Anda di halaman 1dari 26

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Refleksi Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

PSIKOTIK AKUT

oleh:
DEDY SUTRIYATNO
NIM. 1610029066

Pembimbing
dr. Yenny, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


LABORATORIUM ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
AGUSTUS 2017

i
Refleksi Kasus

Psikotik Akut

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik


di Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa

DEDY SUTRIYATNO 1610029066

Menyetujui,

dr. Yenny, Sp.KJ

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN JIWA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
AGUSTUS 2017

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas refleksi kasus tentang “Psikotik Akut”. Refleksi kasus
ini dibuat dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Kesehatan
Jiwa Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis menyapaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. H. Jaya Mu’alimin, Sp. KJ, selaku Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. Yenny, Sp. KJ, selaku dosen pembimbing refeksi kasus.
5. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
6. Rekan sejawat Dokter Muda tim 46 stase Ilmu Kesehatan Jiwa yang telah
bersedia memberikan saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan tutorial kasus ini, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan. Akhir kata, semoga
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca.

Samarinda, Agustus 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB 2 KASUS PSIKIATRI ................................................................................... 2
2.1 Anamnesis ................................................................................................ 2
2.2 Pemeriksaan Fisik..................................................................................... 5
2.3 Status Psikiatrik ........................................................................................ 5
2.4 Diagnosis .................................................................................................. 6
2.5 Penatalaksanaan ........................................................................................ 7
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
3.1 Definisi ..................................................................................................... 8
3.2 Epidemiologi ............................................................................................ 8
3.3 Etiologi ..................................................................................................... 9
3.4 Gambaran Klinis....................................................................................... 9
3.5 Diagnosis .................................................................................................. 9
3.6 Diagnosis banding .................................................................................. 11
3.7 Perjalanan Penyakit dan Prognosis ......................................................... 12
3.8 Terapi ...................................................................................................... 12
BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................... 15
4.1 Diagnosis ................................................................................................ 15
4.2 Penatalaksanaan ...................................................................................... 18
FOLLOW UP ........................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-
5) mengklasifikasikan gangguan psikotik akut sebagai bagian dari kategori spektrum
schizophrenia dan ganguan psikotik lainnya. Kelainan ini ditandai dengan adanya gejala
waham, halusinasi, pikiran yang tidak terorganisir, kelainan perilaku (termasuk
katatonia), dan gejala negatif (American Psychiatric Association, 2013). Gangguan
psikotik akut dibedakan dari gangguan terkait lainnya dengan melihat dari onset gejala
yang mendadak, durasi yang relatif singkat (< 1 bulan) dan kembalinya fungsi ke keadaan
premorbid (Memon & Bienenfeld, 2015).
Pada PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi ke
III) memasukkan psikotik akut ke dalam gangguan skizofrenia, gangguan skizoptipal dan
waham. Dalam golongan ini psikotik akut memiliki kode F23 yaitu sebagai “Gangguan
Psikotik Akut dan Sementara”. Diagnosis ini ditegakan dengan menggunakan urutan
diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama
terpilih dari gangguan ini (Maslim, 2013).

1
BAB 2

KASUS PSIKIATRI

Dipresentasikan pada Kegiatan Kepaniteraan Klinik Labortorium Kedokteran


Jiwa. Pemeriksaan dilakukan pada hari Selasa, 22 Agustus 2017 pukul 06.00 WITA di
IGD Jiwa RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber anamnesa yaitu
autoanamnesa dan heteroanamnesa.

2.1 Anamnesis
2.1.1 Indentitas Pasien
Nama : Tn. RP
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Slamet Riyadi Kelurahan Bukit Biru Tenggarong

Pasien datang bersama dengan Bapak dan Ibunya untuk berobat ke RSJD Atma
Husada Mahakam Samarinda atas rekomendasi rujukan dari RSUD Parkesit.

2.1.2 Keluhan Utama

Mengamuk.

2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang


a. Autoanamnesis
Pasien rujukan dari RSUD Parkesit Tenggarong datang dibawa dengan
ambulans bersama kedua orang tuanya ke IGD RJD Atma Husada Mahakam dengan
keluhan bahwa merasa ada orang lain yang mengendalikan dirinya untuk mencederai

2
diri sendiri. Pasien merasa sangat sulit untuk melawan bisikan tersebut, sehingga
secara tidak sadar tangan bergerak untuk memukul diri sendiri.

b. Heteroanamnesis
Pasien datang dibawa ambulans bersama kedua orang tuanya dengan keluhan
mengamuk ke IGD RSJD Atma Husada Mahakam. Dua minggu sebelum masuk
rumah sakit (SMRS) pasien sering berbicara sendiri dan membaca ayat-ayat Al-Quran
(mengaji). Pasien merasa ada yang membisikan ayat-ayat Al-Quran kemudian
diperintahkan untuk mengikutinya. Keluhan ini hampir setiap hari. Pada saat itu pasien
masih mau makan dan mandi jika disuruh. Dua hari SMRS keluhan mengamuk
muncul. Pasien merasakan ada orang dari jarak jauh yang mencoba untuk mengontrol
dirinya untuk bunuh diri dengan cara memukul dirinya sendiri. Akibat keluhan
tersebut, oleh Bapaknya tangan pasien diikat. Karena kasihan akhirnya ikatan dilepas
namun pasien mengamuk lagi sambil memukul dirinya sendiri serta Bapaknya,
terkadang dinding dan mencoba untuk mencari pisau untuk bunuh diri. Pada akhirnya
pasien dibawa oleh kedua orang tuanya ke RSUD Parkesit. Dari dokter disana
memberikan rujukan ke RSJD Atma Husada Mahakam dengan melampirkan hasil
Laboratorium yang dalam batas normal.

2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Pada umur 7
bulan pasien pernah dirawat di RSUD Parkesit dengan penyakit kejang demam. Dari
penjelasanan orang tuanya, pada saat itu pasien tidak sadar ± 1 hari. Pada kelas 2 SD
pasien sering mengalami kejang yang kemudian ketika dibawa ke dokter ternyata
didiagnosis sebagai epilepsi. Semenjak itu pasien mulai meminum obat rutin hingga
sekarang. Pasien sering tidak meminum obatnya jika tidak diawasi oleh orang tuanya.
Tidak ada riwayat trauma atau tumor kepala.

2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Dari keluarga baik dari keluarga Bapak, Ibu dan saudara kandung tidak pernah
mengalami kelainan yang serupa.

3
2.1.6 Genogram

v v

= laki- laki
v = perempuan meninggal
= perempuan
= Pasien
= laki-laki meninggal

2.1.7 Pramorbid
Dari pengakuan orang tua, pasien termasuk orang yang aktif terlihat dari bahwa
pasien sering berkumpul dengan teman-temannya serta mengikuti salah satu organisasi
yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.

2.1.8 Faktor pencetus


1) Psikogenik :-
2) Organobiologik : Epilepsi

2.1.9 Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah.

2.1.10 Hubungan Dengan Keluarga dan Lingkungan


Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan satu adik perempuanya. Dalam
hubungan dengan keluarga kandungnya juga tidak ada masalah, mereka hidup harmonis.
Pasien juga tidak memiliki masalah dengan tetangga sekitar rumah, pasien merupakan
orang senang bergaul dan mudah bersosialisasi dengan siapa saja.

4
2.2 Pemeriksaan Fisik
2.2.1 Status internus
a. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Suhu :-
b. Keadaan umum
Pasien tampak kurang rapi, wajah sesuai usia
c. Kesadaran
Kompos mentis, GCS = E4 V5 M6
d. Mata
Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
e. Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur
f. Sistem respiratorik
Vesikuer, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
g. Abdomen
Soefl
h. Ekstremitas
Edema (-/-)
2.2.2 Status Neurologis
Panca indera : sekilas nampak normal
Tanda menigeal : tidak dilakukan pemeriksaan

2.3 Status Psikiatrik


a. Kesan Umum : Kurang rapi, wajah sesuai usia
b. Kontak : verbal (+) dan visual (+)
c. Kesadaran : Kompos Mentis, orietasi (+), atensi (+), memori (+)
d. Emosi : Mood eutimia, afek terbatas
e. Proses berfikir : waham (+), koheren
f. Intelegensi : cukup
g. Persepsi : Halusinasi auditorik (+), ilusi (-)

5
h. Kemauan/volition : Activity daily life disuruh
i. Psikomotor : dalam batas normal
j. Tilikan :3

2.4 Diagnosis
2.4.1 Formulasi Diagnosis
a. Seorang laki-laki berumur 25 tahun, agama Islam, belum menikah, tidak bekerja,
datang pada hari Senin, 21 Agustus 2017 pukul 23.30 WITA di IGD RSJD Atma
Husada Mahakam Samarinda.
b. Pasien rujukan dari RSUD Parkesit ini datang dengan keluhan mengamuk. Dari
autoanamnesis pasien mengaku merasa ada orang lain yang mengendalikan
dirinya untuk mencederai diri sendiri. Pasien merasa sangat sulit untuk melawan
bisikan tersebut, sehingga secara tidak sadar tangan bergerak untuk memukul diri
sendiri. Dari heteroanamnesis, dua minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
pasien sering berbicara sendiri dan membaca ayat-ayat Al-Quran (mengaji).
Pasien merasa ada yang membisikan ayat-ayat al-Quran kemudia diperintahkan
untuk mengikutinya. Keluhan ini timbul setiap hari. Pada saat itu pasien masih
mau makan dan mandi jika disuruh. Dua hari SMRS keluhan mengamuk muncul.
Pasien merasakan ada orang dari jarak jauh yang mencoba untuk mengontrol
dirinya untuk bunuh diri dengan cara memukul dirinya sendiri. Selain itu pasien
ada usaha untuk meciderai diri sendiri. Pasien sebelumnya tidak pernah
mengalami hal yang sama.
c. Pada usia 7 bulan pasien di rawat di rumah sakit karena kejang demam. Pasien
ada riwayat epilepsi sejak kelas 2 SD. Trauma atau penyakit otak yang lain
disangkal.
d. Riwayat konsumsi alkohol (-), merokok (-) dan NAPZA (-)
e. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal
f. Pada pemeriksaan psikiatri, didapatkan pasien tampak berpenampilan kurang rapi,
wajah sesuai usia, kooperatif, kontak verbal dan visual baik, mood eutimik, afek
sesuai, orientasi baik, atensi baik, memori baik, proses berfikir baik, tidak ada
waham, halusinasi auditorik positif, tidak ada ilusi, intelegensi baik, kemauan
disuruh, psikomotor normal.

6
2.4.2 Diagnosis Rekam Medik
Aksis I : F23 psikotik akut
Aksis II : Tidak ada diagnosis untuk aksis ini
Aksis III : Epilepsi
Aksis IV : Tidak ada diagnosis untuk aksis ini
Aksis V : GAF Scale 70-61. Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

2.5 Penatalaksanaan
Obervasi non terapi

7
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Psikotik akut (brief psychotic disorder) adalah suatu kelainan psikotik yang
ditandai dengan onset gejala psikotik yang tiba-tiba serta berlangsung setidaknya selama
satu hari atau lebih tetapi kurang dari satu bulan (Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015). Ciri
khas dari kelainan ini adalah ditemukan setidaknya satu dari gejala positif psikotik, yaitu
waham/delusi, halusinasi, bicara yang tidak terorganisisr (paling sering derailment atau
inkoheren) dan prilaku yang abnormal, termasuk katatonia (American Psychiatric
Association, 2013). Remisinya kembali ke keadaan premorbid seperti ketika pasien dalam
keadaan normal. Psikotik akut merupakan syndroma psikotik yang bersifat akut dan
sementara (Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).

3.2 Epidemiologi
Prevalensi dan insidensi pasti dari psikotik akut tidak diketahui secara pasti.
Prevalensi kasus psikotik akut di Amerika Serikat diperkirakan 9%. Kelainan ini dua kali
lipat lebih sering dialami pada permpuan dengan usia dekade 2 dan 3. Pola epidemiologi
ini berbeda jauh dengan epidemiologi pada kelainan schizophrenia. Beberapa klinisi
menyatakan bahwa kelainan psikotik akut lebih sering dialami pada pasien dari kelas
socioekonomi rendah yaitu terjadi di negara berkembang dan pada mereka yang pernah
mengalami suatu bencana atau perubahan budaya secara signifikan, contohnya imigran.
Onset usia pasien di negara maju mungkin lebih tinggi dibandingkan di negara
berkembang. Seseorang yang telah mengalami stressor psikososial mungkin memiliki
risiko lebih besar untuk mengalami kelainan psikotik akut ini (American Psychiatric
Association, 2013; Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).
Psikotik akut mungkin timbul pada masa dewasa atau awal dewasa dengan onset
dapat terjadi kapan saja sepanjang masa hidup dan biasanya rata-rata di usia pertengahan
dekade 30. Secara definisi diagnosis dari gangguan psikotik ini harus terdapat remisi total
dari semua gejala dan pada akhirnya kembali ke keadaan premorbid dalam satu bulan
setelah onset timbulnya gejala. Beberapa pasien, durasi gejala psikotik mungkin lebih
singkat (beberapa hari) (American Psychiatric Association, 2013).

8
3.3 Etiologi
Penyebab dari psikotik akut tidak diketahui. Pasien dengan gangguan kepribadian
mungkin secara biologis atau psikologis memiliki kerentanan untuk mengalami gejala
psikotik terutama mereka dengan borderline, schizoid, schizotypal, atau paranoid.
Beberapa pasien psikotik akut memiliki keluarga dengan riwayat pernah mengalami
schizophrenia atau gangguan mood meskipun temuan ini tidak harus ada. Teori lain
mengatakan bahwa gejala psikotik merupakan mekanisme pertahanan untuk melawan
suatu keingingan yang tidak tercapai atau sebuah pelarian dari tekanan psikologis
(American Psychiatric Association, 2013; Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).

3.4 Gambaran Klinis


Gejala kelainan psikotik akut selalu mencakup setidaknya satu gejala utama
psikosis, seperti halusinasi, delusi, dan pikiran yang tidak terorganisir serta biasanya
dengan onset mendadak, namun tidak selalu mencakup keseluruhan pola gejala yang
terlihat pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa suasana mood yang
labil, kebingungan, dan gangguan perhatian mungkin lebih sering terjadi pada awal
gangguan psikotik akut daripada pada permulaan gangguan psikotik yang akhirnya
kronis. Gejala khas pada gangguan psikotik akut meliputi volatilitas emosional, perilaku
aneh, berteriak-teriak atau diam, dan gangguan ingatan terhadap kejadian terkini.
Beberapa gejala mengarah diagnosis delirium dan memerlukan pemeriksaan medis,
terutama untuk menyingkirkan reaksi dari obat-obatan (Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).
Skandinavia dan literatur Eropa lainnya mendeskripsikan beberapa pola gejala
khas pada kelainan psikotik aktu, walaupun ini mungkin sedikit berbeda di Eropa dan
Amerika. Pola gejala meliputi reaksi paranoid akut dan kebingungan, eksitasi, dan
depresi. Beberapa data menunjukkan bahwa, di Amerika Serikat, paranoia merupakan
gejala utama yang paling serig ditemukan pada kelainan ini (Sadock, Sadock, & Ruiz,
2015).

3.5 Diagnosis
Diagnosis gangguan psikotik akut tepat bila gejala psikotik berlangsung paling
sedikit satu hari tapi kurang dari satu bulan dan tidak dikaitkan dengan gangguan mood,
gangguan akibat penggunaan zat, atau gangguan psikotik yang disebabkan oleh kondisi
medis lain. Terdapat tiga subtipe gangguan psikotik akut: (1) adanya stressor, (2) tidak
adanya stressor, dan (3) onset postpartum. Seperti pasien psikiatri akut lainnya, riwayat

9
yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari
pasien. Meskipun gejala psikotik mungkin terlihat jelas, informasi tentang gejala
prodromal, episode gangguan mood sebelumnya, dan riwayat baru-baru saja
mengonsumsi zat psikotimimetik ini mungkin tidak didapatkan dari wawancara klinis
saja. Selain itu, dokter mungkin tidak dapat memperoleh informasi yang akurat tentang
ada atau tidak adanya pemicu stres. Informasi semacam itu biasanya paling akurat
diperoleh dari kerabat dekat seperti saudara atau teman (Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).
Ketika proses penegakan diagnosis, hal lain yang harus diperhatikan adalah
membedakan gejala psikotik akut dari pola perilaku yang dapat diterima secara budaya
mereka. Misalnya, dalam beberapa upacara keagamaan, seseorang dapat menyampaikan
bahwa mereka dapat mendegar suara, tetapi hal ini dianggap normal oleh sebagian besar
masyarakat yang ada di komunitasnya. Selain itu, latar belakang budaya dan agama harus
diperhitungkan saat mempertimbangkan apakah kepercayaan-kepercayaan itu adalah
sebuah waham atau tidak (American Psychiatric Association, 2013).

Kriteria Diagnostik DSM V Gangguan Psikotik Singkat


 Adanya satu atau lebih dari gejala di bawah ini. Setidaknya satu dari gejala ini
harus (1), (2), atau (3):
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara yang tidak teroganisir
4) Perilaku yang tidak teroganisir atau katatonik
 Durasi episode dari gangguan ini setidaknya satu hari tetapi kurang dari satu
bulan, dengan kembalinya ke kondisi pramorbid.
 Gangguan ini tidak bisa dijelaskan sebagai depresi mayor atau bipolar dengan
gejala psikotik atau kelainan psikotik lain seperti schizophrenia atau catatoinia,
dan tidak berkaitan dengan kelainan akibat efek zat tertentu.

10
Pedoman Diagnostik berdasarkan PPDGJ-III:
F.23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
 Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan utnuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang
dipakai ialah:
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-
gejala psikotik menjadi nyata dan menggangu sedikitnya beberapa aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidka termasuk periode prodromal yang
gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh
kelompok;
b. Adanya sindrom yang khas (berupa “polimorfik” = beraneka ragam dan
berubah cepat atau “schizophrenia-like: = gejala skiofrenik yang khas);
c. Adanya stres akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi
dengan karakter ke 5; .x0 = Tanpa penyerta stres akut; .x1 = dengan penyerta
strs akut).. kesulitan atau problem yang berkepanjangna tidak boleh
dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini;
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung;
 Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik
(F30.-) atau Episode depresif (f32.-), walaupun perubahan emosional dan gejala-
gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
 Tidka ada penyebab organik, seperti trauma kepala kapitis, delirium, atau
demensia. Tidka merupakan intoksikasi akibat pengguanaan alhl atau obat-
obatan

3.6 Diagnosis banding


Dokter tidak boleh berasumsi bahwa diagnosis pasti untuk pasien yang secara
singkat memiliki gejala psikotik adalah kelainan psikotik akut, bahkan ketika faktor
psikososial yang jelas dapat diidentifikasi. Faktor semacam itu mungkin kebetulan saja.
Jika gejala psikotik timbul lebih dari satu bulan, diagnosis gangguan skizofreniform,
gangguan schizoafektif, skizofrenia, gangguan mood dengan gejala psikotik, gangguan
delusional, dan gangguan psikotik yang tidak ditentukan lain harus dievaluasi. Jika gejala
psikotik onset mendadak muncul kurang dari satu bulan sebagai respons terhadap stresor
yang nyata, diagnosis kelainan psikotik akut boleh ditegakan (Sadock, Sadock, & Ruiz,
2015).

a. Kondisi medis lain. Berbagai macam gangguan medis bisa bermanifestasi gejala
psikotik yang berdurasi singkat. Genggan psikotik akibat kondisi medis lain atau

11
delirium didiagnosis jika ada bukti dari riwayat, hasil pemeriksaan fisik, atau tes
laboratorium bahwa waham atau halusinasi adalah akibat langsung dari kondisi
medis tertentu (misalnya cushing syndrome dan tumor otak) (American Psychiatric
Association, 2013).
b. Gangguan yang diinduksi obat. Gangguan psikotik yang disebabkan obat-obatan,
delirium yang diinduksi zat, dan intoksikasi zat dibedakan dari kelainan psikotik akut
dengan meihat adanya bukti bahwa pasien menggunakan zat tersebut. Tes
laboratorium seperti screening tes urin atau kadar alkohol darah, mungkin dapat
membantu dalam menentukan keputusan (American Psychiatric Association, 2013).
c. Gangguan depresif dan bipolar. Diagnosis psikotik akut tidak dapat ditegakkan
jika gejala psikotik terjadi bersama episode gangguan mood, yaitu gejala psikotik
terjadi secara ekslusif selama episode depresif mayor, mania, atau campuran
(American Psychiatric Association, 2013).
d. Gangguan psikotik lain. Jika gejala psikotik bertahan selam satu bulan atau lebih,
diagnosis gangguan schizophreniform, gangguan waham, depresi dengan gejala
psikotik, gangguan bipolar dengan gejala psikotik, dapat ditegakan sesuai presentasi
gejala pasien. Perhatian khusus harus dilakukan pada kemungkinan bahwa kelainan
rekurens, seperti gangguan bipolar dan eksaserbasi akut dari schizophrenia dapat
menyebabkan episode psikotik berulang (American Psychiatric Association, 2013).

3.7 Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Menurut definisi, kelainan psikotik singkat kurang dari satu bulan. Meskipun
demikian, perkembangan gangguan kejiwaan yang signifikan tersebut dapat menandakan
kerentanan mental pasien. Kira-kira setengah dari pasien yang pertama kali didiagnosis
memiliki gangguan psikotik akut kemudian menampilkan sindrom kejiwaan kronis
seperti skizofrenia dan gangguan mood. Pasien dengan kelainan psikotik akut,
bagaimanapun, umumnya memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa
menunjukkan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memiliki masalah
kejiwaan lebih lanjut (Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).

3.8 Terapi
3.9.1 Rawat Inap
Pasien yang memiliki gejala psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap dalam
jangka waktu pendek untuk mengevaluasi dan proteksi. Evaluasi memerlukan

12
pengawasan gejala dan penilaian tingkat kemungkinan untuk menciderai diri sendri dan
orang lain secara ketat. Selain itu, suasana tenang tempat yang terstruktur dari rumah sakit
mungkin membantu pasien untuk mengembalikan ke kondisi pramorbid. Ketika
klinisi/dokter ingin mengawasi efek obat, pengawasan dengan mengasingkan dari pasien
lain mungkin diperlukan (Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).
3.9.2 Farmakoterapi
Dua kelas obat yang dapat dipertimbangkan untuk terapi psikotik akut adalah obat
antipsikotik dan benzodiazepine. Ketika obat antipsikotik dipilih, obat antipsikotik
dengan pontensi tinggi seperti haloperidol, atau serotonin dopamine agonist seperti
ziprasidone mungkin dapat digunakan. Pada pasien yang berisiko mengalami efek
samping obat berupa extrapyramidal symptom, serotonin dopamine antagonist harus
diberikan sebagai profilaksis untuk melawan gejala motorik yang diinduksi obat.
Benzodiazepine dapat digunakan dalam pengobatan psikosis jangka pendek sebagai
alternatif. Meskipn benzodiazepin memiliki keterbatasa atau tida adanya manfaat dalam
pengobatan gangguan psikotik jangka panjang, tetapi obat ini efektif untuk pemakaian
singkat dan dikaitkan dengan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan denan obat
antipsikotik. Pada kasus yang jarang, benzodiazepine dikaitkan dengan kejadian agitasi
dan yang lebih jarang adalah withdrawal seizure yang menggunakan dalam dosis tinggi.
Penggunaan obat lain dalam terapi psikotik akut belum didapatkan hasil yang
memuaskan. Tetapi terapi dengan obat anxiolitik sering berguan dalam 2 sampai 3 mingu
setelah resolusi dari episode psikotik. Klinisi seharusnya menghindari penggunaan jangka
panjang obat apa saja dalam tatalksana kelainan ini. Jika penggunaan obat masih
diperlukan, maka klinis mungkin harus mempertimbangkan kembali diagnosis (Sadock,
Sadock, & Ruiz, 2015).
3.9.3 Psikoterapi
Meskipun rawat inap dan farmakoterapi cenderung mengontrol situasi dalam
jangka pendek, bagian yang sulit dari perawatan pasien psikotik akut adalah integrasi
psikologis dari pengalaman (dan mungkin faktor pencteus seperti trauma) ke dalam
kehidupan pasien dan keluarganya. Psikoterapi digunakan dalam memberikan
kesempatan untuk mendiskusikan stres dan episode psikotik. Strategi eksplorasi dan
pengembangan penanggulangan merupakan topik utama dalam psikoterapi. Masalah
terkait termasuk membantu pasien mengatasi hilangnya harga diri dan untuk
mendapatkan kembali kepercayaan diri. Strategi pengobatan individual berdasarkan

13
peningkatan kemampuan memecahkan masalah sambil memperkuat struktur ego melalui
psikoterapi tampaknya paling manjur. Keterlibatan keluarga dalam proses pengobatan
mungkin penting untuk hasil yang sukses (Sadock, Sadock, & Ruiz, 2015).

14
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Diagnosis
Fakta Teori
Anamnesis 1) Psikotik akut adalah suatu kelainan
psikotik yang ditandai dengan onset
1) Pasien laki-laki, usia 25 tahun
gejala psikotik yang timbul mendadak
2) Gejala-gejala: berbicara sendiri sejak
serta berlansung setidaknya selama
2 minggu SMRS. 2 hari SMRS gejala
satu hari atau lebih tetapi kurang dari
lain, yaitu mengamuk muncul dan
satu bulan. Remisinya kembali ke
memukul diri sendiri karena merasa
keadaan premorbid seperti ketika
ada yang mengontrol dari jauh.
pasien dalam keadaan normal.
2) Kelainan ini sering dialami pada
Riwayat Penyakit Dahulu perempuan dengan pasien usia dekade
2 dan 3. Beberapa klinisi menyatakan
1) Riwayat trauma (-), epilepsi sejak bahwa kelainan psikotik akut lebih
kelas 2 SD (+) sering dialami pada pasien dari kelas
2) Riwayat konsumsi alkohol (-) dan sosioekonomi rendah dan pada mereka
NAPZA (-), riwayat merokok (-) yang pernah mengalami suatu bencara
3) Tidak pernah dirawat di Rumah Sakit atau perubahan budaya secara
Jiwa. signifikan, contohnya imigran. Onset
usia pasien di negara maju mungkin
lebih tinggi dibandingkan di negara
Status Psikiatri berkembang. Seseorang yang telah
1) Kesan umum kurang rapi, wajah mengalami stressor psikososial
sesuai usia. mungkin memiliki risiko lebih besar
2) Kontak verbal (+), kontak visual (+) untuk mengalami kelainan psikotik
3) Kesadaran orientasi baik, atensi akut ini.
intak, dan memori intak. 3) Gejala kelainan psikotik akut selalu
4) Mood eutimia, afek terbatas. mencakup setidaknya satu gejala
5) Persepsi : halusinasi (+), ilusi (-) utama psikosis, seperti halusinasi,
6) Proses berfikir waham (+) dan delusi, dan pikiran yang tidak
intelegensi cukup terorganisir, biasanya dengan onset
7) Kemauan : activity daily life disuruh mendadak, namun tidak selalu
8) Psikomotor normal mencakup keseluruhan pola gejala
yang terlihat pada skizofrenia.

15
4) Kriterian diagnostik berdasarkan DSM
V
 Adanya satu atau lebih dari gejala di
bawah ini. Setidaknya satu dari gejala
ini harus (1), (2), atau (3):
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara yang tidak teroganisir
4) Perilaku yang tidak teroganisir
atau katatonik
 Durasi episode dari gangguan ini
setidaknya satu hari tetapi kurang
dari satu bulan, dengan kembalinya
ke kondisi pramorbid.
 Gangguan ini tidak bisa dijelaskan
sebagai depresi mayor atau bipolar
dengan gejala psikotik atau kelainan
psikotik lain seperti schizophrenia
atau catatoinia, dan tidak berkaitan
dengan kelainan akibat efek zat
tertentu.

5) Kriteria diagnositk berdasarkan


PPDGJ-III
 Menggunakan urutan diagnosis yang
mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih
dari gangguan ini. Urutan prioritas
yang dipakai ialah:
a. Onset yang akut (dalam masa 2
minggu atau kurang = jangka
waktu gejala-gejala psikotik
menjadi nyata dan menggangu
sedikitnya beberapa aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari-
hari, tidka termasuk periode
prodromal yang gejalanya sering
tidak jelas) sebagai ciri khas yang
menentukan seluruh kelompok;
b. Adanya sindrom yang khas
(berupa “polimorfik” = beraneka
ragam dan berubah cepat atau

16
“schizophrenia-like: = gejala
skiofrenik yang khas);
c. Adanya stres akut yang berkaitan
(tidak selalu ada, sehingga
dispesifikasi dengan karakter ke
5; .x0 = Tanpa penyerta stres
akut; .x1 = dengan penyerta strs
akut).. kesulitan atau problem
yang berkepanjangna tidak boleh
dimasukkan sebagai sumber stres
dalam konteks ini;
d. Tanpa diketahui berapa lama
gangguan akan berlangsung;
 Tidak ada gangguan dalam kelompok
ini yang memenuhi kriteria episode
manik (F30.-) atau Episode depresif
(f32.-), walaupun perubahan
emosional dan gejala-gejala afektif
individual dapat menonjol dari waktu
ke waktu.
 Tidak ada penyebab organik, seperti
trauma kepala kapitis, delirium, atau
demensia. Tidak merupakan
intoksikasi akibat pengguanaan alhl
atau obat-obatan

Pada saat masuk ke IGD RSJD Atma Husada Mahakam dan setelah melalui
serangkaian pemeriksaan wawancara (autoanamnesa dan heteroanamnesa) dan fisik,
pasien ini didiagnosa sebagai gangguan psikotik akut. Untuk mendiagnosa kelainan
psikotik diperlukan adanya muncul satu atau lebih dari lima keluhan, yaitu waham/delusi,
halusinasi, pikiran yang tidak terorganisir, perilaku yang tidak terorganisir, dan gejala
negatif. Pada pasien ini kita menemukan halusinasi auditorik dan waham.
Pada psikotik akut diperlukan gejala psikotik setidaknya paling sedikit
berlangsung satu hari tetapi kurang dari satu bulan. Kemudian kita harus menyingkirkan
adanya kelainan organik yang mungkin berkaitan dengan timbulnya gangguan mental ini.
Pada kasus ini pasien ternyata sejak kelas 2 SD didiagnosis oleh dokter memiliki penyakit
epilepsi. Sehingga pada pasien ini lebih mengarah ke diagnosis psikotik epilepsi yang
mana dalam PPDJ III termasuk dalam gangguan mental lain YDT akibat kerusakan dan

17
disfungsi otak dan penyakit fisik (F06.8) dalam hal ini lebih spesifik adalah psikosis
epileptik YTT. Sedangkan pada DSM V termasuk dalam golongan gangguan mental lain
lebih spesifiknya gangguan mentaL spesifik lain akibat kondisi medis lainnya.

4.2 Penatalaksanaan
Fakta Teori

Observasi non terapi 1) Rawat inap


Memerlukan rawat inap dalam
jangka waktu pendek untuk
mengevaluasi dan proteksi.
2) Farmakoterapi
Dua kelas obat yang dapat
digunakan:
a. Antipsikotik
b. Benzodiazepine
3) Psikoterapi

Jika diagnosa pasien ini adalah psikotik akut, tatalaksana yang telah diberikan
kurang sesuai dengan yang ada di literatur. Berdasarkan teori tatalaksana yang diberikan
terdiri dari tiga komponen
a. Rawat inap
Pasien dengan pasikotik akut memerlukan rawat inap dalam jangka waktu pendek
untuk mengevaluasi dan proteksi.
b. Farmakoterapi
Dua kelas obat yang dapat dipertimbangkan untuk terapi psikotik akut adalah obat
antipsikotik dan golongan benzodiazepine. Ketika obat antipsikotik dipilih, obat
antipsikotik dengan potensi tinggi seperti haloperidol dipilih. Obat golongan
benzodiazepine dapat digunakan dalam pengobatan psikosis jangka pendek sebagai
alternatif.
c. Psikoterapi
Strategi eksplorasi dan pengembangan merupakan topik utama dalam psikoterapi.
Masalah terkait termasuk membantu pasien mengatasi hilangnya harga diri dan untuk
mendapatkan kembali kepercayaan diri. Strategi pengobatan individual berdasarkan
peningkatan kemampuan memecahkan masalah sambil memperkuat kepercayaan

18
diri melalui psikoterapi tampaknya paling manjur. Selain itu, keterlibatan keluarga
dalam proses pengobatan mungkin penting untuk hasil yang sukses.

19
FOLLOW UP

Hari dan Tanggal Hasil


IGD S = kurang bicara
Selasa, 22 Agustus 2017 O=-
Pagi A = Psikosis Epileptik
P = kutoin 3 x 100 mg
Fenobarbital 3 x 30 mg
Risperidon 2 x 2 mg
Topamax 1 x 10 mg

Selasa, 22 Agustus 2017 Pindah ke ruang Tiung


Pukul 11.30 WITA

Selasa, 22 Agustus 2017 S = Keluhan (-)


Siang/sore O = TD : 110/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Temp : -

A = Psikosis Epileptik
P = kutoin 3 x 100 mg
Fenobarbital 3 x 30 mg
Risperidon 2 x 2 mg
Topamax stop karena obat habis

S = takut
O = TD : 110/80 mmHg
HR : 80 x/menit
Rabu, 23 Agustus 2017 RR : 18 x/menit
Temp : -

A=-
P= -
Kamis, 24 Agustus 2017 S = keluhan (-)
O=-

20
A = Psikosis Epileptik
P = Fenitoin 3 x 100 mg
Fenobarbital 3 x 30 mg
Risperidon 2 x 2 mg

Jumat, 25 Agustus 2017 S = Sakit di punggung belakang


O = TD : 120/80 mmHg
HR : 90 x/menit
RR : 18 x/menit
Temp : -

A=-
P= -
Senin, 28 Agustus 2017 S = Pusing, cemas
O = TD : 120/70 mmHg
HR : 76 x/menit
RR : 18 x/menit
Temp : 36,6 oC
A = Psikosis Epileptik
P = Fenitoin 3 x 100 mg
Risperidon 2 x 2 mg
Fenobarbital stop
Selasa, 29 Agustus 2017 S = Pusing
O = TD : 110/70 mmHgmmHg
HR : 76 x/menit
RR : 18 x/menit
Temp : -

A=-
P= -

21
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association (2013). Diagnostic and Statistical Manual Of Mental


Disorders Fifth Edition. Washington, DC: American Psychiatric Publishing.
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan RIngkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Unika Atma Jaya.
Memon, M., & Bienenfeld, D. (2015, November 17). Retrieved from
emedicine.medscape.com
Sadock, B., Sadock, V., & Ruiz, P. (2015). Synopsis Of Psychiatry Behavioral Sciences
Clinical Psychiatry 11th edition. New York: Wolters Kluwer.

22

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat AIOD
    Referat AIOD
    Dokumen22 halaman
    Referat AIOD
    Andy Arisman Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Karya Tulis Ilmiah Ridho
    Karya Tulis Ilmiah Ridho
    Dokumen2 halaman
    Karya Tulis Ilmiah Ridho
    Andy Arisman Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Lapsus CP
    Lapsus CP
    Dokumen26 halaman
    Lapsus CP
    Andy Arisman Syahputra
    Belum ada peringkat
  • MR
    MR
    Dokumen44 halaman
    MR
    Andy Arisman Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Pneumotoraks
    Pneumotoraks
    Dokumen24 halaman
    Pneumotoraks
    Andy Arisman Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Sempro FIX +daftar Isi
    Sempro FIX +daftar Isi
    Dokumen35 halaman
    Sempro FIX +daftar Isi
    Andy Arisman Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Anatomi
    Anatomi
    Dokumen4 halaman
    Anatomi
    Andy Arisman Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Kista Ovarium
    Lapsus Kista Ovarium
    Dokumen51 halaman
    Lapsus Kista Ovarium
    Andy Arisman Syahputra
    Belum ada peringkat