Anda di halaman 1dari 18

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN PADA IBU

HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS

Mata Kuliah : Anatomi dan Fisiologi


Dosen : Dwi Handayani, M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok 5

1. Umi Kalsum (40019048)


2. Vivi Ria Agustina (40019049)
3. Widya (40019050)
4. Widia Astuti (40019051)
5. Windi Fitriyani (40019052)
6. Wiwik Sapitri (40019053)
7. Yerike Juniarti (40019054)
8. Yesi Wulandari (40019055)
9. Yuges Natsyah (40019056)
10. Zelika Apriyani (40019057)
11. Selvi Revila Putri (40019058)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH PALEMBANG PROGRAM STUDI D3
KEBIDANAN TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ungkapkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik yang membahas tentang
Sistem perkemihan pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Selanjutnya, salawat
dan salam kami sanjungkan kepada Rassulullah SAW dan para sahabat
beliau yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam
penuh ilmu pengetahuan. Kami berterima kasih kepada dosen pembimbing
Ibu Dwi Handayani, M.Keb selaku dosen mata kuliah Anatomi Fisiologi
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Sistem perkemihan.
Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi siapapun yang
membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

Palembang, 02 Desember 2019

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sistem Perkemihan ............................................................................ 5
2.2. Fisiologi Miksi ................................................................................................ 11
2.3. Fisiologi Perkemihan Kehamilan, Persalinan dan Nifas ................................ 14

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan ....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem perkemihan adalah di mana terjadi proses penyaringan darah sehingga


darah terbebas dari zat-zat yang tidak diperlukan. Pada manusia, sistem ini terdiri dari
dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dan uretra. Dalam proses kehamilan, bersalin
hingga nifas, ibu mengalami perubahan-perubahan anatomi serta adaptasi fisiologis
pada sistem perkemihan di tubuhnya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian perkemihan ?


b. Apa saja struktur anatomis yang membentuk sistem perkemihan?
c. Apa Fungsi Sistem Perkemihan ?
d. Bagaimana Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan Sampai Pasca prsalinan Pada
Sistem Perkemihan.
1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memperdalam pengetahuan mengenai


anatomi dan fisiologis sistem perkemihan terutama pada ibu hamil hingga ibu nifas.

1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan suatu pembelajaran.
2. Sebagai syarat pemenuhan tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi.

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan berperan penting dalam eliminasi sampah dari tubuh, dan
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem perkemihan melakukan fungsi ini
dengan mengatur komposisi, volume, dan tekanan darah yang melewati ginjal. Sistem
ini secara continue membuang dan mereabsosi air dan subdtansi terlarut dalam darah,
mengeliminasi setiap substansi yang tidak dibutuhkan atau yang menyebabkan
ketidak seimbangan dalam tubuh, sementara substansi lain yang berguna untuk tubuh
tetap dipertahankan.

a. Struktur Anatomis yang Menbentuk Sistem Perkemihan


Struktur anatomis yang membentuk sistem perkemihan yaitu:
1) Dua ginjal, yang membentuk urine
2) Dua ureter, yang menyelurkan urine kekandung kemih
3) Kandung kemih, yang menyimpan urine
4) Uretra, saluran yang mengeluarkan urine daridalamtubuh

1) Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ yang terletak di setiap sisi kolumna
vertebrata di dinding posterior rongga abdomen, ginjal terletak dibelakang
peritoneum, setinggi vertebra toraks ke-12 hingga vertebra lumbal ke-3, dan
letaknya dipertahankan oleh massa lemak. Ginjal kanan letaknya sedikit lebih
rendahdibandingkanginjalkirikarenaadanyahati.

a) Makrostruktur Ginjal :
Ginjal memiliki panjang ± 10 cm, lebar 6,5 cm, dan tebal 3 cm. Setiap
ginjal memiliki berat sekitar 120 g.
Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan adanya tiga daerah utama
ginjal yaitu:
 Kapsul ginjal, terbentuk dari jaringan fibrosa padat.

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 5
 Korteks, berwarna gelap karena mengandung pembuluh darah.
 Medula, tampak sebagai daerah berbentuk kerucut (piramid ginjal) yang
mengandung nefron. Nefron merupakan tempat dibentuknya urine.
Permukaan cekung ginjal disebut sebagai hilum, yang merupakan tempat
masuknya pembuluh darah dan saraf ginjal dan tempat keluarnya ureter. Area
yang terletak dibawah medula dan mengelilingi hilum disebut sebagai pelvis
ginjal. Pelvis ginjal merupakan tempat berkumpulnya urine dari piramid ginjal
dan mengarahkan urine masuk ke ureter.

b) Mikrostruktur ginjal :
Ginjal orang dewasa tersusun atas sekitar 1 juta nefron tempat
pembentukan urine, dan ribuan duktus koligentes, yang membawa urine ke
ureter.
Setiap nefron dikelilingi oleh jaringan kapiler darah tempat terjadinya
pertukaran cairan dan substansi terlarut yang diperlukan untuk membentuk
urine.nefron dapat dibagi menjadi empat bagian anatomis yang memiliki
fungsi yang berbeda :
a) Simpai bowman, merupakan daerah yang berbentuk mangkok yang
dikelilingi oleh massa kapiler, yang dikenla sebagai glomelurus.
b) Tubulus konturtus proksimal, bagian nefron yang berbelok dekat dengan
simpai bowman.
c) Ansa henle, ketika tubulus menurun ke dalam medula ginjal.
d) Tubulus kontortus distal, bagian nefron distal yang berkelok – kelok
menjauhi simpai bowman dan menuju ke duktus koligentes.
Duktus koligentes merupakan tubulus lurus yang mengumpulkan urine dari
beberapa nefron, dan mengarahkan masuk ke ureter.

c) Fisiologi pembentukan urine


Urine dibentuk dalam nefron secara terus menerus melalui tiga proses :
a) Filtrasi glomerulus
Filtrasi adalah proses ketika air dan substansi terlarut bergerak
menembus membran pada tekanan tertentu. Di Simpai Bowman terdapat

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 6
massa kapiler (glomerulus), yaitu berasal dari arteri renalis yang masuk
kehilum ginjal. Arterior aferen yang menuju glomerulus memiliki diameter
yang lebih besar dibandingkan dengan arteriol aferen yang keluar dari
glomerulus. Tekanan ini membuat plasma dan molekul kecil terdorong
menembus dinding dan masuk ke Simpai Bowman. Glomerulus dan
simpai bowman dipisahkan oleh dua lapisan membran sel yang berbentuk
dari sel tunggl, yang membantu proses filtrasi. Hanya substansi yang
cukup kecil saja yang dapat melalui dinding arteriol dan simpai Bowman
yang dpat difiltrasi. Substansi tersebut biasanya termasuk semua unsur
darah kecuali sel darah merah, sle darah putih, serta protein plasma.
Pada simpai Bowman, 10% dari seluruh darah yang memasuki
glomerulus akan difiltrasi. Faktor yang memfasilitasi proses filtrasi yaitu:
 Luasnya area permukaan yang dihasilkan akibat panjangnya kapiler
glomerulus
 Membran penyaring yang sangat berpori dan sangat tipis (0,1μm)
 Tekanan neto filtrasi
Tekanan neto filtrasi merupakan penggerak filtrasi glomelurus, dan
tercipta akibat adanya perbedaan diameter arteriol aferen dan arteriol
eferen. Ada tiga macam tekanan yang berbeda pada simpai Bowman :
1) Tekanan hidrostatik dari arteriol
2) Tekanan osmotik
3) Tekanan kapsular dari simpai Bowman
Tiga tekanan tersebut dipengaruhi seperti yang ditunjukkan di
bawah ini untuk menciptakan tekanan neto filtrasi :
Tekanan hidrostatik – (tekanan osmotik + tekanan kapsular)= tekanan neto
filtrasi.
Filtrasi glomerulus menghasilkan filtrat yang sangat encer dan
mengandung banyak substansi terlarut dari darah, ada beberapa substansi
yang harus dieliminasi dan ada substansi lain yang berguna bagi tubuh.
Reabsorbsi tubular selektif berguna untuk mempertahankan substansi yang
masih berguna.

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 7
b) Reabsorbsi tubulus selektif
Reabsrbsi tubulus terjadi disepanjang tubulus nefron, namun
prosesnya berbeda – beda ditiap bagian tubulus.
Tubulus kontortus proksimal
Di tubulus kontroktus proksimal (proximal convoluted tubule,
PCT), sebagian besar air dan substansi terlarut (solut) direabsorbsi masuk
kembali ke aliran darah. Air diabsorbsi secara pasif melalui omosis,
sedangkan solut direabsorbsi bila dibutuhkan melalui proses aktif dan
pasif. Sebanyak 80% filtrat direabsorbsi dalam PCT.
Dalam keadaan normal, substansi yang dibutuhkan oleh tubuh,
seperti glukosa, direabsorbsi sepenuhnya selama di PTC. Namun jumlah
yang dapat direabsorbsi terbatas. Hal ini dikenal sebagai ambang batas
ginjal, dan tingkat batas ambang ginjal berbeda untuk setipa substansi. Jika
proses reabsorbsi tubular melebihi ambang batas ginjal, maka beberapa
substansi di tahan di tubulus, dan akan terbuag ke urine.
Ansa Henle berjalan jauh ke arah medula ginjal lalu kembali ke
korteks ginjal. Duktus koligentes berjalan parelel dengan bagian tubulus
saat memasuki medula ginjal. Hal ini membuat medula sebagai area yang
konsentrasinya tinggi karena sebagian besar substansi terlarut yang telah
difiltrasi dapat direabsorbsi tanpa kehilangan banyak cairan. Cara ini
merupakan metode pemekaan urine.
Tubulus kortortus distal
Saat filtrat mencapai tubulus kontortus distal (distal convoluted
tubule,DCT), 95% air dan substansi terlarut telah direabsorbsi kembali
kealiran darah. Reabsorbsi substansi yang dibutuhkan tubuh selanjutnya
terjadi di DCT dan duktus koligentes. Di tempat tersebut pula
keseimbangan cairan dicapai.
Keseimbangan cairan dan elektrolit diatur oleh dua hormon yaitu
aldosteron dan hormon antiuretik ( antidiuretic hormone,ADH).
Aldosteron menimbulkan reabsorbsi natrium di tubulus distal dan ADH
mengatur reabsorbsi air dengan cara meningkatkan permeabilitas DCT dan
duktus koligentes.

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 8
c) Sekresi tubular
Pada sekresi tubular, setiap substansi berbahaya dibuang dari
tubulus ke dalam aliran darah. Kelebihan ion hidrogen dan kalium, serta
beberapa otot yang lolos dari proses filtrasi, dibuang keluar tubuh melalui
urine. Sekresi tubular juga berperan penting dalam mempertahankan
keseimbangan asam – basa.

2) URETER
Ureter berada dalam rongga peritoneal, dan masuk dari pelvis ginjal
menuju kandung kemih. Terdapat dua ureter pada setiap ginjal. Ureter tersusun
atas jaringan fibrosa dan lapisan luar, lapisan otot di tengah, dan lapisan dalam
ureter dilapisi oleh epitel transional memastikan tidak tembus air. Lapisan epitel
transional memastikan tidak ada air dari pembuluh darah disekitar ureter yang
dapat memasuki ureter (kemungkinan karna adanya perbedaan tekanan osmotik).
Ureter memasuki kandung kemih pada sudut miring (oblik) sehingga saat
kandung kemih terdistensi (besar) karena urine, jalan masuk ke ureter tertutup
untuk mencegah aliran balik urine kembali ke ginjal. Dalam ureter, urine dialirkan
melalui gerakan peristaltis.

3) KANDUNG KEMIH
Kandung kemih terletak di rongga panggul namun jika terisi penuh dengan
urine, kandung kemih akan naik hhingga ke rongga abdomen sehingga dapat
dipalpasi di atas simfisis pubis. Di belakang kandung kemih terdapat uterus pada
perempuan, dan usus pada laki – laki. Ureter memasuki kandung kemih
dipertengahan bawah korpus kandung kemih. Dari dasar kandung kemih, uretra
mengalirkan urine untuk dikeluarkan dari tubuh.
1) Makrostruktur kandung kemih
Kandung kemiih berbentuk seperti buah pir bila sedang kosong, dan
berbentuk menyerupai bola saat penuh dengan urine. Kandung kemih dapat
menampung sampai 600 ml urine, namun keinginan berkemih akan

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 9
dihantarkan ke sistem saraf saat kandung kemih berisi sekitar 30 ml urine.
Bagian atas kandung kemih disebut sebagai fundus, dan diselimuti olleh
peritoneum secara ongggar agar mudah mengembang bila kandung kemih
terisi banyak urine. Ruang yang dibentuk antara kandung kemih dan uterus
disebut sebagai kavum uterovesikular.bagian dasar kandung kemih disebut
sebagai leher kandung kemih, dan didalamnya terbentuk segitiga atau
trigonum dengan jalur masuknya dari ureter.
2) Mikrostruktur kandung kemih
Dinding kandung kemih tersusun atas tiga lapisan :
a) Lapisan luar berupa jaringan ikat
b) Lapisan tengah berupa otot polos, otot detrusor, yang saling bersilangan
dengan serabut elastik sehingga memungkinkan kandung kemih
berkontraksi dan kembali kebentuk asalnya bila sedang kosong.
c) Lapisan dalam berupa lapisan epitel transisional, yang berlipat – lipat
disebut rugae, sehingga memungkinkan kandung kemih mengembang.

4) URETRA
Uretra meninggalkan kandung kemih dari bagian dasar trigonum dan
melalui otot pereneum menuju orifisium uretra. Panjang uretra berbeda pada
setiap jenis kelamin, pada laki laki panjang uretra 20 mm, pada perempuan
sekitar 4 mm. Pendeknya uretra pada perempuan merupakan prediposisi terjadinya
infeksi saluran kemih. Uretra perempuan terletak dibelakang simfisis pubis,
didepan vagina, dan menuju vestibulum vulva.
Uterus tersususnatastigalapisan jaringan yaitu :
 Lapisan otot dibagian luar
 Lapisan tengah jaringan spongiosa yang mengandung pembuluh darah
 Lapisan dalam adlah lapisan epitel transisional.
Orifisium uretra dikelilingi oleh lapisan otot yang lebih tebal yang terletak
diantara lapisan otot superfisial dan profundus dasar panggul, sehingga
membentuk sfringter eksternal. Diantara sfringter internal dan eksternal, terdpat
area yang memiliki lapisan otot dan serabut elastik dibawah kendali volunter

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 10
maupun involunter. Area ini memperkuat kontinensia [menahan kencing] saat
tekanan abdomen meningkat, seperti saat tertawa, batuk, atau bersin.

2.2. FISIOLOGI MIKSI


Miksi (kencing) adalah mengalirnya urinem dikontrol secara volunter maupun
involunter. Ketika kandung kemih terisi sekitar 30 ml urine, reseptor regang pada
dinding kandung kemih terangsang untuk mengirimkan sensasi tersebut kemedula
spinalis, yang menyebabkan reflek spinal m,embuka sfringter internal uretra, yang
memungkinkan urine mengalir keluar. Hal ini merupakan proses involunter. Jika orang
tersebut belum dapat buang air kecil pada waktu tersebut, kontraksi sfingter uretra
eksternal secara volunter akan mengarah keluarnya kencing. Kandung kemih akan terisi
urine sampai kandung kemih menjadi sangat mengembang, sehingga kontrol volunter
sudah tidak dapat menahan kencing lagi dan akhirnya sfingter uretra eksterna terbuka
dan terjadi kencing. Dalam keadaan yang demikian, aliran keluar urine juga terdorong
oleh kontraksi otot detrusor.
Pengosongan kandung kemih juga dibantu oleh penggunaan otot diafragma dan
otot abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam rongga abdomen. Bentuk, tertawa,
juga meningkatkan tekanan kandung kemih, dan bagi beberapa orang terutama pada
wanita hamil (multipara). Hal ini menyebabkan keluarnya sedikit urine secara tidak
sadar, kondisi yang dikenal dengan inkontinensia stress (DICK ET AL:202). Latihan
dasar panggul selama masa nifas dan setelahnya akan memperbaiki ondisi ini
(laiton,2004)

FUNGSI SISTEM PERKEMIHAN


Membuang sisa metabolisme :
1) Sisametabolisme Nitrogenous: ureum, creatinin, uric acid.
2) Racun-racun/Toxins
3) Obat-obat/Drug
Pengaturan homeostasis :
1) Keseimbangan air
2) Elektrolit
3) Keseimbangan asam-basadarah

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 11
4) Tekanan darah
5) Produksi darah merah
6) Mengaktifkan vitamin D

2.3. Fisiologi Perkemihan Kehamilan


Adanya peningkatan 60% aliran darah sampai akhir trimester pertama yang
kemudian secara bertahap turun sampai akhir kehamilan. GFR meningkat 50% selama
kehamilan yang dimulai segera setelah konsepsi dan berakhir minggu ke-9 sampai 16.
Kadar glukosa urin dapat meningkat selama kehmailan. Tubulus mengalami
penurunan kemampuan dalam mengabsorbsi glukosa. Glukosuria umumnya terjadi
pada kehamilan. Proteinuria juga umum terjadi selama kehamilan karena ada eksresi
berlebih asam amino, namun proteinuria dengan hipertensi merupakan masalah serius.

a. Perubahan struktur anatomi sistem Perkemihan pada kehamilan


Selama kehamilan Sistem Perkemihan mengalami berbagai perubahan
structural dan fungsional dengan banyaknya perubahan structural yang bertahan dengan
baik sampai periode postpartum. Perubahan utama selama kehamilan adalah retensi
natrium dan peningkatan cairan ekstraseluler. BAK cenderung menetapkan
frekuensinya mulai dari kehamilan 6-12 minggu, pada usia kehamilan selanjutnya
perubahan jaringan bagian bawah rongga panggul akan meningkatkan frekuensi BAK
dari biasanya. Setelah 16 minggu pembesaran uterus akan membuat ureter menjadi
dilatasi untuk menampung banyaknya urin.

b. Ginjal
Ginjal ibu hamil harus bekerja sebagai organ ekskresi primer bagi janin,
disamping beruhubungan dengan peningkatan volume dan metabolisme intravascular
dan ekstraseluler. Perubahan ginjal secara fisiologis selama kehamilan berhubungan
dengan efek progesterone dalam merelaksasikan otot serta tekanan dari perubahan
uterus dan perubahan system kardiovaskuler.
Peningkatan panjang ginjal mencapai 1,5cm, hal ini disebabkan oleh
peningkatan aliran darah, volume pembuluh darah serta peningkatan cairan ruang

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 12
interstitial. Ukuran glomerulus bertambah namun jumlah selnya tidak berubah. Secara
keseluruhan, struktur mikroskopik ginjal wanita hamil dan tidak hamil sama saja.

c. Ureter
Bagian-bagian ginjal seperti calix renal, pelvis renal dan ureter mengalami
dilatasi, perpanjangan, peningkatan tonus otot dan penurunan gerak peristaltic.
Perubahan tersebut mengiringi terjadinya hemodinamik, filtrasi glomerulus dan kinerja
tubular. Dilatasi calix renal, pelvis renal dan ureter dimulai pada trimester pertama dan
menetap sampai trimester ketiga pada lebih dari 90% wanita.
Pada 85% wanita, ureter yang berdilatasi ke arah kanan lebih banyak daripada
ke arah kiri, mungkin disebabkan oleh dextrorotasi uterus karena adanya kolon
sigmoid di kuadran kiri rongga pelvik.

d. Vesica Urinaria
Kapasitas vesica urinaria meningkat pada kehamilan mencapai 1000ml.
Estrogen mempengaruhi hipertropi lapisan vesica urinaria. Mukosa vesica urinaria
menjadi hiperemis karena peningkatan ukurannya. Mukosa juga menjadi oedema,
makanya rentan terkena trauma atau serangan infeksi.

2.3 Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan Sampai Persalinan Pada Sistem


Perkemihan
A. Kehamilan
Peningkatan limbak pada uterus yang hamil dapat berdampak pada penghambatan
aliran urin melalui sistem perkemian dan penyimpanan urin dalam jumlah besar di
kandung kemih. Akibatnya, wanita hamil akan mengalami peningkatan frekuensi kencing,
di awal kehamilan akibat pembasarannya uterus dalam rongga panggul, dan saat akhir
keamilan akibat uterus memenuhi rongga abdomen (Baston, 2003).
Peningkatan jumlah hormon yang bersirkulasi, terutama progesteron, menyebabkan
dilatasi pelvis ginjal dan kaliks ginjal, menyebabkan obstruksi ureter, terutama ureter
sebalah kanan. Dilatasi pembulu darah juga memperlambat aliran urine (Coad, 2002).
Faktor ini menjadi predisporsi wanita hamil mengalami infeksi saluran kemih yang sering
mengenai ginjal.

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 13
Wanita hamil sering terbangun tengah malam untuk kencing. Hal ini disebut nokturia
dan terjadi akibat aliran balik vena (venous return) yang kurang baik selama berdiri atau
tegak sehariaan, yang tentu saja menghambat pasase urine. Natrium diretensi oleh tubuh.
Setelah aliran balik vena lebih lancar karena berbaring saat tidur malam, peningkatan
kadar natrium dara sedikit meningkatkan produksi urine, sehingga wanita tersebut
menjadi lebih sering ingin kencing.
Peningkatan cairan sirkulasi pada sistem kardiovaskuler maupun sistem limfatik
meningkatkan laju filtrasi glomerumus ginjal. Akibatnya, ginjal menjadi tidak mampu
mereabsorbsi beberapa substansi sepenuhnya, dan sisa-sisa substansi tersebut akan
diekresi ke urine. Hal ini merupakan fenomena fisiologis selama kehamilan, dan disebut
sebagai penurunan ambang batas ginjal. Glukosa dapat ditemukan dalam urine wanita
yang memiliki kadar gula darah normal.

Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil Trimester I, II, dan III pada system Perkemihan.
a. Trimester I
Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga
sering timbul kencing.
Keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus
keluar dari rongga panggul dan ginjal wanita harus mengakomodasi
tuntutan metabolisme dan sirkulasi tubuh ibu yang meningkat dan juga
mengekresi produk sampah janin. Fungsi ginjal berubah karena adanya
hormone kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktifitas
fisik dan asupan makanan. Sejak minggu ke-10 gestasi pelvic ginjal dan
ureter berdilatasi.
Ginjal pada kehamilan sedikit bertambah besar panjang bertambah 1-
1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml dari 10 ml pada wanita yang tidak
hamil.
Protein urine secara normal disekresikan 200-300mg/hari, bila
melebihi 300 mg/perhari maka harus diwaspadai terjadi komplikasi.
b. Trimester II
Kandung kemih tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang,
Karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester kedua,

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 14
kandungan kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati kearah
abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih
bergeser kearah ke atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukan
oleh hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini
membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah.
Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal memungkinkan distensi
kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. pada saat yang sama, pembesaran
uterus menekan kandung kemi,menimbulkan rasa ingin berkemih
walaupun kandung kemih berisi sedikit urine.
c. Trimester III
Pada kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai
tertekan kembali. Pada kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan
ureter lebih berdelatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang
berat ke kanan. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter
mampu manampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urine.

B. Persalinan
Selama persalinan, kandung kemih sedikit naik di atas simfisis pubis, seiring dengan
makin masuknya janin ke panggul. Hal ini dapat menyebabkan restriksi utetra, dan
menyebabkan retensi urine. Jika karena retensi urine, kandung kemih sangat membesar
sehingga hal tersebut dapat mengganggu kemajuan persalinan. Tonus kandung kemih
dapat menghilang dan terjadi luka pada uretra, menyebabkan disuria (Stables, 1999).
Pemeriksaan kondisi wanita yang bersalin meliputi urinalisis rutin untuk memastikan
ibu dapat beradaptasi dengan meningkatnya kebutuhan fisiologis. Untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan fisiologis ini, laju metabolisme akan meningkat. Energi ekstra
yang diperlukan selama persalinan didapatkan dari cadangan glukosa, namun jika seiring
kemajuan persalinan, cadangan glukosa ini tidak digantian oleh nutrisi yang cukup, lemak
akan dipecah sebagai sumber energi. Hasil samping metabolisme lemak adalah keton.
Keton diekresi oleh ginjal sehingga dapat ditemukan pada urinalis, kondisi ini disebut
ketonuria. Biasanya asupan makanan dan minuman wanita yang bersalin dibatasi,

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 15
sehingga ketonuria sering terjadi (Enkin et al, 2000). Ketonuria dapat mempengaruhi
kemajuan persalinan.

C. Pasca persalinan
Keluaran urin meningkat selama 7 hari setelah pelahiran, karena jumlah cairan
sirkulasi menurun dan produk sisa metabolisme terkait involusi uterus (kembalinya uterus
ke ukuran semula) sudah kembali ke keadaan seperti sebelum hamil (Harrison, 2003).
Kadang fungsi kandung kemih kembali normal secara pelahan karena beberapa faktor
seperti lamanya persalinan yang lama dan terjadi kerusakan dasar panggul selama
pelahiran. Adanya jahitan dan lebam dapat menimbulkan ketakutan psikologis pada
wanita untuk berkemih secara normal. Pelahiran dengan penyulit seperti pendarahan
dapat lebih memperberat kerusakan sistem perkemihan.
Sistem perkemihan memerlukan waktu sekitar 6 minggu untuk kembali ke keadaan
seperti sebelum hamil. Infeksi saluran kemih terjadi pada 2-4% ibu.

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 16
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Pada setiap kehamilan akan terjadi perubahan-perubahan anatomi sesuai tingkat
usia kehamilan ibu hamil tersebut. Perubahan tersebut dimulai pada trimester awal sampai
trimester terakhir kehamilan yaitu trimester III. Lalu, selama persalinan, kandung kemih
sedikit naik di atas simfisis pubis, seiring dengan makin masuknya janin ke panggul. Hal
ini dapat menyebabkan restriksi utetra, dan menyebabkan retensi urine. Kemudian
keluaran urin meningkat selama 7 hari setelah pelahiran, karena jumlah cairan sirkulasi
menurun dan produk sisa metabolisme terkait involusi uterus (kembalinya uterus ke
ukuran semula) sudah kembali ke keadaan seperti sebelum hamil (Harrison, 2003).

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 17
DAFTAR PUSTAKA

Kelompok 5: Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Hal 18

Anda mungkin juga menyukai