Proses Plasentasi
-Plasenta
Suatu sistem yang teridiri atas dua komponen, yaitu selaput ekstra embrionik dan selaput
lendir rahim yang berinteregasi menjadi satu kesatuan untuk keperluan pertukaran timbal balik
faal antara induk dan fetus serta dapat menghasilkan hormon.
(Poernomo, dkk., 2005)
Fungsi Plasenta
1.Pertukaran nutrisi, gas, hormon, dll.
Receives nutrients, oxygen, antibodies and hormones from the mother and passes out waste.
Oestrogen
Relaxin
Prostaglandins
3.Barrier (mencegah bercampurnya darah induk dan fetus) mencegah bakteri patogen
pada darah induk masuk ke peredaran darah fetus
Forms a barrier, the placental barrier, which filters out some substances which could harm the foetus.
4.Immune protection
Foetus is an allograft . Foetus will be rejected if exposed to maternal immune system. Mother
recognises foreign placenta but does not reject . Placental cells immunoprotected
Proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi
dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke
pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan – ruangan yang berisi
darah maternal dari pembuluh – pembuluh darah yang di hancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus
sehingga timbul ruangan – ruangan interviller dimana vili korialin seolah – olah terapung – apung di dantara
ruangan – ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta.
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai pembetulam vili
korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung kapiler (capillary loops) di dalam vili korialis yang ruang
inter vilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena
uterine. Vili korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan, yaitu plasenta.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kea rah kavum uteri disebut desidua kapsularis. Yang terletak
antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis. Disitu plasenta akan dibentuk. Desidua
yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh
jonjot – jonjot yang dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Sel – sel fibroblast mesodermal
tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian terbentuk kronik
mebran yang kelak akan menjadi korion. Selain itu vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalah
tumbuh dan bercabang – cabang dengan baik, disini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan
dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah cavum uteri
sehingga lambat laun menghilang. Korion yang gundul ini disebut korion leave.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion. Plasenta yang
demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Disini jelas tidak ada percampuran darah antara darah janin
dan darah ibu. Ada juga lapisan sel – sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel – sel ini
akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkan, plasenta
terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini.
Proses terbentuknya plasenta setelah terjadinya proses implantasi embrio pada endometrium induk.
Implantasi multiplikasi daerah implantasi reaksi stroma peluruhan epitel pembentukan placenta
maternal (histiotrof) vaskularisasi pembentukan foetal placenta (haemotrof) terbentuk 3 lapis
trophoblast + endotel (memisahkan darah induk dan anak)
Produksi susu dimulai setelah persalinan. Dua hormone yang berperan penting dalam mempertahankan laktasi
adalah
1. Prolaktin yang meingkatkan sekresi susu
2. Oksitosin menyebabkan ejeksi (penyemprotan susu) atau milk letdown. Meruuk pada ekspulsi paksa
susu dari lumen alveolus keluar melalui duktus
Pelepasan kedua hormone ini dirangsang oleh reflek neuroendokrin yang dipicu oleh penghisapan putting
payudara oleh bayi.
Pelepasan oksitosin dan penyemprotan susu. Bayi tidak dapat secara langsung menghisap susu keluar dari
lumen alveolus. Susu harus aktif diperas keluar alveolus dan masuk ke duktus dan menuju ke putting payudara.
Oleh kontraksi sel sel miopitel khusus. Yang mengelilingi alveolus. Pengihsapan ujung payudara oleh bayi
merangsang ujung saraf sensorik di putting menimbulkan potesial aksi yang merambat melalui medulla spinalis
ke hipotalamus. Hipotalamus diaktifkan memicu pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin
merangsang kontraksi mioepitel di payudara untuk penyemprotan susu. Milk letdown berlangsung selama bayi
terus menyusui. Dengan cara reflek penyemprotan susu menjamin bahwa payudara menyemprotkan susu
hanya dan ketika dibutuhkan oleh bayi. Meskipun Alveolus mungkin penuh susu namun susu tersebut
dikeluarkan hanya bila ada rangsangan oksitosin. Namun reflek ini dapat juga terkonsisi oleh rangsangan diluar
hisapan. Sebagai contoh tangisan bayi dapat memicu milk letdown, kemudian stress psikologis dapat
menghambat milk letdown.
Pelepasan prolaktin dan sekresi susu. Penghisapan tidk saja memicu pelepasan oksitosin tetpi juga merangsang
produksi prolaktin. Pengeluaran prolaktin oleh hipofisis anterior dikontrol oleh dua sekresi hipotalamus :
prolactin-inhibiting hormone(PIH) dan prolatin releasing hormone (PRH). PIH sekarang diketahui merupakan
dopamine yang juga berfungsi sebagai neurotransmitter di otak. Sifat kimiawi PRH belum diketahui dengan
pasti, tetapi diduga sebagai Okstosin yang dikeluarkan oleh hipotalamus ke dalam system porta hipotalamus-
hipofisis untuk merangsang sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior. Peran oksitosin ini erbeda dengan oksitosin
yang dihasilkan hipotalamus dan disimpan di hipofisis anterior.
Sumber :
1. Sherwood,Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem.Jakarta : EGC
2. Tanto,Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi IV. Jakarta : Media Aesculapius