Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

Definisi Corpus alienum atau benda asing di dalam suatu organ adalah benda

yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak

ada. Dalam hal ini, nasal corpus alienum adalah benda asing / massa yang normal tidak

ada / tidak dijumpai di hidung. Ini merupakan salah satu masalah kedaruratan dibidang

THT.1,2

Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak–anak,

baik disengaja memasukkan ke hidung atau karena kecelakaan. Pada anak-anak dapat

disebabkan oleh faktor kesengajaan. Anak-anak cenderung memasukkan benda kecil

yang umumnya adalah benda mati. Benda asing yang lazim ditemukan pada anak-anak

adalah makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan benda berupa baterei, manik-

manik, dan spons,. Namun dapat pula ditemukan benda hidup misalnya larva lalat, dan

berkembang menjadi lalat, linta dan lain sebagainya.1,2

Beberapa penelitian telah menunjukkan prevalensi kejadian benda asing di

hidung lebih banyak terjadi pada laki-laki (58%) dibandingkan perempuan dan dengan

tingkat sosioekonomi yang rendah. Pada anak, insiden tertinggi kejadian benda asing

di hidung adalah usia 2-5 tahun. 2

Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak

terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada

awalnya. Hasil pemeriksaan sinar-X dapat menunjang diagnosis. Endoskopi


2

merupakan tindakan tersering digunakan karena lebih memperkuat diagnosis dan untuk

mengeluarkan benda asing. 3,4

Dalam hal ini, penanganan terhadap benda asing pada hidung merupakan salah

satu kompetensi yang harus dicapai oleh dokter umum. Namun, sangat penting untuk

mengetahui letak anatomi dan indikasi tertentu agar dapat dirujuk kepada spesialis.

Indikasi tersebut seperti tergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda

asing, bahan material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil (

lembut dan irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), keterampilan dokter

maupun kerja sama pasien itu sendiri. Sebagian besar benda asing pada hidung dapat

dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang minimal.4
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ANATOMI HIDUNG

Hidung terdiri atas hidung luar dan cavum nasi. Cavum nasi dibagi oleh septum

nasi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan dan kiri.5

II.1.1 Hidung Luar

Hidung luar memiliki dua lubang yang berbentuk lonjong disebut nares,

dipisahkan antara kiri dengan kanan oleh septum nasi. Pada pinggir lateral, terdapat

ala nasi yang berbentuk bulat dan dapat digerakkan. 5

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh

kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil. Rangka tulang hidung terdiri dari os

nasale, processus frontalis maxillaris, dan pars nasalis ossis frontalis. Pada bagian

bawah hidung dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin, yaitu sepasang

kartilago nasalis lateralis superior, sepasang kartilago nasalis lateralis inferior

(kartilago alar mayor) dan tepi anterior kartilago septum. 5

II.1.1.1 Suplai Darah Hidung Luar

Kulit hidung luar mendapatkan suplai dariah dari cabang-cabang arteri

opthalmica dan arteri maxillaris. Kulit ala nasi dan bagian bawah septum

mendapatkan suplai darah dari cabang-cabang arteri facialis. 5


4

II.1.1.2 Suplai Saraf Sensoris Hidung Luar

N. infratrochlearis dan rami nasales externae nervus ophthalmicus (Nervus

cranialis V) dan ramus infraorbitalis nervus maxillaris (Nervus cranialis V)

menginervasi hidung luar. 5

Gambar 1. Anatomi hidung luar


(Sumber: : Buku ajar penyakit THT, 2012) 5

II.1.2 Cavum Nasi

Cavum nasi terbentang dari nares anterior sampai ke aperture nasalis

posterior atau choanae di posterior, dimana hidung bermuara ke dalam

nasopharynx. Vestibulum nasi adalah daerah di dalam cavum nasi yang terletak

tepat dibagian nares anterior. Cavum nasi terbagi menjadi dua bagian, kiri dan

kanan oleh septum nasi. Septum nasi dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
5

Bagian tulang terdiri dari lamina perpendicularis, os vomer, krista nasalis os

maxilla, dan krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawannya terdiri dari

kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan kolumela. 5,6

II.1.2.1 Dinding Cavum Nasi5,6

Cavum nasi memiliki dasar, atap, dinding lateral dan dinding medial atau

dinding septum.

a. Dasar

Bagian dasar dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan

lamina horizontalis ossis palatina.

b. Atap

Bagian atap cavum nasi teretak dibawah fossa cranii anteriot. Pada

sebelah anterior mulai dari bagian bawah batang hidung dibentuk oleh os

nasale dan os frontale, pada bagian tengah dibentuk oleh lamina cribrosa

ossis ethmoidalis, dan disebelah posterior dibentuk oleh corpus ossis

sphenoidalis,

c. Dinding lateral

Dinding lateral memiliki tiga tonjolan tulang yaitu conchae nasalis

superior, media, dan inferior. Bagian dibawah masing-masing conchae

disebut meatus.
6

1) Recessus sphenoethmoidalis

Recessus sphenoethmoidalis adalah area kecil yang terletak di atas

conchae nasalis superior. Pada area ini terdapat muara sinus

sphenoidalis.

2) Meatus nasi superior

Meatus nasi superior terletak dibawah conchae nasalis superior.

Pada area ini terdapat muara sinus ethmoidales posterior.

3) Meatus nasi media

Meatus nasi media terletak dibawah conchae nasalis media. Meatus

ini memiliki tonjolan bulat yang disebut bulla ethmoidalis, yang

dibentuk oleh sinus ethmoidalis medii yang bermuara pada pinggir

atasnya. Terdapat celah melengkung, disebut hiatus semilunaris yang

terletak tepat diabawah bulla. Ujung anterior hiatus yang akan

berhubungan dengan sinus frontalis disebut infundibulum. Sinus

maxillaris bermuara ke dalam meatus nasi media melalui hiatus

semilunaris.

4) Meatus nasi inferior

Meatus nasi inferior terletak dibawah conchae nasalis inferior dan

merupakan tempat muara dari ujung bawah ductus nasolacrimalis, yang

dilindungi oleh sebuah lipatan membrane mukosa.


7

d. Dinding medial

Dinding medial dibentuk oleh septum nasi. Bagian atasnya dibentuk

oleh lamina verticalis ossis ethmoidalis dan os vomer. Bagian anterior

dibentuk oleh cartilago septalis.7

Gambar 2. Dinding lateral cavum nasi kanan


(Sumber: Buku ajar penyakit THT, 2012)5

II.1.2.2 Dinding Cavum Nasi5,6

Vestibulum nasi dilapisi oleh kulit yang telah mengalami modifikasi dan

mempunyai rambut yang kasar. Area diatas conchae nasalis superior dilapisi
8

oleh membrane mucosa olfaktorius dan berisi ujung-ujung saraf sensitif reseptor

penghidu. Bagian bawah cavum nasi dilapisi oleh membrane mucosa

respiratorius.

II.1.2.3 Suplai Saraf Cavum Nasi5

Nervus olfactorius yang berasal dari membrane mucosa olfactorius berjalan

ke atas melalui lamina cribrosa os ethmoidale menuju ke bulbus olfaktorius.

Inervasi untuk sensasi umum merupakan cabang-cabang nervus ophtalmicus

(N.V1) dan nervus macillaris (N. V2) divisi nervus trigeminus.

Gambar 3. Persarafan hidung


(Sumber: Buku ajar penyakit THT, 2012)5
9

II.1.2.4 Perdarahan Cavum Nasi5,6

Perdarahan cavum nasi berasal dari cabang-cabang arteri maxillaris yang

merupakan salah satu cabang terminal arteri carotis externa. 3 sumber utama

perdarahan untuk hidung adalah dari arteri ethmoidalis anterior, arteri

ethmoidalis posterior (keduanya merupakan cabang dari arteri ophthalmica)

dan arteri sphenopalatina. Arteri ethmoidalis anterior memperdarahi septum

bagian superior anterior dan dinding lateral hidung. Arteri ethmoidalis posterior

memperdarahi septum bagian superior posterior. Arteri sphenopalatina terbagi

menjadi arteri nasalis posterolateral yang menuju ke dinding lateral hidung dan

arteri septi posterior yang menyebar pada septum nasi.

Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang arteri

maxillaris interna yaitu ialah ujung arteri palatine mayor dan arteri

sphenopalatina yang keluar dari foramen sphenopalatina bersama dengan

nervus sphenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung

posterior conchae media. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari

cabang-cabang arteri facialis.

Pada bagian depam septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri

sphenopalatina, arteri ethmoidalis anterior, arteri labialis superior dan arteri

palatine major, yang disebut dengan plexus Kiesselbach (Little’s area) yang

letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma sehingga sering menjadi

sumber epistaksis.
10

Gambar 4. Perdarahan hidung


(Sumber: Buku ajar penyakit THT, 2012) 5

Vena-vena hidung2 mempunyai nama yang sama dan berjalan

berdampingan dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung

bermuara ke vena oftalmika superior yang berhubungan dengan sinus

kavernosus.
11

II.1.3 Sinus Paranasalis5,6

Sinus paranasalis adalah rongga – rongga yang terdapat didalam os maxilla,

os frontale, os sphenoidale dan os ethmoidale. Sinus-sinus ini dilapisi oleh

mucoperiosterum dan terisi udara, berhubungan dengan cavum nasi melalui

apertura.

a. Sinus maxillaris

Sinus maxillaris berbentuk pyramid dan terletak di dalam corpus maxillaris

di belakang pipi. Bagian atap dibentuk oleh dasar orbita, sedangkan dasar

berhubungan dengan akar gigi, premolar dan molar. Sinus maxillaris

bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui hiatus semilunaris.

b. Sinus frontalis

Sinus frontalis ada dua buah yang terdapat didalam os frontale. Mereka

dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum tulang. Setiap sinus berbentuk

segitiga, meluas ke atas di ujung medial alis mata dan kebelakang sampai

ke bagian medial atap orbita.

Masing-masing sinus frontalis bermuara ke dalam meatus nasi medius

melalui infundibulum.

c. Sinus sphenoidalis

Sinus sphenoidalis ada dua buah yang terdapat didalam corpus ossis

sphenoidalis. Setiap sinus bermuara ke dalam recessus sphenoethmoidalis

di atas conchae nasalis superior.

d. Sinus ethmoidalis
12

Sinus ethmoidalis terletak di anterior, medius, dan posterior, serta terdapa di

dalam os ethmoidale, di antara hidung dan orbita. Sinus ini dipisahkan dari

orbita oleh selapis tipis tulang, sehingga infeksi dengan mudah dapat

menjalar dari sinus ke dalam orbita. Sinus ethmoidalis anterior bermuara ke

dalam meatus nasi medius pada atau diatas bulla ethmoidalis dan kelompok

posterior bermuara kedalam meatus nasi superior.

Tabel 1. Sinus paranasalis dan tempat muaranya ke dalam rongga hidung5


Sinus Tempat muaranya
Sinus maxillaris Meatus nasi medius melalui hiatus
semillunaris
Sinus frontalis Meatus nasi medius melalui
infundibulum
Sinus sphenoidalis Recessus sphenoethmoidalis
Sinus ethmoidalis
Anterior Infundibulum dan ke dalam meatus nasi
medius
Media Meatus nasi medius pada dan atau bula
ethmoidalis
Posterior Meatus nasi superior

II.2 Fisiologi Hidung5,6

Dalam keadaan idealnya, desain hidung internal menyediakan saluran yang

canggih untuk pertukaran udara yang laminer. Selama inspirasi hidung, terjadi

penyaringan partikel-partikel dan pelembaban udara dari luar oleh epitel

bertingkat torak semu bersilia (pseudostratified ciliated columnar epithelium).

Lapisan hidung, terutama pada konka inferior dan media mengandung lamia

propia bervaskuler tinggi. Arteriol-arteriol konka berjalan melewati tulang

konka dan dikelilingi oleh pleksus vena. Dilatasi arteri yang terjadi dapat

memblok aliran balik vena, yang akhirnya menyebabkan kongesti mukosal.

1. Fungsi Respirasi
13

Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir.

Suhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar 370C. Fungsi

pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di bawah

epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas. Partikel debu,

virus, bakteri, dan jamur yang terhirup bersama udara akan disaring di

hidung oleh: rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir.

Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel-partikel yang

besar akan dikeluarkan dengan reflex bersin.

2. Fungsi Penghidu

Hidung bekerja sebagai indra penghidu dan pencecap dengan adanya

mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga

bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara

difusi dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat. Fungsi

hidung untuk membantu indra pencecap adalah untuk membedakan rasa

manis yang berasal dari berbagai macam bahan.

3. Fungsi Fonetik

Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara

dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang

atau hilang,sehingga terdengar suara sengau (rhinolalia). Terdapat 2 jenis

rhinolalia yaitu rhinolalia aperta yang terjadi akibat kelumpuhan anatomis

atau kerusakan tulang di hidung dan mulut. Yang paling sering terjadi

karena stroke dan rhinolalia oklusa yang terjadi akibat sumbatan benda cair

(ketika pilek) atau padat (polip, tumor, benda asing) yang menyumbat.
14

4. Refleks Nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor reflex yang berhubungan

dengan saluran cerna,kardiovaskuler dan pernapasan. Iritasi mukosa hidung

akan menyebabkan reflex bersin dan napas berhenti. Rangsang bau tertentu

akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung, dan pancreas.

5. Fungsi Statik dan Mekanik

Fungsi Statik dan Mekanik untuk meringankan beban kepala,

proteksi terhadap trauma dan pelindung panas.

II.3 BENDA ASING

II.3.1 Defenisi

Secara umum benda asing dalam suatu organ adalah benda asing yang

berasal baik dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing

eksogen) tubuh yang dalam normal tidak ada. Benda asing di hidung merupakan

salah satu kedaruratan di bidang telinga hidung tenggorok yang cukup sering

terjadi pada anak-anak. Kebanyakan kasus benda asing asimtomatik dan

terdapat sekitar 11% dari seluruh kedaruratan dibidang telinga hidung dan

tenggorok.3,4

II.3.1 Etiologi Dan Klasifikasi Benda Asing 4,7,8

1. Berikut adalah jenis-jenis benda asing berdasarkan asalnya:


15

a. Benda asing eksogen,

Benda asing eksogen adalah benda yang berasal dari luar tubuh. Biasanya

masuk melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat

padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik

seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang

(yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum,

peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair

dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda

cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. 7,8

b. Benda asing endogen

Benda asing endogen adalah benda yang berasal dari dalam tubuh. Benda

asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah,

krusta, perkejuan, dan membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat

masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.2,,3

2. Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan

benda asing hidup. 1

a. Benda asing hidup

Benda asing hidup yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan

cacing.
16

a.1 Larva lalat

Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung

manusia dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies

Chryssomya bezziana. Chrysomya bezziana adalah serangga yang

termasuk dalam famili Calliphoridae, ordo diptera, subordo Cyclorrapha,

kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang berwarna biru atau biru

kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada toraks dan pada

abdomen bergaris melintang. Larva mempunyai kait-kait di bagian

mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa meletakkan

telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang hidup liar

dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang pada tubuh

seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.3,9,10

a.2 Lintah

Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas

hirudinae. Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang

belakang yang termasuk dalam filum annelida. Anggota jenis cacing ini

tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada

yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan

pengisap darah. Pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya

yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat

mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan

mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak akan

membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan


17

dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini pipih, bersegmen, mempunyai

warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit. Lintah menghisap darah

pasien sehingga akan memperbesar ukurannya, itu akan menyebabakan

lintah sulit diambil. Pasien bisa saja mengalami syok akibat kehilangan

darah, sehingga pasien membutuhkan transfusi darah.10,11,12

Gambar 5. Lintah hidup di hidung


(Sumber: Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a comprehensive
review of the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic measures. Postgrad Med.
2000)10

a.3 Cacing

Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi

masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi

Port d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk

mendapatkan oksigen yang lebih banyak. 10,11,12

b. Benda asing mati

Yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju. Kapur barus

merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang bersifat

sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus diperlakukan


18

sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera, karena kandungan

zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.11,12

Gambar 6. Manik-manik di bawah konka inferior


(Sumber: Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok.6th ed. FKUI.Jakarta:2007. 259-265)4

3. Berdasarkan konsistensi

Berdasarkan konsistensinya nya benda asing dapat juga digolongkan

menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran,

dan benda asing yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan

lain-lain.13

II.3.3 Epidemiologi

Benda asing pada hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang

berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung

memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke dalam

lubang hidung, mulut, atau oleh teman bermain. Selain itu pada anak yang

berusia 1-3 tahun belum terjadi koordinasi menelan dan penutupan glottis

yang sempurna.3,4
19

Pada anak-anak juga sering ditemukan benda asing pada bagian anterior

kavum nasi hingga ke bawah konka inferior dan medial. Kavum nasi kanan

lebih sering terkena pada anak-anak, hal ini disebabkan oleh karena bnyak

anak yang lebih dominan memakai tangan kanan.7 Benda asing yang lazim

ditemukan pada anak adalah manik-manik, kancing, karet penghapus,

kelereng, kacang polong, kacang buncis, batu dan kacang tanah.1

II.3.4 Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam

saluran napas, antara lain

a. Faktor Personal : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat

tinggal

b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal: keadaan tidur, kesadaran

menurun, alkoholisme dan epilepsi

c. Faktor fisik: kelainan dan penyakit neurologi

d. Faktor kejiwaan, antara lain, emosi, gangguan psikis.

e. Ukuran dan bentuk benda asing

f. Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di hidung,

persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa,

makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak-

anak.3
20

II.3.5 Patogenesis 4

Daerah hidung merupakan daerah yang mudah diakses karena

lokasinya yang berada di wajah. Memasukkan badan asing ke dalam cavum

nasi sering kali terjadi pada pasien anak yang kurang dari 5 tahun

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rasa penasaran untuk

mengekspolarsi orifisium atau lubang. Hal ini disebabkan pula oleh

mudahnya akses terhadap benda asing tersebut, kurang perhatian saat

pengasuhan anak. Hal–hal lain yang menjadi penyebab antara lain

kebosanan, untuk membuat lelucon, retardasi mental, gangguan jiwa,

dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH).8

Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung,

sebagian besar ditemukan di dasar hidung, tepat di bawah konka inferior

atau di bagian atas fossa nasal anterior hingga ke bagian depan konka media.

Benda-benda kecil yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat

dengan mudah dikeluarkan dari hidung. 12,13


21

Gambar 7. Lokasi tersering benda asing di hidung(Sumber: Gregori,Dario, Lorenzo


Salerni, Cecilia Scarinzi. Foreign Body in the nose causing complications and requiring
hospitalization in children 0-14 age. University of Torino. ENT Department.2008 vol 46:
28-33)14

Beberapa benda asing menetap di dalam rongga hidung tanpa

menimbulkan perubahan mukosa. Namun, kebanyakan objek yang berupa

benda mati menyebabkan kongesti dan edema pada mukosa hidung,

dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi, erosi, dan dapat

berlanjut menjadi sinusitis. Sekret yang tertinggal, dekomposisi benda

asing, dan ulserasi yang menyertai dapat menghasilkan fetor yang berbau

busuk. 18

Benda asing yang berupa benda hidup, menyebabkan reaksi inflamasi

dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang

rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam

dan berbau. Cacing askaris di hidung dapat menimbulkan iritasi dengan

derajat yang bervariasi karena gerakannya. Perubahan-perubahan ini


22

apabila lebih lanjut, maka akan memengaruhi benda asing karena

dikelilingi oleh udema, granulasi, dan kotoran. 14

Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat

higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta

menyebabkan iritasi pada mukosa. Kadang-kadang, reaksi inflamasi dapat

menghasilkan toksik. Benda asing anorganik, menimbulkan rekasi jaringan

yang lebih ringan dan lebih mudah didiagnosa dengan pemeriksaaan

radiologis karena umumnya benda asing anorganik bersifat radiopak.


14

Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan apabila tertanam

dalam jaringan granulasi yang terpapar oleh kalsium, magnesium fosfat,

karbonat, dan kemudian akan menjadi rhinolith. Kadang-kadang, proses ini

dapat terjadi di sekitar area mukopus dan bekuan darah. Rhinolit biasanya

terletak dekat bagian basal hidung dan bersifat radiopak. Baterai cakram

dapat menyebabkan destruksi pada septum nasi karena tersusun atas

beberapa logam berat, seperti merkuri, zink, perak, nikel, cadmium, dan

lithium. 5

Beberapa faktor dikatakan berperan dalam timbulnya komplikasi

akibat baterai cakram ini antara lain interval waktu saat baterai masuk

hingga dikeluarkan dan kontak antara permukaan mukosa hidung dan

kutub negatif baterai (anode). Karena itu, perforasi septum (90 jam setelah

baterai masuk ke hidung) umumnya terjadi ketika adanya kontak antara

mukosa hidung dan kutub negatif baterai. 5


23

Etiologi kerusakan jaringan diyakini terdiri atas 3 bagian, yaitu (1)

perembesan substansi baterai dengan sifat korosif langsung yang

menyebabkan kerusakan, (2) efek langsung ke mukosa, (3) nekrosis oleh

tekanan. Dari hasil dari reaksi ini, dapat menyebabkan perforasi septum

(umumnya 7 jam setelah baterai masuk ke hidung), sinekia, konstriksi,

dan stenosis kavum nasi. 4

II.3.6 Manifestasi Klinik

Gejala sering tidak ada sehingga luput dari perhatian orang tua dan

bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rhinolith disekitar benda

asing. Gejala yang paling sering adalah: 15

1. Hidung tersumbat

2. Rinore unilateral dengan cairan yang kental dan berbau

3. Nyeri

4. Demam

5. Epistaksis

6. Bersin

Benda asing seperti karet busa sangat cepat menimbulkan sekret yang

berbau busuk. Hal ini dikarena kan proses dari peradangan-peradangan yang

terjadi di sekeliling benda asing sehingga berakumulasinya jaringan epitel

yang mati, sel-sel leukosit dan mediator-mediator inflamasi. Tak jarang pula

akibat benda asing yang tidak segera dikeluarkan, akan menimbulkan infeksi

sekunder. 14,15
24

II.3.7 Diagnosis

Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua

karena tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu lama. Gejala paling sering

muncul adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan

berbau. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah

dilakukan tindakan rinoskopi yaitu terlihat benda asing di kavum nasi.

Penggunaan nasoendoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi jika dengan

rinoskopi anterior sulit dinilai lokasi benda asing tersebut. 3,7

Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus aspirasi benda

asing sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Dalam satu

penelitian, presentasi pasien datang lebih dari 48 jam setelah memasukkan

benda asing di hidung menyumbang 14% dari semua kasus. Anamnesis

dengan pasien, orangtua, dan pegasuh haruslah menyeluruh agar jelas dalam

mengidentifikasi jenis benda asing dan memudahkan dalam penatalaksanaan

nantinya.9

Secara klinis yang paling umum adalah penyumbatan hidung unilateral.

Dokter harus memikirkan diagnosis benda asing pada semua pasien dengan

iritasi hidung, epistaksis, bersin, mendengkur, sinusitis, stridor, mengi, atau

demam. Kalan A et all melaporkan bahwa menemukan benda asing sebagai

etiologi pasien dengan klinis tidak biasa, seperti mudah marah, halitosis (bau

napas yang tidak menyenangkan), atau bromhidrosis umum (malodor tubuh).

Untuk menghindari komplikasi dan pengobatan tertunda, dokter harus

mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi untuk diagnosis ini.10


25

Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien

datang dengan usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret

unilateral kavum nasi yang kronik, nyeri di hidung tanpa penyebab yang jelas,

atau gejala yang menyertai seperti bersin-bersin, mendengkur, dan bernapas

melalui mulut. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore

unilateral dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa

nyeri, demam, epistaksis, dan bersin. Benda asing, seperti karet busa, sangat

cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk.3,9

Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta

dibutuhkan kerjasama yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien.

Pasien harus dalam keadaan imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan, oleh

karena itu terkadang dibutuhkan obat-obat sedatif pada pasien pediatrik.

Kadang-kadang, bukti trauma lokal mungkin ada, dengan eritema, edema,

perdarahan, atau keduanya. Apabila benda asing sudah terlalu lama di dalam

rongga hidung, biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti adanya

discharge hidung dan bau busuk. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan

inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi.3,9

.
26

Gambar 8. Cara fiksasi Anak pada saat pemeriksaan THT


(Sumber: Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok.6th ed. FKUI.Jakarta:2007. 259-265)4

Gambar 9. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan hidung


(Sumber: Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok.6th ed. FKUI.Jakarta:2007. 259-265)4
27

Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan

pemeriksaan penunjang. Namun terdapat pengecualian pada kasus benda asing

berjenis metal yang memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.3 Jika

fasilitas memadai, maka diagnosis pasti benda asing di saluran napas

ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan

terapi.

Gambar 10. Rhinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi


(Sumber Patil, Karthikeya, Mahima V Guledgud, Malleshi Suchettha N. Rhinoliths)16

II.3.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena

biasanya pasien anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh ketakutan

anak-anak yang berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka akibat nyeri

yang ditimbulkan saat mengeluarkan benda asing di hidung sebelumnya baik oleh

orang tua maupun tenaga kesehatan.1

Kerjasama antara pasien dan pemeriksa sangat diperlukan untuk

mengeluarkan benda asing dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi

duduk. Pada anak-anak, sebaiknya dipangku dan dipegang erat oleh orang tuanya
28

sambil duduk di kursi pemeriksaan agar tenang sehingga dapat mencegah

kemungkinan terjadinya aspirasi.5,8

Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung,

seperti dengan memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian

atas, menyusuri atap kavum nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait

diturunkan sedikit dan ditarik kedepan. Dapat pula menggunakan forsep aligator,

cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat, maka

sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.1 Berikut ini beberapa teknik

mengeluarkan benda asing di hidung. 11

c. Persiapan sebelum melakukan Teknik

Pengambilan benda asing di hidung dapat dicoba oleh dokter yang

berpengalaman jika mungkin dapat diekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa

tidaknya ekstraksi, harus dikonsultasikan ke spesialis telinga, hidung, dan

tenggorok. Pengeluaran benda asing yang dicoba berulang kali dapat

mengakibatkan meningkatnya trauma dan berpotensi memindahkan benda asing ke

lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari benda asing tidak

harus dicoba jika benda tersebut tampaknya di luar jangkauan.9

Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak

kooperatif. Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus dicoba

pada pasien ini.9

Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya karena

dapat menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat menjadi lebih

dalam. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangat penting untuk
29

memaksimalkan kemungkinan pengangkatan pada usaha pertama. Selain itu, suplai

pernapasan darurat haruslah tersedia untuk menanggulangi kebutuhan oksigen jika

setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi aspirasi.9

Peralatan yang digunakan meliputi:9

1. Lampu kepala

2. Vasokonstriktor topical

3. Spekulum hidung

4. Bag-valve mask

5. Forseps alligator

6. Probe hooked

7. Balon kateter

8. Kuret

9. Peralatan suction

Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak

muncul pada pasien selama pengangkatan. 5 Namun, vasokonstriksi farmakologis

dari mukosa hidung dapat memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari benda

asing di hidung. Anestesi dan vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan

memberikan beberapa tetes lidokain 1% (tanpa epinefrin) dan 0,5% phenylephrine

ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik mengeluarkan benda asing

pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan pilihan anestesinya

yaitu lidokain.5 Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml dari 1:1000

epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari laporan kasus
30

epinefrin nebulasi direkomendasikan hanya jika benda asing di hidung cukup besar,

gerakan ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran pernafasan aman.9

Jika kepala pasien tidak kooperatif tidak dapat distabilkan, pemberian sedasi

harus dilakukan sebelum pengangkatan mekanik. Shresta and Amatya dalam

penelitiannya melaporkan tingkat keberhasilan sangat tinggi (95%) dan tingkat

komplikasi yang rendah dengan penggunaan sedasi. Penelitian lain oleh Murkejhee

A et al berpendapat bawa pada pasien yang memiliki benda asing di hidung dan

tidak koperatif sebaiknya tidak di berikan obat-obatan sedatif, karena dapat

meningkatkan komplikasi dengan mengurangi reflex batuk dan muntah pasien.1,9

Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung sebaiknya

posisi pasien harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan kedua kaki

pasien di jepit oleh kedua paha orangtua, sehingga pasien dapat terfiksasi dan tenaga

medis mudah untuk mengeluarkan benda asing tersebut.9

Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode tergantung

pada jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan dokter dengan

masing-masing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat, kebanyakan dokter

lebih memilih pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit terlihat atau bulat atau

tidak berhasil diangkat dengan instrumentasi langsung, pengeluaran dengan balon

kateter adalah metode yang disukai. Untuk benda asing yang besar, teknik tekanan

positif yang umum digunakan.9

Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat

kerusakan mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat

mengakibatkan perpindahan benda asing ke posterior.9


31

Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung selain

berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan lokasi dan

bentuk benda asing tersebut.12

d. Jenis-jenis Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung

1) Instrumentasi langsung

Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat,

benda asing tidak rapuh. Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep

alligator. Benda asing rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan teknik

ini; benda rapuh bisa robek, dan benda-benda bulat mungkin sulit dan mudah pindah

ke posterior.9

Gambar 11. Pengangkatan benda asing menggunakan forceps alligator


(Sumber Patil, Karthikeya, Mahima V Guledgud, Malleshi Suchettha N. Rhinoliths)16
32

Gambar 12. Pengangkatan benda asing menggunakan hooked probe 14


(Sumber Patil, Karthikeya, Mahima V Guledgud, Malleshi Suchettha N. Rhinoliths)16

Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat

tetapi sulit untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut

kemudian ditarik ke depan. Shresta and Amatya melaporkan menggunakan

endoskopi fleksibel untuk melihat benda asing di hidung kemudian

menggunakannya sebagai pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut

sebagai "hook-scope", teknik ini berguna jika pasien kooperatif.9

Beberapa penulis telah menyarankan menggunakan kombinasi

instrumentasi langsung dan menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang

benda asing untuk mencegah perpindahan posterior selama upaya pengeluaran.9


33

2) Kateter balon

Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat yang

tidak mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat digunakan

yaitu kateter Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6), atau Katz

Extractor Oto-Rhino Foreign Body Remover (California) juga merupakan pilihan.9

Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah

sama. Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly.

Kemudian pasien berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati benda asing

di dalam rongga hidung, lalu diberikan udara atau air ke dalam kateter (2ml pada

anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih besar). Setelah dibalonkan,

kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut tertarik.7 Teknik dengan kateter

juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar benda asing di bagian anterior tidak

kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.10

Gambar 13. Pengunaan Forgarty Catheter


(Sumber: Davies PH, Benge JR. Foreign Body. The Nose and Ear: A Review Techniques for
Removal in the Emergency Department. J Accid Emerg Med; 17. 2000. Pg. 91-94)11
34

3) Tekanan positif

Gambar 14. Positive Pressure Tehnique for Nasal Foreign Body removal
(Sumber: Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a comprehensive
review of the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic measures. Postgrad Med.
2000)10

Gambar 15. Parent Kiss for Positive Pressure Tehnique


(Sumber: Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a comprehensive
review of the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic measures. Postgrad Med.
2000)10
35

Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini

dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan

menghembuskan nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang

mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup mulut anak tersebut oleh

orangtuanya kissing technique atau masker bag-valve.2,3,4 Ketika topeng bag-valve

digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk mencegah esophageal insuflasi

udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat menyebabkan komplikasi

seperti barotrauma di telinga dan emfisema periorbital. Tekanan positif juga

memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas, paru-paru, atau

membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan volume besar udara

paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi yang terakhir belum

dilaporkan.2,13

4) Tekanan Negatif (Suction)

Gambar 16. Ilustration of suction nasal


(Sumber: Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a comprehensive
review of the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic measures. Postgrad Med.
2000)10
36

Gambar 17. Remove foreign body nasal using Vacutract suction device
(Sumber: Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a comprehensive
review of the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic measures. Postgrad Med.
2000)10

Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat

dimana benda sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator. Suction yang

diberikan pada pasien biasanya yang bertekanan 100-140 mmHg.13

5) Instrumen yang dibuat sendiri

Instrumen yang dibuat sendiri dapat berasal dari paper clip. Teknik ini dapat

dilakukan apabila tidak dapat dilakukannya teknik lainnya karena komplikasi pada

teknik ini dapat menyebabkan trauma yang berat dan infeksi.10

6) Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan

Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan biasanya

apabila riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis. Pemilihan

alat atau instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut. Forcep alligator
37

dapat digunakan terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan memiliki sudut

yang dapat ditarik keluar, sedangkan hook, curretes, dan loop dapat digunakan

terhadap benda yang licin atau sulit di tarik keluar. Secara umum, benda asing di

hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter umum. Namun, jika sulit dan

gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke dokter spesialis harus

dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor atau massa.9,10

Gambar 18. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator


(Sumber: Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a comprehensive
review of the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic measures. Postgrad Med.
2000)10

Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah

nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda

asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang

menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat.1

Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus

benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.1
38

Tabel 2.1. Keuntungan dan kerugian dari teknik mengeluarkan benda asing 4

Teknik Keuntungan Kerugian

Tekanan positif Tidak menyebabkan trauma Risiko untuk terjadi

barotraumas

Tekanan negatif Baik utuk benda asing yang bulat dan Harus benda yang padat, tidak

berukuran keci di daerah anterior cavum bisa digunakan pada benda

nasi. Mudah dilakukan. asing dibagian posterior

Menggunakan Tidak menyebabkan trauma Benda asing harus terlihat

perekat Mudah dilakukan

Teknik Baik digunakan pada benda asing di bagian Ada kemungkinan trauma,

menggunakan posterior diperlukan teknik anestesi

kateter

Instrumen - Benda asing dapat pindah ke

pembedahan daerah posterior dan trauma.

Instrumen yang Instrumen dapat dibuat disesuaikan dengan Trauma, benda asing dapat

di buat bentuk benda asing pindah ke daerah posterior

e. Penatalaksanaan benda asing hidung yang tidak hidup

1) Pengeluaran atau ekstraksi benda yang berbentuk bulat merupakan hal

yang sulit karena tidak mudah untuk mencengkram benda asing

tersebut. Serumen hook yang sedikit dibengkokkan merupakan alat yang

paling tepat untuk digunakan. Pertama-tama, pengait menyusuri hingga

bagian atap cavum nasi hingga belakang benda asing hingga terletak

di belakangnya, kemudian pengait diputar ke samping dan diturunkan

sedikit, lalu ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut

terbawa keluar. Selain itu, dapat pula digunakan suction. Tidaklah


39

bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring

dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu,

benda asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah

yang menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadaan yang

gawat. Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan

pada kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung

maupun sinus.

2) Suction (teknik tekanan negatif) biasanya digunakan apabila ekstraksi

dengan forsep atau hook tidak berhasil dan juga digunakan pada

benda asing berbentuk bulat. Suction dapat dengan mudah ditemukan

pada bagian emergensi dan kemudian diatur pada tekanan 100 dan

140 mmHg sebelum digunakan.

3) Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung lainnya

seperti spons dan potongan kertas dapat diekstraksi dengan

menggunakan forsep.

4) Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-kacangan

dapat diekstraksi dengan menggunakan pengait tumpul.

5) Apabila tidak terdapat peralatan atau instrument, dapat digunakan cara:

pasien dapat mengeluarkan benda asing hidung tersebut dengan cara

menghembuskan napas kuat-kuat melalui hidung sementara lubang

hidung yang satunya di tutup. Jika cara ini tidak berhasil atau benda

asing pada hidung tersebut terdapat pada pasien pediatrik yang tidak

kooperatif, maka dapat digunakan ventilasi tekanan positif melalui


40

mulut. Pada teknik ini, orang tua penderita melekatkan mulutnya ke

mulut anaknya, lalu menutup lubang hidung yang tidak terdapat benda

asing dengan jari, lalu meniupkan udara secara lembut dan cepat melalui

mulut. Walaupun secara reflex epiglottis anak akan tertutup untuk

melindungi paru-paru dari tekanan, penting diperhatikan bahwa tidak

boleh diberikan hembusan bertekanan tinggi dan volume yang banyak.

f. Penatalaksanaan benda asing hidung yang hidup

1) Teknik berbeda diterapkan pada benda asing hidup. Pada kasus benda

asing hidup berupa cacing, larva, dan lintah, penggunaan kloroform 25%

yang dimasukkan ke dalam hidung dapat membunuh benda asing hidup

tersebut. Hal ini mungkin harus kembali dilakukan 2-3 perminggu selama

6 minggu hingga semua benda asing hidup mati. Setiap tindakan yang

selesai dilakukan, ekstraksi dapat dilanjutkan dengan suction, irigasi, dan

kuretase. 10

2) Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas yang tinggi,

dilakukan operasi debridement dan diberikan antibiotik parenteral, serta

Ivermectin (antiparasit) dapat dipertimbangkan.

Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan, pemeriksaan yang teliti harus

dilakukan untuk mengeksklusi kehadiran benda asing lainnya. Orang tua

juga harus diberikan edukasi untuk menjauhkan paparan benda asing

hidung potensial lainnya dari anak-anaknya. 10


41

II.3.9 DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding dari corpus alienum adalah :

1. Rinolit

Rinolit juga dianggap sebagai suatu benda asing tipe khusus yang biasanya

diamati pada orang dewasa. Garam-garam tak larut dalam sekret hidung

membentuk suatu masa berkapur sebesar benda asing yang tertahan lama atau

bekuan darah. Sekret sinus kronik dapat mengawali terbentuknya masa seperti itu

di dalam hidung.

2. Sinusitis

Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang

melapisi sinus. Biasanya, sinus diisi dengan udara, tetapi ketika sinus tersumbat

dan penuh dengan cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat tumbuh dan

menyebabkan infeksi. Kondisi yang dapat menyebabkan penyumbatan sinus

termasuk pilek, alergi rhinitis (pembengkakan selaput hidung), polip hidung

(pertumbuhan kecil di lapisan hidung), atau septum menyimpang (pergeseran

dalam rongga hidung).

Manifestasi Klinis :

a) Gejala Utama :

1. Nyeri wajah/tekanan

2. Hidung tersumbat

3. Batuk

4. Menurunnya penciuman
42

b) Gejala Tambahan

1. Demam

2. Bau mulut

3. Kelelahan

4. Sakit gigi

3. Polip

Polip hidung adalah lesi abnormal yang berasal dari bagian manapun dari

mukosa hidung atau sinus paranasal. Polip merupakan hasil akhir dari berbagai

proses penyakit pada rongga hidung. Polip yang paling sering dibahas adalah lesi

jinak semitransparan hidung yang timbul dari mukosa rongga hidung atau dari satu

atau lebih sinus paranasal, sering pada saluran keluar sinus.

Manifestasi Klinis :

a. Mudah merasakan sakit kepala

b. Hidung tersumbat yang menetap dan selalu terasa akan adanya lendir

pada sinus hidung

c. Sering mengeluarkan lender dari hidung seperti gejala influenza

d. Daya penciuman menurun

e. Rongga hidung sering terasa gatal dan sering bersin

f. Mata berair sebab alergi

4. Neoplasma maligna

Gejala yang menyolok adalah nasal obstruction yang bersifat unilateral

dan nasal bleeding. Kadang-kadang ulserasi awal dan nasal bleeding terlihat

lebih dulu sebelum nasal obstruction, terutama pada tumor kavum nasi yang
43

anaplastik. Diagnosis ditegakkan dengan biopsi yang diambil dari bagian yang

tidak nekrotis. Perlu diagnosis sedini mungkin, maka bila ada kecurigaan kearah

malignansi, biopsi perlu segera dilakukan.

II.3.10 Komplikasi

Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal

ini hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda

asing pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi hingga

menyebabkan hidung mengeluarkan sekret yang muko purulen dan mengalami

obstruksi. Benda asing juga dapat menyebabkan infeksi pada mukosa hidung.

Tidak jarang pasien datang dengan sudah adanya perforasi septum.15

Pada pasien dengan benda asing yang tidak dikeluarkan, akan mencetuskan

terjadinya rhinolithh. Rhinolithh terjadi karena adanya benda asing yang telah lama

tinggal dalam hidung (misalnya sejak kecil), kemudian terbungkus oleh endapan

garam-garam kalsium atau magnesium sebagai ikatan fosfat atau karbonat yang

berasal dari lacrima. Kalsifikasi benda asing di hidung dulunya dikenal dengan

rhinolith palsu (false rhinoliths) atau rhinolith benar (true rhinoliths). Saat ini,

istilah-istilah ini telah digantikan oleh eksogen dan endogen, tergantung apakah ada

atau tidak ada inti. Rhinolith dapat terbentuk dari bahan di luar tubuh manusia yang

masuk ke dalam hidung dan yang tersisa di dalam rongga hidung seperti batu

berbentuk cherry, batu, nasal swab yang tertinggal, atau benda semacam ini yang

disebut eksogen. Rhinolith endogen adalah bahan-bahan yang dikembangkan yang

berasal di sekitar tubuh sendiri misalnya, gigi ektopik di sinus maksilaris, disekap
44

tulang, bekuan darah yang mengering di rongga hidung, dan lendir mengeras.

Sekitar 20% dari rhinolith berasal dari materi endogen. 16,17

II.3.11 Prognosis

Jika dilakukan tindakan dengan segera maka pada umumnya prognosis dari

corpus alienum cavum nasal ini adalah baik, dan mencegah adanya infeksi

sekunder. 18
45

BAB III

KESIMPULAN

1. Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar

atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.

2. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen

(dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing

eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.

3. Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama

1-4 tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang

berlubang termasuk hidung.

4. Penatalaksanaannya yaitu dengan cara ekstraksi, suction ataupun dengan

pembedahan.

5. Komplikasi dapat muncul antara lain abrasi, perdarahan, infeksi pada

struktur sekitar, aspirasi, dan perforasi, serta pembentukan dan

perkembangan rhinolit
46

BAB IV

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : An. SSR

Umur : 3 tahun

Alamat : Batu Gantong

Pekerjaan :-

Agama : Kristen

Tempat Pemeriksaan : Poliklinik THT-KL RSUD M.Haulussy Ambon

Waktu Pemeriksaan : 16 Desember 2019

B. ANAMESIS (autoanamnesis & aloanamnesis)

Keluhan Utama : Kemasukan benda asing di hidung kanan

Anamesis Terpimpin :

Pasien datang ke UGD RSUD dr. M. Haulussy Ambon dengan keluhan

Kemasukan benda asing berupa manik-manik di hidung kanan. Sudah 2

minggu yang lalu. Pasien merasa hidung tersumbat, namun nyeri (-). Terdapat

cairan (+) yang keluar berwarna kuning kehijauan, bau (-), dan darah (-).

Pasien sedang dalam keadaan flu (+) sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan

telinga dan tenggorokan tidak dirasakan, serta tidak terdapat riwayat demam.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sering terkena flu

Riwayat Penyakit Keluarga : Alergi (-)


47

Riwayat Kebiasaan :Mengorek hidung (+), korek telinga (-),

berenang (-).

Riwayat Pengobatan :- Sebelum ke poliklinik THT RSUD dr. M.

Haulussy Ambon, sudah pernah dibawa ke

RSU Kota Tual namun gagal di keluarkan

benda asingnya akibat pasien yang tidak

kooperatif.

- Antibiotik Amoxicillin sirup untuk flu

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

a. Kesadaran : Komposmentis

b. Vital sign

 Tekanan darah : 120/80 mmHg

 Nadi : 120x/menit

 Respirasi : 20x/menit

 Suhu : 36,8 C

 Saturasi O2 : 98%

2. Pemeriksaan Sistemik

 Kepala : Bentuk dan ukuran normal

 Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)

Pemeriksaan Telinga
48

Kanan Kiri

a. Inspeksi/palpasi Pre-Aurikula, Retro-Auricula, Pre-Aurikula, Retro-Auricula,

Supra- Aurikula, Infra- Supra- Aurikula, Infra-

Aurikula: DBN Aurikula: DBN

b. Otoskopi

- DT NTT (-), NT (-) NTT (-), NT (-)

- LT Lapang, edema (-), sekret (+), Lapang, edema (-), sekret (+),

massa (-), hiperemis (-), massa (-), hiperemis (-),

furunkel (-) furunkel (-)

- MT Intak, RC (+), hiperemis (-), Intak, RC (+), hiperemis (-),

perforasi (-) perforasi (-)

c. Tes Pendengaran TDL TDL

Pemeriksaan Hidung

Kanan Kiri

a. Inspeksi dan palpasi Deformitas : (-) Deformitas : (-)

Krepitasi : (-) Krepitasi : (-)

Nyeri tekan SPN (-) Nyeri tekan SPN (-)

b. Rhinoskopi Anterior TDL (pasien tidak kooperatif) TDL (pasien tidak kooperatif)

c. Rhinoskopi Posterior TDL (pasien tidak kooperatif) TDL (pasien tidak kooperatif)
49

Tenggorokan

a. Inspeksi

- Tanda palatine T1/T1, licin, hiperemis (-), T1/T1, licin, hiperemis (-),

edema (-), hipertrofi (-), kripta edema (-), hipertrofi (-), kripta

(-), detritus (-) (-), detritus (-)

- Dinding posterior Edema (-), hiperemis (-). Edema (-), hiperemis (-).

Granul (-), PND(-) Granul (-), PND(-)

- Uvula Ditengah, deviasi (-) Ditengah, deviasi (-)

b. Laringoskp indirek TDL TDL

Leher

a. Nodul/massa Tidak ditemukan

b. Kel. Limfe Tidak teraba

c. Tiroid Normal

C. FOTO PASIEN
50

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG: (-) Tidak diperlukan

E. DIAGNOSIS

Corpus alienum cavum nasi dextra

F. DIAGNOSIS BANDING

- Rinolit

- Polip

- Rhinitis

G. TERAPI

 Tindakan: Ekstraksi corpus alienum

 Medikamentosa:

- Resusitasi Cairan : (-)

- Antibiotik : Cefixime syr. 100 mg/5 ml. 2 dd 2 cc

- Anti-inflamasi : (-)

- Penunjang : (-)

- Simtomatik : (-)

- Roboransia : (-)

 Topikal:

- Tetes hidung : Aqua maris nasal sprey. 2 dd 2 pulv

- Tetes telinga : (-)

- Salep : (-)

- Obat kumur : (-)


51

H. Anjuran:

a. Kepada orang tua agar lebih memperhatikan barang-barang yang

dimainkan anak-anak

b. Hindari korek hidung

Follow Up (-)
52

BAB V

DISKUSI

Pasien datang ke Poliklinik THT-KL RSUD dr. M. Haulussy Ambon

dengan keluhan kemasukan benda asing berupa manik-manik di hidung kanan.

Sudah 2 minggu yang lalu. Pasien merasa hidung tersumbat, namun tidak terdapat

nyeri. Terdapat cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan namun tidak berbau

dan tidak disertai darah. Pasien sedang dalam keadaan flu sejak 1 minggu yang lalu.

Keluhan telinga dan tenggorokan tidak dirasakan, serta tidak terdapat riwayat

demam. Dari hasil aloanamnesis dengan ibunya, diakui bahwa pasien sering flu dan

memiliki kebiasaan mengorek hidung. Sampai saat ini pasien tidak memiliki alergi

begitupun juga kedua orang tuanya. Sebelum datang ke Poliklinik THT-KL RSUD

dr. M. Haulussy Ambon, pasien sudah dibawa sebelumnya ke RSUD Tual dan

dilakukan tindakan ekstraksi benda asing di hidung paien namun tidak berhasil

karena pasien tidak kooperatif.

Pasien ini didiagnosis corpus alienum cavum nasi berdasarkan dari

anamnesis dan pemeriksaan fisik berupa rhinoskopi anterior. Pada tindakan

ekstraksi corpus, ditemukan adanya benda asing berupa mutiara plastik berbentuk

bulat dengan ukuran 0,5 cm. Mengingat usia pasien yang masih tergolong anak-

anak membuat tindakan ekstraksi agak sulit dilakukan karena pasien yang tidak

kooperatif. Akibatnya terdapat pendarahan hidung atau epistaksis anterior akibat

trauma dari pengangkatan corpus alienum.


53

Setelah pengangkatan corpus, pasien diberikan obat tetes hidung berupa

Aqua maris nasal spray 2 dd 2 gtt untuk cuci hidung, dan untuk mencegah terjadinya

infeksi, diberikan antibiotic Cefixime syirup 100 mg/5 ml 2 dd 2 cc setelah makan.


54

BAB VI

PENUTUP

Definisi Corpus alienum atau benda asing di dalam suatu organ adalah

benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan

normal tidak ada. Dalam hal ini, nasal corpus alienum adalah benda asing / massa

yang normal tidak ada / tidak dijumpai di hidung. Ini merupakan salah satu masalah

kedaruratan dibidang THT.1,2

Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak–anak,

baik disengaja memasukkan ke hidung atau karena kecelakaan. Pada anak-anak

dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan. Anak-anak cenderung memasukkan

benda kecil yang umumnya adalah benda mati. Benda asing yang lazim ditemukan

pada anak-anak adalah makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan benda

berupa baterei, manik-manik, dan spons,. Namun dapat pula ditemukan benda

hidup misalnya larva lalat, dan berkembang menjadi lalat, linta dan lain sebagainya

Diagnosis dari corpus alienum dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik berupa rhinoskopi anterior. Penatalaksanaan corpus alienum

meliputi ekstraksi corpus dengan alat ataupun dengan cara pembedahan. Terapi

medikamentosa berupa antibiotik diperlukan apabila terjadi pendarahan mukosa

hidung akibat trauma saat ekstraksi maupun akibat trauma yang diakibatkan oleh

benda asing tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi adalah epistaksis

Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal ini

hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda asing

pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi hingga
55

menyebabkan hidung mengeluarkan sekret yang muko purulen dan mengalami

obstruksi. Benda asing juga dapat menyebabkan infeksi pada mukosa hidung.

Tidak jarang pasien datang dengan sudah adanya perforasi septum. Pada pasien

dengan benda asing yang tidak dikeluarkan, akan mencetuskan terjadinya

rhinolithh. Rhinolithh terjadi karena adanya benda asing yang telah lama tinggal

dalam hidung (misalnya sejak kecil), kemudian terbungkus oleh endapan garam-

garam kalsium atau magnesium.


56

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. Hidung. Dalam Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed. FKUI. Jakarta:2007.

118-122

2. Pasha. R, Mark. CS. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Rhinology

and Paranasal Sinuses. Thompson Learning. 1-22

3. Effendi H, Santoso. Embriologi Anatomi dan Fisiologi hidung, Boies L,

Higler P.Boies Buku Ajar Penyakit THT. EGC.jakarta.1994, H : 27-38, 46-

53.

4. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok.6th ed. FKUI.Jakarta:2007. 259-265.

5. Adams GL, Boies LR, Hilger Pa. Boies: Buku ajar penyakit THT. Jakarta:

EGC; 2012.

6. Iskandar N, Soepardi E, Bashiruddin J, et al (ed). Buku ajar ilmu kesehatan

telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI; 2007

7. Okhakhu A.L, Okolugbo N.E, Onyeagwara N.C. Disk battery in the

nasal cavity : Case series. In : International Journal of Modern and

Alternative Medicine Research. 2013;1:5-8

8. A., Peter Higler. Penyakit Hidung. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi

ke-6. Jakarta: EGC. 1997. Hal. 238-239.


57

9. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and

Throat Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. In : Kathmandu University

Medical Journal. 2012;11:4-8

10. Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a comprehensive

review of the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic measures.

Postgrad Med. 2000.

11. Davies PH, Benge JR. Foreign Body. The Nose and Ear: A Review

Techniques for Removal in the Emergency Department. J Accid Emerg

Med; 17. 2000. Pg. 91-94.

12. Fischer JI. 2013. Nasal Foreign Body,

http//emedicine.medscape.com/article/763767-overview. Diakses 12 Mei

2017, 15:00

13. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body. The Ear, Nose, and Throat.

Virginia. Am Fam Physician. 2007.76: Pg. 1185-9.

14. Gregori,Dario, Lorenzo Salerni, Cecilia Scarinzi. Foreign Body in the nose

causing complications and requiring hospitalization in children 0-14 age.

University of Torino. ENT Department.2008 vol 46: 28-33.

15. R.R.Figueired, A. A. Azevedo, A. O.Ávila Kós, Shiro T. Nasal

foreign bodies: description of types and complications in 420 cases. In :

Rev Bras Otorrinolaringol. 2006;72(1):18-23

16. Patil, Karthikeya, Mahima V Guledgud, Malleshi Suchettha N. Rhinoliths.

17. Detlef B, Randolf R. The Rhinolith—A Possible Differential Diagnosis of a

Unilateral Nasal Obstruction. Hindawi Publishing Coorporation. 2010


58

18. Utama, Hendra.Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan leher. Edisi 7.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai