kawasan
perkotaan menjadi semakin padat dan tidak mampu mengakomodir segala kebutuhan dan
pelayanan kepada masyarakat di kawasan perkotaan, terutama dalam hal penyediaan perumahan.
Sehingga, hal ini memicu terjadinya kemerosotan lingkungan permukiman. Disamping itu, pada
umumnya dalam penyediaan perumahan (Housing Delivery System) dibangun secara individu
(self planned) dengan keterbatasan yang dimiliki masyarakat kampung kota. Maka dari itu,
diperlukan bukan hanya peran dari pemerintah dan pengembang saja dalam proses pembangunan
perumahan, namun lebih diutamakan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman agar berbagai program yang dilaksanakan tidak mengalami hambatan
dan mencapai keberlanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat kampung kota dalam meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman. Hasilnya menunjukkan bahwa Faktor yang paling mempengaruhi
tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Bandung Kidul dalam tahap persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan manfaat adalah pendidikan. Artinya, semakin tinggi pendidikan warga
kampung maka akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi mereka karena mereka telah memiliki
pengetahuan dan wawasan dalam menjaga dan merawat lingkungan permukiman, sehingga
mereka akan berupaya untuk membuat kondisi lingkungan permukiman yang nyaman, sehat dan
bersih. Sementara faktor yang paling mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat di Kampung
Kreatif Dago Pojok adalah jumlah anggota keluarga. Artinya, semakin sedikit jumlah anggota
keluarga, maka akan semakin bersih lingkungan permukiman, hal ini dikarenakan luas rata-rata
rumah yang berkisar antara 100-150m2, sementara rumah dihuni oleh 4-6 orang sehingga hal ini
membuat kondisi rumah menjadi padat, sesak dan tidak teratur. Strategi pemberdayaan
masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yaitu dengan Bina Sosial
dengan meningkatkan kemampuan dan kesadaran warga dalam meningkatkan kualitas
lingkungan melalui pelatihan dan pembinaan hidup sehat, bina ekonomi dengan meningkatkan
kesejahteraan dan pendapatan warga kampung dalam mencari peluang usaha dan kerjasama
dengan pihak swasta, bina lingkungan dengan meningkatkan kualitas sarana, prasarana dan
sanitasi lingkungan terkait kebersihan, keindahan, kenyamanan dan keteraturan, bina
kelembagaan dengan meningkatkan dan memperkuat peran dan tanggung jawab tokoh
masyarakat untuk membuat gerakan peduli lingkungan dalam mewujdukan lingkungan
permukiman yang sehat dan layak huni.

Kata kunci : partisipasi, pemberdayaan, kampung kota, kualitas lingkungan permukiman

ISSN 0853-9847print/ 2442-3866 online © 2017 ITB, ASPI dan IAP


2 Ade Wahyudi1 dan Iwan Kustiwan1

Abstract. The increasing number of population’s growth become the main factors causing the
informal settlement existed in the urban area. Most of low income people trapped and didn’t have
enough capability and capacity to have accessed to a formal settlement the stayed in Urban
Kampong. Urban Kampong strategically located in the heart city and made the city became more
congestion, crowded and couldn’t accommodate and served the needs of people in the city
appropriately, particularly in housing provision. This conditions triggered declining of human
settlement. On the other hand, majority in housing delivery system in Indonesia administrated by
self planned which has limited access to resources. As a result, it is not only takes the role from
Government and Developer in Housing Development but also on the top of them is a human
participations to make sure that all the program achieves sustainability. This research aims to
analyze the factors affecting the level of citizen’s participation in increasing of human settlement
quality. The result showed that the main factors affected the level of citizen’s participation in
Prepadness, Planning, Implementation and Evaluation stage in Kampong Bandung Kidul was the
level of education. This means that the higher level of citizen’s education, the more attention they
would be due to increase the human settlement quality. Therefore, the higher level of citizen’s
education, the more insight and knowledge would be applied to maintain and protect the human
settlement quality. The dominat factors affected the level of citizen’s participation in Prepadness,
Planning, Implementation and Evaluation stage in Kampong Creative Dago Pojok was the size
of family. This means that the less of family’s size, the more tidy of human settlement due to the
small of housing area between 100-150 per square meter and it had occupied by more than 5
person per house. This conditions obviously made the settlement more crowded, untidy, and
wasn’t healthy. The empowerment strategy has to be applied to raise the human settlement quality
by using Tribina Analysis. There are Social Empowerment which has to be implemented to
improve and stimulous the capacity, capability, desires, chances, cooperation and coordination
among citizen, Economy Empowerment to strengthen the local economy, business opportunity
and boost of human well being, Environmental Empowerment to create healthier air, aesthetic,
convenience, cleanliness, and Organization Empowerment to raise the role and responsibility of
a head kampong to set up and manage the citizens to create a better human settelement quality.

Keywords : participation, empowerment, urban kampong, human settlement quality


Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Kampung Kota 3
Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman
(Studi Kasus: Kampung Bandung Kidul & Kampung Kreatif Dago Pojok)

Pendahuluan
Peningkatan jumlah penduduk di kawasan perkotaan mengakibatkan pesatnya perkembangan
kegiatan suatu kota dan sekaligus memicu terjadinya kemerosotan lingkungan permukiman, tidak
efisiensinya penggunaan tanah pada kawasan pusat kota, dan yang lebih buruk lagi yaitu
terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman. Hal ini dikarenakan keadaan/kehidupan
yang terus berkembang sementara kebutuhan akan permukiman mutlak harus dipenuhi. Sehingga,
masyarakat yang berpendapatan rendah cenderung untuk membangun permukiman secara
individu dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Akibatnya, lingkungan hunian mereka
termasuk kedalam lingkungan hunian yang tidak sehat dan tidak layak huni. Hal tersebut
membuat permasalahan permukiman menjadi semakin kompleks dan pelik karena terjadi
kecendrungan bahwa masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam membangun suatu
permukiman cenderung mengelompok (aglomerasi) dan membentuk suatu kawasan tersendiri
yang berada di pusat kota yang disebut dengan kampung kota. Lokasi kampung kota yang
strategis di pusat kota, namun pada saat yang sama terjadi penurunan kualitas lingkungan
permukiman yang disebabkan karena keterbatasan dari masyarakat. Disamping itu, terjadi
kecendrungan bahwa sistem pengadaan perumahan (Housing Delivery System) di Indonesia lebih
banyak dilakukan oleh individu (Self organized). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dijelaskan bahwa agar masyarakat luas bersedia
dan mampu berperan serta dalam kegiatan pembangunan rumah dan lingkungan permukiman agar
terciptanya kondisi lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni. Sehingga, bukan hanya
peran dari Pemerintah dan Pengembang saja yang diperlukan dalam pembangunan perumahan,
namun lebih ditekankan kepada peran serta dan keterlibatan masyarakat agar berbagai program
yang dijalankan pemerintah tersebut berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

Tulisan ini terdiri dari tiga bagian besar. Pertama menguraikan tentang latar belakang penelitian.
Bagian kedua menjelaskan kajian teoretis kampung kota. Bagian ketiga menjelaskan tentang
faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman.

Kajian Teoretis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat


Kampung Kota dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman

Pada bagian ini menjelaskan tentang tinjauan teoretis dan studi literatur mengenai faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman.

Pengertian Kampung Kota

Menurut Sujarto (1990) menjelaskan bahwa Kampung kota merupakan suatu lingkungan tempat
tinggal yang berkepadatan tinggi, terdiri atas kumpulan rumah dengan konstruksi bangunan
temporer atau semi permanen, tanpa halaman cukup, serta prasarana fisik lingkungan yang kurang
memadai. Menurut Abrams, (1996; Turner, 1972) Kampung kota merupakan kawasan
permukiman kumuh dengan penyediaan sarana umum yang sangat buruk atau tidak ada sama
sekali. Seringkali kawasan ini disebut sebagai slum atau squater. Sedangkan menurut Ever (1985),
kampung kota merupakan suatu desa yang masih asli dan bersifat tradisional yang akan
berkembang dan melebur menjadi bagian kota tetapi masih mempertahankan ciri-ciri desa.
Sedangkan menurut Kamus Tata Ruang menjelaskan kampung kota merupakan Kampung kota
adalah kelompok perumahan yang merupakan bagian dari kota, memiliki kepadatan penduduk
4 Ade Wahyudi1 dan Iwan Kustiwan1

yang tinggi, kurang sarana dan prasarana, tidak ada luasan tertentu, lebih besar dari kelurahan,
mengandung arti perumahan yang dibangun secara tidak formal.

Ciri-Ciri Permukiman Kampung Kota

Ciri-ciri permukiman kampung kota yang lebih sering disorot karena dianggap menimbulkan
permasalahan bagi kawasan kota antara lain (Widjaja, 2013):
1. Tingginya Kepadatan Penduduk
Hal ini menyebabkan kurangnya ruang untuk fungsi sosial dan rendahnya ketersediaan ruang
terbuka bagi sarana berinteraksi antar warga. Akibatnya fasilitas umum beralih fungsi
menjadi pendukung fungsi sosial yang diperlukan masyarakat.
2. Tingkat ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang rendah.
Kurangnya fasilitas sosial karena kepadatan penduduk yang tinggi mengakibatkan diversifikasi
fungsi gang/jalan di kampung kota yang sekaligus menjadi tempat untuk meletakkan properti
dan tempat bersosialisasi warga masyarakat.
3. Tingginya kepadatan bangunan di kampung-kampung perkotaan mengakibatkan minimnya
lahan yang tersedia bagi sarana infrastruktur. Kondisi ini merupakan salah satu ciri
rendahnya kualitas lingkungan permukiman.
4. Tataguna lahan yang tidak teratur.
Pemanfaatan lahan hendaknya direalisasikan sesuai rencana peruntukannya. Hal ini
merupakan strategi untuk mencapai keteraturan tata guna lahan. Pemanfaatan lahan secara
tidak teratur dapat mengakibatkan tumpang tindihnya fungsi lahan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keberlanjutan fungsi ruang secara luas.
5. Hunian yang kurang memadai mengakibatkan kondisi yang tidak sehat bagi penghuninya.
Jendela-jendela tidak lagi berfungsi sebagai bukaan untuk memasukkan sinar matahai dan
udara ke dalam hunian tetapi beralih fungsi sebagai tempat jemuran karena hunian tidak lagi
memiliki lahan kosong.

Karakteristik Kampung Kota

1. Karakteristik Individu yaitu keadaaan individu pemukim yang membedakan satu pemukim
dengan pemukim lainnya yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan lama
tinggal
2. Modal Sosial, yaitu suatu jaringan kerja sosial dan ekonomi dengan kemampuan masyarakat
untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama dalam suatu kelompok dan organisasi
yang terdiri dari saling percaya antar warga, relasi mutual, nilai dan norma, peran tokoh
masyarakat
3. Fisik Lingkungan Permukiman, yaitu ketersediaan sarana dan prasarana dalam lingkungan
permukiman yang terdiri dari sarana, prasarana dan sanitasi lingkungan
4. Kebutuhan terhadap rumah, yaitu tingkat kebutuhan terhadap rumah oleh masyarakat yang
terdiri dari Survival Needs or Psycologial needs, Safety and Security Needs, Sosial Needs or
Affiliation Needs, Self Esteem Needs, Self Actualization Needs. Sementara kemampuan
terhadap rumah terdiri dari land, labour, capital.

Pengertian Partisipasi Masyarakat

Pengertian partisipasi secara umum merupakan keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota
masyarakat dalam suatu kegiatan. Bonrby (1974) mengartikan bahwa partisipasi merupakan
tindakan untuk “mengambil bagian” yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari
kegiatan dengan maksud memperoleh manfaat (Webster, 1976).
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Kampung Kota 5
Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman
(Studi Kasus: Kampung Bandung Kidul & Kampung Kreatif Dago Pojok)

Sedangkan dalam kamus sosiologi disebutkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan seseorang
dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan
atau profesinya sendiri (Theodorson, 1969). Pada dasarnya, keikutsertaan dilakukan sebagai
akibat dari terjadinya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota
masyarakat yang lain.

Tingkat Partisipasi Masyarakat

Menurut Sumarto (2004) yang merupakan salah seorang praktisi lapangan dalam bidang
perencanaan partisipatif di Indonesia melihat tingkat partisipasi warga (civil society) untuk
tataran yang lebih tinggi terbagi menjadi tiga level, yaitu:
1. Level Rendah
- Masyarakat hanya menyaksikan kegiatan proyek yang dilakukan pemerintah.
- Masyarakat memberikan masukan secara langsung atau menuliskan surat dan tulisan
dalam surat kabar.
- Pemerintah hanya memberikan informasi proyek kepada masyarakat dan meminta
tanggapan sebagai konfirmasi.
- Ketergantungan kelompok-kelompok (civil society) kepada dana dari pihak lain,
sehingga apabila dana berhenti maka kegiatan secara stimultan akan terhenti juga.
2. Level Menengah
- Masyarakat sudah berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan, meskipun
masih ada pihak yang dominan.
- Dialog antar komponen masyarakat terbentuk, tetapi belum menyentuh masalah
yang riil.
- Masyarakat dapat menyuarakan kepentingannya, tetapi hanya sebatas masalah
praktis keseharian.
- Dialog partisipatif dilakukan masyarakat melalui radio komunitas, tetapi masih
bergantung kepada pihal tertentu.
- Komponen civil society berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana
pembangunan, meskipun masyarakat terbatas dalam hal tingkat partisipasinya.
3. Level Tinggi
- Masyarakat benar-benar mandiri mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
pemeliharaan hasil pembangunan, termasuk juga di dalamnya masalah pendanaan.
- Masyarakat tidak hanya ikut merumuskan program, namun juga ikut menentukan
program-program yang akan di eksekusi.
- Kelompok masyarakat yang dilibatkan dalam program semakin luas dan kompleks.

Kualitas Lingkungan Permukiman

Lingkungan permukiman menurut Encyclopedia Americana (1974) adalah segala


keadaan/kondisi yang terdapat di sekitar permukiman yang secara totalitas membentuk kesatuan
yang utuh dan saling berkaitan dengan permukiman tersebut, bahkan membentuk korelasi yang
sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menjelaskan bahwa kualitas lingkungan
permukiman terdiri dari unsur kesehatan, kenyamanan, keindahan dan kebersihan sehingga
terciptanya lingkungan permukiman yang teratur, serasi, sehat dan nyaman dalam mendukung
kegiatan sehari-hari. Menurut Sukamto (2004) kualitas lingkungan permukiman harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
6 Ade Wahyudi1 dan Iwan Kustiwan1

1. Aspek Kesehatan
- Memiliki penerangan dan peranginan yang cukup
- Memiliki sarana dan prasarana lingkungan
- Memiliki sarana pengaturan pembuangan air limbah
- Dinding dan lantai tidak lembab
- Tidak terpengaruh oleh gangguan pencermaran seperti bau, rembesan air serta udara
kotor.
2. Aspek Kenyamanan
- Tersedianya ruang yang cukup
- Ukuran ruang sesuai dengan kebutuhan, minimal 9 m2 per orang dengan ketinggian
minimal 2,80 m2
- Penataan ruang yang serasi
- Dekorasi dan warna yang sesuai
- Penghijauan di pekarangan rumah
3. Aspek Kebersihan
- Memiliki tempat pembuangan sampah atau bank sampah
- Terdapat kegiatan dalam menjaga kualitas lingkungan
- Terdapat pengelolaan sampah baik rumah tangga maupun komunal dalam mengurangi
produksi sampah rumah tangga
4. Aspek Ketertiban
- Berada di lokasi yang aman dan tertib
- Terdapat peraturan terkait tata letak bangunan dan perumahan agar terhindar dari
berbagai bencana seperti kebakaran dan longsor
- Dilengkapi dengan penerangan jalan yang cukup
5. Aspek Keserasian Lingkungan
- Terdapat upaya dalam melestarikan lingkungan dengan menanam pohon, tanaman di
pekarangan rumah yang berguna untuk menguatkan tanah, menyimpan cadangan air,
penyegaran udara, serta menambah keindahan lingkungan rumah
- Terdapat penerangan alami dan buatan yang mencukupi
- Adanya keteraturan tata letak bangunan dan ruang yang serasi
- Lokasi yang cukup jauh dari industri yang menghasilkan banyak asap, debu dan polusi
udara
- Lokasi yang cukup jauh dari tempat-tempat yang dapat menganggu kesehatan,
kesejahteraan dan moral amsyarakat
6. Aspek Sarana dan Prasarana
- Terpenuhinya sarana lingkungan permukiman yang lengkap seperti sarana peribadatan,
kesehatan, ekonomi, pendidikan, rekreasi dan olahraga.
- Terpenuhinya prasarana lingkungan permukiman yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat seperti, jaringan jalan, air bersih, drainase, jaringan listrik, pembuangan
limbah/sampah.
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Kampung Kota 7
Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman
(Studi Kasus: Kampung Bandung Kidul & Kampung Kreatif Dago Pojok)

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kampung Bandung


Kidul dan Kampung Kreatif DagoPojok

Tahap Persiapan

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan variabel dummy, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap persiapan di Kampung Bandung Kidul
dan Kampung Dago Pojok adalah:

Tabel 1. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kampung


Bandung Kidul dan Kampung Dago Pojok Dalam Tahap Persiapan (Hasil
Analisis, 2017)

Lokasi Faktor Sig R Square Persamaan Regresi Keterangan Faktor


dominant
Kampung 1. Pendidikan S1 0.000 1.00 atau Y = 27.000 + 77.308 Angka signifikansi hasil Tingkat
Bandung 2. Peran Tokoh 0.000 100% (Pendidikan_S1) – 27.000 riset < 0,05 maka Hi Pendidikan
Kidul 3. Sarana & 0.000 (Peran _Tokoh) + 19.846 diterima. S1
Prasarana (Sar_Pras) + 3.077
(Kebutuhan_Rumah).
4. Kebutuhan 0.000
terhadap rumah

Kampung 1. Pendidikan SMP 0.000 0.96 atau Y = 9.074 - 2.999 Angka signifikansi hasil Tingkat
Dago 2. Nilai & Norma 0.000 96% (Pendidikan_SMP) + 1.736 riset < 0,05 maka Hi Pendidikan
Pojok 3. Sanitasi 0.000 (Nilai_Norma) - 0.906 diterima. Smp
Lingkungan (Sanitasi
4. Kemampuan 0.311 _Lingkungan) + 0.229
terhadap rumah (Kemampuan_Rumah).

Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan variabel dummy, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan di Kampung Bandung
Kidul dan Kampung Dago Pojok adalah:

Tabel 2. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kampung Bandung


Kidul dan Kampung Dago Pojok Dalam Tahap Perencanaan (Hasil Analisis, 2017)

Lokasi Faktor Sig R Square Persamaan Regresi Keterangan Faktor


Dominant
Kampung 1. Pendidikan S1 0.000 1.00 atau Y = 2.851 + 18.727 Angka Tingkat
Bandung 2. Relasi Mutual 0.000 100% (Pendidikan_S1) – signifikansi Pendidikan S1
Kidul 3. Sarana & 0.000 10.103 (Relasi hasil riset < 0,05
Prasarana _Mutual) + 6.067 maka Hi
4. Kemampuan 0.000 (Sar_Pras) - 1.564 diterima.
terhadap rumah (Kemampuan_Rumah
).
Kampung 1. Jumlah Anggota 0.000 0.91 atau Y = 9.596 - 6.533 Angka Jumlah Anggota
Dago Pojok Keluarga 91% (Jumlah signifikansi Keluarga
2. Nilai & Norma 0.001 Anggota_Keluarga) + hasil riset < 0,05
3. Sanitasi 0.079 2.420 (Nilai _Norma) maka Hi
Lingkungan + 0.824 diterima.
8 Ade Wahyudi1 dan Iwan Kustiwan1

4. Kebutuhan 0.123 (Sanitasi_Lingkungan


terhadap rumah ) + 0.510
(Kebutuhan_Rumah).

Tahap Pelaksanaan

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan variabel dummy, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan di Kampung Bandung
Kidul dan Kampung Dago Pojok adalah:

Tabel 3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kampung Bandung


Kidul dan Kampung Dago Pojok Dalam Tahap Pelaksanaan (Hasil Analisis, 2017)

Faktor
Lokasi Faktor Sig R Square Persamaan Regresi Keterangan
Dominant
1. Pendidikan S1 0.000 Y = -17.554 + 56.510 Angka Tingkat
2. Relasi Mutual 0.000 (Pendidikan_S1) – signifikansi Pendidikan S1
Kampung 3. Sarana & 0.000 27.768 (Relasi _Mutual) hasil riset < 0,05
1.00 atau + 19.111 (Sar_Pras) - maka Hi
Bandung Prasarana
100% 2.291 diterima.
Kidul 4. Kebutuhan 0.000
terhadap rumah (Kebutuhan_Rumah).

1. Jumlah Anggota 0.000 Y = -10.088 + 4.254 Angka Jumlah


Keluarga (Jumlah signifikansi Anggota
2. Peran Tokoh 0.000 Anggota_Keluarga) + hasil riset < 0,05 Keluarga
Kampung
3. Sarana & 0.000 1.00 atau 1.837 (Peran _Tokoh) - maka Hi
Dago
Prasarana 100% 1.064 (Sar_Pras) + diterima.
Pojok
4. Kemampuan 0.000 1.037
terhadap rumah (Kemampuan_Rumah).

Tahap Evaluasi dan Manfaat

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan variabel dummy, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap evaluasi dan manfaat di Kampung
Bandung Kidul dan Kampung Dago Pojok adalah:

Tabel 4. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat di Kampung Bandung


Kidul dan Kampung Dago Pojok Dalam Tahap Evaluasi dan Manfaat (Hasil
Analisis, 2017)

Faktor
Lokasi Faktor Sig R Square Persamaan Regresi Keterangan
Dominant
1. Pendidikan S1 0.000 Y = = -3.574 + Angka Tingkat Pendidikan
2. Relasi Mutual 0.000 28.633 signifikansi hasil S1
Kampung 3. Sanitasi 0.000 (Pendidikan_S1) - riset < 0,05 maka
1.00 atau
Bandung Lingkungan 9.859 (Relasi Hi diterima.
100%
Kidul 4. Kemampuan 0.000 _Mutual) - 6.758
Terhadap (Sanitasi_Lingkung
Rumah an) - 1.820
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat Kampung Kota 9
Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman
(Studi Kasus: Kampung Bandung Kidul & Kampung Kreatif Dago Pojok)

(Kemampuan_Rum
ah).

1. Pekerjaan 0.001 Y = 4.975 + 2.181 Angka Pekerjaan Buruh


Buruh (Pekerjaan) - 1.407 signifikansi hasil
2. Nilai dan 0.000 (Nilai _Norma) - riset < 0,05 maka
Kampung Norma 1.659 Hi diterima.
0.83 atau
Dago 3. Sanitasi 0.000 (Sanitasi_Lingkung
83%
Pojok Lingkungan an) +5.83
4. Kemampuan 0.012 (Kemampuan_Rum
Terhadap ah).
Rumah

Penutup

Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam pelaksanaan berbagai program yang dijalankan
oleh pemerintah, hal ini bertujuan agar program yang dijalankan mendapat dukungan sepenuhnya
dari masyarakat dan mencapai keberlanjutan. Berdasarkan hasil penilaian terkait tingkat
partisipasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam program
KBS di Kampung Bandung Kidul dan Kampung Kreatif di Dago Pojok, maka terlihat jelas bahwa
tingkat partisipasi masyarakat kampung kota di Kampung Bandung Kidul dari tahap persiapan,
perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi tergolong rendah. Rendahnya partisipasi
masyarakat disebabkan karena tidak adanya informasi dan sosialisasi awal yang dilakukan oleh
Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Bandung dan Komunitas Manggala. Sehingga,
warga kampung merasa tidak dilibatkan partisipasinya dalam program Kawasan Bebas Sampah.
Disamping itu, Komunitas Manggala dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Bandung yang tadinya bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi ternyata tidak dilakukan
sehingga banyak dari tujuan dan sasaran dari program ini tidak tercapai dan masih terdapat banyak
kekurangan. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Bandung
Kidul yaitu tingkat pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan warga membuat warga tidak
paham dan tahu untuk apa program ini dilakukan sehingga warga merasa membutuhkan program
tersebut. Hal ini terbukti dari mayoritas warga kampung tidak mengetahui tujuan dari program
KBS. Rendahnya tingkat pendidikan juga membuat warga kampung tidak memiliki pengetahuan
dan wawasan dalam menjaga dan merawat lingkungan permukiman. Sementara tingkat partisipasi
warga terhadap program kampung kreatif dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan hingga
tahap evaluasi tergolong cukup baik. Hal ini dibuktikan dari tingginya keinginan, kesadaran dan
tanggung jawab dari warga untuk memberikan masukan dan pendapat terkait jenis kegiatan yang
berkaitan dengan lingkungan. Keberadaan Komunitas Taboo menjadi salah satu mesin penggerak
berbagai aktifitas pemberdayaan yang melibatkan partisipasi penuh dari warga kampung. Faktor
yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Dago Pojok adalah jumlah
anggota keluarga. Hal ini disebabkan mayoritas warga kampung memiliki jumlah anggota
keluarga yang banyak sehingga hal ini bisa dijadikan sebagai potensi dalam meningkatkan
kualitas lingkungan. Namun, diperlukan adanya peningkatan sosialisasi, edukasi dan penerapan
nilai-nilai kebersihan, keindahan dan ketertiban dalam meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman bagi semua anggota keluarga. Dengan demikian program yang dilaksanakan akan
mencapai keberlanjutan dan menjadikan kampung kota menjadi lebih bersih, indah, nyaman dan
teratur.
10 Ade Wahyudi1 dan Iwan Kustiwan1

Daftar Pustaka

Buku

Abrams, Charles, (1966). Housing in The Modern World: Mans Struggle for Shelter in a
Urbanizing World. London: Faber and Faber.
Ever, Hans Dieter dan Korff, Rudiger, (2002), Urbanisme di Asia Tenggara: Makna dan
Kekuasaan Dalam Ruang-Ruang Sosial, (Terjemahan) Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sujarto, Djoko, (1992), Perkembangan Perencanaan Tata Ruang Kota di Indonesia,Bandung :
Planologi ITB.
Sukamto, 2004. Rumah dan Lingkungan Sehat : Pegangan Untuk Kader dan Pendamping
Masyarakat. Yogyakarta: Yayasan Griya Mandiri.
Sumarto, Hetifah Sj. 2004. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Turner, John. F.C. 1972, Housing By People:Towards Autonomy in Environtment. London,
Marion Boyars Published Ltd.
United Nation, 1981. Popular Paticipation as a Strategy for Plannning Community Level Action
and National Development, New York: United Nations.
Widjaja, Pele, 2013. Kampung Kota Bandung.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Peraturan Perundangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Anda mungkin juga menyukai