Anda di halaman 1dari 9

APLIKASI FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DALAM BIDANG POLITIK

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Manajemen Dakwah
Dosen Pengampu : Qomariyah, MSI

Disusun Oleh :
1. Rizqiana Zakhrola (3618012)
2. Enysa Agata Rofiany (3618013)
3. Nila Qurotul Uyun (3618014)

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2019
PENDAHULUAN

Islam adalah agama yang mendorong pemeluk nya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan
dakwah. Kemajuan dan kemunduran Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah
yang di lakukannya. Islam tanpil di dunia untuk menyebarluaskan dakwah dan panggilan
Allah di bumi serta membawa kabar gembira bagi penduduk nya, sekaligus untuk
membangun pemerintahan yang menjamin kehidupan manusia dari kejahatan diri sendiri dan
kejahatan oranglain. Oleh karena itu, sifat watak atau karateristik negara menurut konsepsi
Islam tidak pernah terlepas dari jiwa dakwah, negara harus berjalan harmonis dengan
kegiatan dakwah.
Berdakwah merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
karena merupakan tugas semua manusia untuk menyeru kepada yang makruf dan mencegah
yang munkar, untuk melaksanakan nya dakwah memperlukan sarana atau media penunjang
baik lisan, tulisan maupun politik.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Dakwah dan Politik


Jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka
“citra profesional” dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, dakwah tidak dipandang dalam objek ubudiyah saja, akan tetapi
diinterpretasikan dalam berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari pengaturan
secara manajerial organisasi dakwah. Sedangkan efektivitas dan efisiensi dalam
penyelenggaraan dakwah adalah menerapkan suatu hal yang harus mendapatkan
prioritas. Aktivitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif jika apa yang menjadi
tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan
pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya, jika kegiatan lembaga
dakwah yang dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen akan menjamin
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan akan
menumbuhkan sebuah citra profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya dari
pengguna jasa dari profesi da’i.1
Sedangkan A. Rasyid Shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai perencanaan
tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga
pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah
dakwah.2
Manajemen baik dipandang sebagai ilmu (science) maupun seni (art) pada awal
exsistensinya dapat dicermati kerap kali berkutat pada persoalan industri dan bisnis.3
Perkembangan selanjutnya justru manajemen sangat diperlukan dan bermanfaat bagi
setiap usaha dalam berbagai bidang, tak terkecuali sektor dakwah. Semua aktivitas
manusia yang memiliki tujuan tak bisa terlepaskan dari urgensi manajemen, sebab
manajemen memberikan pelumas bagi roda aktivitas manusia untuk menggapai dan
menggali tujuan yang telah diharapkan. Demikian halnya aktivitas dakwah yang
memiliki tujuan yang lebih kompleks, tentunya eksistensi manajemen sangat berperan
agar substansi dakwah yang akan disampaikan kepada mad’u melalui berbagai
metode menjadi efektif dan efisien.
Inilah yang merupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu sebuah pengaturan secara
sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai dari
sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah.
Sedangkan politik secara bahasa berasal dari kata ‘sasa-yasusu’-siyasatan’ yang
berarti mengurus kepentingan seseorang. Menurut istilah, politik merupakan
perbuatan kemasyarakatan yang bertujuan mengatur secara mengikat konflik-konflik
kemasyarakatan mengenai nilai-nilai kehidupan.

1 Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: PT al-Amin Press, 1996), hlm. 37
2
A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 123
3
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1993), hlm.
3
B. Politik dalam pandangan Islam
Islam merupakan satu-satunya agama Allah SWT yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW untuk menjadi agama penutup agama-agama sebelumnya.
Islam merupakan agama yang paling sempurna yang didalam nya terdapat semua
jawaban atas problematika kehidupan. Di dalam Al-Qur’an segala hal tentang
kehidupan manusia sudah di atur dan diberikan petunjuk nya, seperti tauhid, akhlak,
ibadah. Politik juga di simpulkan dalam bidang ibadah karena mengatur hubungan
manusia dalam ruang lingkup pemerintahan.
Politik dalam islam disebut dengan siyasah yang bermakna mengatur urusan ummat
yang dilaksanakan oleh Negara(Pemerintah) maupun ummat, di dalam Al-Qur’an
memang tidak tertulis jelas kata siyasah namun ada ayat yang membahas tentang
menyerahkan amanat dan penghormatan kepada pemimpin.

C. Hubungan Politik dan Dakwah


Hubungan fungsional antara politik dan dakwah banyak tidak dimengerti dengan baik
oleh sebagian masyarakat sehingga banyak yang menganggap bahwa kegiatan politik
berdiri sendiri dan terpisah sama sekali dari kegiatan dakwah. Bahkan ada juga yang
memiliki kesan kurang baik terhadap kegiatan politik yang seolah-olah selalu
mengandung kelicikam, ambisi buta, pengkhianatan, penipu dan berbagai konotasi
buruk lainnya4
Dakwah dalam ranah politik sebenarnya bukan sesuatu yang bid’ah dalam Islam.
Menurut Prof. DR M Amien Rais, MA sebagai cendikiawan muslim mengatakan
bahwa kegiatan dakwah dalam Islam sesungguhnya meliputi semua dimensi
kehidupan manusia, karena amar makruf nahi munkar nya pun juga meliputi semua
kegiatan manusia dalam bidang kehidupan.
Dapat kita simpulkan hubungan antara politik dan dakwah dalam Islam itu dimana
politik sebagai bagian dari dakwah Islam untuk menyebarluaskan ajaran Islam dan
juga membentuk pemerintahan yang berpigak pada rakyatnya, perlu kita ingat
bersama sekali lagi bahwa tidak seutuhnya politik itu sebagai ruang lingkup untuk
berdakwah melainkan termasuk dalam bagian jecil dari dakwah Islam.

D. Unsur-unsur Manajemen Dakwah


Manajemen sebagai suatu disiplin ilmu. Sebagai suatu disiplin ilmu,
manajemen dimulai pada saat orang mulai membuat sistematika, kodifikasi, dan
anjuran mengenai bagaimana memanajemeni organisasi dengan lebih baik. Kemudian
lahirlah berbagai teori yang dapat diajarkan dan dipelajari.
Adapun unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. Planning (perencanaan) sebagai formulasi tindakan di masa mendatang diarahkan
kepada tujuan yang akan dicapai oleh organisasi.
b. Decision making (pengambilan kepurusan) sebagai langkah manajer secara bijaksana
untuk memilih dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dapat ditempuh.

4 M. Amien Rais, cakrawala Islam, Antara Cinta dan fakta(Bandung:Mizan,1991)cetakan ke-


III,23
c. Organizing (pengorganisasian) sebagai upaya mempertimbangkan tentang susunan
organisasi, pembagian pekerjaan, prosedur pelaksanaan, pembagian tanggung jawab
dan lain-lain, yang apabila dikerjakan secara seksama akan menjamin efisiensi
penggunaan tenaga kerja.
d. Staffing (penyusun staf) yaitu dimulai dari rekrutmen, penempatan dan pelatihan
untuk mengembangkan tenaga kerja bagi kemajuan organisasi.
e. Commnicating (komunikasi) yaitu kegiatan manajer berkomunikasi dengan semua
unsur dalam organisasi sehingga perintah dan arus informasi serta umpan balik dapat
berjalan lancar sebagaimana diharapkan.
f. Motivating (motivasi) yaitu memberikan dorongan semangat kepada para pekerja
untuk mencapai tujuan bersama dengan cara memenuhi kebutuhan dan harapan
mereka serta memberikan penghargaan.
g. Leading (memimpin) yaitu dengan memimpin dengan penuh inspirasi sehingga
manajemen tanggap dan mampu menyesuaikan dengan tuntutan keadaan.
h. Controlling (pengawasan) yaitu apabila manajer membandingkan antara hasil nyata
dengan hasil yang diharapkan berarti ia berada dijalur pengawasan yang benar.
Deviasi yang terjadi harus menjadi bahan penyusunan perencanaan mendatang.

E. Pengertian Manajemen Dakwah Politik


Rasyid Shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai perencanaan tugas,
mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam
kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah dakwah5.
Sedangkan Dakwah Politik (da’wah siyasiyah) adalah mengembangkan dakwah Islam
melalui jalan politik, yaitu dakwah dengan metode melakukan aktivitas politik (‘amal siyasi).
Sedangkan aktivitas politik adalah segala aktivitas yang terkait dengan pengaturan urusan
masyarakat (ri’ayatu syu’un al-ummah), baik yang terkait dengan kekuasaan (al-sulthan)
sebagai subjek (al-haakim) yang melakukan pengaturan urusan masyarakat secara langsung,
maupun yang terkait dengan umat sebagai objek (al-mahkum) yang melakukan pengawasan
(muhasabah) terhadap aktivitas kekuasaan dalam mengatur urusan masyarakat6.
Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang ada di dalam atau ada pada kekuasaan.
Aktivitas dakwah politik bangsa, dan Negara dipandang sebagai alat dakwah yang paling
strategis. Jadi dakwah politik yang dimaksudkan di sini bukanlah dakwah sebagai bagian
aktivitas kekuasaan, melainkan sebagai bagian aktivitas masyarakat, khususnya yang
dilakukan oleh kelompok-kelompok Islam yang terdapat di tengah-tengah masyarakat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dakwah politik yang dilakukan kelompok-
kelompok Islam ini intinya adalah musahabah atau amar ma’ruf nahi munkar kepada
kekuasaan. Dengan melakukan dakwah politik, berarti sebuah kelompok telah melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar yang diwajibkan oleh Allah kepada umat Islam.

5 A.Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta:Bulan bintang,1993)hal.123


6 Mahafim Siyasiyah li Hizb At-Tahrir, 2005, hlm. 5
F. Analisis Manajemen Dakwah dalam Bidang Politik
Politik memang bukanlah barang yang suci, namun politik juga bukan barang yang
najis. Kalau mau diibaratkan, politik bisa dikatakan seperti sebuah pedang yang tajam. Di
mana bisa akan berdampak positif, seperti melindungi seseorang dari kejahatan, membela
negara di saat perang terjadi dan masih banyak yang lainnya. Jika pedang tersebut dipegang
oleh orang yang baik dan benar. Namun akan lain cerita jika pedang yang tajam ini jatuh
ditangan orang yang jahat dan salah. Mereka bisa melakukan hal apa saja sekehendak mereka,
walau itu merupakan tindak kejahatan dan salah serta melanggar norma hukum. Mereka tidak
perduli, yang terpenting pedang yang tajam ini bisa membuat dirinya atau kelompoknya
berkuasa dan memiliki apa yang diinginkan.
Untuk menentukan keberhasilan kegiatan dakwah politik hingga dapat disebut efektif,
fungsional, dan profesional diperlukan adanya standar dan kriteria sebagai alat ukur dari
keberhasilan tersebut maka standar dan kriteria yang harus dipakai adalah yang bersumber
dari al-Qur’an dan Sunnah diantaranya:
1. Dakwah Fardiah
Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain
(satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya
dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk
kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi
contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara
tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah)7. Dakwah fardiah
yang dilakukan di setiap liqo dengan cara mentoring dan halaqah, karena dakwah ini paling
efektif untuk menyerap ilmu yang telah disampaikan.
2. Dakwah bil-Lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah
atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah), dakwah jenis ini akan menjadi
efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah jum’at atau khutbah
hari Raya, kajian yang disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin8
3. Dakwah bil-Haal
Dakwah bil-Haal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan
agar si penerima dakwah mengikuti jejak dan hal ikwal si da’i. Dakwah jenis ini mempunyai
pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah. Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba
di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba,
dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
4. Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit-Tadwin (dakwah melalui
tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-
tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari
dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang da’i, atau penulisnya sudah wafat.
Menyangkut dakwah bit-Tadwin ini Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya tinta para

7Jundiyah, The Journey of Dakwah, 2014


8 Ibid
ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”. Dakwah dalam bentuk ini disampaikan
melalui Media berupa majalah, buletin, poster, spanduk, dan selebaran.
Sifat dari kegiatan dakwah di atas merupakan kegiatan terbuka diperuntukkan bagi seluruh
kalangan, berorientasi pada pengenalan nilai-nilai dasar Islam dan dilakukan di berbagai
kesempatan. Sedangkan fungsi kegiatan dakwah merupakan pembentukan opini umum Islami,
penyebaran fikrah Islam yang benar, menyeluruh dan jelas, pintu rekrutmen ke dakwah
khashah, pembentukan lingkungan Islami, pemunculan kader dakwah sebagai rijal al-ummah
dan wahana mobilitas horizontal kader ke masyarakat.
Dalam hal ini dapat disimpulkan kunci keberhasilan Manajemen dakwah dalam Bidang
Politik itu merupakan kemampuan dalam mengkoordinir kader dan simpatisan, masyarakat
umum dan terjun langsung ke pemukiman dan perkampungan untuk dilakukan oleh seluruh
jajaran partai, dari struktur pimpinan hingga kader dan simpatisan, dan berbagai kerja-kerja
dakwah politik lainnya. Tentunya termasuk aktivitas standar seperti bakti sosial, pelayanan
kesehatan, dan aksi cepat tanggap bencana.

G. Permasalahan yang terjadi pada kehidupan sekitar

1. Terjadi nya money politik pada setiap ada nya pemilihan suara
2. Terjadi nya pemalsuan suara
3. Minim nya pengetahuan masyarakat awam tentang pendidikan dalam berpolitik
4. Mudah tergoyah nya pendirian oleh isu-isu yang kurang jelas sumber nya

Money politik biasa diartikan sebagai usaha untuk mempengaruhi seseorang dengan
menggunakan imbalan atau sebagai tindakan jual beli suara pada sebuah proses politik dan
kekuasaan untuk mendapatkan suara. Money politik dilakukan secara sadar oleh pelakunya
entah bersifat pribadi ataupun kelompok yang berhubungan pada kekuasan, kadang mereka
mengatasnamakan semua untuk kepentingan rakyat, padahal sesungguhnya itu semua demi
kepentingan pribadi atau partai.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi ada nya money politik, seperti
penerapan fungsi Actualing / Directing untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut
dengan memberikan pengarahan yang maksimal pada pendidikan yang ada dilembaga-
lembaga politik agar mampu kembali menerapkan pola pendidikan yang baik untuk
menyadarkan masyarakat tentang pentingnya politik, dan mengubah budaya negatif seperti
money politik dalam kehidupan politik rakyat Indonesia. Selain itu juga memperbaiki sistem
pendidikan, jangan hanya mementingkan akademis, tanpa menghiraukan segi non akademis
dan etika, namun juga perlu pembaharuan di sistem politik, dari analisis pustaka yang telah
dilakukan, maka sistem pendidikan yang baik harus termuat seperti memperdalam agama dan
etika karena biasa nya money politik terjadi disebabkan oleh etika dan pemahaman agama
yang kurang, sehingga timbul sifat licik hanya ingin mementimgkan urusan politik dan dunia
tanpa memikirkan efek dari tindakan yang telah dilakukan.
KESIMPULAN

Manajemen dakwah merupakan sebuah pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam
kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari
kegiatan dakwah. Namun, bukan berarti dakwah di artikan sebagai berbicara diatas podium
umum, dakwah memiliki pandangan luas yang salah satu nya diaplikasikan ke dalam lingkup
politik.
Dalam hal ini, kami menyimpulkan kunci keberhasilan manajemen dakwah pada politik
berorientasi pada nilai-nilai dasar Islam dan di lakukan di berbagai kesempatan. Sedangkan
fungsi kegiatan dakwah merupakan pembentukan opini umum Islam, penyebaran fikrah
Islam yang benar, menyeluruh dan jelas ke dalam suatu kebaikan dan wahana mobilitas
horizontal kader ke masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Zaini Muhtarom, 1996, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: PT al-Amin Press


Ahmad Rosyad Shaleh, 1993, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang
Hasibuan malayu S.P, 1993, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: CV Haji
Masagung
M. Amien Rais, cakrawala Islam Antara Cinta dan fakta, Bandung:Mizan,1991

Anda mungkin juga menyukai