Anda di halaman 1dari 19

Hipotesis Apungan Benua

Saat perkembangan pembuatan peta dunia pada awal tahun 1900-


an, seorang ahli meteorologi dari Jerman, Alfred Wegener mengemukakan sebuah hipotesis
tentang Apungan Benua (Hypothesis of Continental Drift). Dia mengemukakan bahwa
dulunya ada sebuah super-kontinen, disebut Pangaea, yang pecah jutaan tahun yang lalu,
kemudian benua-benua pecahannya perlahan bergerak menuju posisinya saat ini dan masih
terus bergerak perlahan.

Bukti-bukti dari Wegener

Bukti pertama yang diajukan oleh Wegener adalah adanya kesamaan garis pantai antara
Benua Amerika Selatan dengan Benua Afrika. Apabila kedua benua tersebut disatukan, maka
garis pantainya akan serasi satu sama lain. Kemudian ia juga mengajukan bukti dokumentasi
fosil Mesosaurus yang sejenis dan hanya ditemukan di kedua sisi benua tersebut. Diyakini
bahwa Mesosaurus ini ketika hidupnya tidak akan dapat melintasi samudera yang luas di
antara kedua benua ini. Sisa-sisa organisme yang ditemukan tampaknya menjadi bukti
menyatunya dua benua ini selama Masa Paleozoikum dan Awal Mesozoikum. Lihat gambar
di bawah ini.
Bukti selanjutnya, jajaran pegunungan yang terpotong oleh samudera. Gambar di bawah
menunjukkan jajaran pegunungan pada kedua sisi Samudera Atlantik. Pegunungan
Appalachia yang terpotong oleh pantai Newfoundland serupa dengan jajaran pegunungan di
Kepulauan Inggris dan Scandinavia dalam hal struktur dan juga umurnya.

Bukti terakhir yang diajukan oleh Wegener, untuk mendukung hipotesisnya, adalah iklim
masa lampau (ancient climates). Ketika benua-benua disusun menjadi satu untuk membentuk
Pangaea, sisa dari material glasial menyatu membentuk pola seperti hamparan es yang
menutupi kutub bumi kita hari ini. Lihat gambar di bawah ini.

Teori Tektonik Lempeng

Sepanjang tahun 1960-an, banyak penemuan teknologi yang


kemudian mendorong revisi Hipotesis Apungan Benua ini menjadi Teori Tektonik Lempeng
(Plate Tectonic Theory). Pada teori ini, dijelaskan bahwa permukaan bumi dibentuk oleh
kepingan-kepingan litosfer, yaitu lapisan padat dari kerak bumi dan mantel bumi bagian atas,
yang mengapung di atas astenosfer. Astenosfer adalah lapisan plastis di bawah litosfer yang
memiliki sifat seperti fluid yang dapat mengalir.
Masing-masing kepingan litosfer ini disebut lempeng. Gambar di atas ini menunjukkan batas-
batas utama lempeng tektonik dan bagaimana mereka saling berinteraksi satu sama lain.
Gambar di samping menunjukkan pergerakan relatif dan kenampakan yang berasosiasi
dengan tiga tipe batas lempeng.

Gambar A adalah batas divergen, yaitu masing-masing lempeng


saling menjauhi satu sama lain. Terbentuk rekahan pada lantai samudera dan keluarnya
magma yang berasal dari mantel bumi. Gambar B adalah batas konvergen, yaitu ketika dua
lempeng bertemu dan bertabrakan satu sama lain. Terbentuk busur gunungapi pada lempeng
benua. Gambar C adalah batas transform, dimana dua lempeng saling bergesekan satu sama
lain.
Daerah timurlaut Afrika adalah contoh yang bagus untuk batas divergen. Disini, magma yang
keluar merekahkan lempeng litosfer. Ketika rekah pada litosfer semakin melebar, batuan di
atasnya runtuh dan membentuk zona rekahan. Semakin melebar dan membentuk laut yang
dangkal, seperti Laut Merah.

Kemudian gambar dibawah ini adalah contoh yang bagus bagi benturan antar lempeng benua.
Benturan yang terus berlangsung antara India dan Asia, yang dimulai sejak 45 juta tahun
yang lalu, membentuk Pegunungan Himalaya.

Apabila benturan yang terjadi antara sesama lempeng benua akan membentuk busur
kepulauan vulkanik. Sedangkan bila benturan yang terjadi antara lempeng benua dan
lempeng samudera, akan membentuk busur pegunungan vulkanik pada lempeng benua.
Sesar geser Mendonico yang menghubungkan zona penunjaman dan zona pemekaran
menyebabkan landas samudera yang dihasilkan di pematang lempeng Juan De Fuca bergerak
relatif ke selatan dan menyusup di bawah Lempeng Amerika Utara.

Menguji Model
Pada tahun 1950-an, diketahui bahwa ketika mineral kaya-Fe pada lava membeku, mereka
akan termagnetisasi dengan arah yang paralel dengan medan magnet yang ada saat itu.
Plotting posisi semu dari kutub utara magnetik sejak 500 juta tahun menunjukkan bahwa
kutub magnetik bergerak sepanjang waktu, atau dapat dikatakan bahwa lava tersebut bergerak
dan begitu juga lempeng benua. Lihat gambar di bawah ini.

Diketahui pula bahwa polaritas magnetik bumi selalu berarah bolak-balik sepanjang periode
magnetisasinya. hal ini merupakan bukti yang sangat penting bagi Teori Tektonik Lempeng.
Ketika kita memperhatikan polaritas magnetik batuan di lantai samudera. Polaritasnya akan
terlihat berarah bolak-balik pada lapisan batuan secara bergantian, membentuk image seperti
cermin pada kedua sisi pematang tengah samudera.
Bukti lainnya adalah penyebaran titik pusat gempa dangkal, menengah dan dalam. Kalau
diperhatikan lebih teliti, akan dijumpai titik pusat gempa dalam hanya berasosiasi dengan
zona penunjaman. Lihat gambar penyebaran titik pusat gempa di bawah ini.

Terakhir, bukti lainnya yang mendukung teori ini adalah informasi yang didapatkan oleh para
ilmuwan dari hot spot. Sebagai contoh, Kepulauan Hawaii dan gunungapi tengah laut yang
merupakan kepanjangan dari Hawaii menuju Palung Aleutia, menunjukkan pergerakan
Lempeng Pasifik searah deretan hot spot. Lihat gambar di bawah ini.
Pentarikhan radiometrik menunjukkan aktivitas vulkanik semakin muda menuju Kepulauan
Hawaii, yang sekarang berada tepat di atas hot spot.
Pangaea
Gambar di bawah menunjukkan bagaimana Pangaea terpecah dan benua hasil pecahannya
bergerak ke posisi mereka saat ini.
Mekanisme Penggerak
Satu hal yang mengganjal hipotesis Wegener tentang Apungan Benua adalah dia tidak dapat
menjelaskan mekanisme seperti apa yang menyebabkan pergerakan lempeng. Saat ini, ada
tiga ide yang dikemukakan oleh para ilmuwan terkait mekanisme penggerak tersebut.

Pertama, ide tentang adanya arus konveksi yang


besar di dalam mantel bumi yang menggerakkan lempeng seperti sabuk konveyor.
Kedua, ide yang menjelaskan bahwa lempeng yang menunjam lebih berat daripada lempeng
di atasnya, karenanya akan menarik lempeng ini ke bawah. Hal ini disebut slab-pull. Juga
karena gravitasi, bagian atas dari lempeng di lokasi pematang terdorong ke atas. Ini disebut
slab-push.
Ketiga, ide tentang adanya plume (aliran magma yang membumbung) yang bergerak ke atas.
Ide ini memjelaskan bahwa hanya ada beberapa plume yang sangat besar yang menggerakkan
arus konveksi ke arah atas di dalam mantel bumi, sedangkan lempeng yang menunjam
menggerakkan arus konveksi ke arah bawah dan menyempurnakan perputaran arus konveksi
tersebut.
Kesimpulannya, Teori Tektonik Lempeng adalah teori terbaru dan hingga kini sangat bagus
digunakan oleh para ilmuwan dalam menjelaskan berbagai proses tektonik yang terjadi dalam
sejarah bumi.
Terjemahan secara bebas dari Plate Tectonic Mini Lecture

Manfaat Mempelajari Struktur Geologi


Manfaat / Fungsi belajar Kekar:
a. Untuk mengetahui kemana sumber dari Fine (urat mineral)
b. Sebagai reservoir minyak.
c. Sebagai cebakan mineral-mineral bernilai ekonomis.
d. Dalam Geologi Teknik dapat dijadikan sebagai acuan membuat terowongan, bendungan
dan bangunan teknik lainnya.
e. Sebagai jalan migrasi Minyak.
f. Bila ada struktur geologi lainnya berupa sesar, kekar bisa dijadikan sebagai data penting
untuk mencari arak Sesar dan pola tegasan yang terjadi pada daerah tersebut.

Manfaat mempelajari Sesar:


a. Mengetahui jenis-jenis sesar secara umum.
b. Mampu menginterpetasi pada peta bahwa pada daerah tertentu jika ada Sesar dengan cara
melihat pola kontur dan pola pengaliran dipeta.
c. Mampu mengetahui tegasan lokal (setempat) pada daerah tertentu.
d. Mampu mengenali dan tahu bentukan-bentukan yang ada batuan bila batuan itu mengalami
pensesaran. Sepeti adanya: breksiasi, Lereng curam yang memanjang
e. Pada dunia tambang dapat digunakan sebagai perencanaan system penambangan.
f. Sebagai tempat lewat, pengendapan, pembentukan dari cebakan mineral.
g. Dalam keilmuan (science) dapat struktur terpenting dalam Teori Tektonik Lempeng
h. Sebagai Jalan lewatnya (migrasi) minyak dan gas bumi
i. Bagian perangkap untuk membentuk reservoar minyak dan gas bumi
j. Dalam bidang panasbumi :
a. Jalan lewat air atau uap air dari dalam ke atas (bila panas)
b. Jalan lewat air dari permukaan ke bawah
k. Dapat dipakai sebagai acuan untuk membangun Bangunan Teknik pada tempat tertentu.

Manfaat mempelari Lipatan:


a. Mampu mengetahui jenis lipatan, mengelompokkan jenis lipatan dan pola tegasan yang
menyebabkan lipatan itu terjadi
b. Mampu menginterpetasi pada peta bentukan lipatan dengan melihat pola kontur, pola
pengaliran.
c. Mengetahui bagian-bagian (unsur-unsur) dari suatu lipatan.
d. Dalam perminyakan bisa dijadikan sebagai tempat cebakan minyak dan gas bumi.
e. Sebagai perencanaan pembangunan penambangan pada dunia tambang.

Teori Tektonik Lempeng

An-Nahl 16:15
"Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama
kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk."

An-Nahl 16:15
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama
kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”

An-Naml 27:88 “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

Anggapan lama pernah ada pada abad-abad yang lampau bahwa bumi adalah sesuatu yang
rigid atau kaku sementara benua-benua berada pada kedudukannya yang tetap tidak
berpindah-pindah. Setelah ditemukannya benua Amerika dan dilakukan pemetaan pantai di
Amerika dan Eropa ternyata terdapat kesesuaian morfologi dari pantai-pantai yang
dipisahkan oleh Samudera Atlantik. Hal ini menjadi titik tolak dari konsep-konsep yang
menerangkan bahwa benua-benua tidak tetap akan tetapi selalu bergerak. Konsep-konsep ini
dibagi menjadi tiga menurut perkembangannya (Van Krevelen, 1993) :

1. Konsep yang menerangkan bahwa terpisahnya benua disebabkan oleh peristiwa yang
katastrofik dalam sejarah bumi. Konsep ini dikemukakan oleh Owen dan Snider pada tahun
1857.

2. Konsep apungan benua atau continental drift yang mengemukakan bahwa benua-benua
bergerak secara lambat melalui dasar samudera, dikemukakan oleh Alfred Wegener (1912).
Akan tetapi teori ini tidak bisa menerangkan adanya dua sabuk gunung api di bumi.

3. Konsep paling mutakhir yang dianut oleh para ilmuwan sekarang yaitu Teori Tektonik
Lempeng. Teori ini lahir pada pertengahan tahun enampuluhan. Teori ini terutama didukung
oleh adanya Pemekaran Tengah Samudera (Sea Floor Spreading) dan bermula di Pematang
Tengah Samudera (Mid Oceanic Ridge : MOR) yang diajukan oleh Hess (1962).

Pada awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu Laurasia dan Gondwana kemudian kedua
benua ini bersatu sehingga hanya ada satu benua besar (supercontinent) yang disebut Pangaea
dan satu samudera luas atau yang disebut Panthalassa (270 jt th yll). Dari supercontinent ini
kemudian terpecah lagi menjadi Gondwana dan Laurasia (150 jt th yll) dan akhirnya terbagi-
bagi menjadi lima benua seperti yang dikenal dan ditempati oleh manusia sekarang.
Terpecah-pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk gunung api yaitu Sirkum Pasifik dan
Sirkum Mediteranean yang keduanya melewati Indonesia. Mekanisme penyebab terpecahnya
benua ini bisa diterangkan oleh Teori Tektonik Lempeng sebagai berikut :

1. Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi (convection
current) dari mantle (lapisan di bawah kulit bumi yang berupa lelehan). Arah arus ini tidak
teratur, bisa dibayangkan seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air yang
direbus. Terjadinya arus konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif yang
menimbulkan panas.

2. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus
interferensi yang arahnya ke atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang
berada di atasnya. Magma yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan
membentuk gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah
permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera yang saling berhubungan di
muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut dengan MOR (Pematang
Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya material dari mantle ke dasar samudera.
MOR mempunyai ketinggian melebihi 3000 m dan lebarnya lebih dari 2000 km, atau
melebihi ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya di daerah benua. MOR
Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-selatan dari lautan Arktik melalui poros
tengah samudera Atlantik ke sebelah barat Benua Afrika dan melingkari benua itu di
selatannya menerus ke arah timur ke Samudera Hindia lalu di selatan Benua Australia dan
sampai di Samudera Pasifik. Jadi keberadaan MOR mengelilingi seluruh dunia.

3. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena aliran
material dari mantle. Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke arah
kedua sisi dari MOR karena desakan dari magma mantle yang terus-menerus dan juga tarikan
dari gaya gesek arus mantle yang horisontal terhadap material di atasnya. Lambat laun kerak
samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak terus menjauh dari daerah poros
pematang dan ‘mengarungi’ samudera. Gejala ini disebut dengan Pemekaran Lantai
Samudera (Sea Floor Spreading).

4. Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung Samudera yang
memanjang di tepi-tepi benua merupakan fenomena yang dapat dijelaskan oleh Teori
Tektonik Lempeng yaitu dengan adanya proses penunjaman (subduksi). Oleh karena
peristiwa Sea Floor Spreading maka suatu saat kerak samudera akan bertemu dengan kerak
benua sehingga kerak samudera yang mempunyai densitas lebih besar akan menunjam ke
arah bawah kerak benua. Dengan adanya zona penunjaman ini maka akan terbentuk palung
pada sepanjang tepi paparan benua, dan juga akan terbentuk kepulauan sepanjang paparan
benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera yang menunjam ke bawah ini akan
kembali ke mantle atau jika bertemu dengan batuan benua yang mempunyai densitas sama
atau lebih besar maka akan terjadi mixing antara material kerak samudera dengan benua
membentuk larutan silikat pijar atau magma. (Proses mixing terjadi pada kerak benua
sehingga tidak akan lebih dalam dari 30 km di bawah permukaan bumi). Karena sea floor
spreading terus berlangsung maka magma hasil mixing yang terbentuk akan semakin besar
sehingga akan menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan
bumi membentuk deretan gunung api.

Kondisi Geologi Dinamis Indonesia

Kepulauan Indonesia terbentuk karena proses pengangkatan sebagai akibat dari penunjaman
(subduksi). Lempeng (kerak) yang saling berinteraksi adalah Kerak Samudera Pasifik dan
Hindia yang bergerak sekitar 2-5 cm per tahun terhadap Kerak Benua Eurasia. Jadi Indonesia
merupakan tempat pertemuan 3 lempeng besar sehingga Indonesia merupakan salah satu
daerah yang memiliki aktivitas kegempaan yang tertinggi di dunia. Terdapat dua sabuk
gunung api yang melewati Indonesia yaitu Sirkum Mediteranean sebagai akibat penunjaman
Kerak Samudera Hindia ke dalam Kerak Benua Eurasia, dan Sirkum Pasifik sebagai akibat
penunjaman Kerak Samudera Pasifik ke dalam Kerak Benua Eurasia.

Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai pelajaran bagi kita:

1. Gunung api selalu bergerak (dalam skala waktu geologi) mengikuti pergerakan benua-
benua karena adanya dinamisme mantle bumi (arus konveksi). Fenomena ini sebagaimana
yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an, “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka
dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan
Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. 27:88)

2. Gunung api muncul karena tekanan yang tinggi pada magma hasil mixing sehingga akan
menerobos ke atas. Andaikan saja magma ini tidak bisa menerobos ke atas membentuk
gunung-gunung api maka tentulah akan tersimpan tekanan pada dapur magma yang sangat
besar dan akan terus bertambah karena penunjaman masih terus berlangsung. Dengan
demikian pada kondisi seperti itu apabila batuan sekitar yang menampung magma tersebut
terlampaui batas elastisitasnya maka akan terjadi bencana gempa bumi vulkanik yang teramat
sangat hebatnya. Fenomena ini pun telah tersurat dalam Al-Qur’an, “Dan Dia menancapkan
gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia
menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. 16:15)

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. 55:13) Maha Benar
Allah atas segala firman-Nya.

maap loh klo repost

Sumber: Teori Tektonik Lempeng - IndoForum


http://www.indoforum.org/t73490/#ixzz1bqAVEP4s
Hak Cipta: www.indoforum.org

TEKTONIK LEMPENG
Posted on 21 Maret 2009 by ‫حنفي فضيل‬
28 Votes

Lempeng Tektonik
(Tectonic Plate)
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis
dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi
secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik
muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai
peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang
bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra
(oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua
dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material
pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula,
elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada
kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan
tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir
seperti cairan (fluid).
Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu
dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan
lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.
Lempeng Tektonik
Pasifik
Arab
Amerika Utara
Philipina
Eurasia
Fiji
Afrika
Juan de Fuka
Antartika
Karibia
Indo-Australia
Kokos
Amerika Selatan
Nazka
India
Skotia
Peta Tektonik
Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan
lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform.
Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga
(triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1. Batas Divergen
divergenTerjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart).
Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk
batas divergen.
Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading).
Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift
valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang
paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi
Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
2. Batas Konvergen
konvergenTerjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath
another).
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng
samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah
sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic
trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
3. Batas Transform
transformTerjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other),
yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun
saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform
fault).
.
san andreas fault
Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di daratan, salah
satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di California, USA. Sesar ini
merupakan pertemuan antara Lempeng Amerika Utara yang bergerak ke arah tenggara,
dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut.
Sumber: The Dynamic Earth, USGS
Batas Konvergen
Batas konvergen ada 3 macam, yaitu 1) antara lempeng benua dengan lempeng samudra, 2)
antara dua lempeng samudra, dan 3) antara dua lempeng benua.
Konvergen lempeng benua—samudra (Oceanic—Continental)
samudra-benua
Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini masuk ke
lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada lapisan litosfer tepat di
atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain range). Sementara di dasar
laut tepat di bagian terjadi penunjaman, terbentuklah parit samudra (oceanic trench).
Pegunungan Andes di Amerika Selatan adalah salah satu pegunungan yang terbentuk dari
proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Nazka dan Lempeng
Amerika Selatan.
Konvergen lempeng samudra—samudra (Oceanic—Oceanic)
2 samudra
Salah satu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya, menyebabkan
terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang pararel terhadap parit
tersebut, juga di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi ini ada yang timbul sampai ke
permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic island chain).
Pulau Aleutian di Alaska adalah salah satu contoh pulau vulkanik dari proses ini. Pulau ini
terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.
Konvergen lempeng benua—benua (Continental—Continental)
2 benua
Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena keduanya
adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup berat untuk tenggelam
masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang bertumbukan mengeras dan
menebal, membentuk deretan pegunungan non vulkanik (mountain range).
Pegunungan Himalaya dan Plato Tibet adalah salah satu contoh pegunungan yang terbentuk
dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng India dan
Lempeng Eurasia.
Bagaimana Dengan Indonesia?
Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis
batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng
yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng
tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia.
Peta Tektonik Indonesia
Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis biru melambangkan batas antar
lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan kumpulan gunung berapi.
Sumber: MSN Encarta Encyclopedia
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan
terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung
berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di
sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa
(Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan
yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan
magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar
Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di
sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.

Anda mungkin juga menyukai