Anda di halaman 1dari 20

HUKUM PERMINYAKAN

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah
Pengantar Hukum Indonesia
Dengan Dosen Pengampu
Dr. Suwari Akhmaddhian,S.H.,M.H.

oleh
Rengga Rizki Restu Fauzi
20191410007

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KUNINGAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman , saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...............................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1. Sejarah Perminyakan di Indonesia.................................................................4
2. Proses pembentukan hokum minyak dan gas................................................5
3. Jenis kegiatan usaha minyak dan gas ............................................................8
STUDI KASUS
1. Studi Kasus..................................................................................................11
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam
kondisi tekanan dan temperature atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk
aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses
penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon lain yang
berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan
kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi.

Minyak bumi untuk sekarang sudah tidak bisa di pisahkan dengan


kehidupan bermasyarakat karena segala hal yang ada di masyarakat sekarang
sudah hampir semua menggunakan minyak bumi antaranya dalam rumah tangga ,
industri dan kendaraan bermotor . Jadi kebutuhan minyak bumi sekarang itu
semakin meningkat seiring dengan berkurangnya stok minyak bumi di alam .

Kebutuhan manusia akan minyak dan gas bumi memacu manusia untuk
mengembangkan teknologi-teknologi yang semakin modern untuk memperoleh
informasi tentang keberadaan cekungan-cekungan minyak dan gas bumi.

Dalam mengantisipasi hal tersebut, perusahaan-perusahaan migas semakin


gencar dalam meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi untuk menemukan
lapangan-lapangan minyak baru yang potensial. Wilayah indonesia bagian barat

1
saat ini telah sampai pada tahap eksplorasi yang matang sehingga untuk
memelihara dan meningkatkan cadangan minyak dan gas bumi harus ditemukan
lapangan minyak baru dengan melakukan kegiatan eksplorasi yang lebih intensif
yang didukung oleh pengetahuan tentang kondisi geologi daerah sekitar eksplorasi
dan teknologi penunjang yang memadai. Ekplorasi bukan hanya diartikan sebagai
usaha penambahan lapangan minyak baru atau perluasan daerah produksi,
melainkan juga sebagai bagian integral dari suatu usaha produksi untuk
mempertahankan jumlah cadangan. Di Indonesia sendiri Minyak bumi diatur
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi ,

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah proses pembentukan hukum perminyakan ?


2. Bagaimanakah jenis kegiatan usaha dalam Perminyakan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perminyakan Di Indonesia

Sejarah industri perminyakan dunia mencatat bahwa industri migas di


Indonesia (d/h Hindia Belanda) termasuk salah satu industri migas tertua di dunia.
Kelahiran industri migas di Indonesia hanya terpaut beberapa tahun setelah
industri minyak dunia lahir di Titusville, Pennsylvania, Amerika Serikat pada 27
Agustus 1859 yang ditandai oleh keberhasilan Colonel Drake mengebor sumur
minyak pertama. Di Indonesia, pemboran minyak pertama dilakukan pada 1871,
atau sekitar 12 tahun sejak industri migas dunia lahir. Tetapi, pemboran minyak
pertama yang dilakukan oleh Jan Reerink di sekitar Gunung Ciremai, Jawa Barat,
ini tidak berhasil menemukan minyak.

Pada tahun 1883n, Aeilko Jans Zil=jlker pimpianan perkebunan tembakau


di daerah Langkat , Sumatera Utara , menemukan rembesan minyak yang di
ketahui dari informasi penduduk . Setelah di selidik minyak itu memiliki kualitas
yang baik secara komersil . Pada tahun 1885 dia melakukan pengeboran minyak
di daerah Telaga Tiga , namun dari pengeboran itu hasilnya nihil . Dan pada
pengeboran kedua di daerah Telaga Tunggal hasilnya menggembirakan , lalu
tempat ini terkenal di dunia pada waktu itu karena terus menghasilkan minyak
samapi berumur lebih dari 8 tahun . Dari sumur ini bisa menjadikan salah satu
perusahaan minyak menjadi perusahan minyak terbaik ke dua di dunia .

Dalam sejarah perminyakan nasional tercatat bahwa pasca kemerdekaan


17 Agustus 1945, di tanah air sudah lahir beberapa Perusahaan Negara dalam
bidang perminyakan di berbagai daerah.

Perusahaan-perusahaan tersebut lahir dari pengambilalihan kilang minyak


milik Belanda oleh para pejuang dalam bidang perminyakan. Perusahaan-

3
perusahaan tersebut adalah: PTMNRI (Perusahaan Tambang Minyak Negara
Republik Indonesia) di Sumatera Utara, Permiri (Perusahaan Negara
Pertambangan Minyak Republik Indonesia) di Jambi dan Sumatra Selatan, dan
PTMN (Perusahaan Tambang Minyak Nasional) di Cepu, Jawa Timur .

Sedangkan Permiri di Jambi dan Sumatera Selatan membubarkan diri pada


1948. Aset NV NIAM (NV Nederlands Indische Aardolie
Maatschappij/Stanvacyang ada di Sumatera Selatan dan Jambi dibeli oleh
Pemerintah di bawah PT Permindo (Perseroan Terbatas Pertambangan Minyak
Indonesia). Pada 1961, PT Permindo berubah menjadi PN Pertamin (Perusahaan
Negara Pertambangan Minyak Indonesia) yang sebagian besar bergerak di sisi
Kilang dan Pemasaran Dalam Negeri.

Di Jawa Timur, PTMN Cepu berubah menjadi PTMRI Cepu (Perusahaan


Tambang Minyak Republik Indonesia Cepu) pada tahun 1950 dan pada tahun
1961, berubah menjadi PN Permigan (Perusahaan Negara Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi Nasional). Sehingga pada 1961, Indonesia memiliki 3 Perusahaan
Minyak Milik Negara: PN Permina, PN Pertamin dan PN Permigan. Pada 1968,
PN Permina dan PN Pertamin digabung menjadi PN Pertamina. Sedangkan, PN
Permigan Cepu dilikuidasi dan diubah menjadi Pusat Pendidikan dan Latihan
Perminyakan Cepu di bawah Departemen Pertambangan.

Dengan UU No.8/1971 PN Pertamina berubah menjadi Pertamina


(Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara) yang merupakan
perusahaan minyak nasional yang terintegrasi (integrated national oil company)
bergerak dari hulu (upstream) sampai ke hilir (downstream). Bila kekurangan
dana dan teknologi, Pertamina sebagai Pemegang Kuasa Pertambangan diberi
otoritas untuk melakukan kerja sama dengan Investor Asing dalam bentuk
Production Sharing Contract.

B. Proses Pembentukan Hukum Migas


Faktor – faktor yang melatarbelakangi pembentukan Undang-undang
Migas , antara lain adalah : Industrialisasi , globalisasi, krisi ekonomi , privatisasi
badan usaha milik Negara dan reformasi hukum . Di dorong oleh Penguasaan
serta pengaturan Migas yang harus dikuasai oleh Negara untuk di gunakan sebesar
besarnya untuk masyarakat atau hajat hidup orang banyak sesuai dengan semangat
dan filosopi bangsa Indonesia . Gagasan ini disampaikan oleh Bung Hatta dalam
suatu konsep demokrasi ekonomi yang dituangkan dalam pasal 33 UUD tahunn
1945 yang berisi :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Secara etimologis makna “ Di kuasi oleh Negara ” yakni memegang kuasa
untuk menguasai dan mengusahakan segenap sumber daya alam yang terdapat
dalam wilayah hukum Indonesia . Dasar – dasar perekonomian dan kegiatan
ekonomi sangat berkaitan dengan kesejahteraan sosial . Cita – cita membangun
masyarakat yang adil dan makmur merupakan sebuah mission sacre bagi bangsa
Indonesia . Disamping itu , perlu suatu pendayagunaan yang lebih efektif dan
produktif terhadap pengolahan sumber daya alam migas sebagai sumber utama
dalam pertumbuhan ekonomi .
Dalam proses Industrilisasi, sektor minyak dan gas sangat memegang
peran yang sangat penting . Mengapa ? Karena ini merupakan salah satu dari
masalah yang berkepanjangan dari utang luar Negeri Indonesia . Dimulai dari
melemahnya rupiah , Indonesia harus menerima bantuan dari IMF yang ternyata
harus menerima resiko yang sangat berat dan harus membayar yang terasa berat
bagi bangsa dan pemerintah Indonesia . Salah satu hal yang harus dibenahi ,
dituangkan dalam Lol antara Pemerintah Indonesia dan IMF yaitu di sektor Migas
, terutama pada pengaturan . Ikut campurnya IMF merupakan salah satu resiko
atas bantuan yang di berikan IMF terhadap Indonesia , yang mengakibatkan
beberapa Badan Usaha Milik Negara harus di Privatisasi . Salah satu BUMN yang
di privatisasi yaitu Pertamina , suatu perusahan yang bergerak dalam bidang
Migas di Indonesia .
Penyempuranaan Undang-undang Migas, dirasa sangat mendesak
mengiingat pembaharuan hukum di sekotor lain telah sampai tahap Implementasi .
Apabila Undang-undang Migas tidak di sempurnakan atau di ubah niscaya akan
menimbulakan benturan .

5
Adapun ruang lingkup , maksud dan tujuan filosofi secara menyeluruh
tentang undang-undang migas yakni :
1. Migas sebagai kekayaan alam yang terkandung dalam wilayah
hukum Indonesia dikuasai Negara dan diselenggarakan oleh
pemerintah .
2. Menghilangkan usaha yang bersifat monopoli baik di sektor hulu
maupun hilir .
3. Mencipatakan dan menjamin penerimaan Pusat dan penerimaan
Daerah yang lebih nyata dari hasil produksi
4. Menumbuhkembangkan perusahan nasional Migas baik di dalam
ataupun di luar Negeri yang dapat mengakomodir perkembangan
kegiatan usaha minyak dan gas numi yang akan datang .
5. Memberikan ketentuan yang lebih jelas .
6. Menjamin penyediaan data yang cukup , tenaga kerja professional ,
peningkatan fungsi penelitian dan perkembangan serta
menggiatakan investasi melalui penciptaan iklim investasi yang
produktif .
7. Terdapat pengaturan mengenai pengolaan wilayah kerja oleh
pemerintah yang diusahakn oleh perusahaan atau bentuk usaha
tetap .
8. Adanya jaminan kepastian hukum .
Dalam pengembangan industry migas untuk mencapai cita cita , ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan , antara lain :
1. Kemakmuran masyarakat
2. Kenikmatan yang diperoleh dari penderiataan yang lain atau
dengan membuat penderitaan bagi yang lain tidak sesuai dengan
asas kekeluargaan
3. Penguasaan oleh Negara
4. Tanah , air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
adalah karuania Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia dan
menjadi sumber bagi kemakmuran
5. Keterlibatan usaha swasta
6. Pemanfaatan dan pengelolaan potensi kekayaan alam
dikembangkan dengan cara yang dapat memberikan cara

C. Jenis usaha kegiatan perminyakan


Pada dasarnya usaha kegiatan perminyakan di Indonesia terbagi
menjadi :

a. Kegiatan usaha Hulu yaitu kegitan usaha yang berintrik atau bertumpu
pada kegiatan usaha :

 Eksplorasi yaitu kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi


mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh
perkiraan cadangan minyak di Wilayah Kerja yang di tentukan

 Eksploitasi yaitu serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk


menghasilkan minyak dari suatu Wilayah Kerja yang ditentukan ,
yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur ,
pembangunan sarana pengangkutan , penyimpanan dan pengolahan
untuk pemisahan dan pemurnian minyak .

Kegiatan Usaha Huu dilaksanakan dan dikendalikan melalui Kontak Kerja


sama ,yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Badan Usaha Tetap .

Hal – hal yang diatur dalam Kontrak Kerja Sama setidaknya mengatur
ketentuan ketentuan pokok sebagai berikut :

 Penerimaan Negara

 Wilayah Kerja dan pengembaliannya

 Kewajiban pengeluaran dana

 Perpindahan kepemilikan hasil produksi atas minyak

 Jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak

 Penyelsaian perselisihan

7
 Kewajiban pemasok minyak untuk kebutuhan negeri

 Berakkhirnya kontrak

 Kewajiban pascaoperasi perminyakan

 Keselamatan dan kesehatan kerja

 Pengelolaan lingkuangan hidup

 Pengalihan hak dan kewajiban

 Pelapor yang di perlukan

 Rencana pengembangan lapangan

 Mengutamakan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri

Jangka waktu Kontrak Kerja Sama dilaksanakan paling lama 30 tahun dan
dapat diajukan perpanjangn paling lama 20 tahun . Jangka waktu eksploitasi
dilaksanakan paling lama 6 tahun dan dapat di perpanjang paling lama 4 tahun .
Kegiatan usaha Hulu dapat dilakukan Oleh Badan Usaha Milik Negara
( BUMN ) , Badan Usaha Milik Daerah ( BUMD ) Koperasi , Usaha Kecil ,
Badan Usaha Swasta .

Untuk melaksanakan Kegiatan Usaha Hulu di perlukan Wilayah Kerja


yang ditawarkan oleh Menteri kepada badan usaha yang di tetapkan oleh Menteri
setelah bekonsultasi dengan Pemerintah daerah . Kontraktor berkewajiba
mengembalikan sebagian Wilayah Kerja secara bertahap atau seluruhnya kepada
Menteri sesuai dengan kontrak kerja sama .

Pengembalian wilayah kerja dapat disebabkan oleh berbagai hal :

1. Apabila dalam jangka waktu Eksplorasi , kontraktor tidak


menemukan cadangan minyak yang dapat diproduksi secara
komersil

2. Ditentukan kontrak kerja sama

3. Ditentukan kontrak kerja sama


4. Kontrak kerja sama berakhir

Apabila Wilayah Kerja sudah dikembalikan maka statusnya beruabah


menjadi Wilayah terbuka yaitu bagian dari Wilayah Hukum Pertambangan
Indonesia yang belum di tetapkan sebagai Wilayah Kerja .

b. Kegiatan Usaha Hilir yaitu kegiatan usaha yang berintrik atau bertumpu
pada kegiatan usaha :

 Pengolahan yaitu kegiatan memurnikan , memperoleh bagian-


bagian mempertinggi mutu dan mempertinggi nilai tambah minyak
bumi

 Pengangkutan yaitu kegiatan pemindahan minyak bumi dari


Wilayah Kerja atau dari tempat penampungan dan pengolahan ,
termasuk pengangkutan melalui pipa transmisi dan distribusi

 Penyimpanan yaitu kegiatan penerimaan , pengumpulan ,


penampungan dan pengeluaran minyak bumi

 Niaga yaitu kegiatan pembelian , penjualan ekspor , impor minyak


bumi , atau hasil olahannya .

Kegiatan Usaha Hilir dilaksanakan dengan Izin usha yang di bedakan


menjadi :

1. Izin Usaha Pengolahan

2. Izin Usaha Pengangkutan

3. Izin Usaha Penyimpangan

4. Izin Usaha Niaga

Dasar Hukum

1. Undang – Undang No. 22 Tahun 2001

9
2. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 2004

3. Peraturan Menteri ESDM No. 01 Tahun 2008

STUDI KASUS
Tumpahan Minyak Indonesia – Singapura
Tabrakan antara kapal Alyarmouk dari Libya dan MV Sinar Kapuas dari
Singapura
Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas,
diperkirakan luasnya mencapai 3.273,310 km. Sebagian besar wilayah indonesia
adalah lautaa, sehingga secara alamiah indonesia dapat dikatakans sebagai bangsa
yang bahari.

Pencemaran lingkungan laut merupakan suatu kejadian yang sangat urgen


terjadi saat ini . Salah satu penyebab terjadinya Pencemaran Laut adalah adanya
tabrakan kapal yang kemudian menumpahkan minyak mentah ke laut . Seperti
yang pernah terjadi antara kapal Alyarmouk dari Libya dan Mv Sinar Kapuas dari
Singapura . Tabrakan itu terjadi di perbatasan antara Indonesia – Singapura yang
menyebabkan tercemarnya perairan Indonesia akibat tumpahan minyak di sekitra
pulau Bintan . Dalam situasi ini menurut Hukum Internasional , Indonesia berhak
untuk menerima ganti rugi akibat peristiwa tersebut sesuai dengan Hukum Laut
Internasional .

Pada tahun 2015 kemarin , Indonesia di kejutkan dengan peristiwa


tumpahan minyak yang menggenangi wilayah perairan Indonesia di sebalah barat
daya , tepatnya perbatesan Indonesia – Singapura di wilayah Selat Malaka .
Tumpahan ini disebabkan oleh tabrakan yang terjadi antara kapal MT Alyarmouk
dari Libya yang sedang menuju Tiongkok dengan membawa sebesar 4.500 ton
minyak bertipe Madura Crude Oil , MT Alyarmouk bertabrakan dengan kapal
MV Sinar Kapuas milik pemerintahan Singapura .

Akibat dari tabrakan ini , tumpahan minyak mencemari laut , bukan hanya
laut di singapura namun juga berimbas pada sebagian perairan di Indonesia .
Tepatnya Pulau Bintan , yang merupakan pulau terluar Indonesia yang berbatasan
langsung dengan Singapura . Tumpahan itu di khawatirkan merusak ekosistem
laut yang ada di Pulau Bintan .
Dalam Hukum Internasional , sebenaarnya dari kasus ini , Indonesia
berhak mengajukan upaya hukum untuk meminta pertanggung jawaban dari kapal
tersebut . Hal ini dikarenakan Indonesia terkena imbas dari tabrakan . Terlebih lagi
menurut Hukum Internasional , siapapun berhak untuk menggugat selama
penggugat terkena dampak pencemaran lingkungan secara langsung .

Adapun efek yang di timbulkan akibat tumpahan minyak di perairan


Indonesia – Singapura itu otomatis lingkungan laut akan mengalami perubahan .
sebagian besar akan merubah ekosistem – ekosistem yang ada di dalamnya . Tidak
hanya ekosistem – ekosistem yang ada di laut namun juga tumpahan ini bisa saja
merembet ke arah pesisir pantai dan di khawtirkan berimbas pada penduduk di
sekitar itu .
Analisa Kasus
Saat ini adalah bukan suatu hal yang baru jikalau masalah polusi laut yang
di sebabkan tumpahan minyak bumi merupakan perhatian yang serius bagi suatu
Negara yang memiliki perairan luas seperti Indonesia . Masalah ekologi dan
perlindungan akan linkungan mendapat perhatian dan sel yang berpenetrasi dapat
di pikirkan untuk mendapat langkah-langkah penanggulangannya
(Kantaatmaja;1982) .

11
Masalah polusi laut yang di sebabkan oleh tumpahnya minyak berlebih
merupakan masalah yang serius , mengingat keadaan geografis Indonesia yang
sebagian besar terdiri dari lautan dan posisi Nusantara sebagai daerah lalu lintas
tanker antar benua .
Pencemaran laut merupakan salah satu masalah lingkungan yang di hadapi
saat ini dan seringkali diakibatkan oleh aktivitas dan kegiatan manusia . Sebagian
pencemaran laut di sebabkan oleh manusia secara langsung baik tidak langsung .
Tumpahan Minyak yang di sebabkan oleh tabrakan kapal Alyarmouk dan
Sinar Kapuas merupakan masalah yang serius . Dalam hukum Internasional ,
Prof . Dikdik Muhamad Sodik (2014) menerangkan define terlebih dahulu
mengenai pencemaran lingkungan laut . Menurut pasal 1 ayat 4 Konvensi Hukum
Laut 1982 yaitu :
“Pollution of the Marine environment means the introduction by man directly or
indirectly, of substances or energy into the Marine environment, including
esruaries, which results or is likely to result in such deleterious effects as harm to
living resources and marine life, hazards to human health, hindrance to marine
activities, including fishing and other legitimate uses of the sea, impairment of
quality for use of sea and or armenitis.”

Berdasarkan pasal di atas maka pencemaran laut dapat di artikan sebagai


masuk atau di masukannya zat , dan energy kedalam lingkungan laut termasuk
muara oleh kegiatan manusia , yang dapat mengakibatkan rusaknya sumber daya
hayati dan kehidupan di laut , mengancam kesehatan manusia , mengganggu
kegiatan laut . Dengan demikian pencemaran laut dapat diartikan sebagai bentuk
marine environmental damage dalam arti adanya pengrusakan , gangguandan
perubahan yang menyebabkan lingkuangan laut tak berfungsi dengan baik .
( Sodik;2014 )
Menurut peraturan pemerintah no 19/1999 tentang pengendalian /
pengerusakan laut adalah masuknya mahluk , zat , energy dan atau komponen lain
ke dalam lingkuangan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tak sesuai lagi
dengan baku mutu dan fungsinya .
Konvensu hukum laut 1982 meminta setiap Negara untuk melalukan
upaya untuk mencegah , menanggulangi dan mengendalikan pencemaran
lingkungan laut dari setiap sumber pencemaran dari pembuangan limbah
berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber daratan , dumping dari kapal ,
dari instalasi eksplorasi dan eksploitasi . Dalam kegiatan tersebut setiap Negara
harus melakukan kerjasama baik regional maupun global yang diatur sesuai dalam
pasl 197-201 Konvensi Hukum Internasional 1982 .
Dalam kasus tumpahan minyak tersebut , pemilik kapal tangki mempunyai
kewajiban untuk mengganti rugi terhadap pencemaran yang di sebabkan oleh
kapal yang menumpahkan minyak tersebut . Pemilik kapal dapat terbabas dari
hukum jika hanya dengan alasan ;
 Kerusakan lingkungan akibat perang atau bencan alam
 Kerusakn sebagai sabotase dan sabotase pihak lain
 Kerusakan yang di sebabkan oleh karena pihak berwenang tidak
memelihara alat navigasi dengan baik
Dari alasan diatas jelas bahwa Negara pemilik kapal harus memberikan
ganti rugi terhadap Negara yang menjadi korban pencemaran laut yang disini
adalah Indonesia . dalam Hukum Laut Internasional pasal 235 tentang tanggung
jawab dan kewajiban ganti rugi , Negara bertanggung jawab untuk pemenuhan
kewajiban internasional mererka berkenaan dengan perlindungan dan
pelestarian lingkungan laut . Mereka harus memikul kewajiban ganti rugi sesuai
dengan hukum Internasional ( Kusuma Atmaja ; 1992 ).

Hukum UU Perniagaan ( Pasal 534 ayat 2 ) Tubrukan kapal adalah


tubrukan atau sentuahan anata dua kapal atau lebih satu sam lain . (
Prodjodikoro;1984 ) Indonesia merupakan Negara yang telah meraatifikasi
UNCLOS yaitu konvensi PBB tentang Hukum Laut . Indonesia meratifikasi
Undang – Undang nomor 17 tahun 1985 . Dalam ketentuan 192 UNCLOS
menjelaskan bahwa Negara wajib melindungi dan melestarikan lingkungan laut .
Dalam ketentuan UNCLOS pasal 97 yang isinya ;
 Dalam hal terjadinya suatu tubrukan atau insiden pelayaran lain
apapun yang menyangkut suatu kapal lain leaps berkaitan dengan
tanggung jawab pidana atau disiplin nahkoda atau setiap orang
lainya dalam dinas kapl , tak booleh daiadakan penuntutan atau
disiplin kecuali di hadapan peradilan atau pejabat administratif atau
Negara bendera atau Negara yang demikian itu menjadi warga
Negaranya .

13
 Dalam perkara disiplin hanya Negara yang telah mengeluarkan izin
nahkoda atau serifikat kemampuan atau izin yang harus merupakan
pihak yang berwenang , setelah dipenuhinya proses huum
sebagaimana mestinya , untuk menyatakan penarikan sertifkat
demikian , sekalipun pemegangnya bukan warga Negara yang
mengeluarkannya .
 Tidak boleh ada pengangkapan atau penahanan terhadap kapal ,
sekalipun sebagai suatu tindakan pemeriksaan diperintah oleh
pejabat manapun kecuali pejabat dari Negara bendera .

BAB III
KESIMPULAN

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan akan sumber daya alam
yang ada , salah satunya yaitu Minyak . Indonesia pernah menjadi penyumbang
minyak terbesar di dunia . Penyumbang minyak terbesar di dunia itu terjadi ketika
pada colonial .

Sejarah perminyakan di Indonesia di menjadi 3 tahap yaitu :


1. Masa colonial
2. Kemerdekaan ( Dibuatnya perusahaan minyak di daerah daerah )
3. Era Pertamina

Dibentuklah hukum perminyakan karena beberapa faktor diantarannya :


Industrialisasi , globalisasi, krisi ekonomi , privatisasi badan usaha milik Negara
dan reformasi hukum . Di dorong oleh Penguasaan serta pengaturan Migas yang
harus dikuasai oleh Negara untuk di gunakan sebesar besarnya untuk masyarakat
atau hajat hidup orang banyak sesuai dengan semangat dan filosopi bangsa
Indonesia . Gagasan ini disampaikan oleh Bung Hatta dalam suatu konsep
demokrasi ekonomi yang dituangkan dalam pasal 33 UUD tahunn 1945 .

Kegiatan perminyakan di bagi menjadi dua yaitu kegiatan Hulu dan Hilir.
Kegiatan Hulu meliputi Eksplorasi dan Eksploitasi , sedangkan kegiatan Hilir
meliputi pengolahan , pengangkutan , penyimpanan dan Niaga .

Perminyakan ini miliki dasar hukum yaitu Undang – Undang No.22 Tahun
2001 tentang minyak dan gas bumi .

Adapun cita – cita dari hukum perminyakan ini untuk mensejahterterakan


rakyat , karena minyak ini merupakan karunia dari Tuhan untuk memakmurakan
hambanya .

DAFTAR PUSTAKA

Obbie , afrri .2014.Artikel.Jenis-jenis usaha kegiatan minyak gas .Dalam


https://www.gultomlawconsultants.com/jenis-jenis-kegiatan-usaha-minyak-gas/

Gunawan , Rivani . 2017. Artikel . Kasus tumpahan minyak Indonesia –


Singapura
.https://www.kompasiana.com/gunawan1412/5910108152f9fg257a/kasus-
tumpahan-minyak-Indonesia-Singapura?page=all

Syukron.2018. Artikel .Sejarah dan Sistem Perminyak Di Indonesia .


https://www.kompasiana.com/goma/5b501a8bab12ae74aa4882e2/perminyakan-
indonesia?page=all

Bakhri,Syaiful. 2012.Hukum Migas Telaalh Penggunaan Hukum Pidana Dalam


PerUndang- Undangan . Yogyakarta.Total Media

15

Anda mungkin juga menyukai