Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK

"Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II”

Dosen Pembimbing :

Lilis Maghfuroh S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Nikmatus Sholihah (17.02.01.2358)


2. Silvi Dwi Anggraini (17.02.01.2369)
3. Tobby William P. (17.02.01.2374)
4. Wulandini Furi G. (17.02.01.2380)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak ini.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak II. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai bagaimana
perkembangan dan apa yang harus dilakukan oleh perawat pada anak yang memiliki
penyakit diare ini, dan besar harapan kami bila makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun
berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum


seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi
lebih baik dan berdaya guna. Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Lamongan, 13 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ..................................................................................................... 6


2.2 Etiologi .......................................................................................................... 17
2.3 Tanda & Gejala .............................................................................................. 22
2.4 Patofisiologi ................................................................................................... 17
2.5 Pathway ......................................................................................................... 17
2.6 Pemeriksaan penunjang ................................................................................ 17
2.7 Penatalaksanaan ............................................................................................ 17

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian ......................................................................................................


3.2 Analisa Data ...................................................................................................
3.3 Diagnosa .......................................................................................................
3.4 Perencanaan ..................................................................................................

BAB 4 PENUTUP

5.1 Kesimpulan .....................................................................................................


5.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem
ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di
antaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia,
gangguan berbagai organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat
menyebabkan kematian. Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk
mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative yang ditibulkan, serta
upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.
Pada kasus pemenuhan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
sebenarnya masih ada diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Tetapi pada
kasus ini difokuskan pada kasus diare, sehingga tindakan keperawatan lebih banyak
diarahkan pada rehidrasi pasien, dan ternyata banyak sekali yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari diare?
2. Apa etiologi dari diare?
3. Apa saja tanda dan gejala dari diare?
4. Apa patofisiologi dari diare?
5. Bagaimana pathway dari diare?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari diare?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari diare?
8. Apa intervensi keperawatan dari diare?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari diare
2. Mengetahui etiologi dari diare
3. Mengetahui tanda dan gejala dari diare
4. Mengetahui patofisiologi dari diare
5. Mengetahui pathway dari diare
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari diare
7. Mengetahui penetalaksanaan dari diare
8. Mengetahui intervensi keperawatan dari diare
1.4 Manfaat
a. Bagi ilmu pengetahuan
Karya tulis ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran tentang
bagaimana kondisi sebenarnya penderita diare, dalam menghadapi kondisi baik
sebelumnya, ketika, atau sesudah gejalanya timbul. Sehingga penderita diare
serta orang-orang sekitarnya, dapat mengetahui penanganan yang tepat bagi
seorang penderita diare.
b. Bagi pelayanan keperawatan
Dapat mengembangkan sistem pelayanan kesehatan untuk penderita diare
sehingga diharapkan penanganan yang cepat dan tepat untuk penderita
c. Bagi masyarakat
Sebagai masukan bagi masyarakat untuk memperbaiki presepsinya tentang
penyakit diare. Agar masyarakat juga tahu cara yang tepat untuk menangani
penderita diare.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Gastroenteritis adalah peradangan pada labung, usus kecil, dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen
(Muttaqin, 2011).

Gastroenteritis virus adalah penyakit dapat berlangsung self-limited berupa


diare berair, biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala nausea, muntah,
anoreksia, malaise, demam, hingga dehidrasi berat bahkan dapat berakibat fatal
(Widagdo, 2012).

Bagian ilmu kesehatan anak FKUI atau RSCM mengartikan diare sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya. Neonates dinyatakan diare bila frekuensi buang air
besar sudah lebih dari 4 kali sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan
anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali (Marmi & Rahardjo, 2012).

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan
elektrolit yang abnormal dalam usus (Wong, 2008). Sedangkan menurut Suriadi &
Rita (2010) diare adalah kehilangan cairan dan elektolit secara berlebihan yang
terajdi karena frekuensi 1 kali atau lebih buang air besar sengan bentuk tinja yang
encer atau cair.
2.2 Etiologi

Ada empat macam penyebab diare, yaitu :

1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Enteral yaitu infeki saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, Escherichia coli, salmonella, shigela,
campylobacter, Yersinia, acromonas, dsb.
2) Infeksi virus : enterovirus (virus ecno, coxsacne, poliomyelitis),
adenovirus, protavirus, astrovirus, dll
3) Infeksi paracit : cacing (ascaris, prichuris, oxyuris, strongyloide),
protozoa (entamoega, histolytica, giardia lamblia, thrycomonas
hominis), jamur (candida, albicans).
b. Infeksi arenteral yaitu infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA) tonsillitis / tonsilofaringitis, bronkopneumonia
ensefalitis dsb. Keadaan ini teutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerasi laktosa, maltose dan
sikrosa), monosakarida (intoleran glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar). (Ngastiah, 2005).
2.3 Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala gastroenteritis adalah :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada.
2. Sering buang air besar dengan konstitensi feses makin ciar, mungkin
mengandung darah atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-
hijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan area sekitarnnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
4. Dapat disertai muntah sebelum dan sesudah diare
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, dan berat badan tujun, ubun-ubun besar
cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir pada
mulut dan bibir terlihat kering.
Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan.
Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi 4 kategori yaitu
tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan
(bila terjadi penurunan berat badan 2.5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi
penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat
badan 10%). (Sodikin, 2011).

2.4 Patofisiologi
Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi
dengan melakukan infasi pada mukosa, memproduksi enterotoxin dan atau
memproduksi sittoxin. Mekanisme ini menghasilkan sekresi cairan dan atau
menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnnya nutrisi
dan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Gangguan osmotic, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat
yang suka diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi ergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbl diare.
2. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (toxin). Pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit oeh dinding usus kedalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan mortilitas usus, terjadinya hiper peristaltic (kram abdominal atau
perut sakit dan mules ) akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjtnya dapat
menyebabkan diare pula.

Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar melakukan
absorbs air yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya
gangguan gastroenteritis akan menyebabkan absorbsi nutrisi dan elelktrolit oleh
usus halus, serta absorbsi air menjadi terganggu.

Selain itu diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme


hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan
menempel pada mukosa usus serta melepaskan enterotoksin yang dapat
menstimulasi cairan dan elektrolit dari mukosa. Infeksi virus ini menyebabkan
destruksi pada mukosa sel dari vili usus halus yamg dapat menyebabkan
penurunan kapasitas absorbs cairan dan elektrolit. Interakasi antara toksin dan
epitel, usus menstimulasi enzim Adenilsiklase dalam membran sel dan
mengubah cyclic AMP yang menyebabkan peningkatan sekresi air dan
elektrolit. Proses ini disebut diare sekretorik. Pada proses invasi dan
pengrusakan mukosa usus, organisme menyerang enterocytes (sel dalam
epitelium) sehingga menyebabkan peradangan (timbul mual muntah) dan
kerusakan pada mukosa usus. Pada pemeriksaan histologi, bakteri dapat
menyebabkan ulserasi supefisial pada usus dan dapat berkembang biak di sel
epitel. Sedangkan bila bakteri menembus dinding usus melalui plague peyeri di
ileum maka akan diikuti dengan multiplikasi organisme intra selular dan
organisme mencapai sirkulasi sistemik (Muttaqin dan Kumala, 2012).
2.5 Pathway
3 Invasi virus dan bakteri Toksisitas makanan, efek obat,
4 ke saluran gastrointestinal keracunan bahan laut, makanan,
dan minuman

Infasif pada mukosa, Gastroenteristis iritasi saraf lokal


memproduksi
enterotoksin, dan atau
memproduksi sitotoksin Nyeri abdominal Nyeri akut

Masuknya nutrisi Enterotoksin agen Peningkatan motilitas usus


Nutrisi tidak dapat infeksi
Gangguan absorpsi
diabsorpsi Simulasi dari c-AMP,
c-GMP nutrisi dan cairan oleh
mukosa intestinal

Peningkatan asam Peningkatan aktivitas


organik sekresi air dan
elektrolit Diare

Peningkatan Akumulasi air di lumen


tekanan osmotik intestinal

5 Diare

penurunan absorpsi Gangguan Respons


Respon
Peningkatan absorpsi cairan dan gastrointes psikologis
sistemik
sekresi elektrolit. Kontak tinal misinterpretasi
cairan dan antara permukaan perawatan dan
elektrolit usus halus dengan penatalaksanaan
makanan pengobatan
Resiko Mual, muntah, Peningkatan Kecemasan
ketidakseim kembung, suhu tubuh pemenuhan
bangan anoreksia informasi
cairan dan Hipertermi
elektrolit Asupan
Pasase Sifat
nutrisi tidak
feses feses
adekuat
Resiko syok yang asam
hipovolemik Ketidakseim encer
Ketidakseimbangan nutrisi
bangan
kurang dari kebutuhan
Penurunan asam basa
perfusi ke Respon
ginjal Resiko Resiko gangguan injuri anus
asidosis pola nafas
metabolik Kerusakan
Oligouri/
Anuria integritas
Penurunan Resiko penurunan perfusi jaringan anus
Resiko gagal perfusi ke serebral
ginjal akut otak
5.1 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dalam kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula
c. bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. pemeriksaan gangguan kesimbangan asam basa dalam darah, dengan
menggunkan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemriksaan
analisa gas darah menurut astrup (suatu pemeriksaan analisa gas darah yang
dilakukan melaui darah arteri) bila memungkinkan
3. pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. pemeriksaan elekttrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
5. pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasite secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik

5.2 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare meurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (2012)
sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan :
a. Jenis cairan
1) Cairan rehidarsi oral
a) Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO₃, KCI dan
glukosa. Kadar natrium 90 mEq/I untuk kolera dan diare akut
pada anak diatas 6 bulan dnegan dehidrasi ringan (untuk
pencegahan dehidrasi). Kadar natrium 50-60 mEq/I untuk diare
akut non kolera pada anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, sedang atau tanpa dehidrasi. Formula lengkap sering
disebut oralit.
b) Formula sedrhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCl dan
sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya lartan gula garam,
larutan air tajin garam, lartan tepung beras garam, dan
sebagianya untuk pengobatan pertama dirumah pada semua anak
untuk diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada
dehidrasi ringan.
2) Cairan parenteral
a) DG aa (1 bagian laritan Darrow + 1 bagian glukosa 5 %)0
b) RL g ( 1 bagian ringer laktat + 1 bagian glukosa 5 %)
c) RL (ringer laktat)
d) DG 1:2 (1 bagian darrow + 2 bagian glukos 5 %)
e) RL g 1:3 (1 bagian ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10 %)
f) Cairan 4:1 ( 4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO₃ 1
½ % atau 4 bagian glukosa 5-10 % 1 bagian NaCl 0,9 %
b. Jalan pemberian cairan
1) Peroral atau dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak
mau minum serta kesadaran nya baik.
2) Intragastritik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi
anak tidak mau minum atau kesadaran menurun.
3) Intravena untuk dehidarsi berat
2. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun adan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg jenis makanan :
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung endah laktosa dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron dan sejenis lainnya)
b. Makan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena tidak biasa
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang dietumukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi : Asetosil dosis 25 mg/hari dengan dosis minum 30 mg
Klorpromazin. Dosis 0,5-1 mg/ kg BB/hari
b. Obat spasmolitik dan lain-lain, umumnya obat spasmolitik seperti
papaverin ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk
mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,
carchoal, tabonal,tidak ada lagi manfaatnya untuk mengatssi diare
sehingga tidak diberikan lagi
c. Antibotik, umumnya antibiotic tidak diberikan tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari.
Antiobiotik juga diberikan bila terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis,
bronchitis, atau bronkopneumonia
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Rehidrasi secepatnya
2. Bdrest
3. Pengaturan diet
4. Peningkatan kenyamanan
5. Perawatan ektreta
6. Monitor tanda-tanda dehidrasi dan perkembangan kondisi penderita
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas pasien atau biodata


Meliputi : nama lengkap, lingkungan tempat tinggal kurang terjaga
kebersihannya, jenis kelamin, tanggal lahir, yang lebih rentan terkena diare
anak usia kurang dari 2 tahun, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan
orang tua, penghasilan.
2. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB kurang dari 4 kali dengan
konstitensi cair (dehidrasi tanpa dehidrasi). BAB 4-10 kali dengan konstitensi
cair (dehidrasi ringan / sedang ). BAB lebih dari 10kali (dehidrasi berat). Bila
diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14
hari atau lebih adalah diare persisten
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul
diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja berubh
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet, karena sering defeksai dan
sifatnya asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi makin tampak.
f. Diuresis, yaitu terjadinya oliguria ( kuarang 1 ml / kgBB/jam) bial terjadi
dehidrasi. Urin sedikit gelap ada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada
urin dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).
4. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Riwayat alergi terhadap makanan / obat-obatan (antibiotic).
b. Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah 2 tahun biasanya batuk,
panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare
5. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga sebelumnya juga ada yang mengalami sakit diare
6. Riwayat tumbuh kembang
a. Antenatal : ibu mengalami mual muntah pada trimester I, ibu tidak pernah
jatuh saat hamil, rutin memeriksakan kehamilan ke bidan dan dokter setiap
bulannya, melakukan imunisas TT di bidan, selama hamil ibu
mengkonsumsi obat atau vitamin yang diberikan oleh dokter dan tidak
mengkonsumsi jamu tradisional.
b. Natal : anak lahir secara normal dan spontan dibantu oleh bidan. Anak lahir
pada usia 39 minggu, BBL 3.100 gram, panjang badan 49 cm,.
c. Post natal : ibu setelah melahirkan tidak ada masalah pada dirinya, masa
nifas selama 40 hari. Anak mengkonsumsi ASI dan diberkan makanan
pendamping ASI pada usia 6 bulan
d. Pertumbuhan :
- sebelum masuk RS berat badan 9,5 kg, tinggi badan 76 cm
- setelah masuk RS berat badan 9 kg, tinggi badan 76 cm
e. Perkembangan : anak berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya
7. Riwayat nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal sebagai berikut:
a. Pemberian ASI penuh pada anak 6 bulan sangat mempengaruhi risiko diare
dan infeksi yang serius.
b. Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak, diberikan dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah terjadi
pencemaran.
c. Perasaan haus. Anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum
biasa), pada dehidras ringan/ sedang anak merasa haus, ingin minum
banyak, sedangkan pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa
minum.
8. Pemeriksaan fisik
a. Kadaan umum
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
2) Geilsah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).
3) Lesu, lunglai, atau tidak sadar
b. Berat badan
Anak yang menderita diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan sebagai berikut :
Tingkat dehidrasi Kehilangan berat
badan 1 %
Bayi Anak besar
Dehidrasi ringan 5 % (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 9% (90 ml/kg
ml/kg)

c. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit. Turgor kembali cepat kurang dari 2 detik
berarti diare tanpa dehidrasi. Turgor kembali lambat bila cubitan kembali
dalam waku 2 detik dan ini berarti diare dengan dehidrasi ringan / sedang.
Turgor kembali sangat lambat bila cubitan kembali lebih dari 2 detik dan
ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
d. Kepala
Anak dibawah 2 th yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya
cekung.
e. Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal. Bila
dehidrasi ringan/ sedang, kelopak mata cekung (cowong). Sedangkan
dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung.
f. Mulut dan lidah
1). Mulut dan idah basah (tanpa dehidrasi).
2). Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan)
3). mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
g. Abdomen kemungkinan distensi, kram, bisisng usus meningkat.
h. Anus, adakah iritasi pada kulitnya

3.2 Analisa Data


Data Fokus (DO, DS) Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Diare Hipovolemik
1. Merasa lemas
2. Mengeluh haus kehiangan cairan aktif
DO :
1. Frekuensi nadi
130kali/menit
2. Tekanan darah menurun
3. Turgor kulit kembali lebih
dari 2 detik
4. Membrane mukosa kering
5. Volume urin
6. Hematokrit 63 %
7. Suhu tubuh 38ºc
8. Berat badan 9kg
DS : Gangguan Defisit nutrisi
1. Cepat kenyang setelah gastrointestinal
makan
2. Kram atau nyeri abdomen Mual, muntah,
3. Nafsu makan menurun kembung, anoreksia
DO :
1. Berat badan menurun Asupan nutrisi tidak
minimal 10 % dibawah adekuat
rentang ideal
2. Bising usus 19 kali/menit Ketidakmampuan
3. Otot pengunyah lemah mengasorbsi nutrient
4. Otot menelan lemah
5. Membrane mukosa pucat
6. Sariawan
7. Serum albumin 2,8 g/dL
8. Diare
DS : Defekasi sering Gangguan integritas kulit
DO :
1. Iritasi pada daerah sekitar Iritasi kulit
anus
2. Nyeri pada anus
3. perdarahan
4. kemerahan
5. hematoma
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemik b.d kehilangan cairan aktif
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
3. Gangguan integritas kulit b.d iritasi kulit
3.4 Perencanaan
SDKI SLKI SIKI
Hipovolemik Setelah dilakukan tindakan Managemen hipovolemia :
Tanda & Gejala Mayor keperawatan selama 2 x 24 Observasi
Subjektif : - jam diharapkan hipovolemik 1. Periksa tanda dan gejala
Objektif : dapat teratasi dengan kriteria hipovolemia
1. Frekuensi nadi hasil : 2. Monitor intake dan output
meningkat 1. Turgor kulit meningkat cairan
2. Nadi teraba lemah 2. Volume urin meningkat Terapeutik
3. Tekanan darah 3. Membrane mukosa 1. Hitung kebutuhan cairan
menurun membaik 2. Berikan posisi modified
4. Tekanan nadi 4. Frekuensi nadi meningkat Trendelenburg
menyempit 5. Tekanan darah meningkat 3. Berikan asupan cairan oral
5. Turgor kulit menurun 6. Tekanan nadi meningkat Edukasi
6. Membrane mukosa 7. Pengisian vena meningkat 1. Anjurkan memperbanyak
kering asupan cairan oral
7. Volume urin menurun 2. Anjurkan menghindari
8. Hematokrit meningkat perubahan posisis mendadak
Tanda & Gejala Minor Kolaborasi
Subjektif : 1. Kolaborasi pemberian cairan
1. Merasa lemas IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Mengeluh haus
Objektif :
1. Pengisian vena 2. Kolaborasi pemberian cairan
menurun IV hipotonis (mis, glukosa
2. Status mental berubah 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Suhu tubuh meningkat 3. Kolaborasi pemberian cairan
4. Konsentrasi urin koloid (mis. albumin,
meningkat plasmanate)
5. Berat badan turun tiba- 4. Kolaborasi pemberian
tiba produk darah

Defisit Nutrisi setelah dilakukan tindakan Managemen nutrisi :


Tanda & Gejala Mayor keperawatan selama 2 x 24 Observasi
Subjektif : - jam diharapkan nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
Objektif : terpenuhi dengan 2. Monitor asupan makanan
1. Berat badan menurun kriteria hasil : 3. Monitor berat badan
minimal 10 % dibawah 1. Perasaan cepat kenyang 4. Identifikasi kebutuhan kalori
rentang ideal menurun dan kebutuhan nutrient
Tanda & Gejala Minor 2. Nyeri abdomen menurun Terapeutik
Subjektif : 3. Berat badan mambaik 1. Lakukan oral hygiene
1. Cepat kenyang setelah 4. Nafsu makan membaik sebelum makan, jika perlu
makan 5. Kekuatan otot mengunyah 2. Berikan makanan tinggi
2. Kram atau nyeri meningkat kalori dan tinggi protein
abdomen 6. Kekuatan otot menelan Edukasi
3. Nafsu makan menurun meningkat 1. Anjurkan posisi duduk jika
Objektif : 7. Sariawan menurun mampu
1. Bising usus hiperaktif 8. Serum albumin 2. Anjurkan diet yang
2. Otot pengunyah lemah meningkat diprogramkan
3. Otot menelan lemah 9. Rambut rontok menurun Kolaborasi
10. Diare menurun
4. Membrane mukosa 1. Kolaborasi pemberian
pucat medikasi sebelum makan
5. Sariawan (mis. Pereda nyeri,
6. Serum albumin turun antiemetic) jika perlu
7. Rambut rontok 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
berlebihan untuk menentukan jumlah
8. diare kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Managemen Diare
Observasi
1. Identifikasi penyebab diare
2. Identifikasi riwayat
pemberian makanan
3. Monitor warna, volume,
frekuensi, dan konstitensi
tinja
4. Monitor tanda dan gejala
hipovolemi
5. Monitor jumlah pengeluaran
diare
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
(mis. Oralit, larutan garam
gula)
2. Berikan cairan intra vena
Edukasi
1. Anjurkan makanan versi
kecil dan sering secara
bertahap
2. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
3. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodik / spasmolitik
(mis. Papaverin, ekstak
belladonna)
3. Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses (mis.
Atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)
Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
Kulit keperawatan selama 2 x 24 Observasi
Tanda & Gejala Mayor jam diharapkan integritas 1. Identifikasi penyebab
Subjektif : - kulit membaik dengan gangguan integritas kulit
Objektif : Kriteria Hasil : Terapeutik
1. kerusakan jaringan dan
lapisan kulit
Tanda & Gejala Minor 1. Kerusakan jaringan dan 1. Bersihkan perineal dengan
Subjektif : - kerusakan lapisan kulit air hangat, terutama selama
Objektif : menurun periode diare
1. nyeri 2. Neyri menurun 2. Gunakan produk berbahan
2. perdarahan 3. Perdarahan menurun tetrolium atau minyak pada
3. kemerahan 4. Kemerahan menurun kulit kering
4. hematoma 5. Hematoma menurun 3. Gunakan produk berbahan
ringan / alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
4. Hindari produk berbahan
dasar alcohol pada kulit
kering
Edukasi
1. Anjurkan minum air yang
cukup
2. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
Managemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis umtuk
mengurangi rasa nyeri
2. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan startegi
meredakan nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
anlgetik, jika perlu
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diare adalah kehilangan cairan dan elektolit secara berlebihan yang terajdi
karena frekuensi 1 kali atau lebih buang air besar sengan bentuk tinja yang
encer atau cair. Ada empat macam penyebab diare, yaitu : faktor infeksi, faktor
malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Tanda dan gejala gastroenteritis adalah :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada.
2. Sering buang air besar dengan konstitensi feses makin ciar, mungkin
mengandung darah atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-
hijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan area sekitarnnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
4. Dapat disertai muntah sebelum dan sesudah diare
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, dan berat badan tujun, ubun-ubun besar
cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir
pada mulut dan bibir terlihat kering.

Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh


infeksi dengan melakukan infasi pada mukosa, memproduksi enterotoxin dan
atau memproduksi sittoxin. Mekanisme ini menghasilkan sekresi cairan dan
atau menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan
hilangnnya nutrisi dan elektrolit.
4.2 Saran

Diharapkan dari makalah ini mahasiswa keperawatan dapat memahami


dan membuat rencana keperawatan diare dengan benar. Dan untuk masyarakat
diharapkan bisa selalu membiasakan hidup sehat agar tidak terkena diare
terutama pada anak, meningkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan
agar tidak terserang penyakit dan selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan serta buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) di kakus (WC).
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka
pelajar : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai