Anda di halaman 1dari 7

Nama : Arsinta Aulia

NIM : 0310162029
Mata Kuliah : Kepemimpinan Pendidikan
Resume Bab 3

KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN

A. Definisi Kepemimpinan

Secara etimologi pemimpin berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti
bimbing atau tuntun, dengan begitu didalamnya terdapat dua pihak yaitu yang
dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe”
menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui
proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu. Pemimpin adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok untuk dapat
bekerjasama mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Ralp M. Stogdill dalam Sopiah (2008:108) menyatakan “jumlah batasan


atau definisi yang berbeda-beda mengenai kepemimpinan hampir sama banyaknya
dengan jumlah orang yang mencoba memberikan batasan tentang konsep
tersebut”.

Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara anggota suatu kelompok


sehingga pemimpin merupakan agen pembaharu, agen perubahan, orang yang
perilakunya akan lebih mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain
yang mempengaruhi mereka, dan kepemimpinan itu sendiri timbul ketika satu
anggota kelompok mengubah motivasi kepentingan anggota lainnya dalam
kelompok (Bernards M. Bass, 1990: 21).

R Terry (1998:17) mengemukakan kepemimpinan adalah hubungan yang


ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja
secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan adalah suatu proses bagaimana menata dan mencapai kinerja
untuk mencapai keputusan seperti bagaimana yang diinginkannya. (Rennis
Linkert, 1961: 30).

Kepemimpinan adalah suatu rangkaian bagaimana mendistribusikan pengaturan


dan situasi pada suatu waktu tertentu. (J.A. Klein dan P.A. Pose 1986: 125).

Anagora (1992) dalam Harbani (2008:5) mengemukakan, bahwa


kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui
komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk
menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang
hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu.

Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan


berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok.
Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai
strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap
tugas untuk mencapai tujuan bersama, dan kemampuan mempengaruhi kelompok
agar mengidentifikasi, memelihara, dan mengembangkan budaya organisasi
(Stogdill dalam Stoner dan Freeman 1989: 459-460).

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain


agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan
diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang
agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian
tujuannya. Kepemimpinan juga merupakan proses menggerakkan grup atau
kelompok dalam arah yang sama tanpa paksaan.

Dari pengertian di atas, maka pemimpin pada hakikatnya merupakan


seorang yang mempunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain sekaligus
mampu mempengaruhi orang tersebut untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin yang dimaksud dalam kajian ini adalah
Kepala Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Sulawesi
Selatan. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan memimpin secara
profesional dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang menurutnya
dipandang efektif dalam pengelolaan organisasi atau unit kerja yang dipimpinnya

B. Peran Kepemimpinan

Peran kepemimpinan dapat berlangsung di dalam dan di luar organisasi.


Karena itu, salah satu peran strategis seseorang dalam organisasi selain sebagai
manajer adalah sebagai pemimpin mengacu kepada pendapat Robbins
dipahamibahwa peran adalah seperangkat pola perilaku yang diharapkan berkaitan
dengan tugas seseorang dalam kedudukan pasa satu unit sosial.

Keuntungan membagi visi dalam kepemimpinan, dikemukakan Namus


dan Dobbs dan Daft dapat dirangkum, yaitu:

1. Memberi fokus, keputusan, tindakan serta menyaring isu-isu kompetisi


2. Mendorong cara-cara baru dalam berpikir merespon tantangan penuh
resiko
3. Mengedepankan proses perencanaan strategi untuk perubahan
4. Memercikkan sumber baru pendanaan utama institusi
5. Melayani kebangkitan dan perluasan pendayagunaan para staf, budaya
oganisasi dalam kejelasan situasi baru dan persaingan.

C. Teori Perilaku Kepemimpinan

Menurut Hersey dan Blanchard bahwa perilaku senantiasa berorientasi


tujuan. Dengan kata lain, perilaku didorong oleh keinginan untuk mencapai
tujuan-tujuan. Perilaku kepemimpinan berarti aktivitas atau kegiatan pemimpin
dalam berinteraksi dengan bawahan atau pihak terkait sebagai proses saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa teori perilaku
kepemimpinan, diantaranya:

1. Situational-Theory

Teori kepemimpinan situasional, menampilkan empat model dengan ciri-


ciri perilaku tersendiri. Dijelaskan Hersey dan Blanchard, perilaku tersebut
mencakup:
1. Telling (Pemberitahu) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut
rendah. Ini menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang
terbatas. Gaya kepemimpinan telling (kadang-kadang disebut directing)
adalah karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah.
Pemimpin memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana,
mengapa, kapan dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin
selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta
mengawasi pekerjaan secara langsung.
2. Selling (Penjual) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat.
Ini menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi.
Pada tahapan gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi
arahan namun ia menggunakan komunikasi dua arah dan memberi
dukungan secara emosional terhadap individu atau kelompok guna
memotivasi dan rasa percaya diri pengikut. Gaya ini muncul kala
kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu
terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok
belum siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam
pekerjaan.
3. Participating (Partisipatif) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut
tinggi dengan motivasi moderat. Ini menekankan pada jumlah tinggi
perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku tugas rendah. Gaya
kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok untuk
saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan
semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut
merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin
tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara
komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk
lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya.
Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar
individu atau kelompok.
4. Delegating (Pendelegasian) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan
pengikut tinggi. Ini menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku
kerja dan perilaku hubungan dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini
cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan
dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok
berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan
pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten
dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas
pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor
berlangsungnya sebuah pekerjaan.

Dari keempat notasi diatas, tidak ada yang bisa disebut teroptimal setiap
saat bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang efektif butuh fleksibitas, dan harus
beradaptasi di setiap situasi. Prinsip “One Size Fits All” tidak berlaku dalam gaya
kepemimpinan, terutama menghadapi tingkat kesiapan bawahan yang berbeda.

2. Path Goal-Theory

Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang
mereka berikan terhadap motivasi para pengikur, kinerja dan kepuasan. Teori ini
dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpim
mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan
pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Dasar dari path goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari
path goal menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus
dalam memberikan imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam
satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap tujuan sepsifik.

Perkembangan awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku


spesifik dari seorang pemimpin meliputi direktif, suportif, partisipatif, dan
berorientasi pencapaian dan tiga sikap bawahan meliputi kepuasan kerja,
penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai hubungan antara usaha –
kinerja-imbalan.
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya
pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan
pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori
motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert
House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai
situasi.

3. Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional

Transformasi adalah proses dimana segala sesuatu yang berkaitan dengan


substansi dan proses dapat dipindahkan kepada orang atau pihak lain secara
keseluruhan dan bermakna. Kepemimpinan transformatif adalah kepemimpinan
yang mampu mentransformasi organisasi kearah yang lebih baik. Pemimpin
tersebut mentransformasi dan memotivasi para pengikutnya dengan: (a) membuat
mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil– hasil suatu pekerjaan, (b)
mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi atau tim daripada
kepentingan diri sendiri dan (c) mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan mereka pada
yang lebih tinggi.

Tiga komponen kepemimpinan transformasional yaitu: (1) karisma, (2)


stimulasi intelektual, (3) perhatian yang diindividualisasi. Karisma telah
didefinisikan sebagai sebuah proses yang padanya seorang pemimpin
mempengaruhi para pengikutnya dengan menimbulkan emosi-emosi yangkuat dan
diidentifikasi dengan pemimpin tersebut. Stimulasi intelektual adalah sebuah
proses yang padanya para pemimpin meningkatkan kesadaran para pengikutnya
terhadap masalah – masalah dan mempengaruhi para pengikutnya untuk
memandang masalah-masalah tersebut dari prespektifyang baru. Perhatian yang
diindividualisasi termasuk memberi dukungan, membesarkan hati, dan memberi
pengalaman-pengalaman tentang pengembangan kepada para pengikut. Sebuah
revisi baru dari teori tersebut menambahkan perilaku transformasional yang lain
yang disebut inspirasiatau motivasi inspirasional. Motivasi inspirasional
didefinisikan sebagai sejauh mana seorang pemimpin mengkomunikasikan sebuah
visi yang menarik, memggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha-
usaha bawahan dan memodelkan perilaku-perilaku yang sesuai menurut Bass dan
Avollo.

Kepemimpinan transaksional adalah perilaku pemimpin yang


memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan
anggota yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan
pada kesepakatan mengenai klarifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja,
dan penghargaan. Pemimpin transaksional harus mampu mengenali apa yang
diinginkan anggota dari pekerjaannya dan memastikan apakah telah mendapatkan
apa yang diinginkannya. Sebaliknya, apa yang diinginkan pemimpin adalah
kinerja sesuai standar yang telah ditentukan.

Berdasarkan pengertian mengenai kepemimpinan transaksional yang telah


dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan
transaksional merupakan persepsi para anggota terhadap perilaku pemimpin
dalam mengarahkan anggotanya untuk bekerja sesuai standar yang telah
ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai