Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak II. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai bagaimana
perkembangan dan apa yang harus dilakukan oleh perawat pada anak yang memiliki
penyakit diare ini, dan besar harapan kami bila makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun
berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 4 PENUTUP
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Gastroenteritis adalah peradangan pada labung, usus kecil, dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen
(Muttaqin, 2011).
Bagian ilmu kesehatan anak FKUI atau RSCM mengartikan diare sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya. Neonates dinyatakan diare bila frekuensi buang air
besar sudah lebih dari 4 kali sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan
anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali (Marmi & Rahardjo, 2012).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan
elektrolit yang abnormal dalam usus (Wong, 2008). Sedangkan menurut Suriadi &
Rita (2010) diare adalah kehilangan cairan dan elektolit secara berlebihan yang
terajdi karena frekuensi 1 kali atau lebih buang air besar sengan bentuk tinja yang
encer atau cair.
2.2 Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Enteral yaitu infeki saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, Escherichia coli, salmonella, shigela,
campylobacter, Yersinia, acromonas, dsb.
2) Infeksi virus : enterovirus (virus ecno, coxsacne, poliomyelitis),
adenovirus, protavirus, astrovirus, dll
3) Infeksi paracit : cacing (ascaris, prichuris, oxyuris, strongyloide),
protozoa (entamoega, histolytica, giardia lamblia, thrycomonas
hominis), jamur (candida, albicans).
b. Infeksi arenteral yaitu infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA) tonsillitis / tonsilofaringitis, bronkopneumonia
ensefalitis dsb. Keadaan ini teutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerasi laktosa, maltose dan
sikrosa), monosakarida (intoleran glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar). (Ngastiah, 2005).
2.3 Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala gastroenteritis adalah :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada.
2. Sering buang air besar dengan konstitensi feses makin ciar, mungkin
mengandung darah atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-
hijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan area sekitarnnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
4. Dapat disertai muntah sebelum dan sesudah diare
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, dan berat badan tujun, ubun-ubun besar
cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir pada
mulut dan bibir terlihat kering.
Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan.
Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi 4 kategori yaitu
tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan
(bila terjadi penurunan berat badan 2.5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi
penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat
badan 10%). (Sodikin, 2011).
2.4 Patofisiologi
Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi
dengan melakukan infasi pada mukosa, memproduksi enterotoxin dan atau
memproduksi sittoxin. Mekanisme ini menghasilkan sekresi cairan dan atau
menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnnya nutrisi
dan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Gangguan osmotic, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat
yang suka diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi ergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbl diare.
2. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (toxin). Pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit oeh dinding usus kedalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan mortilitas usus, terjadinya hiper peristaltic (kram abdominal atau
perut sakit dan mules ) akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjtnya dapat
menyebabkan diare pula.
Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar melakukan
absorbs air yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya
gangguan gastroenteritis akan menyebabkan absorbsi nutrisi dan elelktrolit oleh
usus halus, serta absorbsi air menjadi terganggu.
5 Diare
5.2 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare meurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (2012)
sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan :
a. Jenis cairan
1) Cairan rehidarsi oral
a) Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO₃, KCI dan
glukosa. Kadar natrium 90 mEq/I untuk kolera dan diare akut
pada anak diatas 6 bulan dnegan dehidrasi ringan (untuk
pencegahan dehidrasi). Kadar natrium 50-60 mEq/I untuk diare
akut non kolera pada anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, sedang atau tanpa dehidrasi. Formula lengkap sering
disebut oralit.
b) Formula sedrhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCl dan
sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya lartan gula garam,
larutan air tajin garam, lartan tepung beras garam, dan
sebagianya untuk pengobatan pertama dirumah pada semua anak
untuk diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada
dehidrasi ringan.
2) Cairan parenteral
a) DG aa (1 bagian laritan Darrow + 1 bagian glukosa 5 %)0
b) RL g ( 1 bagian ringer laktat + 1 bagian glukosa 5 %)
c) RL (ringer laktat)
d) DG 1:2 (1 bagian darrow + 2 bagian glukos 5 %)
e) RL g 1:3 (1 bagian ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10 %)
f) Cairan 4:1 ( 4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO₃ 1
½ % atau 4 bagian glukosa 5-10 % 1 bagian NaCl 0,9 %
b. Jalan pemberian cairan
1) Peroral atau dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak
mau minum serta kesadaran nya baik.
2) Intragastritik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi
anak tidak mau minum atau kesadaran menurun.
3) Intravena untuk dehidarsi berat
2. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun adan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg jenis makanan :
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung endah laktosa dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron dan sejenis lainnya)
b. Makan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena tidak biasa
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang dietumukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi : Asetosil dosis 25 mg/hari dengan dosis minum 30 mg
Klorpromazin. Dosis 0,5-1 mg/ kg BB/hari
b. Obat spasmolitik dan lain-lain, umumnya obat spasmolitik seperti
papaverin ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk
mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,
carchoal, tabonal,tidak ada lagi manfaatnya untuk mengatssi diare
sehingga tidak diberikan lagi
c. Antibotik, umumnya antibiotic tidak diberikan tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari.
Antiobiotik juga diberikan bila terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis,
bronchitis, atau bronkopneumonia
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Rehidrasi secepatnya
2. Bdrest
3. Pengaturan diet
4. Peningkatan kenyamanan
5. Perawatan ektreta
6. Monitor tanda-tanda dehidrasi dan perkembangan kondisi penderita
BAB 3
3.1 Pengkajian
c. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit. Turgor kembali cepat kurang dari 2 detik
berarti diare tanpa dehidrasi. Turgor kembali lambat bila cubitan kembali
dalam waku 2 detik dan ini berarti diare dengan dehidrasi ringan / sedang.
Turgor kembali sangat lambat bila cubitan kembali lebih dari 2 detik dan
ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
d. Kepala
Anak dibawah 2 th yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya
cekung.
e. Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal. Bila
dehidrasi ringan/ sedang, kelopak mata cekung (cowong). Sedangkan
dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung.
f. Mulut dan lidah
1). Mulut dan idah basah (tanpa dehidrasi).
2). Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan)
3). mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
g. Abdomen kemungkinan distensi, kram, bisisng usus meningkat.
h. Anus, adakah iritasi pada kulitnya
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare adalah kehilangan cairan dan elektolit secara berlebihan yang terajdi
karena frekuensi 1 kali atau lebih buang air besar sengan bentuk tinja yang
encer atau cair. Ada empat macam penyebab diare, yaitu : faktor infeksi, faktor
malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Tanda dan gejala gastroenteritis adalah :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada.
2. Sering buang air besar dengan konstitensi feses makin ciar, mungkin
mengandung darah atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-
hijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan area sekitarnnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
4. Dapat disertai muntah sebelum dan sesudah diare
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, dan berat badan tujun, ubun-ubun besar
cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir
pada mulut dan bibir terlihat kering.