Laporan Bab 12
Laporan Bab 12
RINGKASAN BAB
2. Guru Mengetahui
W. Robert Housten mendefinisikan kompetensi adalah suatu tugas yang memadai
atau pemilikan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh
jabatan seseorang. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Guru
mengetahui adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, Standar Nasional
Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 (a) artinya guru harus mampu mengelola
kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan perangkat kurikulum,
melaksanakan kurikulum dan mengevaluasi kurikulum serta memiliki pemahaman
tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan
peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil.
3. Guru Peduli
Di dalam proses pembelajaran juga perlu diciptakan budaya peduli sosial. Banyak
hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam menciptakan budaya peduli sosial.
Budaya yang perlu dibangun di dalam kelas saat pembelajaran yang berkaitan
dengan karakter peduli sosial misalnya menciptakan interaksi sosial yang baik,
saling menghormati dan mendukung satu sama lain.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu yang satu
dengan individu yang lain. Kegiatan interaksi sosial jika dilakukan dengan baik
akan mengembangkan sikap/karakter peduli sosial. Salah satu cara yang dapat
dipakai seorang guru dalam meletakkan landasan kerja agar terjadi partisipasi
diskusi yang lebih baik adalah dengan memulai tahun ajaran dengan kegiatan-
kegiatan yang dapat membantu siswa lebih nyaman dengan satu sama lain
(Thomas Lickona, 2008: 129).
Selain itu Thomas Lickona (2008: 103) juga menjelaskan bahwa guru juga harus
menunjukkan dan mencontohkan sikap hormat dengan berbicara menggunakan
bahasa yang menghormati ketika berinteraksi dengan anak-anak. Guru memiliki
pengaruh yang besar terhadap perkembangan peserta didik. Guru juga
memberikan peran yang besar terhadap keberhasilan dalam implementasi karakter
peduli sosial.
Ki Hajar Dewantara juga memberikan semboyan tentang peran seorang
guru yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani. Ketiga semboyan tersebut jika diterapkan di sekolah akan memberikan
dampak yang positif bagi peserta didik, terutama dalam pengembangan karakter
pseduli sosial. Guru sebagai model bagi peserta didik harus memberikan teladan
yang baik, terutama dalam hal peduli sosial ini. Sri Narwanti (2011: 74) menyebut
guru sebagai role model yang perilakunya akan diimitasi (ditiru) oleh muridnya.
Guru dalam istilah jawa sebagai orang yang digugu lan ditiru perlu
memperhatikan apapun yang dikatakan dan dilakukannya. Hal itu akan
berpengaruh kepada peserta didik, karena pada dasarnya anak juga akan lebih
banyak belajar dari yang didengar dan dilihatnya. Oleh karena itu, para guru dan
orang tua harus hati-hati dalam bertutur kata dan bertindak, supaya tidak tertanam
nilai-nilai negative dalam sanubari anak (Damiyati Zuchdi, dkk, 2013: 18).
4. Guru Inspiratif
Namin AB Ibnu Solihin (2016) mengemukakan 4 (empat) hal untuk menjadi guru
inspiratif:
a. Memberikan Teladan Nilai-Nilai Kedisplinan : Nilai kedisplinan bagi
guru yang berlabel guru inspiratif wajib ia miliki, seperti datang sebelum
waktu bel masuk sekolah atau lebih bagus kita datang ke sekolah sebelum
siswa-siswa datang, berpaikain dengan rapi dan bersih, masuk ke kelas
saat jam pelajaran dimulai tepat waktu begitupun ketika jam pelajaran
berakhir maka harus segera keluar, karena guru berikutnya sudah
menunggu.
b. Memberikan Teladan Melaui Sikap atau Akhlak : Guru adalah sosok
teladan bagi siswa-siwinya, maka sudah sepatutnya ketika kita memilih
profesi guru maka kita harus bisa menjaga sikap kita agar tetap baik,
seperti dalam berbicara, berkomunikasi dengan siswa atau sesama guru,
yang lebih penting juga kita bisa menjadi teladan dalam kehidupan nyata
bukan hanya ketika di sekolah saja.
c. Kemampuan Guru Mengelola Kelas : Anda pernah membaca artikel
saya yang berjudul “Kelas Rame Ciri Guru Kreatif” jika belum silahkan
membacanya. Jika kita ingin mendaptkan label guru inspiratif maka
kita harus mampu mengelola kelasnya dengan aktif dan dinamis, dalam
buku saya yang akan dilaunching tiga bulan kedepan saya menyebutnya
Guru Inspiratif harus mampu menjadikan kelas yang dinamis dan aktif
layaknya kelas-kelas training yang biasa ikuti. Sebuah kelas yang
membuat siswanya betah di kelas walaupun bel istirahat sudah waktunya.
d. Sosok Guru Pembelajar : Guru yang hebat adalah mereka yang terus
belajar memantaskan diri atau saya juga sering menyebut dengan Sosok
Guru Pembelajar. Guru inspiratif adalah mereka yang tidak menjadikan
wisuda sebagai akhir belajarnya, melainkan sebuah langkah baru untuk
terus belajar, maka jika kita ingin menjadi sosok guru inspiratif buku harus
menjadi sahabt utama kita. Guru inspiratif juga merupakan sosok yang
merasa tidak ego dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga ia mau
terus belajar dan berbagi dengan guru-guru lainnya lewat berbagai
komunitas.
c. Tahap Konseptualisasi
Tahap ketiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya
untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan
prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya. Berpikir induktif
banyak dilakukan untuk memuaskan suatu aturan umum atau generalisasi dari
berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang
diamati tampak berbeda-beda, namun memiliki komponen-komponen yang
sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.