Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG

Bullying merupakan masalah universal yang menyentuh hampir setiap


orang, keluarga, sekolah, bisnis dan masyarakat. Demikian pula jenis kelamin,
usia, ras, agama dan setatus sosial ekonomi. efek Bullying dapat berdampak
seumur hidup. Bullying berdampak ekonomi yang terkait dengan penurunan
produktivitas, kehilangan jam kerja, absensi, agresi tempat kerja, pelecehan dan
intimidasi. Bullying merupakan perilaku yang di ulang, sistematis dan di arahkan
seorang atau sekelompok orang kepada orang lain untuk mengorbankan,
menghina, merusak atau mengancam yang menciptakan resiko bagi kesehatan
dan keselamatan. Bullying terjadi dalam bentuk kekerasan fisik dan ferbal,
intimidasi, menyebar rumor, pencurian, perusakan, harta milik orang lain,
pelecehan seksual, perpeloncoan, orientasi ras, atau etnis. Pada 24 sekolah di
seluruh wilayah kota Sheffield, Inggris dengan usia antara 8-16 tahun, 27% dari
responden mengalami Bullying yang frekuensinya terjadi minimal sekali dalam
seminggu (Gaetano, 2010). Berdasarkan laporan United Nations Develoment
Programe, and the United Nations Office on Drugs and Crime (2014) hanya 44
negara dari 133 negara yang disurvey menerapkan inisiatif skala besar untuk
melakukan pencegahan perilaku penindasan bagi anak sekolah. Unicef Malaysia
Communications (2007) telah menjelaskan bahwa 80% dari siswa sekolah dasar
telah mengalami intimidasi baik secara fisik maupun mental dan mayoritas terjadi
di kelas. Hal ini dapat menyebabkan siswa merasa takut, tertekan, hingga
mengalami depresi. (Wicaksana, 2008)
Saat ini, Bullying merupakan istilah yang sudah tidak asing di telinga
masyarakat Indonesia. Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini sangatlah
luas cangkupannya. Adapun contoh kasus terjadi pada seorang siswa sekolah
dasar di Ohio yang tewas gantung diri menggunakan dasi karena dibully oleh
teman-teman disekolahnya. Bocah berumur 8 tahun ini menjadi korban Bullying
secara fisik. Ia kerap dipukuli oleh teman-temannya disekolah. Contoh lain
datang dari Texsas. Seorang remaja perempuan nekat menembakan pistol ke
dadanya sendiri hingga tewas karena ia merasa dihujat habis-haisan di dunia
maya. Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban Bullying mungkin
akan menunjukan menunjukan sifat kekerasan. Seperti yang dialami seorang
remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang tega membunuh temannya sendiri
karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku kerap menjadi target
Bullying korban sejak kelas satu SMP. Akibat perbuatannya, pelaku yang masih
di bawah umur ini dijerat dengan pasal 80 ayat 3 Undang-undang Nomor 35
tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, serta KUHP Pasal 340, 338, dan 351.
(Sahadi Humaedi, 2017)
Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”)
merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan
sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa
terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus
menerus. Terdapat banyak definisi mengenai Bullying, terutama yang terjadi
dalam konteks lain seperti di rumah, tempat kerja, masyarakat, komunitas virtual.
Namun dalam hal ini dibatasi dalam konteks school Bullying atau Bullying di
sekolah. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mendefinisikan school Bullying
sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau
sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang
lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Kasus Bullying yang kerap
terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia kian memprihatinkan. Hasil kajian
Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014
menyebutkan, hampir setiap sekolah di Indonesia ada kasus Bullying. Meski
hanya melakukan Bullying verbal dan psikologis atau mental saja. Kasus-kasus
senior menggencet junior juga terus bermunculan. Statistik kasus pengaduan
anak di sektor pendidikan dari Januari 2011 hingga Agustus 2014 tergambar
sebagai berikut: Tahun 2011 terdapat 61 kasus, tahun 2012 terdapat 130 kasus,
tahun 2013 terdapat 91 kasus (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak). Di Kalimantan Selatan, kasus Bullying yang sempat
menggemparkan dunia pendidikan kota Banjarmasin terjadi pada bulan Februari
2013. Seorang siswi kelas 4 SD yang diketahui berinisial L dikeroyok oleh
teman-temannya terekam dalam video yang sempat beredar (Restudia, 2013).
Kasus Bullying yang terjadi di SMA PGRI 7 Banjarmasin Kalimantan
Selatan. Berdasarkan hasil wawancara kami kepada siswa-siswi yang ada di
sekolah tersebut, mereka mengakui banyak sekali kasus Bullying yang terjadi di
lingkungan sekolahnya. Salah satu siswa yang bercerita kepada kami pada saat
kami mewawancarai siswa tersebut, dia berkata bahwa ada salah kasus yang
terjadi di sekolahnya. Siswa mengatakan berawal dari Bullying teman
sekolahnya ada yang sampai berkelahi. Kasus ini bermula dari dua siswa yang
saling ejek-ejekan nama orang tua, tidak lama kemudian salah satu dari kedua
siswa ini tidak terima jika orang tuanya di sebut-sebut, karena siswa yang satu ini
tidak terima jika orang tuanya di ejek-ejek tidak lama kemudian kedua siswa ini
akhirnya berkelahi. Sebenarnya kedua siswa ini adalah teman dekat, tetapi gara-
gara kaus yang terjadi kedua siswa ini menjadi tidak dekat lagi bahkan mereka
menjadi musuhan. Oleh sebab itu Bullying sebaiknya jangan sekali-kali di
lakukan karna banyak sekali kasus-kasus yang terjadi yang berawal dari Bullying
yang berujung patal dan teragis.

Anda mungkin juga menyukai