PENDAHULUAN
PENGENALAN SIMULASI
Makna kata ‘simulasi’ adalah meniru atau membuat kenampakan
dari kinerja suatu sistem, dimana hasil tiruan tersebut dapat
digunakan untuk mendiskripsikan cara kerja dan hasil dari kerja
sistem tersebut.
Jenis model yang dapat digunakan pada simulasi antara lain adalah :
Model Analog
Model Fisik
Model Matematik
Jenis model yang akan dibahas disini adalah model matematik, yang
sering disebut sebagai ‘simulasi numerik’. Simulasi numerik
merupakan sekumpulan persamaan matematik yang disusun
berdasarkan pada prinsip kesetimbangan materi (material balance),
sesuai dengan sifat-sifat heterogenitas reservoir dan arah aliran
fluida pada sistem tersebut. Metode ini mempunyai fleksibilitas yang
tinggi, karena dapat dijalankan pada berbagai kondisi dan konfigurasi
yang diinginkan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan Simulasi
Simulasi reservoir merupakan salah satu metode yang mempunyai
peran penting dalam proses pengelolaan reservoir, baik itu dalam
peramalan kinerja maupun dalam evaluasi serta perencanaan
program optimasi. Hasil dari simulasi, dengan didukung data yang
Jenis Simulasi
Secara garis besar, jenis simulasi dibedakan menjadi 3, yaitu :
Black Oil Simulation
Simulasi reservoir jenis ini digunakan untuk kondisi isothermal,
aliran simultan dari minyak,gas, dan air yang berhubungan
dengan viscositas, gaya gravitasi dan gaya kapiler. Istilah black
oil digunakan untuk menunjukkan bahwa fasa hidrokarbon
reservoir dipandang sebagai suatu jenis cairan homogen, dan
tidak ditinjau dari komposisi kimianya. Komposisi fasa dianggap
konstan walau kelarutan gas dalam minyak dan air ikut
diperhitungkan. Hasil studi ini biasanya digunakan untuk studi
injeksi air dan juga untuk peramalan.
Compositional Simulation
Simulasi reservoir ini digunakan untuk berbagai komposisi fasa
hidrokarbon yang berubah terhadap tekanan. Biasanya simulasi
ini digunakan untuk studi perilaku reservoir yang berisi volatile-oil
dan gas condensate.
Tahapan Simulasi
Tahapan-tahapan pokok dalam pelaksanaan simulasi, antara lain
adalah sebagai berikut :
Penentuan Tujuan dan Prioritas Simulasi
Persiapan Data
Pemilihan dan Pembuatan Model
Validasi Data
Analisa Hasil Simulasi
Evaluasi dan Peramalan
TUJUAN KURSUS
Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan
kursus ini, peserta diharapkan mampu untuk :
Memahami konsep dasar pemodelan reservoir dan cara kerja
simulator
Merencanakan atau mendesain model reservoir
Membuat model reservoir dan melakukan simulasi untuk suatu
lapangan
Menganalisa hasil simulasi dan membuat prediksi
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini memberi gambaran secara umum mengenai simulasi
reservoir dan tujuan dari pelaksanaan kursus.
Perangkap Reservoir
Perangkap reservoir merupakan suatu unsur pembentuk reservoir
yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga lapisan beserta
penutupnya merupakan bentuk konkav ke bawah dan menyebabkan
minyak dan/atau gas bumi berada dibagian teratas reservoir.
Jenis reservoir berdasarkan bentuk perangkap reservoir dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
perangkap struktur,
perangkap stratigrafi dan
perangkap kombinasi (struktur dan stratigrafi).
Perangkap Struktur
Perangkap struktur merupakan suatu perangkap reservoir, dimana
unsur-unsur perangkapnya membentuk lapisan penyekat dan lapisan
reservoir sehingga menyebabkan terakumulasinya fluida reservoir.
Pembentukan perangkan struktur disebabkan oleh gejala tektonik
atau gejala struktur, yang terdiri dari pelipatan dan pematahan.
Kedua gejala tektonik tersebut merupakan unsur utama dalam
pembentukan perangkap struktur.
Struktur Lipatan
Perangkap yang disebabkan perlipatan merupakan perangkap
utama. Unsur yang mempengaruhi perangkap ini adalah lapisan
Gambar 2.1.
Kategori Utama dari Jebakan Struktur
Terdiri dari struktur lipatan (fold), struktur patahan (fault), struktur penerobosan
(piercement), kombinasi lipatan-patahan, struktur ketidaksesuaian (sub-
unconformities). Struktur sub-unconformity miring (sebelah kiri) diasanya
dikeluarkan dari kategori perangkap struktural.
Struktur Patahan
Gejala tektonik yang berupa patahan (sesar) dapat bertindak sebagai
unsur penyekat dalam reservoir. Hal yang umum dievaluasi dalam
Bab 2 Tinjauan Teknik Reservoir – Jenis Reservoir 2-3
struktur patahan adalah fungsional patahan tersebut, sebagai
penyekat atau penyalur fluida reservoir. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa persoalan tersebut tergantung dari parameter
tekanan kapiler. Hal ini disebabkan karena secara teoritis, patahan
dalam batuan yang basah air tergantung pada tekanan kapiler dari
medium dalam jalur patahan tersebut. Harga tekanan yang
disebabkan oleh pelampungan kolom fluida terhadap besarnya
tekanan kapiler, menentukan sekali apakah patahan itu bertindak
sebagai penyalur atau penyekat. Jika tekanan tersebut lebih besar
daripada tekanan kapiler maka fluida masih dapat tersalurkan
melalui patahan, tetapi jika lebih kecil maka patahan tersebut
bertindak sebagai suatu penyekat.
Gambar 2.3.
Kombinasi Jebakan Lipatan dan Patahan
Perangkap Stratigrafi
Prinsip dari perangkap stratigrafi adalah terjebaknya migrasi fluida,
dimana aliran fluida tersebut terhalang dari segala arah terutama dari
bagian atas dan pinggir. Hal ini disebabkan karena terjadinya
perubahan fasies batuan reservoir menjadi batuan lain yang
berlawanan atau berbeda lithologi dan karakteristiknya.
Gambar 2.5.
Jebakan Stratigrafi Sekunder Diagenesa
a. Jebakan yang terbentuk oleh postdepositional updip porosity occlusion
b. Jebakan yang terbentuk oleh postdepositional porosity and permeability
enhancement
Mekanisme Pendorong
Mekanisme pendorong adalah tenaga yang dimiliki oleh reservoir
secara alamiah yang digunakan untuk mendorong minyak selama
proses produksi berlangsung. Proses pendorongan terjadi apabila
energi produksinya lebih besar dari seluruh energi yang hilang
selama aliran fluida reservoir menuju lubang bor. Hal tersebut dapat
terjadi disebabkan oleh adanya satu atau kombinasi dari beberapa
tenaga pendorong yang ada.
Gambar 2.8.
Water Drive Reservoir
Gambar 2.9.
Karakteristik Kelakuan Reservoir Water Drive
Gambar 2.10.
Reservoir Bottom Water Drive
a. skema model ideal reservoir bottom water drive
b. sistem aliran air reservoir bottom water drive
Gambar 2.11.
Reservoir Edge Water Drive
a. skema model ideal reservoir edge water drive
b. sistem aliran air reservoir edge water drive
Gambar 2.12.
Reservoir Gas Cap Drive
Gambar 2.14.
Reservoir Depletion Gas Drive
Gambar 2.15.
Karakteristik Kelakuan Depletion Gas Drive
Segregation Drive
Segregation merupakan energi pendorong minyak yang berasal dari
kecenderungan gas, minyak dan air membuat suatu keadaan yang
sesuai dengan massa jenisnya (karena gaya gravitasi), sehingga
reservoir ini sering disebut sebagai gravity drainage atau
gravitational segregation drive reservoir. Penurunan tekanan sebagai
akibat produksi minyak menyebabkan terproduksinya gas bebas dari
minyak dan akan mendorong minyak.
Gambar 2.16.
Reservoir Segregation Drive
Gambar 2.17.
Karakteristik Kelakuan Segregation Drive
Pada reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas
cap akan mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan
air yang berada pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada
saat produksi minyak tidak sempat berubah fasa menjadi gas sebab
tekanan reservoir masih cukup tinggi karena dikontrol oleh tekanan
gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa
depletion untuk reservoir jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga
minyak yang masih tersisa di dalam reservoir semakin kecil karena
recovery minyaknya tinggi dan effesiensi produksinya lebih tinggi.
Gambar 2.18.
Reservoir Combination Drive
Persamaan penentuan drive index untuk water drive (WDI), gas cap
drive (GCI), solution gas drive (SGI) dan depletion drive index (DDI)
adalah sebagai berikut :
W e Wi Wp B w
WDI = ...................................................... (2-1)
Np B o
G E g G i G ps B g
GCI = ...................................................... (2-2)
Np B o
N E o G p G ps Np R s B g
SGI = ........................................... (2-3)
Np B o
N E fwo G E fwg
DDI = .............................................................. (2-4)
Np B o
Gambar 2.20.
Grafik Penentuan Mekanisme Pendorong Reservoir
Batuan Reservoir
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu
mineral dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan
jenis mineral yang menyusunnya akan menentukan jenis batuan
yang terbentuk.
Gambar 2.21.
Diagram Komponen Penyusun Batuan
Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ruang
pori-pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besar-kecilnya
porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan
fluida reservoir.
Secara matematis porositas () dapat dinyatakan sebagai :
Vb Vs Vp
= = ..................................................................... (2-5)
Vb Vb
(Vb = volume batuan total; Vs = volume padatan batuan total (volume grain);
Vp = volume ruang pori-pori batuan)
Gambar 2.22.
Skema Perbandingan Porositas Efektif
dan Porositas Absolut Batuan
Gambar 2.23.
Pengaruh Susunan Butir terhadap Porositas Batuan
Bab 2 Tinjauan Teknik Reservoir – Karakteristik Batuan Reservoir 2 - 22
Sumber Data Porositas
Data porositas batuan reservoir dapat diperoleh dari beberapa
sumber data, sebagai berikut :
Analisa core
Data logging
Korelasi
Pengukuran Porositas
Pengukuran porositas dilakukan dengan cara menentukan volume
pori. Metodee yang dapat digunakan untuk menghitung volume pori
adalah porosimeter Boyle dan desaturasi.
1. Porosimeter Boyle
Pada Metode porosimeter Boyle (Boyle’s law porosimeter),
volume pori (Vp) ditentukan dengan mengukur volume butiran (V s)
dengan persamaan sebagai berikut :
P
Vs V1 V2 1 V1 ....................................................... (2-7.a)
P2
3 3
(Vs = volume butiran, cm ; V1, V2 = volume sel 1 dan sel 2, cm ; P1, P2 =
tekanan manometer pada kondisi I dan II, atm)
Setelah volume bulk batuan (Vb) diketahui, maka volume pori (Vp)
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Vp = Vb Vs ..................................................................... (2-7.b)
2. Metode Desaturasi
Dalam metode desaturasi, volume pori (Vp) diukur secara
gravimetri, yaitu dengan jalan menjenuhi core dengan fluida yang
telah diketahui berat jenisnya. Kemudian core ditimbang, baik
(ws = berat sampel dalam keadaan jenuh fluida, gr; wd = berat sampel dalam
keadaan kering, gr; f = berat jenis fluida penjenuh pori, gr/cc)
Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang
menunjukkan kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan
fluida. Definisi kwantitatif permeabilitas pertama-tama dikembangkan
oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan empiris dengan bentuk
differensial sebagai berikut :
k dP
v= x ........................................................................ (2-8)
dL
Gambar 2.24.
Skema Percobaan Penentuan Permeabilitas
Q..L
k= ....................................................................... (2-9)
A . (P1 P2 )
(k = permeabilitas absolut, mD; Q = laju alir fluida yang keluar dari core, cc/dt;
2
A = luas penampang core, cm ; L = panjang core, cm; P1 = tekanan masuk
core, atm; P2 = tekanan keluar dari core, atm)
Pada kondisi nyata di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,
akan tetapi dua atau bahkan tiga fasa. Oleh karena itu
dikembangkan pula konsep mengenai permeabilitas efektif dan
Bab 2 Tinjauan Teknik Reservoir – Karakteristik Batuan Reservoir 2 - 25
permeabilitas relatif yang merupakan karakteristik interaksi antara
batuan dengan fluida yang menempati pori-pori batuan, hal ini akan
dibahas pada bagian selanjutnya.
Pengukuran Permeabilitas
Pengukuran permeabilitas batuan dapat dilakukan dengan analisa
core. Hasil dari analisa ini akan memberikan pengukuran
permeabilitas absolut secara langsung dengan memberikan uji aliran
pada sampel core. Fluida yang digunakan untuk pengujian biasanya
gas atau udara yang dialirkan melalui core, dan tekanan masuk dan
keluar dari sampel core diukur. Permeabilitas ditentukan dengan
persamaan aliran fluida satu fasa sebagai berikut:
2 Q 2 L P2
K
A P12 P2 2 ............................................................. (2-10.a)
(K = permeabilitas absolut, mD; Q2 = laju alir fluida keluar dari core, cc/dt)
Jika udara atau gas digunakan dalam pengujian, maka terjadi efek
slip gas (efek Klinkenberg), akibat dari aliran turbulen, pada dinding
pori-pori core. Efek slip gas menyebabkan harga permeabilitas
terukur (kg) lebih besar daripada permeabilitas cairan (kL) yang
sebenarnya.
Gambar 2.24a.
Korelasi Konstanta Klinkenberg dengan Permeabilitas
Saturasi fluida
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu
dengan volume pori-pori total pada suatu batuan berpori. Dalam
batuan reservoir minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam
fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar ke
seluruh bagian reservoir.
Secara matematis, besarnya saturasi (S) untuk masing-masing fluida
dituliskan dalam persamaan berikut :
volume pori yang diisi oleh min yak
So = ...................................... (2-11)
volume pori total
2. Metode Distilasi
Dalam metode ini, core yang dianalisa ditimbang kemudian
ditempatkan pada timble yang diketahui beratnya dan dimasukkan
o
dalam labu yang berisi cairan toluena bertitik didih 112 C.
Pemanasan dilakukan untuk menguapkan air dan toluena,
selanjutnya uap yang terjadi dikondensasikan dan cairan yang
diperoleh dicatat volumenya. Pemanasan terus dilakukan sampai
cairan yang terkumpul dalam water trap konstan. Kemudian core
diambil, dikeringkan dan ditimbang. Tahapan perhitungan saturasi
fluida adalah sebagai berikut:
wt = wo ww dan ww = Vw w .................................... (2-16.b)
Vo
w o ww ww w w w w o
dan Vw o ........... (2-16.c)
o w
(wt = berat total yang hilang, gr; ww = berat air, gr; wo = berat minyak, gr)
Gambar 2.25.
Kesetimbangan Gaya-gaya pada Batas Air-Minyak-Padatan
Gambar 2.26.
Pembasahan Fluida dalam Pori-pori Batuan
(PTwo = tekanan threshold inti batuan terhadap minyak pada waktu batuan berisi
air; PToa = tekanan threshold inti batuan terhadap udara pada waktu batuan
berisi minyak).
Gambar 2.27.
Tekanan Threshold sebagai fungsi dari Permeabilitas dan Wetabilitas
Bab 2 Tinjauan Teknik Reservoir – Karakteristik Batuan Reservoir 2 - 31
Kompressibilitas
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang
bekerja padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya
(overburden) dan gaya yang timbul akibat adanya fluida yang
terkandung dalam pori-pori batuan tersebut. Pada keadaan statik,
kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan
reservoir berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan
gaya ini terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk
volume pori-pori.
Menurut Geerstma (1957), mengemukakan tiga konsep mengenai
kompressibilitas batuan, yaitu :
Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksi perubahan volume
material padatan (grains) terhadap satuan perubahan tekanan.
Kompressibilitas bulk batuan, yaitu fraksi perubahan volume bulk
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksi perubahan volume
pori-pori batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Gambar 2.28.
Kurva Kompressibilitas Efektif Batuan
Qw . w . L
kw = ................................................................... (2-23)
A . (P1 P2 )
Gambar 2.29.
Kurva Permeabilitas Relatif untuk Sistem Minyak dan Air
Ada tiga hal penting untuk kurva permeabilitas relatif sistem minyak-
air, yaitu :
kro akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol, demikian
juga krw akan turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu,
sehingga dapat dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi
laju aliran minyak karena harga kro-nya kecil, demikian pula untuk
air.
Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang
ada antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan
atau cairan-gas) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan
permukaan yang memisahkan kedua fluida tersebut. Besarnya
tekanan kapiler dipengaruhi oleh tegangan permukaan, sudut kontak
antara minyak–air–zat padat dan jari-jari kelengkungan pori.
Gambar 2.30.
Kurva Distribusi Fluida pada berbagai harga Permeabilitas
Gambar 2.32.
Distribusi dan Pengukuran Radius Kontak
antara Fluida Pembasah dengan Padatan
Fluida Reservoir
Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir
pada tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan
campuran yang sangat kompleks dalam susunan atau komposisi
kimianya. Sifat-sifat dari fluida hidrokarbon perlu dipelajari untuk
memperkirakan cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju
aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar sumur,
mengontrol gerakan fluida dalam reservoir dan lain-lain.
Densitas Minyak
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan berat masa suatu
substansi dengan volume dari unit tersebut, sehingga densitas
minyak (o) merupakan perbandingan antara berat minyak (lb)
terhadap volume minyak (cuft). Perbandingan tersebut hanya berlaku
untuk pengukuran densitas di permukaan (laboratorium), dimana
kondisinya sudah berbeda dengan kondisi reservoir sehingga akurasi
pengukuran yang dihasilkan tidak tepat. Metode lain dalam
pengukuran densitas adalah dengan memperkirakan densitas
berdasarkan pada komposisi minyaknya. Persamaan yang
digunakan adalah :
oSC
Xi Mi
........................................................ (2-32)
X i Mi oSCi
(oSC = densitas minyak (14,7 psia; 60 F); oSCi = densitas komponen minyak
o
o
ke-i (14,7 psia; 60 F); Xi = fraksi mol komponen minyak ke-i; Mi = berat mol
komponen minyak ke-i).
Viskositas Minyak
Viskositas minyak (o) didefinisikan sebagai ukuran ketahanan
minyak terhadap aliran, atau dengan kata lain viskositas minyak
adalah suatu ukuran tentang besarnya keengganan minyak untuk
mengalir, dengan satuan centi poise (cp) atau gr/100 detik/1 cm.
Gambar 2.33.
Hubungan Viskositas terhadap Tekanan
Gambar 2.34.
Kurva Faktor Volume Formasi Minyak terhadap Tekanan
Kompressibilitas Minyak
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume
minyak akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
1 V
Co ...................................................................... (2-38)
V P
Densitas Gas
Densitas atau berat jenis gas didefinisikan sebagai perbandingan
antara rapatan gas tersebut dengan rapatan suatu gas standar.
Kedua rapatan diukur pada tekanan dan temperatur yang sama.
Biasanya yang digunakan sebagai gas standar adalah udara kering.
Secara matematis berat jenis gas dirumuskan sebagai berikut :
o
BJ gas ............................................................................ (2-40)
u
Viscositas Gas
Viscositas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran.
Viscositas gas hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada
viscositas gas non hidrokarbon.
g
gi Yi Mi 0,5 ............................................................. (2-43)
Yi Mi 0,5
(g = viscositas gas campuran pada tekanan atmosfer; gi = viscositas gas
murni; Yi = fraksi molekul gas murni; Mi = berat molekul gas murni).
Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas
yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang
mempengaruhinya. Kompresibilitas gas didapat dengan persamaan :
C pr
Cg ........................................................................... (2-48)
Ppc
-1
(Cg = kompresibilitas gas, psi ; Cpr = pseudo reduced kompresibilitas; Cpc =
pseudo critical pressure, psi).
Gambar 2.35.
Viskositas Air pada Tekanan dan Temperatur Reservoir
Bab 2 Tinjauan Teknik Reservoir – Karakteristik Fluida Reservoir 2 - 44
Pada Gambar 2.35. diatas, terlihat bahwa pengaruh salinitas di atas
6000 ppm dan tekanan di atas 7000 psi mempunyai pengaruh yang
kecil pada viskositas air formasi, yaitu hanya mencapai 0,5 cp
meskipun temperatur dinaikkan. Pada temperatur dan tekanan yang
tetap, dengan naiknya salinitas maka akan menaikkan viskositas air.
Gambar 2.36.
Grafik Kelarutan Gas dalam Air
Heterogenitas Reservoir
Heterogenitas merupakan ketidakseragaman (variasi) sifat fisik
batuan dari satu lokasi ke lokasi lainnya dalam suatu reservoir, yang
diakibatkan oleh proses pengendapan, patahan, lipatan, diagenesa
lithologi batuan dan perubahan jenis maupun sifat fluida.
Geometri Pori-Pori
Geometri pori berupa ukuran rongga pori (pore throat size),
ukuran tubuh pori (pore body size), peretakan (fracturing) dan
permukaan butir (surface roughness) akan mempengaruhi besar
kecilnya porositas dan permeabilitas. Jadi parameter-parameter
heterogenitas yang dikontrol adalah porositas, permeabilitas dan
saturasi.
Tekanan Reservoir
Tekanan yang terjadi dalam pori-pori batuan reservoir dan fluida
yang terkandung didalamnya disebut tekanan reservoir. Dengan
adanya tekanan reservoir yang disebabkan oleh adanya gradien
kedalaman, maka akan menyebabkan fluida reservoir akan
mengalir dari formasi ke lubang sumur yang relatif bertekanan
rendah, sehingga tekanan reservoir akan menurun dengan adanya
kegiatan produksi.
Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh
adanya kontak dua macam fluida yang tak saling campur.
Besarnya tekanan kapiler (Pc) dapat ditentukan dengan
persamaan :
Pc
h
w o .......................................................... (2-58)
144
(h = selisih tinggi permukaan antara dua fluida, ft)
Tekanan Overburden
Tekanan overburden (Po) merupakan tekanan yang diakibatkan
oleh adanya berat batuan dan kandungan fluida yang terdapat
dalam pori-pori batuan yang terletak di atas lapisan produktif,
yang secara matematis dituliskan :
G mb G fl
Po D1 ma + fl .................................. (2-59)
A
(Gmb = berat matrik batuan formasi, lb; Gfl = berat fluida yang terkandung
2
dalam pori-pori batuan, lb; A = luas lapisan, in ; D = kedalaman vertikal
formasi, ft; = porositas, fraksi; subscript : ma = matrik batuan, fl = fluida).
Temperatur Reservoir
Temperatur akan mengalami kenaikan dengan bertambahnya
kedalaman, ini dinamakan gradien geothermal yang dipengaruhi oleh
jauh dekatnya dari pusat magma. Besaran gradien geothermal ini
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dimana harga rata-ratanya
adalah 2oF/100 ft. Gradien geothermal yang tertinggi adalah 4 oF/100
ft, sedangkan yang terendah adalah 0.5 oF/100 ft. Variasi yang kecil
dari gradien geothermal ini disebabkan oleh sifat konduktivitas
thermis beberapa jenis batuan.
Pada bagian ini akan dibahas dua hal pokok yang berhubungan
dengan cadangan, yaitu metode yang digunakan untuk
memperkirakan besarnya cadangan.
Perkiraan luas jebakan diperoleh dari data geologi dan data geofisik.
Sedang harga RF diperoleh dari perbandingan dengan reservoir atau
cekungan produktif yang berdekatan. Harga A dan RF mempunyai
beberapa kemungkinan (mempunyai distribusi harga kemungkinan).
Metoda Volumetrik
Perkiraan cadangan hidrokarbon dengan menggunakan metoda
volumetrik merupakan salah satu metoda yang paling sederhana,
dimana dilakukan sebelum tahap pengembangan dan data-data
yang dibutuhkan juga belum banyak, hanya data-data geologi serta
sebagian data-data batuan dan fluida reservoir.
Metoda Trapezoidal
Persyaratan utama dalam melakukan perhitungan dengan metoda ini
adalah perbandingan antara luas garis kontur yang berurutan harus
lebih besar dari 0.5. Secara matematik, persamaannya dapat ditulis
sebagai berikut :
Vb
h
A n A n 1 .................................................................. (2-65)
2
(Vb = volume batuan, acre-ft; An = luas yang dibatasi garis kontur isopach
terendah, acre; An+1 = luas yang dibatasi garis kontur isopach diatasnya, acre;
h = interval antara garis kontur isopach, ft).
Metoda P yramidal
Persyaratan utama metoda ini adalah perbandingan antara luas garis
kontur yang berurutan harus kurang atau sama dengan 0.5.
Persamaannya adalah :
Vb
h
3
A n A n 1 A n A n 1 ............................................. (2-66)
N
Np B t R p R si B g We WpB w
.................................. (2-67)
B t B ti
mB ti
B gi
B g B gi
bt a
q
..................................................................... (2-69)
dq dt
Np
qbi a
1 b
q
1 b
i q1t b ........................................................... (2-74)
Metode simulasi yang akan dibahas pada tulisan ini adalah simulasi
numerik, dimana model dan metode yang digunakan untuk
menggambarkan kelakukan reservoir merupakan gabungan dari
beberapa penurunan persamaan yang dapat menggambarkan
gerakan dari massa atau partikel dari fluida dalam media berpori di
reservoir.
KONSEP DISKRETISASI
Aliran fluida pada media berpori merupakan suatu fenomena yang
sangat kompleks, yang tidak dapat dideskripsikan secara eksplisit,
sebagaimana halnya aliran fluida pada pipa ataupun media dengan
bidang batas yang jelas lainnya. Untuk mempelajari aliran fluida
dalam media berpori, dibutuhkan pemahaman mengenai beberapa
sistem persamaan matematik yang dapat menggambarkan kelakuan
aliran fluida.
Gambar 3.1.
Metode Penyelesaian dalam Simulasi Numerik
Bab 3 Konsep Simulasi Numerik – Konsep Diskretisasi 3-1
Konsep dari proses diskretisasi adalah menyelesaikan suatu
perhitungan secara numerik pada suatu titik tertentu (diskretisasi
spasial) di reservoir pada suatu waktu tertentu (diskretisasi
temporal). Aplikasinya pada simulasi reservoir adalah dengan
membagi reservoir menjadi beberapa bagian, kemudian menentukan
harga rata-rata variabel reservoir pada tiap bagian tersebut untuk
suatu interval waktu tertentu. Variabel reservoir tersebut terdiri dari
yang sifatnya statis (porositas dan permeabilitas) maupun variabel
dinamis (tekanan dan saturasi).
Gambar 3.2.
Pembagian Reservoir dalam Proses Diskretisasi
a. continuous-reservoir system, b. discrete-model reservoir system
Gambar 3.4.
Pengaruh Timestep terhadap Distribusi Saturasi Fluida
a. pada reservoir, b. pada model reservoir
Gambar 3.5.
Pengaruh Grid terhadap Aliran Fluida
a. pada reservoir, b. pada model reservoir
Gambar 3.6.
Prinsip Kesetimbangan Massa Satu Fasa
Maccum x y z
t t ................................................... (3-3)
t
x y z
t t
v x . x . y z - v x x . x x . y z = ... (3-4)
t
Sehingga menghasilkan :
( v )
........................................................................ (3-7)
x t
Persamaan (3-7) diatas merupakan prinsip kesetimbangan massa
yang juga disebut sebagai Persamaan Kontinyuitas (continuity
equation).
Persamaan Differential
Persamaan Darcy untuk aliran satu fasa dalam media berpori
dengan arah horizontal :
Ak p
q ........................................................................... (3-8)
L
Akk rw p w D
qw wg ................................................ (3-12)
w x x
dan
Akk g p g D
qg gg .................................................. (3-13)
g x x
Akk rw p w D S w
x
x w g x A t B ............................. (3-15)
w w
B w
dan
Akk rg p g D AR s kk ro p o D
gg o g
x B g g x
x Boo x x
S
= A g S o R s ......................................................... (3-16)
t B g B o
dan
hkk rg
.
p g g g D
hR s kk ro
p o o gD
B g g Boo
S
= h g S oR s ....................................................... (3-20)
t B g B o
Metode Eksplisit
Pada formulasi eksplisit, solusi ditentukan secara langsung untuk
satu titik yang tidak diketahui pada suatu waktu tertentu dengan
menggunakan harga dari titik-titik dari waktu sebelumnya, seperti
yang terlihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7.
Skema Penyelesaian dengan Metode Eksplisit
Gambar 3.8.
Pengaturan Sel pada 2 Dimensi untuk Metode Eksplisit
Metode Implisit
Pada metode formulasi secara implisit, untuk mendapatkan hasil
diperlukan solusi secara simultan, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 3.9.
Gambar 3.9.
Skema Penyelesaian dengan Metode Implisit
Sel dengan nomor 0 dan n+1 biasanya adalah sel fiktif, sel tersebut
tidak termasuk dalam model dan dapat dihilangkan dengan
menggunakan kondisi batas.
AP = d, dimana
Gambar 3.10.
Skema Penyelesaian Persamaan dengan Metode IMPES
Gambar 3.11.
Skema Penyelesaian Persamaan dengan metode Solusi Simultan
Gambar 4.1.
Hubungan antar Tahapan dalam Simulasi Reservoir
Data Statis
Data jenis ini merupakan data yang sifatnya tetap, dimana data
tersebut tidak mengalami perubahan selama proses simulasi
dijalankan.
Data yang termasuk dalam kategori data statis antara lain adalah :
Data Geologi Reservoir (peta struktur, kedalaman, tebal lapisan,
kemiringan, patahan, kontak antar fluida, boundary condition)
Data Statik Batuan (absolut permeabilitas, porositas,
kompressibilitas batuan, kandungan clay, konduktivitas thermal)
Data Statik Fluida (viskositas, densitas, FVF, kelarutan gas
dalam fluida, kompressibilitas fluida, dan sebagainya)
Data Interaksi Fluida dan Batuan (kurva relative permeability,
data PVT, kurva tekanan kapiler dan sebagainya)
Data Konstruksi Sumur (jenis dan lokasi sumur, jenis dan
interval komplesi,)
Data Operasi Sumur dan Well Constraint (batas laju
produksi/injeksi, index produktivitas/injektivitas, bottomhole
pressure dan kapasitas pengangkatan maksimum untuk sumur
produksi, tekanan wellhead minimum untuk sumur injeksi)
Data Model Reservoir (jumlah dan ukuran grid, jenis dan sistem
koordinat grid)
Bab 4 Simulasi Reservoir – Persiapan Data 4-2
Data Dinamis
Data jenis ini merupakan data yang akan mengalami perubahan
pada setiap timestep yang telah ditentukan, selama proses simulasi
dijalankan. Untuk data jenis ini, yang digunakan adalah data pada
kondisi awal simulasi akan dijalankan. Selain itu juga digunakan data
penyeimbang untuk menjaga harga suatu data dinamis tetap pada
range yang telah ditentukan.
Data yang termasuk dalam kategori data dinamis antara lain adalah :
Data Dinamik Fluida (saturasi fluida, konsentrasi dan komposisi
fluida)
Data Kondisi Reservoir (tekanan dan temperatur)
Data Produksi (laju produksi fluida)
Karakterisasi Reservoir
Karakterisasi reservoir merupakan integrasi dari tiga komponen yang
mempunyai saling keterkaitan, yaitu :
Karakterisasi geologi reservoir
Karakterisasi fluida reservoir, dan
Karakterisasi batuan reservoir.
Gambar 4.2.
Skema Karakterisasi Reservoir
Gambar 4.3.
Proses Karakterisasi Model Geologi Reservoir
Logging Sumur
Logging sumur merupakan sumber data reservoir yang memiliki
cakupan lebih luas dan lengkap jika dibandingkan dengan analisa
core. Data log akan menyajikan gambaran yang lebih lengkap dan
detail mengenai karakteristik vertikal suatu tempat tertentu pada
reservoir. Data log juga dapat digunakan untuk menunjang korelasi
antar sumur yang akan menghasilkan gambaran reservoir secara
areal (3D).
Log Listrik
Metode logging jenis ini akan mengukur kemampuan formasi untuk
meneruskan atau mengalirkan arus listrik.
Logging yang termasuk dalam kategori log listrik antara lain adalah:
Spontaneous (SP) Log
Log ini mengukur perbedaan potensial listrik antara elektroda
yang bergerak sepanjang lubang bor dengan elektroda tetap
dipermukaan. Bentuk defleksi positif ataupun negatif terjadi
karena adanya salinitas antara kandungan fluida dalam batuan
dengan lumpur. Bentuk ini disebabkan karena adanya hubungan
antara arus listrik dengan gaya-gaya elektrokimia dan
elektrokinetik dalam batuan.
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous
dan permeabel, menentukan batas-batas lapisan, mengestimasi
harga tahanan air formasi (Rw) dan dapat juga untuk korelasi
batuan dari beberapa sumur didekatnya.
Resistivity (conductivity) Log
Log jenis ini mengukur tahanan batuan formasi beserta isinya,
yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif,
salinitas air formasi dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori
batuan.
Induction Log
Tujuan dari induction log adalah mendeteksi lapisan-lapisan tipis
yang jauh dalam menentukan harga Rt dan dapat juga untuk
korelasi, tanpa memandang jenis lumpur pemborannya. Jenis log
yang sering digunakan adalah IES (induction Electrical Survey)
bahkan dari log resistivity.
Log Dipmeter
Log dipmeter berguna untuk mengukur kemiringan formasi,
termasuk sudut dan arah versus kedalaman, selain itu log dipmeter
juga dapat digunakan untuk korelasi penampang untuk mendeteksi
adanya patahan dan cross-bedding.
Log Caliper
Kegunaan log ini adalah untuk mengukur diameter lubang bor
sebagai fungsi dari kedalaman lubang bor. Selain itu, hasil log caliper
juga dapat digunakan untuk menentukan zona unconsolidated,
adanya clay swelling, serta sebagai penunjang dalam workover
sumur, seperti keperluan penyemenan, penempatan packer dan
Metoda uji tekanan yang umum digunakan ada dua macam, yaitu:
Pressure Build-Up Test
Uji build-up tekanan adalah suatu teknik pengujian tekanan
transien yang paling dikenal dan banyak dilakukan orang. Pada
dasarnya, pengujian ini dilakukan pertama-tama dengan
memproduksi sumur selama suatu selang waktu tertentu dengan
laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut
(biasanya dengan mentup kepala sumur di permukaan).
Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang
dicatat sebagai fungsi waktu (tekanan yang dicatat ini biasanya
adalah tekanan dasar sumur).
Dari data tekanan yang didapat, kemudian dapat ditentukan
permeabilitas formasi, daerah pengurasan saat itu, adanya
karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi, batas reservoar
bahkan keheterogenan suatu formasi.
Selain kedua hal pokok tersebut diatas, pada bagian ini akan
diuraikan juga hal yang berkaitan dengan pertimbangan-
pertimbangan yang mendasari pemilihan model dan grid.
Pemilihan Model
Pemilihan model dipengaruhi oleh beberapa parameter teknis, antara
lain adalah jenis reservoir, geometri dan dimensi reservoir, data yang
tersedia, serta tahapan proses recovery yang akan dimodelkan.
Selain itu, pemilihan model juga mempertimbangkan sumber daya
manusia, kemampuan teknologi (komputer) serta pertimbangan
besarnya investasi biaya yang digunakan.
Secara umum jenis reservoir terdiri dari tiga jenis, yaitu gas, minyak
dan kondensat. Reservoir gas dapat disertai adanya aquifer, atau
bisa juga tanpa aquifer. Pada sistem reservoir gas tanpa aquifer,
simulasi cukup dengan menggunakan model satu fasa (single-phase
model). Reservoir minyak yang hanya terdapat perpindahan massa
minimal antara minyak dengan gas terasosiasi dapat ditangani
dengan simulator black-oil, sedangkan reservoir minyak dengan
adanya aquifer akan membutuhkan model dua fasa.
Jenis Model
Berdasarkan pendekatan studinya, model yang digunakan pada
simulasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Model Aktual
Merupakan model yang merepresentasikan deskripsi geologi dan
karakteristik reservoir secara lengkap. Model jenis ini biasanya
digunakan untuk penanganan suatu lapangan, baik yang bersifat
khusus, seperti halnya penanganan suatu masalah produksi,
maupun dalam cakupan yang lebih luas, seperti untuk
memperkirakan recovery serta parameter manajemen reservoir
yang lain. Pada model aktual, tersedianya data produksi
memungkinkan untuk memvalidasi model sehingga akan
meningkatkan akurasi hasil simulasi.
Model Konseptual
Merupakan model sederhana, dengan karakteristik yang
cenderung seragam. Data yang digunakan pada model ini
biasanya merupakan data hipotetis. Model jenis ini digunakan
untuk studi sederhana yang sifatnya umum, seperti halnya studi
sensitivitas perubahan berbagai parameter terhadap kinerja.
Model konseptual tidak memerlukan suatu validasi yang detail,
karena model tersebut dibuat dengan asumsi-asumsi yang
bersifat umum dan disesuaikan dengan tujuan simulasi.
Model 1-Dimensi
Model 1-dimensi biasanya digunakan pada simulasi pilot project,
ataupun pada bagian dari reservoir yang lurus dan sederhana.
Gambar 4.5., menunjukkan model 1-dimensi pada resorvoir datar
dan model yang disesuaikan untuk reservoir dengan kemiringan.
Model 1-dimensi dapat digunakan pada kondisi-kondisi sebagai
berikut :
Simulasi per-bagian dari reservoir
Simulasi dengan tujuan khusus, seperti line drive behavior,
miscible flooding, simulasi pilot-flood project, dan sebagainya.
Gambar 4.5.
Model 1-Dimensi (reservoir miring dan datar)
Gambar 4.6.
Model 2-Dimensi Horizontal
Gambar 4.7.
Model 2-Dimensi Berlapis
Gambar 4.8.
Model 2-Dimensi Radial
Gambar 4.9.
Model 2-Dimensi Vertikal (x-z)
Model 3-Dimensi
Model 3-dimensi dibutuhkan pada kondisi-kondisi tertentu, dimana
terdapat keragaman sifat fluida secara vertikal dan adanya sisipan
shale yang akan berpengaruh terhadap pola aliran. Gambar 4.9. dan
Gambar 4.10, menunjukkan model 3-dimensi pada configurasi
reservoir normal, serta aplikasi model 3-dimensi pada reservoir
dengan patahan.
Bab 4 Simulasi Reservoir – Perencanaan Model Reservoir 4 - 19
Gambar 4.10.
Model 3-Dimensi
Gambar 4.11.
Aplikasi Model 3-Dimensi pada Patahan
Sistem Grid
Sistem grid yang dapat digunakan pada model simulasi adalah
sebagai berikut :
Block Centered, dimana parameternya dihitung pada pusat cell
Lattice, dimana parameternya dihitung pada perpotongan garis
Gambar 4.12.
Sistem Grid
a. block centered, b. lattice (corner-point)
Gambar 4.13.
Jenis Ukuran Grid pada Model Simulasi
(a) coarse grid, (b) fine grid
Coarse Grid
Model dengan grid yang berukuran besar (coarse grid) biasanya
digunakan pada simulasi sederhana ataupun digunakan pada tahap
awal untuk menguji konsep numerik simulator yang akan digunakan.
Keuntungan dari coarse grid adalah modelnya sederhana
sehingga memberi kemudahan dalam konstruksi model dan set-
up simulator. Selain itu, jumlah grid yang sedikit, simulasi akan
selesai dalam waktu yang lebih singkat.
Kelemahan dari coarse grid antara lain adalah ketidak mampuan
model dalam menterjemahkan batas reservoir secara presisi. Hal
ini akan menyebabkan adanya kesalahan dalam perhitungan
pore volume dan transmisibilitas antar antar sel. Ukuran grid yang
besar juga akan berpengaruh terhadap distribusi tekanan dan
saturasi fluida, seperti yang terlihat pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14.
Pengaruh Ukuran Grid pada Distribusi Saturasi Fluida
Pada beberapa Tahap Pendesakan dengan ukuran grid
a. 135 ft, b. 65 ft, c. 45 ft, pada area 72 acre
Koordinat Grid
Berdasarkan bentuknya, jenis grid dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
Cartesian grid,
Curvilinear grid,
Radial grid, dan
Locally-refined cartesian grid.
Curvilinear Grid
Grid ini digunakan untuk menyesuaikan model dengan batas
reservoir, adanya patahan serta untuk mengikuti arah pola aliran
fluida, terutama pada reservoir miring, atau adanya perbedaan
kedalaman antara sumur injeksi dan produksi.
Gambar 4.15.
Cartesian dan Curvlinear Grid
Radial Grid
Grid jenis ini biasanya digunakan pada simulasi single-well, untuk
memperkirakan kinerja sumur, terjadinya coning, mengetahui
pengaruh komplesi serta memperkirakan karakteristik permeabilitas
ditempat dengan pressure build-up.
Gambar 4.16.
Radial Grid
Gambar 4.17.
Locally-refined Cartesian Grid
Gambar 4.18.
Arah Orientasi Grid
a. parallel grid, b. diagonal grid
Inisialisasi
Proses inisialisasi merupakan proses analisa model untuk
memastikan konstruksi model dan pemasukan data-data sudah
dilakukan secara benar. Validitas pemasukan data dilakukan dengan
memeriksa parameter reservoir pada kondisi mula-mula (initial
condition), yaitu kondisi sebelum simulasi dilakukan.
Ekuilibrasi
Proses ekuilibrasi merupakan proses pemeriksaan kesetimbangan
dan kestabilan model. Hal ini mengacu pada prinsip kesetimbangan
massa, yang menyatakan bahwa kondisi sistem akan selalu dalam
keadaan setimbang tanpa adanya perpindahan dan atau perubahan
massa dalam sistem tersebut.
Penyelarasan Tekanan
Pada simulasi, simulator akan menghitung sendiri tekanan dengan
menggunakan parameter-parameter reservoir yang dimiliki oleh
setiap sel. Hasil tekanan model akan berbentuk garis, sedangkan
tekanan aktual akan berbentuk simbol dalam grafik. Apabila garis
grafiknya memiliki trend yang sama atau mendekati dengan data
aktual, maka penyelarasan sudah tercapai.
Hasil dari analisa yang dapat dilakukan dari data keluaran simulasi
antara lain adalah sebagai berikut :
Mengetahui besarnya kandungan hidrokarbon suatu reservoir
Merencanakan suatu program manajemen secara luas
berdasarkan pilihan metode pengangkatan hidrokarbon yang
akan digunakan
Memperkirakan umur produksi reservoir berdasarkan metode
pengangkatan hidrokarbon yang akan digunakan
Memperkirakan performance produksi dengan berbagai skenario
produksi
Menentukan waktu yang optimal untuk penerapan suatu metode
pengangkatan
Mengetahui sensitivitas beberapa parameter operasi produksi
terhadap perolehan hidrokarbon
Pengaturan spasi sumur
Penentuan letak sumur sisipan untuk mengoptimasi perolehan
hidrokarbon
Penentuan pola sumur untuk meningkatkan effisiensi pendesakan
dan penyapuan pada lapangan dengan sumur berpola
Mengetahui dan meningkatkan performance produksi individual
per sumur, serta pengaturan jadwal dan pemilihan metode
workover yang digunakan.
Pada bagian ini akan disajikan 2 contoh kasus, dengan tujuan untuk
memudahkan pemahaman mengenai persiapan dan pelaksanaan
suatu proyek simulasi reservoir.
Deskripsi Studi
Lapangan X merupakan lapangan minyak dengan lingkungan
pengendapan delta yang akan diproduksi dengan injeksi air berpola
(pattern waterflood). Perencanaan waterflood akan memberikan
kontribusi yang signifikan dalam menentukan hasil akhir dari proyek
tersebut. Beberapa parameter pokok dalam perencanaan tersebut
antara lain adalah penentuan jenis pattern, strategi perforasi serta
besarnya laju alir yang digunakan. Sebelum penentuan dan
perencanaan operasi waterflood yang akan diterapkan, terlebih dulu
dilakukan studi mengenai kinerja yang akan dihasilkan dari masing-
masing strategi serta pengaruh-pengaruhnya.
Tujuan Studi
Tujuan pokok dari studi ini adalah :
Pemilihan kandidat reservoir terbaik sebagai untuk pelaksanaan
waterflood berdasarkan pada pola fasies batuan reservoir
lingkungan pengendapan delta,
Mengetahui pengaruh parameter-parameter dalam perencanaan
waterflood terhadap kinerja waterflood, yang meliputi :
▫ jenis pattern
▫ pengaturan perforasi pada sumur injeksi dan sumur produksi,
dan
▫ laju injeksi,
Merekomendasikan strategi yang optimum untuk pelaksanaan
waterflood pada dua jenis pola fasies reservoir pada lingkungan
pengendapan delta
Mengamati pergerakan dinamik fluida
Gambar 5.3.
Skenario Simulasi
Pelaksanaan Simulasi
Secara garis besar, tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini
mencakup keseluruhan proses simulasi, mulai dari pengumpulan dan
persiapan data dan pelaksanaan simulasi, serta analisa data-data
hasil simulasi, dengan urutan sebagai berikut :
Persiapan data.
Pemodelan reservoir.
Validasi model
Pengumpulan data keluaran simulasi, yang terdiri dari :
data kinerja produksi.
visualisasi distribusi saturasi.
Analisa dan evaluasi hasil simulasi
Tabel 5.1.
Data Permeabilitas, Porositas pada tiap Layer
Permeabilitas, mD Porositas, %
Layer
Bar Channel Bar Channel
1 10000 200 0.280 0.200
2 9122 244 0.278 0.204
3 8243 288 0.276 0.207
4 7365 308 0.274 0.209
5 6486 377 0.271 0.213
6 5914 445 0.269 0.216
7 5342 476 0.267 0.217
8 4770 582 0.265 0.222
9 4198 687 0.262 0.225
10 3743 736 0.260 0.226
11 3230 898 0.257 0.230
12 2716 1060 0.253 0.234
13 2494 1138 0.251 0.235
14 2126 1385 0.248 0.239
15 1758 1632 0.244 0.243
16 1632 1758 0.243 0.244
17 1385 2126 0.239 0.248
18 1138 2494 0.235 0.251
19 1060 2716 0.234 0.253
20 898 3230 0.230 0.257
21 736 3743 0.226 0.260
22 687 4198 0.225 0.262
23 582 4770 0.222 0.265
24 476 5342 0.217 0.267
25 445 5914 0.216 0.269
26 377 6486 0.213 0.271
27 308 7365 0.209 0.274
28 288 8243 0.207 0.276
29 244 9122 0.204 0.278
30 200 10000 0.200 0.280
Hasil perhitungan ditabulasikan pada Tabel 5.2. dan plot grafik pada
Gambar 5.4
Tabel 5.2
Hasil Perhitungan Permeabilitas Relatif
Saturasi KROW
KRW
Air REG1 REG2
0.20 0.0000 1.0000 1.0000
0.25 0.0122 0.6909 0.8588
0.30 0.0300 0.4608 0.7268
0.35 0.0509 0.2944 0.6044
0.40 0.0740 0.1785 0.4919
0.45 0.0989 0.1012 0.3894
0.50 0.1253 0.0526 0.2973
0.55 0.1531 0.0242 0.2161
0.60 0.1821 0.0094 0.1462
0.65 0.2122 0.0028 0.0884
0.70 0.2434 0.0005 0.0435
0.75 0.2755 0.0000 0.0129
0.80 0.3085 0.0000 0.0000
Gambar 5.4.
Kurva Permeabilitas Relatif
Bab 5 Contoh Kasus – Model Konseptual 5-8
Saturasi Fluida
Saturasi minyak dan air seragam pada masing-masing zona dengan
pembatas (OWC) yang jelas pada kedalaman 2020 ft. Harga saturasi
air sama dengan 0.2 pada zona minyak (diatas OWC) dan 0.8 pada
zona air (dibawah OWC).
Well constraint
Parameter pembatas operasi sumur meliputi :
BHP minimum (sumur produksi) : 250 psia
Water cut maksimum (sumur produksi) : 99 %
injeksi air maksimum (sumur injeksi) : sesuai skenario
Pengaturan Perforasi
Pengaturan perforasi yang digunakan pada studi ini merupakan
kombinasi dari pengaturan perforasi pada sumur injeksi dan sumur
produksi, sebagai berikut :
Sumur Injeksi
Pengaturan perforasi pada sumur produksi dilakukan dengan
membagi zona minyak menjadi 4 bagian (dengan tebal masing-
masing bagian 5 ft).
Sumur Produksi
Pengaturan perforasi pada sumur injeksi dasarkan pada zona
fluida, yaitu zona minyak, zona air dan seluruh lapisan.
Gambar 5.5.
Pengaturan Perforasi
Bab 5 Contoh Kasus – Model Konseptual 5-9
Laju Injeksi
Harga laju injeksi yang digunakan pada proses simulasi ini adalah
laju proses injeksi, dalam satuan volume fluida injeksi per waktu per
satu satuan volume reservoir (bfpd/ac.ft). Selanjutnya dari harga
tersebut dikonversi ke dalam satuan volume fluida injeksi per waktu
(bwpd), melalui operasi perkalian dengan luasan pattern dan
ketebalan reservoir.
Harga laju injeksi dasar yang dipilih adalah 1.5 bfpd/ac.ft , 2.0
bfpd/ac.ft, 2.5 bfpd/ac.ft, 3.0 bfpd/ac.ft, 3.5 bfpd/ac.ft. Pada studi
lanjutan, untuk menentukan laju injeksi optimum, digunakan laju
injeksi tambahan dengan interval 0.5 bfpd/ac.ft sampai mencapai
harga yang optimum.
Pemodelan Reservoir
Model reservoir didesain untuk tiap pattern, berdasarkan asumsi
yang digunakan. Secara umum, batasan dan sistem yang digunakan
dalam pembuatan model reservoir adalah sebagai berikut :
Model
▫ 3 dimensi
▫ datar, dengan ketebalan seragam (tank type)
▫ konseptual
▫ bagian simetris dari pattern (pattern element),
Grid
▫ cartesian,
▫ sistem grid pusat sel (block centered grid),
▫ ukuran antara 54 – 56 ft (coarse grid).
▫ orientasi grid paralel (untuk pola 7 spot, dan 9 spot) dan
diagonal (untuk 5 spot)
Sistem grid yang digunakan adalah sistem grid pusat sel (block
centered grid), berdasarkan gambar diatas, maka berlaku
persamaan sebagai berikut :
Lx = (nx – 1) . x
Model 5 Spot
Model reservoir untuk pattern 5 spot merupakan ¼ bagian dari
pattern, seperti yang terlihat pada Gambar 5.7, dengan data sebagai
berikut :
x y z
• Jumlah grid 24 24 30
• Ukuran grid (ft) 54.0665 54.0665 1
• Jumlah sel aktif 7935
Gambar 5.7.
Model Reservoir Pattern 5 Spot
Model 7 Spot
Model reservoir untuk pattern 5 spot merupakan ¼ bagian dari
pattern, seperti yang terlihat pada Gambar 5.8, dengan data sebagai
berikut :
x y z
• Jumlah grid 31 18 30
• Ukuran grid (ft) 54.5526 55.5811 1
• Jumlah sel aktif 15300
Model 9 Spot
Model reservoir untuk pattern 5 spot merupakan ¼ bagian dari
pattern, seperti yang terlihat pada Gambar 5.9, dengan data sebagai
berikut :
x y z
• Jumlah grid 17 17 30
• Ukuran grid (ft) 54.9568 54.9568 1
• Jumlah sel aktif 7680
Gambar 5.9.
Model Reservoir Pattern 9 Spot
Validasi Model
Pada studi ini validasi model yang dilakukan hanya inisialisasi dan
ekuilibrasi, untuk menguji kesamaan volume dan kesetimbangan
sistem pada model. History matching tidak dilakukan karena model
bersifat konseptual, sehingga tidak tersedia data produksi
Hasil Simulasi
Metode penyelesaian persamaan yang digunakan pada studi ini
adalah Fully Implicit.
Gambar 5.10.
Hasil Simulasi
Bab 5 Contoh Kasus – Model Konseptual 5 - 13
Data produksi dan grafiknya digunakan untuk analisa kinerja masing-
masing parameter berdasarkan skenario yang telah disusun. Analisa
ini digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing parameter
operasi waterflood terhadap kinerja produksi. Selain itu, analisa juga
akan menghasilkan rekomendasi skenario produksi terbaik untuk
masing-masing jenis pola fasies. Sedangkan gambar distribusi
saturasi, baik secara vertikal maupun areal, digunakan untuk
mengetahui pergerakan dinamik fluida selama proses pendesakan
berlangsung. Analisa dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
pergerakan fluida tersebut dengan variasi karakteristik reservoir
secara vertikal.
Jenis Fasies
Skenario simulasi yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis
fasies terhadap performance dan pemilihan fasies terbaik dilakukan
dengan parameter sebagai berikut :
▫ FASIES : BAR DAN CHANNEL *
▫ PATTERN TYPE : 7 SPOT
▫ PATTERN SIZE : 71 ACRES
▫ THICKNESS : 30 FT
▫ INJECTION RATE : 2.5 BFPD/AC.FT
▫ PERF. SETTING : PF02
* parameter observasi
Gambar 5.11.
Perbandingan Kinerja pada Fasies Bar dan Channel
Jenis Pattern
Skenario simulasi yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis
pattern terhadap performance dan pemilihan pattern terbaik untuk
tiap fasies dilakukan dengan parameter sebagai berikut :
▫ FASIES : BAR DAN CHANNEL
▫ PATTERN TYPE : 5 SPOT, 7 SPOT DAN 9 SPOT *
▫ PATTERN SIZE : 71 ACRES
▫ THICKNESS : 30 FT
▫ INJECTION RATE : 2.5 BFPD/AC.FT
▫ PERF. SETTING : PF02
* parameter observasi
Tabel 5.5
Hasil Simulasi Jenis Pattern
Tekanan Waktu Perolehan RF
Fasies Pattern
psia bulan STBO % OIP
5 SPOT 579.0634 41 1462607 63.39447
BAR 7 SPOT 620.2926 34 1487787 64.4859
9 SPOT 603.1629 34 1461438 63.3438
5 SPOT 836.5224 129 848349.6 39.72737
CHANNEL 7 SPOT 1664.472 127 855854.5 40.07882
9 SPOT 831.592 135 811602.4 38.00654
Gambar 5.12.
Perbandingan Kinerja Pattern 5, 7 dan 9 Spot pada Fasies Bar
Tabel 5.6
Hasil Simulasi Laju Injeksi
FASIES CHANNEL FASIES BAR
Laju Tekanan Waktu Perolehan RF Laju Tekanan Waktu Perolehan RF
injeksi psia bulan STBO % OIP Injeksi psia bulan STBO % OIP
1.5 648.56 304 650089 30.44 1.5 459.02 54 1456568 63.13
2.0 730.67 226 730203 34.19 2.0 526.15 42 1480156 64.16
2.5 813.01 179 785699 36.79 2.5 589.47 34 1485778 64.40
3.0 895.19 149 826944 38.72 3.0 657.79 29 1484012 64.32
3.5 977.61 127 856994 40.13 3.5 718.87 25 1479021 64.11
5.0 1224.00 89 914632 42.83 4.0 936.92 22 1471837 63.79
5.5 1307.26 81 926275 43.38 4.5 1000.77 20 1463409 63.43
6.0 1388.38 74 935012 43.79 5.0 1081.29 18 1452011 62.94
6.5 1470.05 69 943941 44.20 5.5 1138.92 16 1446177 62.68
7.0 1551.36 64 949960 44.49 6.0 1200.00 15 1439110 62.38
7.5 1632.62 60 955803 44.76
8.0 1715.08 56 958556 44.89
8.5 1797.35 53 962352 45.07
9.0 1877.31 51 968642 45.36
9.5 1957.57 48 969622 45.41
10.0 2048.57 45 968182 45.34
10.5 2121.90 43 967574 45.31
11.0 2203.99 41 968122 45.34
11.5 2286.83 39 967802 45.32
12.0 2364.72 38 967858 45.32
Tabel 5.7
Hasil Simulasi Pengaturan Perforasi
FASIES BAR FASIES CHANNEL
Perforasi Tekanan Waktu Perolehan RF Tekanan Waktu Perolehan RF
psia bulan STBO % OIP psia bulan STBO % OIP
PF01 579.14 35 1482863 64.27 15348 3 16850 0.79
PF02 459.94 35 1476156 63.98 11502 68 680140 31.85
PF03 428.07 35 1475772 63.97 4150 52 907110 42.48
PF04 416.22 35 1473325 63.86 1958 48 969622 45.41
PF05 579.84 35 1481875 64.23 15351 3 16849 0.79
PF06 460.61 35 1474912 63.93 11501 68 680473 31.87
PF07 428.74 35 1474341 63.90 4142 53 911124 42.67
PF08 416.19 35 1473994 63.89 1958 48 969837 45.42
PF09 578.50 35 1483573 64.30 15348 3 16849 0.79
PF10 459.30 35 1477127 64.02 11502 68 680580 31.87
PF11 427.32 35 1476361 63.99 4142 53 911323 42.68
PF12 414.79 35 1475688 63.96 1958 48 969129 45.38
Gambar 5.14.
Perbandingan Faktor Perolehan pada Variasi Pengaturan Perforasi
Gambar 5.15a.
Distribusi Saturasi Fluida pada Fasies Bar
Rekomendasi
Berdasarkan pada hasil simulasi dan analisa yang telah dilakukan,
dapat dirumuskan rekomendasi sebagai berikut :
Strategi pelaksanaan waterflood yang optimal untuk masing-
masing pola fasies reservoir pada lingkungan pengendapan delta
adalah sebagai berikut :
▫ Pola Fasies Bar, dengan pattern reguler 7 spot, kombinasi
perforasi PF09, dimana sumur injeksi diperforasi pada seluruh
zona air dan sumur produksi pada ¼ bagian atas zona
minyak, serta laju injeksi 2,5 bfpd/ac.ft (5325 bwpd pada
model).
▫ Pola Fasies Channel, dengan pattern inverted 7 spot,
kombinasi perforasi PF08, dimana sumur injeksi diperforasi
pada seluruh zona air dan sumur produksi pada seluruh zona
minyak, serta laju injeksi 9,5 bfpd/ac.ft (20235 bwpd pada
model).
Tujuan Studi
Tujuan pokok dari studi ini adalah :
Menentukan lokasi sumur produksi yang baru berdasarkan data-
data yang diperoleh dari dua sumur yang sudah ada
Mengetahui produktivitas terbaik dari sumur produksi yang baru
Menentukan skenario produksi terbaik (dari beberapa kombinasi
sumur produksi)
Pelaksanaan Simulasi
Secara garis besar, tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini
sama dengan tahapan pada studi kasus yang pertama. Perbedaan
pokok ada pada proses validasi model. Ketersediaan data produksi
dapat digunakan pada proses history matching.
Tahapan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
Persiapan Data
Pembuatan Model
Validasi Model
Inisialisasi
History Matching
Peramalan Produksi
Persiapan data
Data yang dibutuhkan pada studi ini, dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Data geologi
Data batuan
Data fluida
Kondisi reservoir
Data produksi
Data Geologi
Data geologi lapangan digunakan untuk mendapatkan deskripsi
mengenai luas dan ketebalan rata-rata dari reservoir yang akan
dimodelkan. Pembuatan peta diatas berdasarkan data eksplorasi,
data seismik dan data logging.
Gambar 5.16.
Peta Top Struktur
Gambar 5.17.
Peta Net-gross
Gambar 5.18.
Peta Net-pay
Bab 5 Contoh Kasus – Model Aktual 5 - 24
Gambar 5.19.
Peta Oil-thickness
Data Batuan
Data Batuan digunakan untuk menentukan volume reservoir, oil in
place, batas minyak-air, transmisibilitas, serta batas reservoir.
Tabel 5.8.
Data Log dan Hasil Interpretasi pada Sumur X-01
DATA LOG HASIL INTERPRETASI
depth
resis gamma poro
meter density sonic Vshale Sw k
tivity ray sitas
2199 2.65 70.0 10.0 37.5 0.095 0.265 0.571 4.88
2200 2.70 75.0 30.0 28.0 0.066 0.162 0.506 0.95
2201 2.40 90.0 20.0 30.0 0.040 0.131 0.909 0.11
2202 2.20 112.5 20.0 22.0 0.263 0.047 0.236 424.11
2203 2.68 92.0 20.0 27.0 0.088 0.145 0.527 3.47
2204 2.75 75.0 35.0 25.0 0.040 0.131 0.687 0.11
2205 2.75 67.5 30.0 22.0 0.046 0.092 0.783 0.20
2206 2.48 93.0 25.0 20.0 0.203 0.048 0.270 135.33
2207 2.45 93.0 25.0 21.0 0.232 0.056 0.236 242.82
2208 2.30 95.0 30.0 50.0 0.290 0.269 0.148 648.94
2209 2.47 87.0 50.0 15.0 0.230 0.000 0.177 235.38
Tabel 5.9.
Data Log dan Hasil Interpretasi pada Sumur X-02
DATA LOG HASIL INTERPRETASI
depth
resis gamma poro
meter density sonic Vshale Sw k
tivity ray sitas
2124 2.54 98.0 2.0 75 0.061 0.086 1.000 487.75
2125 2.58 100.0 3.0 78 0.045 0.127 1.000 580.39
2126 2.60 97.0 2.0 80 0.030 0.157 1.000 353.17
2127 2.41 102.0 2.0 110 0.145 0.439 0.408 356.83
2128 2.55 100.0 2.2 100 0.061 0.396 0.745 296.18
2129 2.54 98.0 2.0 80 0.067 0.147 0.950 419.38
2130 2.55 97.0 2.0 100 0.061 0.396 0.782 184.76
2131 2.53 98.0 1.8 88 0.076 0.240 0.817 330.34
2132 2.50 97.0 2.0 80 0.091 0.140 0.732 369.35
2133 2.56 97.5 2.0 84 0.055 0.200 1.000 340.28
2134 2.55 93.0 2.0 80 0.061 0.149 1.000 195.17
2135 2.44 97.5 2.0 80 0.127 0.130 0.545 407.07
2136 2.60 97.5 2.0 80 0.030 0.157 1.000 379.91
2137 2.65 93.0 2.0 72 0.000 0.056 1.000 250.98
2138 2.50 90.0 1.7 100 0.091 0.373 0.656 56.16
2139 2.64 85.0 1.8 108 0.006 0.549 1.000 8.57
2140 2.57 80.0 1.8 100 0.048 0.405 0.933 4.18
2141 2.63 85.0 2.0 110 0.012 0.570 1.000 7.75
2142 2.64 76.0 2.0 85 0.006 0.233 1.000 3.06
2143 2.64 75.0 1.8 84 0.006 0.220 1.000 2.38
2144 2.58 75.0 2.0 89 0.042 0.269 1.000 1.76
2145 2.63 75.0 2.0 112 0.012 0.597 1.000 0.14
2146 2.55 65.0 2.2 104 0.061 0.446 0.713 0.00
2147 2.58 64.0 2.5 115 0.042 0.602 0.708 0.00
2148 2.58 65.0 2.5 111 0.042 0.551 0.738 0.00
2149 2.56 77.5 2.1 110 0.055 0.526 0.725 0.83
2150 2.57 88.0 2.0 108 0.048 0.507 0.803 22.03
2151 2.54 88.0 2.0 118 0.067 0.612 0.627 14.13
2152 2.58 95.0 2.4 100 0.042 0.410 0.865 126.39
2153 2.57 97.0 2.2 100 0.048 0.405 0.844 179.84
2154 2.65 95.0 2.5 90 0.000 0.306 1.000 170.82
Dari data pembacaan logging dari sumur X-01 dan X-02 yang
dikorelasikan dapat diketahui penyebaran vertikal dari porositas dan
permeabilitas dari lapangan tersebut, seperti yang terlihat pada
Gambar 5.20. Distribusi data secara vertikal tersebut dijadikan
Bab 5 Contoh Kasus – Model Aktual 5 - 26
acuan penyebaran kearah horisontal dengan menggunakan metode
penyebaran Krigging.
Gambar 5.20.
Distribusi Vertikal Porositas dan Permeabilitas
Permeabilitas Relatif
Data permeabilitas relatif didapatkan dari korelasi STONE 2 dengan
menggunakan persamaan seperti yang terdapat pada Lampiran C.
Data yang digunakan dalam perhitungan adalah :
• Krwro = 0,17 • Krocw = 0,90
• Swcon = 0,20 • Swcr = 0,20
• Sorw = 0,20 • Soirw = 0,15
• Nw = 1,90 • Now = 1,50
Gambar 5.21.
Kurva Permeabilitas Relatif
Tekanan Kapiler
Data tekanan kapiler ditentukan dengan menggunakan asumsi
bahwa Tekanan Kapiler adalah berat kolom yang terisi fluida (air).
Gambar 5.22.
Grafik Tekanan Kapiler dengan Saturasi Air
Kompresibilitas Batuan
Data kompresibilas batuan diperoleh dari pengukuran lapangan
sebesar 1,16 x 10-6 kPA-1
Data PVT, yang meliputi Rs, Bo, o dan Co, dihitung berdasarkan
data-data terukur diatas. Hasil perhitungan data PVT pada berbagai
harga tekanan dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12.
Data PVT
Tekanan Rs Bo o Co
psi scf/stb bbl/stb cp 1/psia
15 3.524 1.0994 0.6219 0.001903
65 7.907 1.1011 0.6074 0.000436
12.29
115 1 1.1029 0.5948 0.000248
16.67
165 4 1.1046 0.5836 0.000174
21.05
215 7 1.1064 0.5736 0.000134
25.44
265 0 1.1081 0.5646 0.000110
29.82
314 3 1.1099 0.5565 0.000093
34.20
364 6 1.1117 0.5491 0.000081
38.59
414 0 1.1134 0.5424 0.000072
42.97
464 3 1.1152 0.5362 0.000064
47.35
514 6 1.1170 0.5307 0.000059
51.73
564 9 1.1187 0.5256 0.000054
56.12
614 2 1.1205 0.5210 0.000050
60.50
664 5 1.1223 0.5168 0.000046
64.88
714 9 1.1241 0.5130 0.000043
69.27
764 2 1.1259 0.5096 0.000041
69.27
1291 2 1.1076 0.5108 0.000024
69.27
1819 2 1.0958 0.5124 0.000017
69.27
2346 2 1.0871 0.5142 0.000013
69.27
2873 2 1.0803 0.5161 0.000011
Data Produksi
Data produksi yang tersedia adalah laju produksi minyak (qo) dan air
(qw), yang berasal dari produksi pada sumur X-01, sedangkan sumur
X-02 hanya mengeluarkan air. Sumur X-01 sudah berproduksi
selama dua bulan dimulai pada tanggal 8 Februari 2002 sampai 2
April 2002. Data produksi dari sumur X-01 secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 5.13. dan Gambar 5.23.
Tabel 5.13.
Data Produksi Sumur X-01.
Tanggal Oil Rate Water Rate Oil Cum. Water Cut
bfpd bfpd bbl fraksi
08 Februari 167.00 70.00 167.00 29.54
09 Februari 173.00 68.00 340.00 28.22
10 Februari 154.00 69.00 494.00 30.94
11 Februari 143.00 65.00 637.00 31.25
12 Februari 123.00 71.00 760.00 36.60
13 Februari 122.00 70.30 882.00 36.56
14 Februari 110.00 74.00 992.00 40.22
15 Februari 114.00 73.60 1106.00 39.23
16 Februari 115.00 71.70 1221.00 38.40
17 Februari 98.00 76.70 1319.00 43.90
18 Februari 85.00 79.70 1404.00 48.39
19 Februari 76.00 81.80 1480.00 51.84
20 Februari 68.00 83.30 1548.00 55.06
21 Februari 63.00 82.00 1611.00 56.55
22 Februari 64.00 80.30 1675.00 55.65
23 Februari 61.50 80.50 1736.50 56.69
24 Februari 50.50 83.60 1787.00 62.34
25 Februari 57.60 81.70 1844.60 58.65
26 Februari 39.70 87.10 1884.30 68.69
27 Februari 45.90 85.00 1930.20 64.94
28 Februari 54.64 82.50 1984.84 60.16
01 Maret 44.99 85.70 2029.83 65.58
02 Maret 52.77 83.60 2082.60 61.30
03 Maret 50.78 83.90 2133.38 62.30
04 Maret 52.40 83.90 2185.78 61.56
05 Maret 56.44 81.50 2242.22 59.08
06 Maret 51.79 83.30 2294.01 61.66
07 Maret 48.88 84.00 2342.89 63.21
08 Maret 50.65 83.60 2393.54 62.27
09 Maret 52.31 83.00 2445.85 61.34
10 Maret 50.33 83.50 2496.18 62.39
11 Maret 51.22 84.00 2547.40 62.12
12 Maret 51.36 83.50 2598.76 61.92
13 Maret 39.60 87.70 2638.36 68.89
14 Maret 46.47 85.70 2684.83 64.84
15 Maret 45.73 86.00 2730.56 65.29
16 Maret 50.37 85.00 2780.93 62.79
17 Maret 42.49 87.00 2823.42 67.19
18 Maret 42.89 87.30 2866.31 67.06
Gambar 5.23.
Data Produksi
Pemodelan Reservoir
Area yang dimodelkan dibatasi oleh satu sesar utama yang
merupakan sesar naik serta dua sesar normal yang dianggap
sebagai sesar tertutup sehingga dapat menjadi jebakan minyak.
Sesar-sesar tersebut akan dijadikan batas untuk pembuatan
gridding, karena lokasi dari sesar yang tidak sejajar dengan sumbu x
dan y, maka sesar dianggap sebagai sesar zig-zag.
Gambar 5.24.
Model Reservoir
Validasi Model
Proses validasi model yang dilakukan adalah :
inisialisasi
history matching.
Inisialisasi
Pada proses ini para meter yang diselaraskan adalah oil in place
(OIP) berdasarkan perhitungan secara manual dengan metode
Tabel 5.14.
Perbandingan Data Inisialisasi
parameter aktual model perbedaan, (%)
OIP, stb 8823843 8823868 0,000284
Tekanan awal, psi 3400 3369 0,008846
Histor y Matching
Pada studi ini, parameter yang diselaraskan adalah data laju
produksi fluida. Penyelaran ini dapat dilakukan dengan mengubah
parameter yang bersifat dinamis, parameter yang dapat dimodifikasi
untuk proses penyelarasan adalah kurva permeabilitas relatif.
Perubahan kurva permeabilitas relatif diharapkan dapat
menghasilkan keselarasan produksi antara model matematik dengan
aktual tanpa merubah apa yang dihasilkan pada proses inisialisi.
Hasil Simulasi
Setelah model dianggap valid, maka tahapan selanjutnya adalah
menjalankan simulasi berdasarkan skenario yang telah disusun.
Tabel 5.15.
Koordinat dan Lokasi Sumur Proposal pada Model
sumur grid koordinat kedalaman
Bab 5 Contoh Kasus – Model Aktual 5 - 35
x y z* x y m
X-01 10 48 4 449670 393626 -2138
X-03 22 29 1 449302 393885 -2071
X-04 26 35 1 449670 393895 -2124
X-05 19 43 1 449773 393773 -2128
X-06 10 37 1 449247 293722 -2108
* merupakan grid yang dibuka sebagai perforasi
Gambar 5.26
Lokasi Sumur pada Model
inzet : model 3 dimensi
Dari peramalan akan terlihat sumur proposal yang mempunyai
produksi kumulatif yang besar. Hasil dari peramalan ini dapat dilihat
produksi kumulatif dan recovery factor yang diperoleh untuk masing-
masing sumur. Hasil perhitungan produksi kumulatif dan recovery
factor masing-masing sumur pada tiap skenario dapat dilihat pada
Tabel 5.16. Grafik perbandingan laju produksi minyak dan produksi
minyak kumulatif untuk tiap-tiap skenario dapat dilihat pada Gambar
5.27 dan Gambar 5.28.
Tabel 5.16.
Hasil Perhitungan Produksi Kumulatif dan Recovery Factor
UR RF
Skenario Sumur
STBO %
X-01 628583 7,12
A
total 628583 7,12
X-01 438014 4,96
B X-03 1861157 21,09
total 2299171 26,06
Gambar 5.27
Grafik Perbandingan Laju Produksi Minyak Kumulatif
Gambar 5.28
Grafik Perbandingan Produksi Minyak Kumulatif
Skenario B
Penambahan satu sumur baru pada skenario B, yaitu sumur X-03
dengan lokasi dekat puncak antiklin (pada 22x - 29y),
menghasilkan peningkatan produksi minyak kumulatif yang
sangat besar, yaitu mencapai sekitar 265,77 % dari perolehan
pada skenario A.
Secara individu, Sumur X-03 menghasilkan kumulatif produksi
minyak sebesar 1861157 STBO (RF 21,09 %).
Secara keseluruhan, skenario B menghasilkan produksi minyak
kumulatif sebesar 2299171 STBO (RF 26,06 %). Hasil tersebut
dicapai setelah berproduksi selama 33 tahun (sampai tahun
2035).
Skenario C
Pada setiap tekanan reservoir tertentu, p, selama deplesi, volume fluida reservoir total harus
sama dengan volume pori reservoir :
Vo Vg Vw Vp ............................................................................................ (A-2)
Volume total minyak dalam reservoir mula-mula merupakan gabungan dari volume minyak
dalam zona minyak mula-mula dan volume minyak mula–mula dalam primary gas cap :
Voi Vooi Vogi ..................................................................................................... (A-6)
Dengan menggunakan N untuk menyatakan volume minyak mula-mula pada zona minyak
dalam kondisi stock tank, maka volume minyak total dalam reservoir adalah :
Voi NB oi Vpgi S og ............................................................................................ (A-7)
Volume minyak dalam reservoir pada tekanan tertentu selama deplesi adalah :
B
Vo NNp B o Vpgi S og o ............................................................................ (A-8)
B oi
Dengan mensubstitusikan Persamaan (A-7) dan (A-8) ke dalam Persamaan (A-5) untuk Voi
dan Vo, menjadi:
B
Vo NB oi Vpgi S og NNp B o Vpgi S og o .................................................. (A-9)
B oi
Volume total gas bebas dalam reservoir adalah volume gas bebas dalam primary gas cap.
Vgi GB gi (A-12)
Volume gas bebas selama deplesi pada tekanan p ditunjukkan dengan persamaan berikut :
initial gas current gas
Vg G
G i G p B g (A-13)
in solution in solution
Volume stock tank dari gas terlarut dalam reservoir minyak adalah sama dengan volume
minyak mula-mula dalam zona minyak ditambah volume minyak dalam gas cap dikalikan
dengan GOR solution :
initial gas V VpgiSog
= N ogi R si = N R .................................................. (A-14)
B oi si
in solution
B oi
Volume stock tank gas terlarut pada tekanan deplesi p :
current gas Vogi V S
= N Np R s = N pgi og Np R s .................................. (A-15)
in solution B oi B oi
Substitusi dari Persamaan (A-12) dan (A-17) ke dalam Persamaan (A-11) akan memberikan
perubahan volume gas.
Vpgi S og
Vg G B g B gi N
B oi
R si R s Np R s (Gi Gp ) B g ....................... (A-18)
Volume air mula-mula dalam reservoir dapat diperoleh dengan mengalikan volume gas cap
dan minyak dengan saturasinya masing-masing.
Vwi Vpgi S wg Vpoi S wo ................................................................................... (A-20)
Volume air selama deplesi pada tekanan p, adalah volume air mula-mula pada p, ditambah
kumulatif air injeksi dikurangi kumulatif produksi air ditambah kumulatif water influx dari
aquifer.
Vw Vwi 1 c w (p i p) Wi Wp B w We ...................................................... (A-21)
Substitusi dari Persamaan (A-21) ke dalam Persamaan (A-19) untuk Vw, akan menghasilkan
Vw Wp Wi B w We Vwi c w (p i p) ............................................................ (A-22)
atau volume pori mula-mula merupakan jumlah dari volume pori mula-mula dalam gas cap
dan zona minyak.
Vp Vpoi Vpgi c f p i p ................................................................................ (A-26)
Persamaan (A-10), (A-18), (A-23) dan (A-26) untuk perubahan volume minyak, gas, air dan
volume pori apabila disubstitusikan ke Persamaan (A-27), maka persamaan akan berubah
menjadi :
Vpgi S og
Np B o N B o B oi
B o B oi G B g B gi
B oi
Vpgi S og
N
B oi
R si R s Np R s Gi Gp B g Wp Wi B w We
Vpgi S wg Vpoi S wo c w p i p Vpoi Vpgi c f p i p .................................... (A-28)
Dari Persamaan (A-28) dikelompokkan menjadi bagian produksi dan injeksi di lajur kiri dari
persamaan kemudian gabungan fungsi dari zona minyak, gas cap dan influx di lajur kanan
dari persamaan, sehingga berubah menjadi :
Np B o R s B g Gp Gi B g Wp Wi B w =
N B o B oi R si R s B g Vpoi c f S wo c w p i p G B g B gi
Vpgi c f S wg c w p i p (
S og
) B o B oi R si R s B g We ....................... (A-29)
B oi
S og E o
Vpgi
p i p c f S wg c w We ........................................................ (A-32)
B oi
Volume pori zona minyak mula-mula dapat ditulis dalam fungsi IOIP :
N B oi
Vpoi .................................................................................................. (A-33)
1 S wo
Substitusi Persamaan (A-33) dan (A-34) ke Persamaan (A-32) untuk Vpoi dan Vpgi maka
menjadi :
p i p c f S wo c w
F = N E o B oi
1 S wo
GB g B gi B gi
S og E o
pi p c f S wg c w W
B oi 1 S wg S wo 1 S wg S wo
e .................... (A-35)
Definisi dari ekspansi zona minyak air, Efwo, ekspansi gas, Eg, dan ekspansi gas air, Efwg,
adalah :
p p c f S wo c w
E fwo B oi i ....................................................................... (A-36)
1 S wo
B gi S og E o
E g B g B gi
1 S wg S wo B oi .................................................................... (A-37)
p i p x c f S wg c w
E fwg B gi
.................................................................... (A-38)
1 S wg S og
Substitusi dari Persamaan (A-36), (A-37), dan (A-38) ke Persamaan (A-35) memberikan
bentuk terakhir dari persamaan umum material balance untuk reservoir gas atau minyak :
F N E o E fwo G E g E fwg We ................................................................... (A-39)
Bentuk persamaan material balance untuk reservoir minyak atau gas dengan adanya gas
cap adalah sebagai berikut :
F N E t We .................................................................................................... (A-40)
Karakteristik mekanisme pendorong yang bekerja pada reservoir dapat ditentukan dengan
menghitung index pendorong. Besarnya index pendorong pada suatu reservoir ditentukan
dengan menggunakan persamaan material balance. Berdasarkan pada Persamaan (A-31)
dan (A-39), maka dapat diturunkan formula untuk menghitung drive index.
Dari Persamaan (A-31) ubah produksi kumulatif gas, Gp, menjadi Gps dan (Gp-Gps), yaitu
produksi gas kumulatif dari gas cap dan zona minyak, sehingga Persamaan (A-31) berubah
menjadi :
F NpB o Gp Gps NpR s Gps Gi B g Wp Wi B w ...................................... (B-1)
Besarnya harga NpBo dapat diturunkan dari substitusi Persamaan (B-1) ke Persamaan (A-39)
sebagai berikut :
NpBo = NE o Gp Gps NpR s B g GE g Gi Gps B g
We Wi Wp B w NE fo GE fwg ................................................... (B-2)
Kemudian kedua ruas pada Persamaan (B-2) di atas dibagi dengan NpBo, sehingga menjadi :
NEo Gp Gps NpR s B g GE g Gi Gps B g
NpB o NpB o
We Wi Wp B w NE fo GE fwg 1 ........................................................... (B-3)
NpB o NpB o
Persamaan penentuan drive index untuk water drive (WDI), gas cap drive (GCI), solution gas
drive (SGI) dan depletion drive index (DDI) adalah sebagai berikut :
W e Wi Wp B w
WDI = ................................................................................. (B-4)
Np B o
G E g G i G ps B g
GCI = ................................................................................. (B-5)
Np B o
N E o G p G ps Np R s B g
SGI = ...................................................................... (B-6)
Np B o
N E fwo G E fwg
DDI = ........................................................................................ (B-7)
Np B o
Untuk nilai dari produksi gas kumulatif dari zona minyak, Gps, adalah :
Gps Gp Np . R s .............................................................................................. (B-8)
2. Korelasi Pirson’s
Pirson (1958)mengemukakan hubungan secara umum untuk permebilitas relatif dari
wetting fasa dan non wetting fasa pada proses imbibisi dan drainase.
Proses drainase
(Kr )nonwetting 1 Sw * 1 Sw * 0.25 Sw 0 .5
................................................. (C-5)
Kesulitan penggunaan model I Stone pada pemilihan Som (saturasi minimum minyak). maka
Fayers and Matthews (1984) beranggapan bahwa :
Som Sorw 1 Sorg .............................................................................. (C-9)
Sg
1
1 Swc Sorg
(Sorw = saturasi minyak residu dalam sistem permeabilitas relatif minyak – air; Sorg = Saturasi
minyak residu dalam sistem permeabilitas relatif gas – minyak)
Aziz dan Sattari (1979) beranggapan bahwa harga Kro dari model Stone I ini sangat besar.
Maka Aziz dan Sattari mengajukan formulasi dari model Stone I sebagai berikut:
So * KrowKrog
Kro ............................................................. (C-10)
1 Sw * 1 Sg * KroSwc
Model STONE II
Karena sulitnya menentukan harga Som maka Stone membentuk model Stone II.
Stone (1973) mengajukan formula/persamaan :
Krw = 0 untuk Sw < Swcr ....................................................................... (C-11)
Krow = 0 untuk Sw < 1 – Sorw .................................................................. (C-12)
Nw
S w S wcr
K rw K rwro
untuk Sw > Swcr ............................ (C-13)
1 S oirw S wcr
Now
S w S wcon
K row K rocw 1
untuk Sw < 1 - Sorw ....................... (C-14)
1 S wcon S orw
Lampiran C – Perhitungan Permeabilitas Relatif C-2