Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikitan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing

yang merupakan bagian dari keluarga. Wanita dan Ibu adalah dua sosok yang tidak

pernah lepas dari kehidupan kita. Tanpa sosok Ibu kita tidak akan pernah ada di dunia

ini. Bahkan banyak orang-orang hebat yang tidak akan pernah bisa menjadi hebat

tanpa didukung dengan sosok wanita hebat di belakangnya. Ada begitu banyak

definisi dan arti dari wanita namun semua arti dan definisi itu bersumber pada satu

kesimpulan, bahwa wanita adalah sosok yang sangat hebat terlepas dari segala

kekurangan yang dimilikinya.

Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan komunitas

dimana pelayanan kebidanan komunitas merupakan upaya yang dilakukan bidan

untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan lansia di dalam keluarga dan

1
masyarakat supaya keluarga dan masyarakat selalu berada dalam kondisi kesehatan

yang optimal.

Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas termasuk di dalamnya adalah

penyuluhan dan nasihat tentang kesehatan, pemeliharaan kesehatan lansia ,

pengobatan sederhana bagi ibu dan balita, perbaikan gizi keluarga, imunisasi ibu dan

anak, pertolongan persalinan serta pelayanan KB. Yang menjadi sasaran kebidanan

komunitas yaitu ibu (prahamil, hamil, bersalin, nifas), anak (bayi baru lahir, balita,

anak pra sekolah, remaja), keluarga (wanita dengan gangguan sistem reproduksi),

masyarakat. Yang menjadi sasaran utama adalah ibu dan anak dalam keluarga

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Saja definisi Keluarga ?

2. Bagaiaman Struktur Keluarga ?

3. Apa saja cirri-ciri keluarga ?

4. Apa saja bentuk-bentuk keluarga ?

5. Apa saja peran Keluarga ?

6. Apa saj fungsi Keluarga ?

7. Apa saja Tugas Keluarga ?

8. Apakah definisi asuhan kebidanankeluarga ?

2
9. Apa saja tujuan asuhan kebidanan keluarga ? ?

10. bagaimana prinsip-prinsip asuhan kebidanan keluarga

11. Bagaiamana langkah-lankah dalam asuhan kebidanan keluarga ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi keluarga

2. Untuk mengetahui struktur keluarga

3. Untuk mengetahui cirri-ciri keluarga

4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk keluarga

5. Untuk mengetahui peran keluarga

6. Untuk mengetahui fungsi keluarga

7. Untuk mengetahui tugas keluarga

8. Untuk mengetahui definisi asuhan kebidanan Keluarga

9. Untuk mengetahui Tujuan asuhan kebidanan keluarga

10. Untuk mengetahui prinsip-prinsip asuhan kebidanan keluarga

11. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam asuhan kebidanna

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala

Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998)

Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah

adaptasi atau perkawinan (WHO, 1969).

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas 2 orang atau lebih

adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga

dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga berinteraksi diantara sesama

anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing,

menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan. (Depkes. RI. 1998 dan

Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989).

4
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu

rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, dimana

antara satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu

anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan, maka akan

berpengarung terhadap anggota-anggota yang lain dan keluarga-keluarga yang ada

di sekitarnya (Effendi, 1998).

Keluarga adalah satu kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih, yang

dipersatukan oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi atau pengakuan

sebagai anggota keluarga yang tinggal bersama, satu kesatuan atau unit yang

membina kerjasama yang bersumber dari kebudayaan umum. Di mana setiap

anggotanya belajar dan melakukan peranannya seperti yang diharapkan. Keluarga

sebagai suatu sistem sosial melakukan beberapa fungsi yang paling dasar seperti

memberikan keturunan, sosialisasi, psikologi, seleksi, proteksi dan sebagainya.

2.1.2 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut effendy (1997; 33) terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya adalah :

1) Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

5
2) Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

4) Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

5) Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.1.3 Ciri-ciri Keluarga

Ciri-ciri Keluarga (Nita Ceptiana, 2010)

1) Kebersamaan

Keluarga merupakan bentuk yang paling universal diantara bentuk-bentuk

sosial lainnya. Dia dapat ditemui dalam semua masyarakat, pada semua tingkat

perkembangan sosial, dan terdapat pada tingkatan manusia yang paling rendah.

Telah dijelaskan bahwa keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua

orang atau lebih, yang terjadi karena adanya perkawinan, hubungan darah dan

adopsi. Dimana dalam membentuk keluarga yang harmonis diperlukan suatu

konsep kebersamaan. Dalam keluarga inti, konsep kebersamaan antara lain

mencakup saling memberi, menyayangi dan berusaha memahami dan lain

sebagainya baik terhadap istri, suami dan anak.

6
2) Dasar-Dasar Emosional

Hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan-dorongan yang sangat

mendalam dari sifat organis manusia. Seperti perkawinan, menjadi ayah,

kesetiaan terhadap maternal dan perhatian orang tua. Ini dibentengi oleh pria

dengan arti yang mendalam dan ikatan kelompok yang erat tentang emosi-emosi

sekunder, dari cinta romantic sampai pada kebanggaan akan ras. Dari kasih

sayang perkawinan sampai pada keinginan untuk menjaga perekonomian rumah

tangga. Dari kecemburuan yang dimiliki oleh indiividu sampai pada hasrat untuk

hidup abadi yang sangat menyusahkan.

3) Pengaruh perkembangan

Mc Goldrick dan Carter (1985) mengembangkan model tahap kehidupan

keluarga yang didasari oleh ekspansi, kontraksi, dan penyusunan kembali

(realigment) dari hubungan keluarga yang memberikan support terhadap masuk,

keluar dan perkembangan anggota keluarga. Model ini diberikan dengan

menggunakan aspek emosional, transisi, perubahan dan tugas yang diperlukan

untuk perkembangan keluarga.Hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan

yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk

manusia, dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kesadaran hidup

7
yang mana merupakan sumbernya. Pada khususnya hal ini membentuk karakter

individu lewat pengaruh kebiasaan-kebiasaan organis maupun mental. Untuk

mengenal pengaruh kekekalan nya kita tidak perlu menganut pandangan bahwa

pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan menentukan sekali, khususnya

terhadap semua struktur kepribadian individu.

4) Ukuran yang Terbatas

Keluarga merupakan keluarga yang terbatas ukurannya, yang dibatasi oleh

kondisi-kondisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa kehilangan identitasnya.

Oleh sebab itu keluarga merupakan skala yang paling kecil dari semua organisasi

formal yang merupakan struktur sosial, dan khususnya dalam masyarakat yang

sudah beradab dimana keluarga secara utuh terpisah dari kelompok kekerabatan.

Keluarga pada dasarnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dimana anak tidak dapat

dipisahkan dari garis keturunannya. Serta mempunyai hubungan sosial yang

relative tetap.

5) Posisi Inti dan Struktur Sosial

Keluarga merupakan inti dari organisasi sosial lainnya. Kerap didalam

masyarakat yang masih sederhana, maupun dalam masyarakat yang lebih maju,

yang mempunyai tipe masyarakat patrialkal. Struktur sosial dibentuk dari satuan-

satuan keluarga. Hanya dalam masyarkaat yang kompleks dengan peradaban

yang lebih tinggi keluarga berhenti untuk memenuhi fungsi-fungsi ini. Demikian

8
juga pada masyarakat lokal . seperti pada halnya pembagian kelas-kelas

sosialnya. Cenderung untuk mempertahankan kesatuan-kesatuan keluarga

6) Tanggung Jawab Para Anggota Keluarga.

Keluarga memiliki tuntutan-tuntutan yang lebih besar dan kontinyu dari pada

yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya. Keluarga mengarahkan laki-

laki dan wanita untuk memperlihatkan kepada orang lain bahwa diri mereka

sendiri mempunyai suatu tugas-tugas yang paling sukar sekali dan suatu

tanggung jawab yang besar. Kerja keras keluarga dilaksanakan sesuai dengan

kondisi –kondisi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mampu dilakukan oleh

keluarga. Kehidupan keluarga juga mengakar secara mendalam pada dorongan-

dorongan pokok seperti yang diartikan dalam hal ini. Dorongan ini mengarahkan

laki-laki ketanggung jawab yang semakin besar terhadap keluarga yang

menopang mereka dalam memenuhi tugas-tugas yang tidak dapat mereka

perhitungkan.

7) Aturan kemasyarakatan

Hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu didalam

masyarakat dan aturan-aturan sah yang denga kaku menentukan kondisi-

kondisinya. Aturan kemasyarakatan ini mulanya berkembang dalam masyarakat

itu sendiri yang kemudian menjadi kebiasaan dan disahkan oleh masyarakat

tersebut dalam suatu instutusi atau lembaga kemasyarakatan, yang menunjukkan

9
adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat. Institusi

keluarga ini, terdapat norma, nilai dan aturan yang mengatur dalam masalah

keluarga. Misalnya pada perkawinan, ada perkawinan endogamy, eksogami,

pelamaran dan perceraian dsb. Pada satu tempat, perjanjian perkawinan lebih

keras dibatasi dibandingkan dari perjanjian-perjanjian lainnya. Dimana pasangan

tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan syarat-syaratnya. Atau

merubahnya dengan persetujuan bersama. Setiap bentuk perjanjian perkawinan

mempunyai perbedaan sesuai dengan perbedaan tipe-tipe masyarakat yang

bersangkutan. Dan masing-masing mempunyai bentuk yang berlaku dan

menuntut adanya ketegasan-ketegasan pada masyarakat modern. Pada

masyarakat modern keluarga merupakan salah satu asosiasi yang dengan

persetujuan kelompok dapat dengan bebas masuk tetapi tidak bebas untuk

meninggalkan atau membubarkannya, walaupun dengan persetujuan bersama.

8) Sifat Kekekalan dan kesementaraan

Sebagai institusi, keluarga merupakan sesuatu yang demikian permanent dan

universal. Dan sebagai asosiasi merupakan organisasi yang paling bersifat

sementara dan yang paling muda berubah dari seluruh organisasi-organisasi

penting lainnya dalam masyarakat.

Ciri – ciri keluarga

a. Ciri keluarga

1) Diikat dalam suatu tali perkawinan.

10
2) Ada hubungan darah.

3) Ada ikatan batin.

4) Ada tanggung jawab masing-masing anggotnya.

5) Ada pengambilan keputusan .

6) Kerjasama diantara anggota keluarga .

7) Komunikasi interaksi antar anggota keluarga.

8) Tinggal dalam satu rumah.

9) Cirikeluarga Indonesia

10) Suami sebagai pengambil keputusan

11) Merupakan suatu kesatuan yang utuh

12) Berbentuk monogram

13) Bertanggung jawab

14) Pengambil keputusan

15) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa

16) Ikatan kekeluargaan sangat erat

17) Mempunyai semangat gotong-royong

2.1.4 Bentuk-bentuk Keluarga

Bentuk-Bentuk Keluarga (Effendi, 1998)

1) Keluarga inti (Nuclear Familly), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak-anak.

11
2) Keluarga besar (ETtended Familly), adalah keluarga inti ditambah sanak

saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan

sebagainnya.

3) Keluarga berantai (Serial Familly), adalah keluarga yang terdiri dari wanita

dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4) Keluarga duda/janda (Composite), adalah keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.

5) Keluarga berkomposisi, adalah yang perkawinannya berpoligami dan hidup

secara bersama-sama.

6) Keluarga kabitas (Cabitation), adalah dua orang yang menjadi satau tanpa

pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

Bentuk – bentuk keluarga

1. TRADISIONAL :

a. The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

b. The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup

bersama dalam satu ruma

c. Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak

sudah memisahkan dir

d. The childless family

12
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena

mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita

e. The extended family (keluarga luas/besar)

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam

satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua

(kakak-nenek), keponakan, dll)

f. The single-parent family (keluarga duda/janda)

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak,

hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan

ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan.

g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota

tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota

bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-

end)

h. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal

bersama dalam satu rumah

i. Kin-network family

13
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan

yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll

j. Blended family

Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali

dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya

k. The single adult living alone / single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau

ditinggal mati.

2. NON-TRADISIONAL :

a. The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari

hubungan tanpa nikah

b. The stepparent family

Keluarga dengan orangtua tiri

c. Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan

fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan

melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama

14
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan

e. Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama

sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)

2.1.5 Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Menurut (Effendi, 1998) penaran dalam keluarga adalah :

1) Peranan ayah

Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pecari nafkah, pendidik,

pelindung, kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya, anggota

masyarakat dari lingkungannya

2) Peranan ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga, mengasuh

dan pendidik, pelindung dari salah satu kelompok dari peranan sosialnya,

15
serta sebagai anggota masnyarakat dari lingkungannya, pencari nafkah

tambahan dalam keluarga.

3) Peranan anak

Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik fisik,

mental maupun spiritial.

2.1.6 Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga (Effendi,1998)

1) Fungsi Afektif

Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga.

Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh

anggota keluarga, tiap anggota keluarga mempertahankan hubungan yang baik.

2) Fungsi biologis

Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi

kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggora keluarga.

3) Fungsi psikologis

16
Memberikan kasih sayang dan rasa aman dan memberikan kasih sayang

diantara anggota keluarga.

4) Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.

Proses sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang

norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam

keluarga.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu

mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang

sakit. Kesanggupan keluarga untuk melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat

dilihat dari kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, membuat

keputusan tindakan, memberikan perawatan, memelihara lingkungan dan

menggunakan fasilitas kesehatan.

6) Fungsi ekonomi

(a) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

17
(b) Mencari sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa

yang akan datang.

(7) Fungsi Pendidikan

(a) Menyekolahkan anak untuk membekali pendidikan, ketrampilan dan

membentuk perilaku sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.

(b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang,

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

(c) Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.

2.1.7 Tugas Keluarga

Tugas Keluarga (Effendi,1998)

1) Tugas utama keluarga :

(a) Memenuhi kebutuhan jasmani,rohani dan sosial anggota keluarganya

(b) Pemeliharaan dan perawatan anak-anak

(c) Mendidik anak-anak

(d) Membimbing perkembangan pribadi

18
(e) Pembagian tugas masing masing anggota sesuai dengan kedudukan

masing masing

(f) Sosialisasi antara anggota keluarga

(g) Pengaturan jumlah anggota keluarga

(h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2) Tugas Kesehatan Keluarga

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai peran

dan tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yang

meliputi:

(a) Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena kesehatanlah

seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu

mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang dialami anggota

keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil

keputusan dalam keluarga (Suprajitno, 2004). Mengenal menurut Notoadmojo

(2003) diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah dipelajari atau

diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dalam

19
mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu mengetahui tentang

sakit yang dialami pasien.

(b) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan

siapa diantara keluarga yang mempunyai keputusan untuk memutuskan

tindakan yang tepat (Suprajitno, 2004). Friedman, 1998 menyatakan kontak

keluarga dengan sistem akan melibatkan lembaga kesehatan profesional

ataupun praktisi lokal (Dukun) dan sangat bergantung pada:

a) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga ?

b) Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang

dihadapi salah satu anggota keluarga ?

c) Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang dilakukan terhadap

salah satu anggota keluarganya ?

d) Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?

e) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas

kesehatan?

(3) Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit

Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau

tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatan secara fisik merupakan

beban paling berat yang dirasakan keluarga (Friedman, 1998). Suprajitno

20
(2004) menyatakan bahwa keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi

masalah perawatan keluarga. Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam

melakukan pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat dikaji yaitu :

a) Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?

b) Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan

yang diperlukan pasien ?

c) Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (Aktif mencari informasi

tentang perawatan terhadap pasien)

(4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

a) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar lingkungan

rumah

b) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaatnya.

c) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah

yang menunjang kesehatan.

(5) Menggunakan pelayanan kesehatan

Menurut Effendy (1998), pada keluarga tertentu bila ada anggota keluarga

yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau dukun. Untuk

mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan sarana kesehatan

perlu dikaji tentang :

a) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau

keluarga

b) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan

21
c) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada

d) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga. Tenaga

kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha keluarga dalam

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hambatan yang dapat

muncul terutama kamunikasi (Bahasa) yang kurang dimengerti oleh

petugas kesehatan. Pengalaman yang kurang menyenangkan dari keluarga

ketika berhadapan dengan petugas kesehatan ketika berhadapan dengan

petugas kesehatan.

2.2 Konsep Dasar kebidanan keluarga

2.2.1 Definisi Asuhan Kebidanan keluarga

Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian

tertentu. Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah

seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta

terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan.

Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki

bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu

dan bayi yang dilahirkan (J.H. Syahlan, 1996).

Bidan adalah seseorang yang telah secara teratur mengikuti suatu

program pendidikan kebidanan yang dilalui di negara-negara tersebut

diselenggarakan, telah berhasil menyelesaikan serangkaian pendidikan

22
kebidanan yang ditetapkan dan telah memperoleh klasifikasi yang

diperlukan untuk bisa didaftarkan dan/secara bukan memperoleh izin untuk

melakukan praktek kebidanan (Varney, 2006).

Asuhan Kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan


yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan kewenangan dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang


menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
hamil, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.(Depkes RI, 2008).

Asuhan Kebidanan Keluarga adalah serangkaian kegiatan yang


merupakan implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan melalui
praktik kebidanan dengan sasaran keluarga dan ditujukan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan pendekatan asuhan
kebidana

2.2.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Keluarga

Peningkatan status kesehatan keluarga tentunya akan merupakan

tujuan akhir yang diharapkan dapat dicapai dari pelayanan/asuhan

kebidanan keluarga yang diberikan. Karena dengan meningkatnya status

kesehatan seluruh anggota keluarga pasti akan meningkatkan pula

produktivitas keluarga tersebut dan dengan meningkatnya produktivitas

keluarga, maka kesejahteraan keluarga juga akan semakin

23
meningkat.Secara lebih rinci Tujuan Asuhan Kebidanan Keluarga adalah

sebagai berikut (Setiadi, 2008) :

1. TUJUAN UMUM

Untuk menigkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga

dalam meningkatkan, mencegah, dan memelihara kesehatan mereka

sehingga status kesehatannya semakin meningkat serta mampu

melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif

2. TUJUAN KHUSUS

Secara khusus, Asuhan Kebidanan Keluarga ditujukan untuk :

a) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah

kesehatan yang dihadapi khusunya yang berkaitan dengan kesehatan

ibu, bayi baru lahir dan anak (KIBBLA).

b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah

kesehatan dasar dalam keluarga.

c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

yang tepat.

d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan pelayanan

terhadap anggota keluarga yang sakit.

24
e) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam rangka meningkatkan

mutu hidup keluarga

2.2.3 Prinsip-Prinsip asuhan kebidanan keluarga

terdapat beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan oleh Bidan

dalam memberikan Asuhan Kebidanan/Pelayanan Kesehatan, diantaranya

adalah :

1. Keluarga sebagai Unit atau Satu Kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

Dalam konteks ini, keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai focus

utama pengkajian dalam pelayanan/asuhan kebidanan. Keluarga dipandang

sebagai system yang saling berinteraksi engan memperhatikan dinamika

dan hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga dan saling

ketergantungan keluarga dengan pelayanan kesehatan serta dengan

lingkungannya.

2. Dalam memberikan asuhan/pelayanan kebidanan keluarga, status sehat

adalah menjadi tujuan utamanya melalui peningkatan status kesehatan

keluarga khususnya dengan program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan

Anak (KIBBLA) agar keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan

kesejahteraannya.

25
3. Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai penngkatan

kesehatan keluarga.

4. Dalam meberikan asuhan kebidanan keluarga, bidan harus mampu

melibatkan peran aktif dari semua anggota keluarga mulai dari

mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga

dalam rangka mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapinya.

5. Diupayakan lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat Promotif dan

Preventif dengan tanpa mengabaikan upaya Kuratif dan Rehabilitatif.

6. Dalam memberikan asuhan kebidanan hendaknya selalu memanfaatkan

sumber daya keluarga semaksimal mungkin.

7. Sasaran pelayanan asuhan Kebidanan Keluarga adalah keluarga secara

keseluruhan.

8. Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan asuhan kebidanan keluarga

adalahPendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving Approach)

dengan menggunakan Proses Asuhan Kebidanan Keluarga.

26
9. Kegiatan esensial dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga adalah

penyluhan/pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar/home care.

10. Pemberian Pelayanan/Asuhan diutamakan kepada keluarga yang

mempunyai resiko tinggi terhadap masalah kesehatan terutama masalah

kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak (KIBBLA).Hal ini disebabkan,

keluarga yang beresiko tinggi berkaitan erat dengan berbagai masaah

kesehatan yang mereka hadapi, baik masalah kesehatan secara umum

maupun masalah kesehatan yang khususnya terkait dengan ksehatan ibu,

bayi baru lahir dan anak (KIBBLA) yang kemungkinan dapat disebabkan

oleh karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai

masalah kesehatan yang mereka hadapi.Oleh karena itulah, maka dalam

memberikan pelayanan/asuhan kebidanan keluarga lebih diutamakan atau

diprioritaskan pada keluarga yang mempunyai resikotinggi terhadap suatu

masalah kesehata

2.2.3 Langkah-langkah dalam asuhan kebidanan keluarga

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Bidan dalam memberikan

Asuhan Kebidanan Keluarga antara lain :

1. Membina hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga, dengan

cara :

27
a) Mengadakan kontak dengan keluarga.Hal ini bias dilakukan dengan

cara kontak sosial yang memandang keluarga sebagai system,

dimana mereka hidup di masyarakat yang mempunyai struktur

organisasi kemasyarakatan tersendiri. Sehingga sebelum melakukan

kontak dengan keluarga, sebaiknya menyampaikan dan menjelaskan

maksud dan tujuan terlebih dahulu kepada struktur kemasyarakatan

yang ada.

b) Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu

keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka

c) Menytakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan

kesehatan yang dirasakan oleh keluarga.

d) Membina komunikasi dua arah yang harmonis dengan keluarga.

2. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan

keluarga.

3.Menganalisa data untuk menentukan masalah kesehatan keluarga, dengan

melakukan pengelompokan data.

4.Merumuskan masalah dan mengelompokkan masalah dengan mengacu

kepada tipologi dan sifat masalah kesehatan keluarga dengan kriteria :

5.Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk

melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.

28
6.Menentukan Skala Priotitas Masalah kesehatan keluarga dengan

mempertimbangkan :

7.Menyusun Rencana Asuhan Kebidanan Keluarga sesuai dengan urutan

prioritas masalah yang telah disusun dengan langkah-langkah :

8.Melaksanakan/mengimplementasikan asuhan kebidanan keluarga sesuai

dengan rencana yang telah disusun.

9.Melaksanakan Evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

10.Meninjau kembali masalah kesehatan keluarga yang belum teratasi dan

merumuskan kembali Rencana Asuhan Kebidanan yang baru

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu

rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, dimana

antara satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu

anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan, maka akan

berpengarung terhadap anggota-anggota yang lain dan keluarga-keluarga yang ada di

sekitarnya (Effendi, 1998).

Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu

identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan

pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh

bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti, penerapan

manajemen kebidanan komuniti (J.H. Syahlan, 1996).

30
3.2 Saran

1) Kepada Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan lebih dapat menggali lebih dalam lagi mengenai kesehatan

keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada keluarga.

2) Kepada Keluarga

Dengan diadakannya penyuluhan ini diharapkan keluarga dapat mengenali masalah

kesehatan serta mampu mencari penyelesaian secara mandiri.

3) Kepada Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan bimbingan dan menyediakan

literature serta sumber lebih banyak lagi untuk penyusunan asuhan kesehatan pada

keluarga.

4) Petugas Kesehatan

Seluruh petugas kesehatan diharapkan agar lebih giat lagi memantau masyarakat yang

ada di wilayah kerjanya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Effendy,N.1998.Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta:EGC

Departemen Kesehatan RI.(1998). Kesehatan keluarga.Jakarta: Depkes RI

Bailon, S.G & Maglaya, A. (1989. Perawatan Kesehatan keluarga: suatu Pendekatan

Proses (Terjemahan): Jakarta: Pusdinkes

Friedman, M. Marilyn (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik.

Jakarta:EGC

J.H.Syahlan (1996). Kebidanan komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan

Jakarta.

Supriajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik.

Jakarta:EGC

Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Rdisi I. Jakarta:EGC

32

Anda mungkin juga menyukai