Anda di halaman 1dari 10

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No.

4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS


TIPE 2 DISERTAI HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE MMAS-8

Citri Mokolomban1), Weny I. Wiyono1), Deby A. Mpila1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA Unsrat Manado, 95115

ABSTRACT

Type 2 diabetes mellitus (DM) is caused by insulin target cells failing or unable to respond
normally to insulin. Disruption of insulin production and function results in an increase in blood
sugar levels above normal (hyperglycemia) which will eventually increase blood pressure
(hypertension). Type 2 diabetes mellitus patients with hypertension should take their medication
properly in order to maintain the patient's blood sugar levels and blood pressure within normal
limits. This study aims to determine the adherence to medication consumption of type 2 DM patients
with hypertension at the Manado Imanuel Clinic using the MMAS-8 method with prospective data
collection of 45 patients. The results of the study showed that adherent patients were 37.78%, and
non-adherent were 62.22%. The level of adherence to medication based on the characteristics of the
patient, namely the majority of obedient male sex is 38.89%, aged 18-65 years is 22.22%, the last
education is high school / equivalent is 42.86%, the patient is not working at 44, 44%, and patients
who consumed ≥5 drugs were 60%.

Keywords: Type 2 DM hypertension, adherence to taking medication.

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) tipe 2 disebabkan karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu
merespon insulin secara normal. Gangguan produksi dan fungsi insulin mengakibatkan terjadinya
peningkatan kadar gula darah diatas normal (hiperglikemia) yang akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah (hipertensi). Pasien DM tipe 2 disertai hipertensi harus meminum obatnya dengan
benar agar dapat menjaga kadar gula darah dan tekanan darah pasien tetap dalam batas normal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan minum obat pasien DM tipe 2 disertai hipertensi
di Klinik Imanuel Manado menggunakan metode MMAS-8 dengan pengambilan data secara
prospektif terhadap 45 pasien. Hasil penelitian menunjukan pasien yang patuh sebesar 37,78%, dan
tidak patuh sebesar 62,22%. Tingkat kepatuhan minum obat berdasarkan karakteristik pasien, yaitu
mayoritas patuh berjenis kelamin laki-laki sebesar 38,89%, berusia 18-65 tahun sebesar 22,22%,
pendidikan terkahir SMA/Sederajat sebesar 42,86%, pasien tidak bekerja sebesar 44,44%, dan pasien
yang mengonsumsi ≥5 jenis obat sebesar 60%.

Kata Kunci : DM tipe 2 disertai hipertensi, Kepatuhan minum obat.

69
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN 2015). Penelitian lain juga menunjukan


Indonesia terdiri atas banyak pulau dengan menggunakan metode yang sama
dan kepulauan dengan karakteristik yaitu MMAS-8, diperoleh bahwa tingkat
budaya penduduk yang beragam, kepatuhan pasien sebagian besar masih
mempunyai kebiasaan/adat-istiadat yang rendah (Ramadhan dkk., 2015).
berbeda, termasuk perilaku yang berkaitan Kepatuhan pasien untuk meminum obat
dengan kesehatan (Depkes RI, 2005). memegang peranan sangat penting pada
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia keberhasilan pengobatannya untuk
menempati urutan keempat dengan jumlah menjaga kadar glukosa darah dan tekanan
penderita terbesar di dunia setelah India, darah dalam rentang normal. Oleh karena
Cina, Amerika Serikat. Prevalensi DM itu, peneliti memandang perlunya
8,4% dari total penduduk, pada tahun 2025 penelitian tentang “Kepatuhan Minum
diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta Obat pada Pasien Diabetes Melitus disertai
penderita. Data Departemen Kesehatan Hipertensi dengan menggunakan Metode
mengatakan jumlah pasien DM menempati MMAS-8” dilakukan.
urutan pertama dari seluruh penyakit
endokrin dan 2% diantaranya mengalami METODE PENELITIAN
komplikasi (Depkes RI, 2003). Penelitian ini merupakan jenis
DM Tipe 2 memegang 90-95% dari penelitian deskriptif dengan pengambilan
keseluruhan populasi penderita diabetes. data secara prospektif. Penelitian
DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh dilakukan untuk mengkaji tingkat
kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2
kurangnya sekresi insulin, tetapi karena
disertai hipertensi di Klinik Imanuel
sel-sel sasaran insulin gagal atau tak
Manado pada periode bulan Januari –
mampu merespon insulin secara normal
Maret 2018.
(Depkes RI, 2005).
Hormon insulin berfungsi untuk Populasi yang digunakan pada
mengatur keseimbangan kadar glukosa penelitian ini ialah pada pasien Diabetes
dalam darah. Gangguan produksi dan Melitus Tipe 2 disertai Hipertensi yang
fungsi insulin mengakibatkan terjadinya menggunakan obat kronis perbulannya di
peningkatan kadar gula darah di atas Klinik Imanuel Manado yaitu 83 pasien
dan jumlah sampel sebanyak 45 pasien.
normal (hiperglikemia) yang akhirnya
Analisa data dilakukan secara deskriptif
akan meningkatkan tekanan darah
dengan menggambarkan karakteristik
(hipertensi) (Price, 2006). Penelitian
pasien yang terdiri dari usia, jenis kelamin,
Handayani (2012), menunjukan bahwa
penyakit penyerta terbesar yang menyertai pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan
diabetes melitus tipe 2 adalah hipertensi jumlah obat. Kemudian dibuat tabulasi.
sebanyak 24 (33, 80%) pasien. Untuk variable kepatuhan dalam penelitian
Penelitian sebelumnya yang ini menggunakan total skoring dari
kuesioner yang diadaptasi (MMAS-8).
menggunakan instrument MMAS-8
Dikatakan patuh jika skor total responden
menunjukkan bahwa pasien diabetes
menjawab ya pada setiap kuesioner ≤ 2.
melitus dengan tingkat kepatuhan tinggi 20
Dikatakan tidak patuh jika skor total
pasien (18,2%), tingkat kepatuhan sedang
43 pasien (39,1%), dan tingkat kepatuhan responden menjawab ya pada setiap
rendah 47 pasien (42,7%) (Alfian, R. kuesioner 3-8 (Morisky et al., 2008).

70
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian Falufie., dkk (2015),


Karakteristik Pasien Penyakit Diabetes menunjukan dari total 68 pasien DM tipe 2
Melitus Tipe 2 disertai Hipertensi di disertai hipertensi, pasien paling banyak
Klinik Imanuel Manado menderita adalah perempuan sebanyak 53
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pasien pasien (78%). Christin (2013) dan Arnold
Diabetes Melitus tipe 2 disertai Hipertensi (2014) memaparkan perempuan lebih
Total berisiko mengalami diabetes mellitus tipe
Karateristik
N (%) 2 komplikasi hipertensi karena perempuan
Jenis Kelamin mempunyai body mass index yang lebih
Laki-laki 18 40 besar, mempunyai premenstrual syndrome
Perempuan 27 60 , pasca menopause yang membuat
Usia* distribusi lemak tubuh menjadi mudah
(18 – 65 tahun) 30 66,67 terakumulasi akibat proses hormonal pada
(66 – 79 tahun) 14 31,11 wanita sehingga wanita berisiko lebih
(80 – 99 tahun) 1 2,22 tinggi mengalami diabetes mellitus tipe 2
(>100 tahun) 0 0 komplikasi hipertensi dibandingkan pria.
Pendidikan Terakhir Karakteristik usia pasien
SD/Sederajat 1 2,22
dikelompokkan berdasarkan WHO. Hasil
SMP/Sederajat 3 6,67
penelitian ini, jumlah pasien paling banyak
SMA/Sederajat 28 62,22
menderita DM tipe 2 disertai Hipertensi
Perguruan Tinggi 12 26,67
pada kelompok usia 18-65 tahun sebanyak
Lainnya (SLB) 1 2,22
30 pasien (66,67%) (Tabel 1). Demikian
Jenis Pekerjaan
Tidak bekerja 9 20 pula dengan hasil penelitian dari Lestari,
IRT 14 31,11 dkk (2011) menunjukkan mayoritas pasien
Wiraswasta 9 20 DM disertai hipertensi terdapat pada usia
Pegawai Negeri Sipil 1 2,22 51-60 tahun sebesar 60%, dimana
Pegawai 3 6,67 mayoritas pasien berada pada usia 40
Perawat 1 2,22 tahun ke atas. Demikian juga menurut
Pengawas jalan 1 2,22 Trisnawati (2013), bahwa usia lebih dari
Pendeta 3 6,67 40 tahun adalah usia yang beresiko terkena
Pensiunan 4 8,89 DM tipe 2 dikarenakan adanya intolenransi
Jumlah Obat glukosa dan proses penuaan yang
1-2 11 24,44 menyebabkan kurangnya sel beta pankreas
3-4 24 53,34 dalam memproduksi insulin. Karena makin
≥5 10 22,22 berlanjut proses antherosklerosis, makin
Keterangan : banyak penyakit yang diderita serta proses
n : Jumlah pasien menua menyebabkan kemampuan berbagai
% : Persentase organ makin menurun (Slamet dkk, 2006).
* :Penggolongan usia berdasarkan WHO Karakteristik pasien berdasarkan
pendidikan terakhir menunjukan bahwa
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah yang paling banyak ditemukan pada
perempuan sebanyak 27 pasien (60 %) dan pendidikan SMA/Sederajat 62,22% (28
pasien laki-laki sebanyak 18 pasien (40 %) pasien). Demikian pula dengan hasil
(Tabel 7). Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Tegar

71
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

(2015), menunjukan dari 41 responden berat. Menurut Palimbunga, dkk (2017)


sebanyak 26 pasien dengan pendidikan pekerjaan seseorang mempengaruhi
terakhir SMA. Berdasarkan hasil aktivitas fisiknya. Kelompok tidak bekerja
penelitian Sihombing (2017) bahwa cenderung kurang melakukan aktivitas
tingkat pendidikan yang paling banyak fisik sehingga tidak terjadi pergerakan
ditemui oleh penderita DM tipe 2 diserai anggota- anggota tubuh, hal ini
hipertensi adalah responden dengan mengakibatkan dapat lebih mudah untuk
pendidikan SD, SMP, SMA yang mengalami penyakit DM.
digolongkan tingkat pendidikan rendah Karakteristik pasien berdasarkan
sebesar 80,4%. Menurut teori semakin jumlah obat menunjukan paling banyak
tinggi tingkat pendidikan, resiko untuk pasien mengonsumsi 3-4 jenis obat
terkena diabetes melitus semakin rendah sebanyak 24 pasien (53,34%). Demikian
dan semakin rendah tingkat pendidikan pula dengan hasil penelitian yang
resiko untuk terkena diabetes melitus dilakukan oleh Handayani (2012), yaitu
semakin tinggi. Orang yang tingkat dari 71 pasien mayoritas jumlah obat yang
pendidikannya tinggi biasanya akan diresepkan dalam 1 bulan terakhir adalah
memiliki banyak pengetahuan tentang 3-4 jenis obat. Dalam penelitian ini,
kesehatan dan orang yang memiliki tingkat jumlah obat yang diberikan pada pasien
pendidikannya rendah biasanya kurang adalah 2 sampai 7 jenis obat, dimana rata-
pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan rata pasien dalam penelitian ini adalah
tersebut orang akan memiliki kesadaran pasien dengan usia lanjut. Sebuah
untuk menjaga kesehatan (Damayanti, penelitian menyimpulkan bahwa jumlah
2015). yang spesifik dari suatu obat yang diambil
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak selalu menjadi indikasi utama akan
yang paling banyak ditemukan pada jenis adanya polifarmasi akan tetapi juga
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dihubungkan dengan adanya efek klinis
31,11% (14 pasien). Demikian pula yang sesuai atau tidak sesuai pada
penelitian yang dilakukan Raharjo (2015), penderita (Rambadhe dkk., 2012).
yaitu dari 45 responden sebanyak 20 Hasil penelitian menunjukan mayoritas
(44,4%) pasien dengan jenis pekerjaan jenis obat antidiabetes yang dikonsumsi
sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan adalah metformin tunggal, dan mayoritas
hasil wawancara yang dilakukan antihipertensinya adalah amlodipin
responden dengan pekerjaan sebagai IRT tunggal. Sejalan dengan Perkeni (2015)
melakukan pekerjaan rumah saja hanya yang menyatakan bahwa metformin
dalam waktu yang singkat seperti merupakan obat lini pertama pada
memasak, menyapu, mencuci, dan lain- penderita DM tipe 2, dengan efek utama
lain. Sedangkan banyak waktu untuk mengurangi produksi glukosa hati.
bersantai (duduk-duduk, menonton dan Demikian pula, amlodipin sebagai obat
lain-lain), sehingga memungkinkan golongan CCB sangat membantu dalam
responden kurang dalam melakukan meningktakan suplai oksigen miokard
aktivitas fisik. Responden yang bekerja dengan efek vasodilatasi koroner
sebagai pensiunan juga didapatkan pada (Perki,2015).
usia lanjut sehingga mereka tidak lagi
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang

72
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

Tingkat Kepatuhan Minum Obat pada Menurut Risnasari (2014), responden tidak
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 disertai patuh karena pasien DM merasa kadar
HIpertensi di Klinik Imanuel Manado gula yang ada pada dirinya telah normal,
Tabel 2. Tingkat Kepatuhan Minum Obat padahal kenormalan atau stabilitas kadar
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 gula pasien DM dipengaruhi oleh obat
disertai Hipertensi di Klinik Imanuel yang mereka minum. Anggapan yang
Manado menggunakan Metode MMAS-8 salah ini yang menyebabkan pasien tidak
patuh.
Tingkat Kepatuhan
n (%) Tingkat Kepatuhan Berdasarkan
Pasien
Patuh 17 37,78
Karakteristik Pasien Diabetes Melitus
tipe 2 disertai Hipertensi
Tidak Patuh 28 62,22

Total 45 100 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan


Berdasarkan Karakteristik Pasien
Dengan menggunakan kuisioner MMAS-8
Tidak
hasil penelitian ini menunjukan bahwa Patuh
Karateristik patuh
tingkat kepatuhan minum obat pada 45
n (%) n (%)
pasien DM tipe 2 disertai Hipertensi yang
Jenis Kelamin
memenuhi kriteria patuh sebesar 37,78%,
Laki-laki 7 38,89 11 61,11
sedangkan tidak patuh sebesar 62,22%. Perempuan 10 37,04 17 62,96
Sejalan dengan skala Morisky yang terdiri Usia*
dari 8 item, 4 pertanyaan langsung (18 – 65 tahun) 10 22,22 20 44,44
ditanyakan tentang alasan perilaku yang (66 – 79 tahun) 7 15,56 7 15,56
disengaja dari kepatuhan yang rendah, dan (80 – 99 tahun) 0 - 1 2,22
4 pertanyaan lainnya mengenai uji atas (>100 tahun) 0 - 0 -
alasan perilaku yang tidak disengaja Pendidikan Terakhir
(Morisky et al., 2008). Hasil penelitian ini SD/Sederajat 1 100 0 -
menunjukkan sebagian besar pasien tidak SMP/Sederajat 0 - 3 100
patuh saat menjawab item pertanyaan SMA/Sederajat 12 42,86 16 57,14
nomer 1 dan 8 yang berisi tentang Perguruan Tinggi 4 33,33 8 66,67
pertanyaan pernah lupa minum obat dan Lainnya (SLB) 0 - 1 100
kesulitan dalam mengingat pengobatan,
dimana ini merupakan perilaku yang tidak Jenis Pekerjaan
Tidak bekerja 4 44,44 5 55,56
disengaja oleh pasien. Berbeda dengan
IRT 6 42,86 8 57,14
penelitian Shakor, dkk., (2014),
Wiraswasta 2 22,22 7 77,78
menunjukkan 68,8% pasien tidak patuh
Pegawai Negeri
karena alasan yang disengaja yaitu, merasa 0 - 1 100
Sipil
repot dengan pengobatan yang dilakukan. Pegawai 2 66,67 1 33,33
Beberapa alasan lain pasien tidak patuh Perawat 0 - 1 100
minum obat adalah alasan bepergian, tidak Pengawas jalan 0 - 1 100
nyaman dengan efek samping, juga tidak Pendeta 2 66,67 1 33,33
nyaman harus meminum obat setiap hari, Pensiunan 1 25 3 75
serta merasa keadaan telah membaik atau Jumlah Obat
semakin memburuk, dan lain sebagainya. 1-2 3 27,27 8 72,73

73
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

Tidak terapi non farmakologi berupa aktivitas


Patuh
Karateristik patuh fisik (Asti, 2006).
n (%) n (%) Hasil dari penelitian menunjukan
3-4 8 33,33 16 66,67 22,22% pasien usia 18-65 lebih patuh
≥5 6 60 4 40 dalam mengonsumsi obat dibandingkan
pasien usia >65 tahun, dimana pasien pada
Jenis kelamin berkaitan dengan peran kelompok ini rata-rata juga sudah berusia
kehidupan dan reaksi individu yang lanjut yaitu 40 tahun ke atas yang merasa
berbeda antara laki-laki dan perempuan penting untuk menjaga kesehatannya.
dalam masyarakat. Dalam hal menjaga Demikian pula hasil penelitian Tegar
kesehatan, biasanya kaum perempuan (2015) menunjukan bahwa sebagian besar
lebih memperhatikan kesehatanya pasien patuh pada usia <60 tahun, karena
dibandingkan dengan laki-laki (Depkes faktor usia sering dikaitkan dengan
RI,2013). kelupaan pasien dalam meminum obat.
Hasil penelitian menunjukan 38,89% Hal tersebut didukung dengan proses
pasien laki-laki lebih patuh daripada degenerasi organ-organ tubuh manusia,
perempuan 37,04%. Berdasarkan salah satunya penurunan memori. Karena
penelitian ini, responden wanita mengaku itu lupa minum obat pada lansia
memiliki aktivitas yang padat sehingga merupakan keluhan yang sering
membuatnya lupa minum obat dan dikeluhkan oleh pasien usia lanjut.
terlambat menebus obat. Selain itu pasien Tingkat pendidikan dapat
pria memiliki sikap berobat yang baik mempengaruhi kemampuan dan
dibandingkan pasien perempuan dan pengetahuan seseorang dalam menerapkan
pasien pria cenderung lebih peduli perilaku hidup sehat. Responden yang
terhadap penyakitnya sehingga membuat berpendidikan lebih tinggi akan
pasien pria lebih rajin olahraga, mengatur mempunyai pengetahuan yang lebih luas
pola diet, serta lebih teratur minum obat dibandingkan dengan responden yang
(Romadona, 2011). tingkat pendidikanya rendah. Sugiharto
Demikian pula dengan penelitian Majed dkk (2003) juga menyatakan tingkat
H., dkk (2014), menunjukan mayoritas pendidikan dapat mempengaruhi
pasien patuh adalah laki-laki sebesar kemampuan dan pengetahuan seseorang
51,4%. Penelitian lain oleh Puspita (2016), dalam menerapkan perilaku hidup sehat,
menunjukkan mayoritas responden adalah terutama mencegah penyakit hipertensi.
berjenis kelamin perempuan dan tidak Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semua responden perempuan patuh dalam akan semakin tinggi pula kemampuan
menjalani pengobatan, hanya ada 51% saja seseorang dalam menjaga pola hidupnya
dari total responden perempuan yang agar tetap sehat (Dinas Pendidikan
dinyatakan patuh melakukan pengobatan Nasional, 2003). Pendidikan dapat
hipertensi, sedangkan 49% perempuan meningkatkan kepatuhan (Niven, 2002).
lainya tidak patuh. Hasil penelitian ini menunjukkan
Usia merupakan faktor yang dapat bahwa tingkat kepatuhannya tidak dapat
mempengaruhi kepatuhan, meskipun tidak dibandingkan. Karena, distribusi pasien
konsisten (WHO, 2003). Usia berpengaruh yang jauh lebih besar pada tingkat
terhadap kepatuhan dalam menerapkan pendidikan terakhir SMA/Sederajat

74
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

62,22%, dengan tingkat kepatuhannya semakin kecil kemungkinan pasien akan


42,86%. Berdasarkan penelitian ini, pasien mematuhinya (Asti, 2006).
ditingkat pendidikan rendah menilai Hasil penelitian ini menujukkan
bahwa kesehatan merupakan suatu hal mayoritas tingkat kepatuhan pada pasien
yang lebih penting. Dengan patuh yang mengonsumsi ≥5 jenis obat sebesar
mengonsumsi obat maka akan membantu 60%. Berdasarkan penelitian ini, pasien
meningkatkan kesehatan. patuh karena sudah melakukan pengobatan
Demikian pula hasil penelitian cukup lama dan menyadari semakin
Rosdianah (2016), berdasarkan tingkat banyak jenis obat yang dikonsumsi, maka
pendidikan kepatuhan pasien semakin penting untuk menjaga
berpendidikan dasar (48,7%) lebih tinggi kesehatannya.
dibandingkan pasien berpendidikan tinggi Berbeda dengan hasil penelitian
(35,6%). Namun dari pengujian yang Handayani (2012), dari 71 responden
dilakukan Rosdianah menyimpulkan sebanyak 40 (85%) pasien lebih patuh
bahwa tingkat pendidikan tidak mengonsumsi obat dengan jumlah <5 jenis
berpengaruh pada kepatuhan pasien. obat, yang lainnya pada kategori patuh
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rendah dan sedang. Secara tidak langsung
44,44% pasien yang tidak bekerja lebih pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
patuh dalam mengonsumsi obat daripada penyakit penyerta akan mengonsumsi jenis
yang bekerja sebagai IRT dan wiraswasta. obat yang lebih kompleks. Jenis obat yang
Jenis pekerjaan lain memiliki distribusi kompleks dapat memicu ketidakpatuhan
yang sangat kurang, sehingga tidak dapat (Rosdianah, 2016).
dibandingkan. Berdasarkan penelitian ini,
pasien tidak bekerja lebih patuh KESIMPULAN
1. Karakteristik pasien DM tipe 2 disertai
mengonsumsi obat, karena pasien ini tidak
memliki banyak kesibukan untuk Hipertensi di Klinik Imanuel Manado
dikerjakan, sehingga memiliki waktu periode bulan Januari – Februari 2018
untuk pergi mengambil obat dan dengan jumlah responden sebanyak 45
mengingat waktu meminum obatnya. pasien, pasien perempuan lebih banyak
Demikian pula hasil penelitian Adisa., dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 27
pasien (60%). Mayoritas pasien DM tipe 2
dkk (2009) yang dilakukan di Nigeria
disertai Hipertensi pada kelompok usia 18
menyebutkan bahwa pasien yang tidak
– 65 tahun (dewasa) sebanyak 30 pasien
aktif bekerja memiliki kepatuhan yang
(66,67 %), pada kelompok pendidikan
lebih tinggi dibandingkan dengan pasien
yang aktif bekerja. Menurut Notoatmodjo terakhir SMA/Sederajat sebanyak 28
(2007), orang yang bekerja cenderung pasien (62,22%), pada kelompok jenis
memiliki sedikit waktu untuk mengunjungi pekerjaan IRT sebanyak 14 pasien
fasilitas kesehatan, sehingga menurunkan (31,11%). Hasil penelitian terkait
karakteristik jumlah obat menunjukkan
tingkat kepatuhannya dalam mengonsumsi
bahwa mayoritas pasien DM tipe 2 disertai
obat.
hipertensi menerima 3-4 jenis obat yaitu
Dilihat dari jumlah obat yang
sebesar 24 pasien (53,34%).
digunakan oleh pasien, secara umum
semakin kompleks regimen pengobatan, 2. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dari 45 pasien, diperoleh hasil

75
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

persentase tingkat kepatuhan minum obat Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada


yang patuh 37,78% (18 pasien), dan tidak Pasien Rawat Inap Di RSUP
patuh 62,22% (27 pasien). PROF.Dr.R.D.Kandou Manado
3. Kepatuhan minum obat berdasarkan Tahun 2013”. Pharmacon-Jurnal
karakteristik 45 pasien, yaitu mayoritas Farmasi Unsrat Vol 3 No 2
patuh berjenis kelamin laki-laki sebesar Asti, 2006. Kepatuhan Pasien : Faktor
38,89%, berusia 18-65 tahun sebesar Penting Dalam Keberhasilan Terapi,
22,22%, pendidikan terkahir Info POM. Badan POM RI, Jakarta.
SMA/Sederajat sebesar 42,86%, pasien Christin Beactrix, Rumpuin. 2013.
tidak bekerja sebesar 44,44%, dan pasien “Analisis Drug Related
yang mengonsumsi ≥5 jenis obat sebesar Problem(DRP) Pada Penderita
60%. Rawat Inap Denagn Diagnosa DM
Tipe 2 Dengan Stroke Iskemik Di
SARAN Rumah Sakit “X” Sidoarjo”. Jurnal
1. Kuisioner MMAS-8 memiliki Ilmiah Mahasiswa Universitas
keterbatasan mudah dimanipulasi oleh Surabya Vol 2 No 2
pasien, sehingga peneliti menyarankan Damayanti S. 2015. Diabetes Mellitus &
perlu dilakukannya penelitian selanjutnya Penatalaksanaan Keperawatan.
tentang kepatuhan minum obat pasien Cetakan 1. Yogyakarta: Nuha
diabetes melitus tipe 2 disertai hipertensi Medika.
dengan menggunakan metode lainnya Departemen Kesehatan Republik
2. Perlunya peningkatan kesadaran pasien Indonesia, 2005. Pharmaceutical
tentang kepatuhan minum obat melalui Care untuk Penyakit Diabetes
konseling, penyuluhan, edukasi & Melitus. Bakti Husada, Jakarta.
pelayanan informasi obat ketika pasien
Departemen Kesehatan Republik
memperoleh obat dari apotek. Indonesia.2003. Penuntun Diet.
DAFTAR PUSTAKA Dirjen Binkesmas Depkes RI,
Adisa, R., Alutundu, M.B., Fakeye, T.O., Jakarta..
2009. Factors contributing to Departemen Kesehatan RI, 2013.
nonadherence to oral hypoglycemic Pedoman Teknis Penemuan dan
medications among ambulatory type Tatalaksana Penyakit Hipertensi.
2 diabetes patients in Southwestern Direktorat pengendalian penyakit
Nigeria. Pharmacy Practice, Nigeria. tidak menular, Jakarta.
Alfian, R. 2015. Korelasi antara Dinas Pendidikan Nasional, 2003.
Kepatuhan Minum Obat dengan Undang-Undang No. 20 tentang
Kadar Gula Darah pada Pasien Sistem Pendidikan Nasional.
Diabetes Melitus Rawat Jalan di DepDikNas, Jakarta.
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Falufie, M., Sulistiarini, R., dan
Banjarmasin. Jurnal Pharmascience. Masruhim, M. 2015. Karakteristik
2(2): 15–23 Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Arnold, Hongdiyanto., Paulina Yamlean., Komplikasi Hipertensi di RSUD
Hamidah Sri Suparti. 2014. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
“Evaluasi Kerasionalan Pengobatan Tahun 2012-2014. Prosiding

76
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

Seminar Nasional Kefarmasian Ke- Perki. 2015. Pedoman Tatalaksana


2. 39-42 Hipertensi Pada Penyakit
Handayani I. B. 2012. Evaluasi Tingkat Kardiovaskular. Perki, Indonesia.
Kepatuhan Penggunaan Obat pada Price, S. A., Lorraine, M. W. 2006.
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Patofisiologi konsep klinis proses-
Instalasi Rawat Jalan Rsud “X”. proses penyakit. Ed 6. EGC, Jakarta.
[Skripsi]. Fakultas Farmasi Puspita, E. 2016. Faktor-Faktor yang
Universitas Muhammadiyah Berhubungan dengan Kepatuhan
Surakarta, Surakarta. Penderita Hipertensi dalam
Lestari,U., Darwin, D., dan Estiana, L. S. Menjalani Pengobatan. [Skripsi].
2011. Pola Pengobatan Pada Pasien Fakultas Ilmu Keolahragaan
Hipertensi Dengan Diabetes Melitus Universitas Negeri Semarang,
Tipe 2 Di Rsud Raden Mattaher Semarang.
Jambi. Jurnal Sains dan Teknologi Raharjo A S., et al. 2015. Hubungan
Farmasi. 16(2): 189-196 Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Majed, H., Ismael, A., Khatlan, H., dan Dengan Kepatuhan Diet Diabetes
Shazly, M. 2014. Adherence of Melitus Pada Penderita Diabetes
Type-2 Diabetic Patients to Melitus Di Desa Gonilan. Naskah
Treatment. Kuwait Medical Publikasi.
Journal. 46(3): 225-232. Ramadhan, A., Rijai, L., Liu, J., 2015.
Morisky, D.E., Ang, A., Krousel-Wood, Kajian Penggunaan Obat
M., Ward, H.J., 2008. Predictive Hipoglikemik Oral pada Pasien
validity of medication adherence Diabetes Mellitus Tipe 2 di
measure in an outpatient setting, Puskesmas Temindung Samarinda.
Journal of Clinical Hypertension. Jurnal Sains dan Kesehatan. 1(3):
10(5): 348-354. 105-110.
Niven, N. 2002, Psikologi Kesehatan: Rambadhe, S, Chakarborty, A,
Untuk Perawat & Professional Shrivastava, A, Ptail, UK,
Kesehatan Lain, Edisi 2., Penerbit Rambadhe, A 2012, ‘A Survey on
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Polypharmacy and Use of
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Metodologi Inappropriate Medications’, Toxicol
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Int., 19(1) 68-73.
Jakarta. Rasdianah, N., Martodiharjo, S.,
Palimbunga, T. M., Ratag. B. T., Kaunang, Andayani, T. M., Hakim, L. 2016.
W. P. J., Faktor-Faktor yang Gambaran Kepatuhan Pengobatan
Berhubungan dengan Kejadian Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Diabetes Melitus Tipe 2 di Rsu Puskesmas Daerah Istimewa
Gmim Pancaran Kasih Manado. 1- Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik
11. Indonesia. 5(4): 249–257.
Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Dan Pencegahan Diabetes Melitus Badan Penelitian Dan
Tipe 2 Di Indonesia 2015. PB. Pengembangan Kesehatan
Perkeni, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

77
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

Romadona, A. 2011. Pengaruh Konseling


Obat terhadap Kepatuhan Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Poliklinik Khusus Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang.
Tesis Program Paska Sarjana.
Universitas Andalas, Padang.
Slamet Suyono, dkk. 2006. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Shakor, J. K and Qader, S. S., 2014. Drug
Adherence among Diabetic and
Hypertensive Patients in Association
with Demographic and Healthy
Behavior. International Journal of
Science and Research (IJSR). 3(12):
1-6
Sihombing, Marice. 2017. Faktor yang
Berhubungan dengan Hipertensi
pada Penduduk Indonesia yang
Menderita Diabetes Melitus (Data
Riskesdas 2013). Buletin Penelitian
Kesehatan. 45(1): 53-64
Tegar F, dkk., 2014. Gambaran Kepatuhan
Minum Obat Antidiabetes dan
Antihipertensif pada Pasien Diabetes
Melitus Disertai Hipertensi Di Klinik
Kesehatan Gereja St. Servasius
Bekasi.
Trisnawati, Shara K, Soedijono S. 2013.
Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Melitus Tipe II di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta
Barat Tahun 2012.Jurnal Ilmiah
Kesehatan. Vol.5 No.1 Hal:6-11.
WHO. 2003. Adherence To Long-Term
Therapies. WHO Library
Cataloguing, Switzerland.

78

Anda mungkin juga menyukai