Anda di halaman 1dari 14

Bahan Halal Dan Sehat (halal dan tayyib)

Dr. Irfan Safrudin, M.Ag


1. Hal-hal yang Diharamkan Dalam Makanan
Para ulama mengemukakan hal-hal yang diharamkan
dalam makanan (Lihat Imam al-Ghazali, 2002:107-110)
a. Bangkai
Pertama kali haramnya makanan yang disebut dalam
Al-Qur’an ialah bangkai, sebagaimana yang tertera dalam

  


 
 
  
   
   
    
   

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah[108]. tetapi
Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya)
sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Al-Baqarah 2:173).

1
 
 
 
  
 



  
    
   
  
    
   
   
  
  
  
    
   
     


“Telah diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging


babi, binatang yang disembelih bukan karena Allah, yang
(mati) karena dicekik, yang mati karena dipukul, yang
(mati) karena jatuh dari atas, yang (mati) karena dimakan
oleh binatang buas kecuali yang dapat kamu sembelih
untuk berhala.” (QS. Al-Maidah ayat 3)
Bangkai yaitu binatang yang mati dengan sendirinya
tanpa ada suatu usaha manusia yang memang sengaja di
sembelih menurut ketentuan agama atau dengan berburu.

2
Termasuk dalam hal ini yaitu apa yang dipotong dari
binatang hidup, berdasarkan hadits Abu Waqid al-Laitsi :
“Telah bersabda Rasulullah saw, “Apa yang dipotong
dari binatang ternak, sedang ia masih hidup, adalah
bangkai.” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi )
Dikecualikan dari bangkai tersebut diatas, maka
bangkai yang ada di bawah ini adalah halal untuk dimakan
:
1. Bangkai ikan dan belalang, berdasarkan hadits Ibnu
Umar,
“Telah bersabda Rasulullah saw, “Dihalalkan bagi kita
dua macam bangkai, ialah bangkai ikan dan belalang,
sedang mengenai darah ialah hati dan limpa.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Syafi’I Ibnu Majah,
Baihaqi dan Daruquthi tetapi hadits ini dha’if. Hanya
Imam Ahmad mensyahkannya sebagai haditsmauquf,
sebagai dikatakan oleh Zar’an dan Abu Hatim. Sedang
hadits seperti ini hukumnya marfu’ artinya silsilah
sanadnya sampai kepada Nabi, karena ucapan
sahabat: Dihalalkan bagi kami ini, atau diharamkan
bagi kami itu adalah serupa dengan ucapannya: kami
diperintah dan kami dilarang.”
2. Bangkai binatang dan tidak mempunyai darah
mengalir seperti semut, lebah, dan lain-lain, maka ia
adalah suci. Jika ia jatuhkan dalam sesuatu dan mati
di sana, maka tidaklah menyebabkan bernajis.

3
Ibnu Mudzir berkata, tidak saya ketahui adanya
pertikaian tentang sucinya apa yang disebutkan tadi
kecuali apa yang diriwayatkan dari syafi’i. Dan yang
lebih populer dari madzhabnya ialah najis, hanya
dimaafkan bila jatuh ke dalam cair selama benda cair
itu tidak berubah karenanya.”
3. Tulang dari bangkai, tanduk, bulu, rambut, kuku dan
kulit serta apa yang sejenis dengan itu hukumnya
suci, karena asalnya semua ini adalah suci dan tak ada
dalil mengatakan najis.
Az-Zuhri berkata mengenai tulang belulang bangkai
seperti misalnya gajah dan lain-lain: “Saya dapati
orang-orang ulama’; ulama’salaf mengambilnya
sebagai sisir dan menjadi minyak, demikian itu tidak
jadi apa-apa.”
Diterima dari Ibnu Abbas katanya : “Majikan dari
Maimunah menyerahkan kepadaku seekor domba,
tiba-tiba ia mati. Kebetulan Rasulullah saw lewat
maka sabdanya, “Kenapa tidak tuan-tuan ambil
kulitnya buat disamak, hingga dapat dimanfaatkan?
Bukankah itu bangkai? Ujar mereka. “Yang
diharamkan ia ialah memakannya.”ujar Nabi pula”
(HR. Jama’ah kecuali Ibnu Majah di dalam riwayatnya
tersebut “Dari Maimunah”, sementara dalam riwayat
Bukhory dan Nasa’I tidak disebutkan soal menyamak)
Dalam dari Ibnu Abbas ra bahwa ia membacakan ayat
berikut ini,

4
    
  
  
    
   
  
  
   
  
   
  

145. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu
yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya
semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas
nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan
terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Kemudian ulasannya, “yang mengenai kulit, air kulit,
gigi, tulang, rambut, dan bulu maka ia halal.” (HR.
Ibnu Mundzir dan Ibnu Hatim)
K. Plasenta Pun Dibuat Kosmetik
Barangkali, kosmetik peremaja kulit Anda berbahan
baku ari-ari atau air ketuban. Niscaya ogah wanita
berkosmetik dengan ari-ari (plasenta) dan air ketuban.

5
Apalagi plasenta dan air ketuban anaknya sendiri. Dari segi
estestis sudah tidak nyeni, belum lagi soal kehalalannya.
Tapi tanpa sepengetahuan konsumen, sudah lama
plasenta dan air ketuban digunakan sebagai bahan baku
produk kosmetik tertentu.
Plasenta, dalam dunia fashion, diyakini dapat berfungsi
meregenerasi sel-sel tubuh sehingga dapat
mempertahankan kulit agar tetap sehat, segar, muda dan
cantik. Juga mampu mengembalikan kemulusan kulit
akibat luka atau penyakit kulit. Sebab, plasenta
mengandung sel-sel muda yang sedang tumbuh dan
berkembang (sel generatif). Bersama air ketuban, ekstrak
plasenta manusia menjadi pavorit bahan kosmetik, karena
paling “pas” buat konsumen yang sesama manusia. (Lihat
Anton Apriyanto & Nurbowo, 2003: 98:101)
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Tahun 1976
dan sesuai Food and Cosmetic Act 1958, kosmetika adalah
bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan
pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada manusia
dengan maksud membersihkan, memelihara, menambah
daya tarik dan mengubah rupa dan tidak termasuk
golongan obat. Zat tersebut tidak boleh mengganggu kulit
dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dari pengertian
tersebut, kosmetika digunakan baik pada bagian luar
maupun dalam tubuh manusia. Nah, sesuai ajaran Islam,
dua hal yang harus diperhatikan dalam kosmetika adalah

6
kebersihan dan kesucian. Mutlak, kosmetika harus halal
dan suci.
Yayasan Halalan Thayyiban memberi petunjuk
sejumlah titik kritis haram kosmetika. Pertama, sumber
bahannya, bisa jadi dari hewan (jenis hewan dan cara
penyembelihan) atau bagian tubuh manusia. Kedua,
penggunaan bahan penstabil emulsi (emulsifier). Beberapa
kosmetika merupakan suatu campuran emulsi sehingga
membutuhkan bahan penstabil emulsi. Bahan penstabil
emulsi tersebut harus halal sumbernya dan
pembuatannya.
Beberapa bahan lain yang diwaspadai kehalalannya
pada kosmetika adalah
Pertama, kolagen dan elastin. Kolagen dan elastin
adalah jaringan ikat pada kulit. Keduanya banyak
digunakan untuk kosmetika perawatan kulit dan bibir.
Elastin juga banyak digunakan untuk perawatan rambut.
Kedua, asam lemak esensial. Beberapa jenis asam
lemak yang sering digunakan adalah asam linolenat, asam
linoleat dan asam arakidonat. Asam–asam lemak tersebut
banyak digunakan dalam kosmetika khususnya untuk
perawatan kulit. Yang perlu diwaspadai adalah sumber
asam lemak apakah dari hewan yang halal dan
disembelih dengan cara islami juga bahan penstabil
emulsi yang digunakan karena asam-asam lemak
tersebut biasanya membentuk.

7
Ketiga, hormon dan ekstrak kelenjar.
- Harus diwaspadai sumbernya dan
- jika dari hewan perlu diwaspadai sumbernya dan
- jika dari hewan perlu diwaspadai cara
penyembelihannya dan
- jika dari produk mikrobial perlu diperhatikan media
yang digunakan dalam pembuatannya.
Berikutnya adalah ekstrak plasenta dan cairan ketuban.
Kedua zat ini banyak digunakan untuk peremajaan kulit.
Plasenta merupakan zat nutrisi yang digunakan oleh
janin selama masa pertumbuhan dan perkembangannya.
Plasenta ibarat lumbung makanan bagi bayi yang masih di
dalam perut. Ketika bayi telah lahir, maka ia akan segera
membutuhkan ASI untuk mencukupi energi dan
pertumbuhannya. Akan tetapi selama ia berada di dalam
kandungan, plasenta merupakan satu-satunya sumber
makanan baginya.
Plasenta ini ada hampir pada semua makhluk hidup
yang hamil di dalam dan menyusui anaknya (mamalia),
termasuk manusia. Di Indonesia, plasenta lebih dikenal
dengan sebutan ari-ari. Ari-ari keluar dari perut ibu
bersamaan dengan proses kelahiran bayi. Plasenta yang
sering digunakan untuk kosmetika atau produk kesehatan
berasal dari hewan (kambing, sapi, dan lain-lain) atau dari
manusia.
Menurut fatwa MUI No. 2/MunasVI/MUI/2000,
penggunaan kosmetika yang mengandung atau berasal
8
dari bagian organisme manusia, hukumnya adalah haram.
Kecuali setelah masuk ke dalam proses Istihalah. Yakni,
mengalami perubahan semua sifat-sifatnya dan
menimbulkan akibat hukum : dari benda najis atau
mutanajjis menjadi benda suci dan dari benda yang
diharamkan menjadi benda yang dibolehkan (mubah).
Dewan Hisbah Persatuan Islam (PERSIS), dalam
sidangnya pada tanggal 2 September 2000 di Sumedang,
Jawa Barat, juga mengharamkan penggunaan plasenta
untuk kosmetika. (secara ilmiah dan agama dari Al-Ustadz
KH. Usman Shalehuddin dan Dr. Amir Musaddad) tentang
masalah tersebut; Dewan Hisbah menyatakan “Membuat
kosmetika dengan organ tubuh manusia yang sudah mati
haram”. Pertimbangannya antara lain, Nabi saw telah
melarang mengganggu tubuh orang yang sudah mati.
L. Puluhan merek sabun dijual, hanya sedikit yang
bersertifikat halal
Sebagian bangsa ini mengutamakan kualitas dalam
berkonsumsi. Itu setidaknya ditunjukkan oleh hasil survei
MARS tentang konsumsi sabun mandi, pada Oktober-
November 1999. Ditanya dasar pertimbangan dalam
membeli sabun mandi, sebanyak 2.021 responden
Menjawab : kualitas (62,48%), harga (21,82%), mudah
diperoleh (7,48%), merek (7,06%), pembungkus (0,79%),
dan hal lainnya (0,37%). Tapi, jangan dulu bergembira.
(Lihat Anton Apriyanto & Nurbowo, 2003: 99:101)

9
Menurut penggeledahan MARS lebih lanjut, dengan
memperhatikan besarnya koefisien path dari hubungan
antarvariabel penelitian, keputusan konsumen dalam
mengonsumsi merek sabun mandi ternyata lebih banyak
dipengaruhi variabel “sering mengonsumsi dalam sebulan
terakhir” (77,2%).
Maka, untuk merayu konsumen menggunakan suatu
merek sabun, menurut Herry Pattula dan Budi Suharjo dari
PT Capricorn MARS Indonesia, akan lebih efektif jika
program promosi sabun bersifat lebih efektif jika program
promosi sabun bersifat mengondisikan si konsumen untuk
mencoba memakainya. Berarti, pemberian sampel diduga
akan memberikan hasil lebih baik daripada gebyar iklan,
baik above maupun below the line. Anda pun tentu
senang, jika promosi semacam ini dilakukan sering-sering
saja.
Tapi sebagai konsumen Muslim, Anda tentu tak
sembarangan menggunakan kosmetika, termasuk sabun.
Menurut WordBook Encyclopedia (1998), bahan utama
sabun adalah lemak atau minyak, dan alkali. Nah, ini
soalnya, lemak atau minyak itu bisa hewani, minyak nabati
seperti minyak kelapa atau minyak zaitun. Sedang alkali
yang digunakan adalah soda kaustik (NaOH). Bahan lainnya
adalah parfum dan zat pewarna.
Sabun mandi bisa terdiri dari sabun saja, atau
campuran sabun dan surfaktan sintetik seperti bleaches
(pemutih). Selain mengandung parfum, sabun mandi juga
dapat mengandung germisida (antimikroba).
10
Menurut DR Anton Apriyantono, sabun mandi cukup
rawan karena dapat mengandung bahan-bahan yang
berasal dari hewani. Artinya, bisa jadi najis. “Jika
mengandung bahan-bahan yang berasal dari hewan (babi)
atau hewan lain yang tidak disembelih secara Islami maka
bahan tersebut najis dan tidak boleh dipakai,” tandas
Anton. Ia menambahkan, banyak bahan-bahan pembuatan
sabun yang patut dicurigai, terutama lemaknya.
Menurut hasil riset Risindo, pada 2001 terdapat 85
merek sabun mandi di pasaran. Lima merek yang menjadi
raja, menurut hasil survei MARS tadi, adalah Lifebuoy, Lux,
Giv, Nuvo dan Cussons. Konsumen sangat
menggandrunginya, sehingga beberapa dari ke-5 merek
tersebut dikonsumsi secara bersamaan. Fenomena itu
diutarakan minimal oleh 18,12% responden pemakai
sabun yang disurvei. Memang, kelimanya tergolong paling
gencar beriklan.
Sayang, dari sekian banyak merek sabun mandi, sedikit
sekali yang sudi mengikuti sertifikasi halal. Diantaranya
yang populer adalah Lifebuoy (White, Pink, Green, Gold)
dan Lux (Moisturize, Nourish, Gentle, Deep Clean, Balance)
serta Lux Mild (White, Yellow, Salmon). Yang pertama
diimajikan sebagai sabun keluarga, sedang yang kedua
sabun kecantikan. Masa berlaku sertifikat halal kedua
merek sabun keluaran PT Unilever ini sampai akhir Mei
2003.
Di bawah kelas keduanya, ada sabun Medicare. Sabun
mandi kesehatan keluarga ini dikemas dengan bungkus
11
plastik berwarna kuning, hijau, biru dan merah, tampak
mencolok. Produsennya juga menyelipkan secarik kertas di
dalamnya, berisi komposisi ingredient (bahan baku).
Berdasarkan survei Top of Mind yang dilakukan SWA
dan Frontier pada 1999, sabun keluaran Megasurya Mas
ini masuk peringkat lima besar. Selain untuk konsumsi
dalam negeri, produsen Medicare juga mengekspor ke
Tanzania, Dubai, Laos, Singapura, Arab Saudi, Kenya,
Mongolia dan Taiwan. Saudara Medicare yang juga
bersertifikat halal adalah sabun mandi Anita, OK Beauty
Soap, Eve, dan Doll. Satu lagi Harmony, sabun mandi
beraroma aneka buah.
Dalam daftar kosmetika bersertifikat halal LPPOM MUI,
merek sabun lain yang juga tercantum adalah Bee &
Flower Brand dan Baraka BlackSeed Soap. Sabun-sabun
bersertifikat halal tersebut, cukup mudah ditemukan di
pasaran. Jadi, Anda tak usah khawatir keliru bersabun
dengan kosmetika yang bisa jadi malah najis.

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai