Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORI
2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi mual dan muntah akibat kemoterapi tetap tinggi dan
mempengaruhi kehidupan sehari-hari pasien di Italy, khususnya mual-muntah
pada fase lambat. Rhodes dan Mc. Daniel (2001), menyebutkan bahwa mual
dan muntah masih terus menjadi hal yang paling menimbulkan stress
diantara efek samping kemoterapi, meskipun perkembangan agen antiemetik
saat ini lebih efektif.
Selain adanya toleransi mual-muntah, waktu timbulnya atau pola mual-
muntah juga bervariasi. Waktu timbulnya mual-muntah dapat terjadi sebelum
kemoterapi (antisipator), saat kemoterapi (akut/24 jam pertama) dan setelah
kemoterapi (lambat/24-120 jam), serta ada pula mual-muntah berlanjut
(Garrett et al., 2003).
2.3 Vitamin B6
2.3.1 Definisi
Vitamin B6 atau pyridoxine adalah nutrisi yang sangat penting bagi
fungsi darah, kulit, dan sistem saraf pusat. Anda bisa memperoleh vitamin B6
melalui jenis-jenis makanan, seperti ubi jalar, ati ayam, daging ayam atau sapi,
telur, ikan salmon dan tuna, kacang-kacangan, alpukat, pisang, wortel, bayam,
susu, dan keju.
Suplemen vitamin B6 diberikan pada penderita kekurangan vitamin B6
(misalnya karena malnutrisi), morning sickness, mengatasi jenis anemia
tertentu (anemia sideroblastik), dan kejang terkait vitamin B6 (pyridoxine
dependent seizure). Selain itu, suplemen vitamin B6 juga sering diberikan
untuk serta mencegah efek samping obat tuberkulosis (isoniazid), namun
kondisi ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
2.4.4 Pengaruh Jahe dalam Mengurangi Gejala Mual Muntah pada Ibu
Hamil
Secara garis besar penanganan mual dan muntah dalam kehamilan
dikelompokkan menjadi terapi farmakologi dan non-farmakologi. Beberapa
terapi non farmakologis di antaranya adalah mengubah pola diet, dukungan
emosional, akupresur dan pemberian jahe.
Jahe merupakan bahan terapi yang banyak digunakan untuk
meredakan gejala mual muntah dalam kehamilan. Bentuk sediaan dan kadar
yang digunakan bermacam-macam (penggunaan jahe sebagai terapi akan
dibahas lebih lanjut setelah berbagai penjelasan berbagai terapi yang
digunakan untuk mengurangi mual dan muntah dalam kehamilan). Selain terapi
non-farmakologis, terapi farmakologis juga dapat dilakukan di antaranya
dengan memberikan piridoksin (vitamin B6) dan doxylamine, antiemetik,
antihistamin dan antikolinergik, obat motilitas dan kortikosteroid. Di samping
kegunaan jahe untuk mengurangi mual dan muntah dalam kehamilan, manfaat
jahe secara luas antara lain dapat digunakan untuk mengatasi migren, motion
sickness, mual post-kemoterapi, mual dan muntah post-operasi, osteo arthritis,
rheumatoid arthritis, gangguan traktus urinarius post-stroke, menurunkan berat
badan, mempersingkat masa persalinan, dan sebagai anti pembekuan darah.
Zat-zat yang terkandung dalam jahe antara lain gingerol, shogaol,
zingerone, zingiberol dan paradol. Rasa pedas yang terkandung pada jahe
disebabkan oleh zat zingerone, sedangkan aroma khas yang ada pada jahe
disebabkan oleh zat zingiberol. Dalam kaitannya sebagai anti lemak,
mekanisme kerja zat-zat tersebut pada dasarnya masih belum jelas. Dikatakan
jahe bekerja menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek anti
emetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat. Pada
percobaan binatang, gingerol meningkatkan transport gastrointestinal. Gingerol
dan komponen lainnya dari jahe diketahui mempunyai aktivitas sebagai anti-
hidroksitriptamin melalui percobaan pada ileum babi. Galanolakton, merupakan
unsur lain yang terkandung pada jahe, adalah suatu antagonis kompetitif pada
ileus 5- HT reseptor, yang menimbulkan efek anti-emetik. Efek jahe pada
susunan saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan gingerol,
terdapat pengurangan frekuensi muntah. Selain itu, studi lain menemukan
bahwa jahe menurunkan gejala motion sickness pada responden yang sehat.
Dalam kaitannya sebagai anti inflamasi, ekstrak jahe telah memperlihatkan
kemampuan untuk menghambat aktivasi TNF (tumour necrosing factor) dan
ekspresi siklo-oksigenase 2 selama in vitro dari sinoviosit manusia. Zat yang
menghambat siklo-oksigenase 2, yaitu gingerol, bekerja dengan cara
menghalangi aktivasi p38 MAP kinase dan NF-kB. Jahe juga mempunyai
kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai anti radang, sehingga jahe
dapat menghambat proses peradangan yang disebabkan oleh infeksi H.pylori.
Oleh karena itu, frekuensi mual dan muntah yang disebabkan oleh infeksi
H.pylori dapat dikurangi.
Dosis rata-rata yang biasa digunakan berkisar antara 0,5-2 gram
berbentuk bubuk dan dimasukkan ke dalam kapsul. Bisa juga digunakan dalam
bentuk ekstrak kering atau jahe yang masih segar. Dari beberapa penelitian
didapatkan bahwa dosis yang memberikan efek untuk mengurangi mual dan
muntah pada kehamilan trimester pertama adalah sebanyak 250 mg jahe
diminum 4 kali sehari, dapat diminum dalam bentuk sirup maupun kapsul.
Banyak penelitian membuktikan bahwa bubuk jahe sebanyak 1 gram per hari
dapat menghilangkan mual yang disebabkan oleh berbagai faktor, akan tetapi
tidak boleh melebihi 4 gram per hari. (Juartika, 2019)
Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah iritasi atau tidak
enak di mulut, mulas, bersendawa, kembung dan mual, terutama pada sediaan
jahe bubuk. Jahe segar yang tidak terkunyah dengan baik dapat juga membuat
obstruksi usus. Jahe harus digunakan dengan hati-hati pada orang yang
memiliki ulkus pada gaster, inflammatory bowel disease dan batu empedu.
Komponen-komponen tertentu dari jahe dapat menimbulkan efek pada sistem
kardiovaskuler yang bervariasi. Secara teoritis, jahe dapat mencegah
pembekuan darah dengan cara menghambat agregasi platelet, dan bisa
menimbulkan perdarahan berlebih. Penelitian terhadap manusia menunjukkan
bahwa jahe menghambat agregasi platelet yang dipengaruhi oleh adenosin
difosfat dan epinefrin. Pada percobaan binatang, jahe dapat menyebabkan
abortus, mutasi janin dan meningkatkan risiko perdarahan pada kehamilan dan
persalinan. Akan tetapi studi lain menemukan bahwa hal ini tidak terjadi secara
bermakna pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Hani, Ummi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba
Medika.
Manuaba , M. 2010. Penyakit Kehamilan dan Pengobatannya. Yogyakarta : Karya Jurnalis
Tahunan.
Sulistyawati. 2009. Vitamin B6 untuk untuk Mengurangi Mual-muntah pada Ibu Hamil
Trimester I di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu Semarang tahun 2015. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammdyah Surakarta : Surakarta
Niebyl, J.R. 2010. Nausea and Vomiting in Pregnancy. The New England Journal of
Medicine. Vol. 363: p.1544-1550.
Suririnah. 2010. Strategi Mengatasi Mual Muntah. Bandung : Artikel Cendikia
Wilson, L. (2002) ‘Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit’, in Patofisiologi Konsep Klinis
Proses Penyakit. Yogyakarta : Artikel Yogyakarta
Rhodes, V. A. and McDaniel, R. W. (2001) ‘Nausea, Vomiting, and Retching: Complex
Problems in Palliative Care’, CA: A Cancer Journal for Clinicians. doi:
10.3322/canjclin.51.4.232.
Garrett, K. et al. (2003) ‘Managing nausea and vomiting. Current strategies.’, Critical care
nurse. Jakarta : Salemba Akademia
Juartika, W. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Minum Air Jahe Terhadap Pengurangan Mual
Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara Di RSUP M. Djamil
Padang’, pp. 5–10. : Kalimantan : Jurnal Universitas Lambung Mangkurat.