MODUL INTEGRATIF
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Tutor :
Warda El Maida Rusdi, dr., M.Ked.Trop
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
KELOMPOK PENYUSUN
Muhammad Sultan Nur Mashudi (6130018009)
Dita Eka Octavia (6130018011)
Qhilyatul Musyarofah (6130018012)
Khusnul Khotimah Catur Putri (6130018002)
Kamila Farendityas Isworo (6130018003)
Adela Shafira (6130018004)
Ananda Putri Munfaati (6130018005)
Zalfa Putriliana Duta (6130018006)
Nanda Diah Puspita Sari (6130018007)
Cicik Ardillah (6130018008)
Divaesti Nidia Andarini (6130018010)
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN
Dosen Pembimbing
Seorang laki-laki berusia 34 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan bengkak pada tungkai
bawah kanan sejak 1 bulan lalu. Bengkak kumat-kumatan, bengkak menghilang apabila
beristirahat dengan kaki ditinggikan. Pasien mengaku sering mengalami demam hilang timbul
sejak 1 tahun lalu, disertai menggigil, nyeri kepala, lemah dan muntah, berlangsung selama
beberapa hari sampai beberapa minggu. Kurang lebih 3 bulan yang lalu juga muncul benjolan
yang teraba nyeri pada selangkangan. Pasien memiliki riwayat menetap di daerah pedesaan di
NTT selama beberapa tahun untuk bekerja, dan baru pulang 3 bulan lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, suhu tubuh 36,7oC, frekuensi denyut nadi 88
kali/menit, frekuensi pernafasan 16 kali/menit, pada daerah inguinal didapatkan benjolan yang
berbatas tegas, dengan diameter ±2 cm, hiperemis dan nyeri tekan, dan terdapat pitting oedem
pada tungkai bawah kanan. Dari pemeriksaan hapusan darah didapatkan..
STEP 1
Kata sulit :
Kata kunci :
STEP 2
STEP 3
Peta Konsep
STEP 5
Learning Objective:
STEP 6
Belajar mandiri
STEP 7
Pembahasan Learning objective
1. Patogenesis Bengkak
Penurunan curah jantung, apapun penyebabnya, disertai dengan berkurangnya volume
darah arteri efektif dan juga aliran darah renal, konstriksi arteri-arteri renalis, dan
peningkatan fraksi filtrasi. Pada gagal jantung yang berat, terjadi reduksi tingkat
filtrasi glomerulus. Vasokonstriksi tersebut disebabkan oleh aktivasi sistem saraf
simpatis dan sistem renin angiotensin. Agen penghambat -adrenergik dan/atau
penghambat ACE yang meningkatkan aliran darah renal dan menginduksi diuresis
membantu kedua sistem ini dalam meningkatkan resistensi vaskuler dan retensi
garam dan air.
Penurunan curah jantung mengurangi volume darah arteri efektif. Terjadi peningkatan
reabsorpsi tubuler dari filtrasi glomerulus di tubulus proksimal dan distal. volume
arteri efektif berkurang, dan sebagai konsekuensinya terjadi respon fisiologis yang
dirancang untuk mengembalikan volume tersebut kembali normal. Kunci dari respon
ini adalah retensi garam dan air, yang pada prinsipnya dikerjakan oleh tubulus renalis
proksimal. Dalam banyak keadaan, respon ini berhasil memperbaiki volume arteri
efektif, seringkali bahkan tanpa diikuti pembentukan edema. Apabila retensi garam
dan air tidak memadai untuk mengembalikan dan mempertahankan volume darah
arteri efektif, retensi tetap berlanjut, dan akhirnya terbentuk edema.
Patogenesis Urtikaria
Urtikaria terjadi karena adanya vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga terjadi transudasi cairan setempat yang secara klinis tampak edema lokal
disertai eritema. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator seperti histamin, leukotrien, sitokin dan kemokin yang
juga mengakibatkan peningkatan regulasi endothelial adhesion molecules (ELAMs)
dan vascular adhesion molecules (VCAMs) disertai migrasi sel transendotelial dan
kemotaksis. Pelepasan mediator tersebut terjadi karena adanya degranulasi sel mast
akibat rangsangan atau paparan dari alergen. Ada beberapa agen yang dapat
mengaktivasi sel mast untuk melepaskan histamin antara lain substansi P, Vasoactive
intestinal polypeptide (VIP), latex, surfaktan, dextran, morfin dan codein.
Patogenesis angioedema
Penyebab terjadinya angioedema antara lain adalah adanya defisiensi C1 esterase
inhibitor (C1INH) yang berfungsi menghambat pembentukan kinin, aktivasi
komplemen yang menghasilkan vasoactive kinin-like peptides dan pembentukan
bradikinin. Kinin adalah peptida dengan berat molekul rendah yang ikut berperan
dalam proses inflamasi dengan mengaktivasi sel endotelial dan menyebabkan
terjadinya vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular. Angioedema yang
rekuren dengan C1INH normal biasanya bersifat idiopatik, namun bisa juga
disebabkan oleh induksi obatobatan seperti penghambat angiotensinconverting
enzyme (ACE), aspirin dan antiinflamasi nonsteroid (AINS).
2. Etiologi Bengkak
Pada keadaan obstruksi, tekanan hidrostatik dalam anyaman kapiler bagian hulu
dari obstruksi meningkat, sehingga cairan dalam jumlah abnormal berpindah dari
vaskuler ke ruang interstitial. Karena rute alternatif (yaitu limfatik) dapat juga
mengalami obstruksi, maka terjadi peningkatan volume cairan interstital di
ekstremitas (terdapat cairan terjebak dalam ekstremitas) yang menyebabkan edema
lokal. Keadaan tersebut akan mengurangi volume darah efektif arteri.
Apabila obstruksi vena dan limfatik terjadi pada sebelah ekstremitas, cairan akan
terakumulasi dalam interstitial, sehingga mengurangi volume plasma. Volume plasma
yang berkurang akan merangsang retensi garam dan air sampai defisist volume
plasma terkoreksi. Pada ekstremitas yang terkena akan terjadi regangan jaringan
sampai keseimbangan hukum Starling dapat dicapai, di mana tidak terjadi lagi
akumulasi cairan. Efek yang terjadi adalah peningkatan volume cairan interstitial
lokal. Keadaan yang sama terjadi pada asites dan hidrotoraks, di mana cairan terjebak
atau terakumulasi di dalam kavitas, mengurangi volume intravaskuler, dan
menyebabkan retensi garam dan air sekunder.
c. Sirosis Hepatik
Kelaianan ini ditandai dengan adanya hambatan aliran vena hepatik, yang
selanjutnya menyebabkan ekspansi volume darah splanknik dan meningkatkan
pembentukan limf hepatik. Hipertensi intrahepatik yang terjadi bekerja sebagai
stimulus poten terhadap retensi natrium dalam ginjal dan mungkin terhadap
vasodilatasi sistemik serta penurunan volume darah arteri efektif. Perubahan-
perubahan ini seringkali disertai komplikasi berupa hipoalbuminemia sekunder untuk
mengurangi sintesis di hepar, yang akan menurunakan volumedarah arteri efektif
lebih jauh lagi. Akibatnya terjadiaktivasi sistem RAA oleh saraf simpatis renal dan
mekanisme retensi garam dan air lainnya. Konsentrasi aldosteron dalam sirkulasi
meningkat akibat kegagalan fungsi hati dalam metabolisme hormon ini. Pada
mulanya, kelebihan cairan interstitial terlokalisir di bagian hulu dari kongesti sistem
vena porta dan sumbatan limfatik hati, yaitu di rongga peritoneum. Pada tingkat
lanjut, khususnya jika telah terjadi hipoalbuminemia berat, dapat terbentuk edema
perifer. Produksi prostaglandin yang berlebihan pada sirosis akan mengurangi retensi
natrium. Apabila sintesis prostaglandin tersebut dihambat oleh agen antiinflamasi
nonsteroid, akan terjadi penurunan fungsi ginjal sehingga retensi natrium akan
meningkat.
Sejumlah besar obat-obatan yang selama ini telah dikonsumsi secara luas
dapat menyebabkan edema. Mekanisme terbentuknya edema meliputi
vasokonstriksi renal (agen antiinflamasi nonsteroid dan siklosporin), dilatasi
arteriol (vasodilator), peningkatan reabsorpsi natrium ginjal (hormon steroid) dan
kerusakan kapiler (interleukin-2).
Obat antihipertensi
Minoksidil
Hidralazin
Kklonidin
Metildopa
Guanetidin
Antagonis Kalsium
Antagonis adrenergik
Hormon steroid
Glukokortikoid
Steroid anabolik
Estrogen
Progestin
Siklosporin
Growth hormone
Imunoterapi
Interleukin-2
b) Edema Idiopatik
Sindroma ini sebagian besar timbul pada wanita, ditandai dengan episode edema
periodik (tidak berhubungan dengan siklus haid), seringkali disertai dengan distensi
abdomen. Perubahan berat badan diurnal terjadi akibat retensi ortostatik garam dan
air, sehingga berat badan penderita bertambah beberapa gram setelah berada dalam
posisi tegak selama beberapa jam. Adanya perubahan berat diurnal yang besar pada
berat badan diduga akibat peningakatan permeabilitas kapiler yang tampaknya
berfluktuasi dalam derajat dan diperberat dengan cuaca panas. Terdapat beberapa
bukti yang menunjukkan bahwa terjadi reduksi volume plasma pada kondisi ini
disertai dengan aktivasi sekunder sistem RAA dan gagalnya supresi pelepasan AVP.
Edema idiopatik harus dibedakan dari edema siklikal atau premenstrual, di mana
retensi garam dan air yang terjadi mungkin sekunder akibat stimulasi estrogen
berlebihan. Terdapat juga beberapa kasus di mana edema yang terjadi tampaknya
diinduksi oleh diuretik. Konsumsi diuretik secara kronis akan sedikit menurunkan
volume darah sehingga menyebabkan hiperreninemia dan hiperplasia
jukstaglomerulus. Sedangkan efek langsung dari diuretik adalah kompensasi
berlebihan dari mekanisme retensi garam, sehingga bila konsumsi diuretik dihentikan
tiba-tiba, kekuatan untuk melawan retensi garam akah hilang, terjadi retensi cairan,
akhirnya terbentuk edema. Telah dilaporkan terjadinya penurunan aktivitas dopamin
dan kalikrein urin, serta eksresi kinin dalam kondisi tersebut, dan mungkin berperan
penting dalam patogenesis. (Soedoyo,2010)
3. Patofisiologi Bengkak
Klasifikasi Filaria :
Philum : Nemathelminthes
Class : Nemathoda
Ordo : Spirurida
Genus : - Wuchereria
- Brugia
- Onchocerca
- Loa-loa
- Dipetanolema
- Mansonela
- Dilofilaria (Spielman,2001)
a. Wuchereria bancrofti
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran kalenjar limfe,
bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina
berukuran 65 – 100 mm x 0,25 mm dan cacing jantan 40 mm x 0,1 mm.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran 250
– 300 mikron x 7 - 8 mikron. Mikrofilaria ini hidup didalam darah dan
terdapat di aliran darah tepi pada waktu tertentu saja, jadi mempunyai
periodisitas. Pada umumnya, mikrofilaria W. bancrofti bersifat periodisitas
nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat di dalam tepi pada waktu malam.
Pada siang hari, mikrofilaria terdapat di kapiler alat dalam (paru-paru,
jantung, ginjal). (Gandahusada,2001)
b. Brugia malayi dan Brugia timori
Cacing dewasa berbentuk silindrik seperti benang, berwarna putih
kekuningan. Pada ujung anteriornya terdapat mulut tanpa bibir dan dilengkapi
baris papila 2 buah , baris luar 4 buah dan baris dalam 10 buah. Cacing betina
berukuran 55x0,16 mm dengan ekor lurus, vulva mempunyai alur tranfersal dan
langsung berhubungan dengan vagina membentuk saluran panjang. Cacing jantan
berukuran 23x0,09 mm, ekor melingkar dan bagian ujugnya terdapat papila 3-4
buah, dan dibelakang anus terdapat sepotong papila. Pada ujung ekor terdapat 4-6
papila kecil dan spikula yang panjangnya tidak sama. (Onggowaluyo, 2002) 7
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung, panjangnya 177 - 230
mikron, lekuk tubuh kaku, panjang ruang kepala dua kali lebarnya, inti tubuh
tidak teratur dan ekornya mempunyai 1-2 inti tambahan. Mikrofilaria ini terdapat
dalam darah tepi. Periodisias B malayi ada yang nokturna, subperiodik nokturna,
dan non periodik. (Onggowaluyo,2002)
1. Culex
a.Telur
b.Larva
Telur menetas menjadi larva atau sering juga disebut jentik. Larva nyamuk
memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas.
Larva dari kebanyakan nyamuk menggantungkan dirinya pada permukaan air.
Untuk mendapatkan oksigen dari udara, Jentik nyamuk culex biasanya
menggantungkan tubuhnya agak tegak lurus pada permukaan air. Larva biasanya
melakukan pergantian kulit empat kali dan berpupasi sesudah sekitar 7 (tujuh)
hari.
c. Pupa
d. Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas
permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya dan
sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari
makan. Dalam keadaan istirahat bentuk dewasa dari culex hinggap dalam keadaan
sejajar dengan permukaan.
2. Anopheles
a. Telur
b. Larva
d. Nyamuk dewasa
3. Aedes
a. Telur
b. Larva
Telur menetas menjadi larva atau sering juga disebut jentik. Larva nyamuk
memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas.
Larva dari kebanyakan nyamuk menggantungkan dirinya pada permukaan air.
Untuk mendapatkan oksigen dari udara, Jentik nyamuk Aedes biasanya
menggantungkan tubuhnya agak tegak lurus pada permukaan air. Larva biasanya
melakukan pergantian kulit empat kali dan berpupasi sesudah sekitar 7 (tujuh)
hari.
c. Pupa
Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa
berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air
terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke
permukaan air. Bila perkembangan pupa sudah sempurna yaitu sesudah dua atau
tiga hari maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang.
d. Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas
permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya
dansesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari
makan. Dalam keadaan istirahat bentuk dewasa dari culex hinggap dalam keadaan
sejajar dengan permukaan.
4.Mansonia
Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi dewasa. Setelah menemukan
tempat yang cocok nyamuk mulai bertelur. Telur-telur tersebut panjangnya kurang
dari 1 mm, tersusun dalam satu baris secara berkelompok atau satu-satu. Beberapa
spesies nyamuk meletakkan telurnya saling bergabung membentuk suatu rakit yang
bisa terdiri dari 300 telur.
Setelah masa inkubasi, (musim dingin) larva mulai keluar dari telur secara hampir
bersamaan. Larva yang terus menerus makan, tumbuh dengan cepat. Sambil
bergantung di dalam air, larva bernafas melalui pipa udara yang mirip “snorkel” yang
digunakan para penyelam. Tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang mencegah
masuknya air ke lubang yang digunakan untuk bernafas. Jika tidak memiliki pipa
udara, ia tidak akan mampu bertahan hidup.
Pada tahap ini larva memasuki tahap pendewasaan yaitu tahap kepompong.
Kepompong menjadi sangat sempit sehingga saatnya larva kelur dari kepompong.
Selama tahap terakhir larva menghadapi bahaya terputusnya pernafasan, sebab lubang
pernafasannya yang mencapai permukaan air melalui pipa air akan tertutup. Sejak
tahap ini pernafasan tidak lagi menggunakan lubang melainkan melalui dua pipa yang
baru saja muncul pada bagian depan tubuhnya. Nyamuk dalam kepompong menjadi
dewasa. Siap terbang lengkap dengan semua organ dan organelnya, seperti antena,
tubuh, kaki, dada, sayap, perut, dan matanya.
Waktu yang diperlukan nyamuk untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi
dewasa lebih pendek (1 - 2 minggu) tempat perindukan nyamuk dapat di air jernih
dan air keruh. Ada beberapa nyamuk yang mempunyai kebiasaan menggigit pada
malam hari saja (Culex) ada yang pada siang dan malam hari (Mansonia) dan ada
yang hanya pada siang hari (Aedes). Umur nyamuk dapat bertahan selama lebih dari
dua minggu
KESIMPULAN
Pada skenario 6 dapat disimpulkan bahwa pasien di diagnosis mengalami filariasis karena
pada hapusan darah ditemukan mikrofilaria serta pasien sebelumnya tinggal di NTT yang
merupakan daerah endemis dan dikuatkan dengan keluhan bengkak pada tungkai bawah kanan
yang sesuai ciri-ciri filiariasis. Sebagai langkah preventif dapat dilakukan dengan melakukan
fogging secara rutin, menguras air menggenang, menggunakan bednets curtains, menggunakan
Indoor Residual Seprei secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Braunwald E. Edema In: Braunwald, Fauci, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, editors.
Harrison’s principles of internal medicine. 16th edition. New York: Mc Graw-Hill companies:
2004. P. 217-22
Effendi, Ian dkk. 2016. Edema Patofisiologi dan Penanganan. Jakarta: PT Alex Media
Komputindo
Soedoyo. Edema. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sudoyo WH, Setiyohadi B,
Alwi I, et al. Interna Publishing. Edisi ke-5. 2010: hal. 946-951.
Eknoyan G. A history of edema and its management. Kidney Int Suppl. 1997; 59: S1 18-26.