HEMATOPNEUMOTHORAX SINISTRA
Disusun Oleh:
Shafira Chairani Chatib
2019-84-004
PEMBIMBING:
dr. Ninoy Mailoa, Sp.B
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus guna
penyelesaian tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Bedah dengan judul
“Hematopneumothorax Sinistra”.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, banyak pihak yang telah terlibat untuk
penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis ingin berterima kasih kepada dr. Ninoy
Mailoa, Sp.B selaku dokter spesialis sekaligus pembimbing laporan kasus yang
membimbing penulisan laporan kasus ini sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa sesungguhnya laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan banyak masukan berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan penulisan laporan kasus
diwaktu yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
I.1. Latar Belakang ………………………………………………… 1
BAB II LAPORAN KASUS …………………………………………… 3
II.1. Identitas Pasien ………………………………………………. 3
II.2. Primary Survey ………………………………………………. 3
II.3. Secondary Survey ……………………………………………. 3
II.4. Pemeriksaan Fisik ……………………………………………. 4
II.5. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………… 6
II.6. Diagnosis Kerja ………………………………………………. 7
II.7. Terapi ………………………………………………………… 7
II.8. Planing ……………………………………………………….. 8
II.9. Laporan Operasi ………………………………………………
II.10. Follow Up ……………………………………………………. 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… 9
III.1. Anatomi dan Fisiologi Thorax ……………………………….. 14
III.2. Hemothorax ………………………………………................... 16
III.3. Pneumothorax ………………………………………………... 18
III.4. Water Seal Drainage ………………………………………………. 20
BAB IV DISKUSI ……………………………………………………... 22
BAB V PENUTUP ……………………………………………………... 23
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 24
BAB I
PENDAHULUAN
Allergic : -
Medications : IVFD NaCl 0.9% 28 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Inj. Ketoroloac 30 mg/8 jam/IV
Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam/IV
Drip Paracetamol 750 mg/6 jam
Past illness : -
Last meals : ± 3 jam lalu
Event/environment : Jalan raya
Status lokalis
Regio thorax sinistra
posterior
Inspeksi : Ditemukan luka yang telah dijahit dengan benang
berwarna hitam, sebanyak empat jahitan, sepanjang
lima sentimeter
Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat
Regio colli sinistra
Inspeksi : Ditemukan luka yang telah dijahit dengan benang
berwarna hitam, sebanyak empat jahitan, sepanjang
lima sentimeter
Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat
Regio colli dextra
Inspeksi : Ditemukan luka yang telah dijahit dengan benang
berwarna hitam, sebanyak sembilan jahitan, sepanjang
sepuluh sentimeter
Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat
II.7. Terapi
1. O2 4-5 lpm, sungkup masker sederhana
2. IVFD NaCl 0.9% 20 tpm/makro
3. Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/IV
4. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g/IV
5. Inj. Ketorolac 3 x 1 amp/IV
6. Drip paracetamol 3 x 500 mg/IV
7. Inj. Tetagam 1 amp/IM
II.8. Planing
1. Rawat luka
2. Transfusi WB 1 kolf lanjut dengan PRC 1 kolf
3. Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
II.10. Follow Up
Tanggal Subjective Objective Assessment Planning
26/11/19 Sesak napas, TTV Multiple vulnus IVFD NaCl 0.9%
nyeri (+), sulit TD = 130/80 20 tpm/makro
tidur, BAB (-), mmHg Inj. Omeprazole 2 x
BAK (+) N = 110x / 40 mg/IV
menit Inj. Ceftriaxone 2 x
P = 21x / 1 g/IV
menit Inj. Ketorolac 3 x 1
0
S = 36.8 C amp/IV
SpO2 = 93% Inj. Paracetamol 3 x
Urine = 500 mg IV
500 c/ 7 Inj. Tetagam 1 amp
jam Foto thorax
Luka Rawat luka
terawat
27/11/19 Sesak napas, TTV Vulnus ictum regio IVFD NaCl 0.9%
nyeri (-) sulit TD = 130/90 thorax sinistra 20 tpm/makro
tidur, BAB (-), mmHg Open hemato- Inj. Omeprazole 2 x
BAK (+) N = 90x / pneumothorax sinistra 40 mg/IV
menit Vulnus laceratum Inj. Ceftriaxone 2 x
P = 28x / regio colli 1 g/IV
menit Inj. Ketorolac 3 x 1
0
S = 38.1 C amp/IV
SpO2 = 83% Inj. Paracetamol 3 x
Urine = 500 mg IV
600 cc/ 8 Pemasangan WSD
jam (28/11/19)
Luka Rawat luka
terawat
28/11/19 Sesak napas TTV Hematopneumothorax IVFD RL : Enerton
berkurang, TD = 120/80 sinistra : Renosan (1 : 2 : 1)
belum BAB, mmHg Post WSD Ceftriaxone 2 x 1
nyeri luka N = 100x / Ketorolac 3 x 1
operasi menit Asam tranexamat 3
P = 21x / x1
menit Omeprazole 2 x 1
S = 37.30 C Channa 3 x 1
SpO2 = 99% Puasa 6 jam
Urine = Rawat luka
200 cc/ 7
jam
Luka
terawat
Terpasang
WSD
29/11/19 Sesak napas (- TTV Hematopneumothorax IVFD RL : Enerton
), nyeri luka TD = 110/80 sinistra : Renosan (1 : 2 : 1)
operasi mmHg Post WSD H +1 Ceftriaxone 2 x 1
N = 97x / Ketorolac 3 x 1
menit
P = 18x / Asam tranexamat 3
menit x1
0
S = 36.5 C Omeprazole 2 x 1
SpO2 = 99% Channa 3 x 1
Urine = Rawat luka
300 cc/ 7
jam
Luka
terawat
Terpasang
WSD
(drain =
10 cc)
30/11/19 Sesak napas (- TTV Hematopneumothorax IVFD RL : Enerton
), nyeri luka TD = 120/70 sinistra : Renosan (1 : 2 : 1)
operasi mmHg Post WSD H +2 Ceftriaxone 2 x 1
N = 90x / Ketorolac 3 x 1
menit Asam tranexamat 3
P = 26x / x1
menit Omeprazole 2 x 1
S = 36.30 C Channa 3 x 1
SpO2 = 97% Aff WSD
Urine = (02/12/19)
400 cc/ 8 Rawat luka
jam
Luka
terawat
Terpasang
WSD
(drain =
700 cc /
48 jam)
01/12/19 Sesak napas (- TTV Hematopneumothorax IVFD RL : Enerton
), nyeri luka
operasi TD = 100/70 sinistra : Renosan (1 : 2 : 1)
mmHg Post WSD H +3 Ceftriaxone 2 x 1
N = 88x / Ketorolac 3 x 1
menit Asam tranexamat 3
P = 25x / x1
menit Omeprazole 2 x 1
S = 360 C Channa 3 x 1
SpO2 = 98% Aff WSD
Urine = (02/12/19)
300 cc/ 8 Rawat luka
jam
Luka
terawat
Terpasang
WSD
(drain =
50 cc)
02/12/19 Sesak napas (- TTV Hematopneumothorax IVFD RL : Enerton
), nyeri luka TD = 110/80 sinistra : Renosan (1 : 2 : 1)
operasi mmHg Post WSD H +4 Ceftriaxone 2 x 1
N = 88x / Ketorolac 3 x 1
menit Asam tranexamat 3
P = 20x / x1
menit Omeprazole 2 x 1
0
S = 35.7 C Channa 3 x 1
SpO2 = 96% Aff WSD
Urine = Rawat luka
1500 cc
Luka
terawatt
03/12/19 Sesak napas (- TTV Hematopneumothorax Cefadroxil 2 x 500
), nyeri luka TD = 120/70 sinistra mg / po
operasi mmHg Post WSD H +5 Asam mefenamat 3
N = 100x /
menit x 500 mg / po
P = 22x / Aff kateter
menit Rawat luka
0
S = 36.4 C Boleh pulang
SpO2 = 99%
Urine =
1100 cc
Luka
terawat
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.2. Hemothorax
1. Definisi
Hemothorax merupakan adanya akumulasi darah di dalam rongga pleura.
Sumber perdarahan dapat berasal dari dinding dada, parenkim paru-paru, jantung,
atau pembuluh darah besar.1,5
Gambar 3.3 Hemothorax
(Sumber: Advanced Trauma Live Support1)
2. Etiologi
Penyebab utama hemothorax (< 1500 ml darah) adalah laserasi paru atau
laserasi pembuluh darah intercostalis atau arteri mamaria interna akibat adanya
trauma tembus maupun trauma tumpul.1,5
3. Patofisiologi
Dalam kasus trauma, kelainan ventilasi dan oksigenasi dapat terjadi, terutama
jika berhubungan dengan luka pada dinding thorax. Trauma yang lebih berat
dapat menyebabkan robekan pembuluh darah besar. Oleh karena itu, pendesakan
dari akumulasi darah dalam rongga pleura dapat menghambat gerakan pernapasan
normal.1
4. Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala hemothorax dapat bersifat simptomatik, namun dapat
juga asimptomatik. Asimptomatik didapatkan pada pasien dengan hemothorax
yang sangat minimal sedangkan kebanyakan pasien akan menunjukkan simptom
berupa nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada, tanda-tanda syok
seperti hipotensi, nadi cepat, pucat, akral dingin, takikardia, dispnea, hipoksemia,
gelisah, sianosis, dan anemia.1
5. Diagnosis
Penegakkan diagnosa hemothorax didasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang sesuai dengan Management of Haemothorax. Tanda
dan gejala hemothorax dapat bersifat simptomatik seperti nyeri dada, nadi cepat,
pucat, sianosis, anemia, maupun asimptomatik. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pengembangan dada yang tidak simetris, penurunan suara napas atau
menghilang pada sisi yang terkena, dullness pada perkusi, adanya krepitasi pada
saat palpasi, dan terlihat adanya deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena pada foto
rontgen thorax.1
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama tatalaksana hemothorax adalah menstabilkan hemodinamik
pasien, menghentikan perdarahan, dan mengeluarkan darah serta udara dari
rongga pleura. Langkah pertama untuk menstabilkan hemodinamik adalah dengan
resusitasi seperti diberikan oksigenasi, cairan infus, transfusi darah, dilanjutkan
pemberian analgetik dan antibiotik.1
7. Komplikasi
Apabila penanganan pada hemothorax tidak dilakukan dengan segera maka
kondisi pasien dapat bertambah buruk karena akan terjadi akumulasi darah di
rongga thorax yang menyebabkan paru-paru kolaps dan mendorong mediastinum
serta trakea ke sisi yang sehat, sehingga terjadi gagal napas dan meninggal,
fibrosis atau skar pada membran pleura, atelektasis, syok, pneumothorax,
pneumonia, dan septisemia.1
III.3. Pneumothorax
1. Definisi
Pneumothorax merupakan kumpulan dari udara atau gas dalam rongga pleura
dari thorax antara paru-paru dan dinding thorax.1,5
2. Kontraindikasi
Koagulopati, kurangnya kerjasama oleh pasien, pasien dalam ventilator
mekanik, hernia diafragma, dan adanya jaringan parut di rongga pleura (adhesi).6
3. Cara Pemasangan6
a. Tentukan tempat insersi, biasanya setinggi puting (sela iga V) anterior linea
mid aksilaris pada area yang terkena
b. Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup dengan kain
c. Anestesi lokal kulit dan periosteum iga
d. Insisi transversal 2 sampai 3 cm pada tempat yang telah ditentukan dan
diseksi tumpul melalui jaringan subkutan, tepat diatas iga
e. Tusuk pleura parietal dengan ujung klem dan masukkan jari ke dalam
tempat insisi untuk mencegah melukai organ yang lain dan melepaskan
perlekatan atau bekuan darah
f. Klem ujung proksimal tube torakostomi dan dorong tube ke dalam rongga
pleura sesuai panjang yang diinginkan
g. Cari adanya “fogging” pada chest tube pada saat ekspirasi atau dengarkan
aliran udara
h. Sambung ujung tube torakostomi ke WSD
i. Jahit tube ditempatnya
j. Tutup dengan kain atau kasa dan plester
k. Buat foto rontgen thorax
l. Pemeriksaan analisa gas darah sesuai kebutuhan
4. Komplikasi
Perdarahan, infeksi, edema reexpansion paru, dan penyumbatan tabung apabila
digunakan dalam pengaturan perdarahan atau produksi udara yang signifikan atau
cairan. Ketika penyumbatan tabung terjadi dalam pengaturan ini, pasien dapat
menderita pericardial tamponade, tension pneumothorax, atau infeksi sebuah
empiema.6
BAB IV
DISKUSI
V.1. Kesimpulan
Pada trauma thorax, penyebab cedera harus ditentukan terlebih dahulu
kemudian ditentukan jenisnya baik itu cedera tumpul atau tajam. Trauma tajam
terutama disebabkan oleh tikaman dan tembakan. Adanya lubang di dinding
thorax atau pleura visceralis akan menyebabkan udara masuk ke rongga pleura
sehingga pleura visceralis terlepas dari pleura parietalis dan paru tidak lagi
mengikuti gerak napas dinding thorax dan diafragma.
Berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
dan tatalaksana yang dilakukan pada pasien dan membandingkannya dengan
teori, maka dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien
sama dengan yang dinyatakan pada teori. Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dari pasien pun sama dengan yang dikatakan
teori mengenai suara napas menurun atau menghilang pada sisi yang sakit dan
terdapat adanya bayangan paru di perifer yang menandakan paru kolaps.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien dengan hematopneumotoraks
traumatik sebagai manajemen pertama adalah resusitasi respirasi dan
hemodinamik yang harus segera dilakukan mengingat prognosis tergantung pada
penyebab, kecepatan mendeteksi, serta tatalaksana yang dilakukan. Pada pasien
dengan traumatik hemotoraks, mortalitas tergantung pada keparahan cedera
pasien.
DAFTAR PUSTAKA