Anda di halaman 1dari 5

KONSEP DASAR

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Upaya keselamatan pasien merupakan bagian tak terpisahkan dari proses asuhan

keperawatan. Area praktek keperawatan yang berbasis pada keselamatan pasien meliputi

A. StandarPraktik (Asuhan keperawatan) Setiap perawat mempunyai tanggung jawab


melakukan :

1. Assesment (Pengkajian) : Status kesehatan pasien saat ini dan masa lalu serta

potensi resiko (keselamatan pasien)

2. Diagnosa : menetapkan diagnosa/ masalah keperawatan


3. Planning : Rencana asuhan keperawatan

4. Implementation : Pelaksanaan asuhan sesuai rencana


5. Evaluation : evaluasi terhadap respon pasien dan outcome

B. Standars Of Care : Safety Setiap perawat menerapkan prinsip Sasaran Keselamatan

Pasien (International Patient Safety Goals) :


1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Kesalahan karena keliru pasien sebenarnya terjadi di semua aspek


diagnosis dan pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error /

kesalahan dalam mengidentifikasi pasien adalah pasien yang dalam keadaan

terbius / tersedasi, mengalami dis-orientasi, atau tidak sadar sepenuhnya;


mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit atau akibat

situasi lain. Perawat harus mengidentifikasi seluruh pasien yang dirawat di RS


dengan benar :
a. Memastikan identitas pasien sebagai individu yang akan menerima

pelayanan atau pengobatan

1
b. Memastikan kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu
tersebut
c. Proses identifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi pasien pada

saat Pemberian obat, darah atau produk darah Pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau tindakan lain (pembedahan,

non pembedahan, pemeriksaan klinis dan penunjang)


d. Identifikasi pasien mencakup 3 detail wajib yaitu Nama pasien, Tanggal lahir

/ umur, Nomor rekam medis pasien.

2. Peningkatan Komunikasi Efektif

Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap dan jelas dan

dipahami oleh penerima pesan akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan

peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau


tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah

diberikan secara lisan dan melalui telepon.

a. Komunikasi secaran lisan dan atau melalui telepon dilakukan dengan

metode T B K :
1) Penerima perintah menulis perintah ( T )

2) Penerima perintah membacakan kembali perintah yang ditulis dan

menanyakan kebenaran isi perintah ( B )

3) Pemberi perintah memberikan konfirmasi kebenaran perintah yang telah


ditulis dan telah dibacakan kembali tersebut ( K )

4) Pemberi perintah harus sudah memberikan konfirmasi langsung dengan

cara membubuhkan tanda tangan dalam waktu 24 jam sejak pemberian

perintah

b. Komunikasi pelaporan pelayanan dilakukan dengan metode S B A R

1) S (SITUATION) : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien


2) B (BACKGROUND) : Informasi penting apa yang berhubungan dengan

kondisi pasien

3) A (ASSESMENT) : Hasil pengkajian / penilaian kondisi pasien terkini


4) R (RECOMMENDATION) : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi

masalah pasien saat ini

2
3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
a. Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) serta obat yang beresiko

tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)


yaitu elektrolit konsentrat + obat-obat yang terlihat mirip dan

kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM, atau
Look Alike Sound Alike / LASA).

b. Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan


penandaan khusus dan dikelola oleh petugas yang kompeten terhadap

obat-obat yangdimaksud(apoteker / tenaga kefarmasian)

c. Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya elektrolit

konsetrat di Instalasi Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar Bersalin (khususnya

magnesium sulfat). Dimana obat-obat dimaksud diberi tempat tersendiri /


khusus.

d. Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan

meliputi ketepatan pasien, obat, dosis, waktu serta cara pemberian

e. Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu


melakukan monitoring efek samping, tersedia protokol pengelolaan efek

samping dan tersedia antidotumnya.

4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi


a. Proses Verifikasi

1) Merupakan proses untuk mengidentifikasi hal-hal yang harus tersedia

pada saat tindakan pembedahan, terdiri dari :

a) Dokumen-dokumen yang terkait dengan tindakan pembedahan


b) Assesmen pra operasi, diagnosis pra operasi, rencana operasi dan

rencana anesthesi

c) Infomed Consent yang sudah ditanda tangani oleh pasien/


keluarganya, dokter operator dan dokter anesthesi

d) Hasil pemeriksaan penunjang (radiologi, laboratorium, dll)

e) Alat-alat atau bahan khusus yang perlu disiapkan pada saat


tindakan seperti implan, tranfusi darah, dll

f) Mencocokkan hal-hal tersebut diatas dengan pasien


2) Proses verifikasi sedapat mungkin dilakukan dengan melibatkan pasien

3
3) Proses verifikasi dicatat dalam lembar verifikasi Proses verifikasi
dilakukan sebelum pasien masuk kamar operasi

b. Penandaan Lokasi Prosedur (Marking)


Semua pasien yang akan dioperasi dimana lokasi operasi memiliki

lateralisasi (sisi kanan dan kiri), struktur ganda (jari-jari tangan, kaki, lesi)
atau tingkatan berlapis (tulang belakang, tulang iga) harus dilakukan

pemberian “Surgical Site Marking”.

c. Time Out

RS melaksanakan Time Out dalam rangkaian prosedur keselamatan

pasien bedah terstandar yang diadaptasi dari WHO – surgical Safety

Checklyst berupa :
1) Sign In

2) Time Out

3) Sign In

Proses Time Out harus diikuti oleh seluruh anggota tim yang terlibat
dalam prosedur bedah atau prosedur invasif , Check list keselamatan bedah

harus dilakukan dan dilengkapi untuk seluruh pasien yang menerima

tindakan bedah atau prosedur invasif lainnya. Tindakan Time Out dilakukan

sebelum prosedur invasif atau sebelum dilakukan insisi.

5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan

termasuk infeksi saluran kemih – terkait kateter, infeksi aliran darah (blood
stream infections) dan pneumonia (seringkali dihubungkan dengan ventilasi

mekanis). Pokok dari eliminasi infeksi adalah cuci tangan (hand hygiene) yang

tepat.
a. Kebersihan tangan merupakan proses membersihkan tangan dengan

menggunakan sabun dan air yang menghalir (hand wash) atau dengan

menggunakan antiseptik berbasis alkohol (hand rub) b. Semua orang


yang berada di RS wajib menjaga dan melaksanakan kebersihan tangan

b. Rumah Sakit memfasilitasi sarana prasarana kebersihan tangan yang


dibutuhkan

4
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Perawat wajib melakukan pengkajian resiko jatuh untuk setiap pasien yang
dirawat, guna meminimalkan resiko jatuh dengan metode “Morse Fall”

untuk pasien dewasa dan metode “Humpty Dumpty” untuk pasien anak.
b. Pengurangan resiko jatuh dilakukan dengan memberikan identifikasi jatuh

pada setiap pasien, memberikan intervensi pada pasien yang beresiko serta
memberikan lingkungan yang aman.

Anda mungkin juga menyukai