Anda di halaman 1dari 4

KARYA TULIS ILMIAH

PENDATAAN, SOSIALISASI DAN PEMBINAAN KESEHATAN


TRADISIONAL DIWILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS RIMBA MELINTANG
KABUPATEN ROKAN HILIR

DISUSUN OLEH :
DEWI MARISA SARI ( 1700085 )

PROGRAM STUDI D III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2017/2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah


mewujudkan Indonesia Sehat antara lain memuat harapan agar penduduk
Indonesia memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, adil dan merata. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut telah dilaksanakan
berbagai upaya pembangunan kesehatan dan telah menunjukkan perubahan yang
bermakna berupa peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Walau demikian,
berbagai fakta menyadarkan bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata itu masih jauh dari harapan masyarakat dan membutuhkan upaya yang
sungguh-sungguh untuk mencapainya.

Berkembangnya pengobatan tradisional belum sepenuhnya dilakukan


penataan secara menyeluruh, sehingga pelayanan pengobatan tradisional masih
apa adanya dan belum sepenuhnya mendapat pembinaan, serta masih diragukan
bila ditinjau dari segi hygienis, seyogianya dilakukan penataan yang menyeluruh
dan bertahap agar pelayanan pengobatan tradisional aman digunakan, bermutu,
bermanfaat, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hukum.

Ramuan yang digunakan oleh Batantra hampir keseluruhannya terdiri


lebih dari satu jenis tanaman obat. Pengembangan pengobatan tradisional ramuan
sarat dengan nuansa pembinaan berbasis pada studi epidemilogik, mulai dari
observasi. Sementara itu rencana pengembangan obat bahan alam di Badan POM,
mengarah pada pengembangan produk yang terdiri dari atas satu jenis tanaman
obat, melalui pendekatan pengembangan obat pada umumnya yang berbasis pada
uji klinik dan banyak istilah penggunaan nama seperti obat bahan alam, obat asli
Indonesia, Obat tradisional, biofarmaka, jamu, ramuan yang semuanya
menunjukkan pada satu arti yaitu tanaman berkhasiat obat baik empirik maupun
ilmiah, yang telah beredar dan digunakan oleh masyarakat, baik diproduksi oleh
industri (obat tradisional pabrikan) maupun dibuat sendiri dalam rumah tangga

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48


menyatakan bahwa salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah
Pelayanan KesehatanTradisional. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan tradisional yangdapat dipertanggungjawabkan, aman dan bermanfaat
sebagaimana yang dinyatakanpada pasal 59 (2), maka harus selalu dibina dan
diawasi oleh Pemerintah. Disisi lainmasyarakat diberikan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mengembangkan,meningkatkan dan menggunakan
Pelayanan Kesehatan Tradisional yang dapatdipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanan.

Akhir tahun 2014 merupakan momentum berharga dalam pelayanan


kesehatan tradisional dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 103
Tahun 2014 tentangPelayanan Kesehatan Tradisional, yang mengatur tentang
penyelenggaraan pelayanankesehatan tradisional yang meliputi : tanggung jawab
dan wewenang pemerintah pusat dan pemerintah daerah, jenis pelayanan
kesehatan tradisional, tata cara pelayanankesehatan tradisional, sumber daya,
penelitian dan pengembangan, publikasi danperiklanan, pemberdayaan
masyarakat, pendanaan, pembinaan dan pengawasan serta sanksi administratif.

Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2013 proporsi rumah tangga yang


memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional sebesar 30,4 % dengan jenis
pelayanan yang paling banyak digunakan adalah keterampilan tanpa alat sebesar
77,8% dan ramuan sebesar 49%. Kondisi ini menggambarkan bahwa pelayanan
kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup besar dan perlu mendapat
perhatian yang serius sebagai bagian dari pembangunan kesehatan
nasional.Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan suatu langkah maju sejalan
dengan upaya reformasi birokrasi yaitu pembentukan Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer melalui Permenkes No. 1144
tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
RI. Sebagai unit Eselon II pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Direktorat
Bina Pelayanan

Keberadaan pengobatan tradisional merupakan bukti sejarah dari upaya


pelayanan kesehatan pada masa lalu. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO),
sebanyak 80% dari total populasi di benua Asia dan Afrika bergantung pada
pengobatan tradisional. WHO juga telah mengakui pengobatan tradisional dapat
mengobati berbagai jenis penyakit infeksi, penyakit akut, dan penyakit kronis.
Misalnya, tanaman qinghaosu (yang mengandung artemisinin) sebagai obat
antimalaria yang telah digunakan di China sejak 2.000 tahun yang lalu. Pada skala
regional, ASEAN telah melakukan pertemuan yang diadakan di Indonesia pada
tanggal 31 Oktober – 2 November 2011. Melalui Tawangmangu Declaration,
pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bersama antara negara-negara
ASEAN untuk mengintergrasikan pengobatan tradisional ke dalam pengobatan
konvensional pada tahun 2015 mendatang.

Pengobatan tradisional menjadi pilihan beberapa masyarakat Indonesia


sebagai komplementer atau subsider pada pengobatan konvensional akibat
mahalnya biaya pengobatan konvensional. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
2010, persentase penduduk Indonesia yang pernah mengonsumsi jamu sebanyak
59,12%. Dari jumlah tersebut sekitar 95,60% yang merasakan manfaatnya.
Dengan kata lain, lebih dari setengah penduduk Indonesia mengonsumsi jamu.
Hal ini merupakan pangsa pasar yang besar dalam mengembangkan pengobatan
tradisional di Indonesia. Pengobatan tradisional merupakan salah satu dari tujuh
belas macam penyelenggaraan upaya kesehatan yang diatur dalam Undang
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Pada tahun 2008, jamu sebagai salah satu bentuk pengobatan tradisional
telah mejadi Brand of Indonesia yang dicanangkan oleh Presiden RI. Kementerian
Kesehatan melalui Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009 telah memasukkan
pengobatan tradisional, alternatif, dan komplementer sebagai bagian dari
subsistem upaya kesehatan. Bahkan pelayanan kesehatan tradisional ini telah
masuk dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan 2010– 2014 berupa
meningkatkan penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan obat tradisional
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai