Anda di halaman 1dari 2

Mencintai Kekayaan Agung Budaya Indonesia “Candi Borobudur”

Bangunan karya leluhur Bangsa Indonesia ini pernah diakui sebagai salah satu dari 7 keajaiban
dunia. Bagaimana tidak, banyak sekali fakta tentang Candi Borobudur yang membuat orang
terperangah. Letak bangunan yang presisi di setiap arahnya. letak Candi Borobudur, Mendut
dan Pawon yang membentuk garis lurus. Belum lagi bahan bangunan yang terbuat dari batu
Andesit yang keras, dan dibuat seperti puzzle yang saling terkait satu sama lain sehingga tidak
menggunakan semen pada saat pembuatannya. Masih ada lagi relief yang diukir begitu indah
dan detil yang jika dijajarkan sepanjang 6 km. Tidak habis pikir bagaimana para ahli di abad
ke 8 dan 9 ini mengerahkan kemampuannya untuk membangun sebuah bangunan yang begitu
memukau dunia.

Candi Borobudur menjadi salah satu dari daerah wajib dikunjungi baik bagi wisatawan
domestik maupun asing. Apalagi bagi umat Buddha, mengunjungi Borobudur menjadi
semacam ritual ziarah yang masuk dalam daftar hal-hal yang wajib dijalankan. Namun mari
kita bertanya pada diri sendiri, apa yang kita lakukan saat berada di Candi yang begitu agung
ini. Sebagian melakukan ritual, setelah itu mulai jalan jalan melihat relief relief indah. Ada
yang menyewa guide sehingga dapat penjelasan yang lebih rinci. Kemudian mulai lah sesi sesi
foto, di mana untuk mendapat angle yang bagus, stupa mulai dipanjat, dan diduduki. Ada yang
ingin mengetahui apakah dirinya memiliki ‘hoki’ bagus, lantas menjulurkan tangannya ke
dalam salah satu stupa untuk meraba patung Buddha yang ada di dalamnya. Mitosnya jika
mampu memegang bagian tertentu dari patung itu, maka rezeki si pemegang niscaya bagus dan
lancar.

Apakah mitos itu betul atau tidak, tidak pasti. Yang pasti adalah kelakuan kita di sana
mempercepat proses penghancuran Candi Borobudur ini. Selain faktor alam yang secara pasti
mengikis bebatuan candi, letusan gunung merapi mempercepat proses pengikisan tersebut.
namun kesemuanya tidak mampu menandingi kecepatan manusia dalam proses ini. Ketidak
sengajaan kita meraba raba patung dan relief, memanjat dan menduduki stupa. Belum lagi
mereka yang melakukannya dengan kesengajaan, menggulingkan patung agar jatuh dan patah,
sehingga kepala Buddha dapat ditukar dengan beberapa lembar uang. Tidak heran kita melihat
beberapa Buddha duduk di sana tanpa kepala. Pada zaman Belanda, bagian bagian dari candi
Borobudur dijadikan sebagai souvenir untuk negara lain dan bagian bagian tertentu ada yang
dikirim ke berbagai negara di dunia, disimpan dan dipamerkan di museum-museum kenamaan
di berbagai negara.
Unesco sejak tahun 1991 sudah menjadikan Candi Borobudur sebagai salah satu warisan
budaya yang harus dilindungi. Dua kali pemugaran Candi Borobudur, salah satunya dibiayai
oleh Unesco. Kelompok pecinta Borobudur melakukan aksi mencuci Borobudur ketika candi
Buddha terbesar di dunia ini dihujani oleh debu letusan merapi, berbagai relief, stupa dan
patung diselimuti agar terhindar dari kerusakan yang lebih parah. Aksi aksi ini sudah
sewajarnya didukung oleh seluruh elemen. Sudah waktunya bagi kita Bangsa Indonesia untuk
mencintai warisan dari leluhur kita. Keberadaan Candi Borobudur peninggalan dinasti
Syailendra menjadi bukti dari kebesaran bangsa kita di zaman dahulu.

Untuk mampu mencintai sehingga timbul niat untuk melindungi, perlu memiliki pemahaman
yang lebih tentang Candi Borobudur ini, sebab banyak versi tentang candi Borobudur ini ditulis
oleh para ahli. Berbagai penafsiran tentang nama Borobudur, perdebatan tentang mengapa
bagian bawah candi kemudian ditutupi. apa sebenarnya fungsi dari Candi Borobudur ini bagi
umat Buddha. Pembahasan tentang candi Borobudur ini akan dikupas dari berbagai sisi dalam
Seminar Sehari “Kajian Vastu Purusa Mandala Candi Borobudur dalam Dekonstruksi Struktur
Kajian Multi Disiplin” di Aula perguruan Buddhis Bodhicitta Jl. Selam No 39 – 41 Medan.

Seminar sehari ini dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STAB) Bodhi
Dharma Medan dalam rangka Dies Natalis ke 33 dari kampus ini pada hari Minggu, 10
September 2017. Pembicara terdiri dari YM Viryananda, MM., M.Pd.B. (Ketua STAB Bodhi
Dharma Medan), BPH Bendoro Raden Mas Subiandinata, S.IP., M.Soc.Sc., DEA., serta
seorang ahli Arkeologi. Dimana masing masing narasumber akan membahas dari sudut
pandang yang berbeda. Diharapkan peserta seminar memperoleh wawasan baru yang lebih
luas, sehingga mampu mendudukkan Candi Borobudur sesuai dengan fungsinya, mencintai
nya sebagai warisan leluhur, serta memperlakukan Candi Borobudur sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai