Kelompok 1:
Hanang Pandu Himawan 15014041
Mohammad Rhesa Fitriadi 25017020
Stefany Alaya Sitepu 25017047
Ririn Shabrina Faradhillah 25017080
Dhiana Dwi Widiawati 25017319
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesakan Laporan Tugas Evaluasi Kinerja
Angkutan Kota (Angkot) Rute Ciumbuleuit-St.Hall ini dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah ini yakni Bapak Ir. R.
Sony Sulaksono Wibowo, MT, Ph.D. atas segala bimbingan dan arahan dalam proses
pembuatan laporan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
rekayasa transportasi yang telah berkontribusi serta pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam
pembuatan laporan ini.
Penulis
Page | ii
DAFTAR ISI
Page | iii
3.1 Langkah Kerja ............................................................................................... 12
Page | iv
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 34
Page | v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 3 Grafik Naik Turun Penumpang Trayek ST. Hall – Ciumbeuluit .............. 25
Gambar 4. 4 Grafik Kumulatif Penumpang Naik dan Turun Trayek ST. Hall –
Ciumbeuluit............................................................................................... 25
Gambar 4. 5 Grafik Loading Profile Penumpang Rute ST. Hall – Ciumbeuluit Per
Unit ........................................................................................................... 27
Gambar 4. 6 Grafik Loading Profile Penumpang Rute ST. Hall – Ciumbeuluit Per
Jam ............................................................................................................ 27
Page | vi
DAFTAR TABEL
Page | vii
1 BAB 1
PENDAHULUAN
Usaha pemerintah Kota Bandung tersebut dapat dikatakan sukses bila didorong
pula oleh dukungan dari masyarakat. Evaluasi terhadap sistem yang sudah ada perlu
dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja yang optimum dari angkutan umum
tersebut. Dengan pelayanan yang optimum diharapkan dapat memberikan dampak yang
lebih besar bagi masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan yang ada sebagai berikut:
Page | 2
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas, akan dipaparkan secara garis besar sebanyak lima bagian
dengan data dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan penulisan. Lima bagian yang
dimaksud adalah:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab ini membahas mengenai teori-teori dasar yang digunakan sebagai landasan teori,
seperti teori tentang angkutan umum.
BAB 3 METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, seperti
metode survei.
Bab ini berisikan tentang pembagian segmen, analisis naik turun penumpang, travel time,
kapasitas, loading profile, dan matriks asal tujuan.
BAB 5 PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil analisis dan menjawab tentang sasaran
kajian serta memberikan saran untuk mengoptimalkan pelayanan angkutan kota (angkot)
kepada calon penumpang.
Page | 3
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa
atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota
(bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan angkutan udara (Warpani, 1990).
Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang aman, cepat,
nyaman dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat, terutama bagi
para pekerja dalam menjalankan kegiatannya. Bagi angkutan perkotaan, keberadaan
angkutan umum apalagi umum massal sangat membantu manajemen lalu lintas dan
angkutan jalan karena tingginya tingkat efisiensi yang dimiliki sarana tersebut dalam
penggunaan prasarana jalan.
a. Sarana operasi atau moda angkutan dengan kapasitas tertentu yaitu banyaknya orang
atau muatan yang dapat diangkut.
b. Biaya operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan operasi pelayanan
sesuai dengan sifat teknis moda yang bersangkutan.
Page | 4
c. Prasarana, yakni jalan dan terminal yang merupakan simpul jasa pelayanan angkutan.
d. Staf atau sumber daya manusia yang mengoperasikan pelayanan angkutan.
Sifat pelayanan dari angkutan umum jalan raya dapat dibedakan dalam segi
pelayanannya menjadi dua yaitu:
1. Pelayanan Non-Ekonomi
2. Pelayanan Ekonomi
a. Stabilitas dan daya dukung jalur gerak yang berkaitan dengan kondisi geologi dan
geografis setempat.
b. Dampak yang timbul seperti polusi udara dan kebisingan.
c. Kapasitas atau daya angkut sarana dan prasarana dalam kaitannya dengan besarnya
kebutuhan yang ada berikut makin tingginya kecepatan yang diminta.
d. Upaya perbaikan sistem metode pengendalian untuk meningkatkan faktor
keamanan
dan keselamatan.
Page | 5
e. Pengadaan yang terbatas dan harus bersaing dengan kepentingan yang
lain,
contohnya: pengembangan jaringan jalan untuk mengimbangi
pertumbuhan
kendaraan.
f. Jumlah armada angkutan umum tidak sebanding dengan permintaan
masyarakat.
Selain permasalahan yang telah disebutkan diatas, ditambah lagi permasalahan yang
disebabkan oleh:
a. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat dan akibat terjadinya urbanisasi
terutama dikota-kota besar.
b. Penggunaan kendaraan pribadi yang kurang efisien.
c. Kualitas dan jumlah kendaraan angkutan umum yang belum memadai,
seperti
jaringan jalan yang belum tertata dengan baik dan sistem pengendalian pelayanan yang
belum berhasil ditata secara konsepsional pelayanan (lebih dari 50% perjalanan
masyarakat berpindah moda lebih dari satu kali).
Melihat alasan penyebab timbulnya masalah lalu lintas dan angkutan umum, hal-hal
penting yang harus dipecahkan antara lain adalah:
a. Bagaimana membuat angkutan umum semakin menarik, agar dapat mengurangi minat
masyarakat menggunakan kendaraan pribadi.
b. Keterpaduan antara pengembangan suatu daerah dengan sistem transportasi yang ada
pada daerah tersebut.
c. Seberapa banyak subsidi pemerintah dalam mengembangkan sistem angkutan umum
yang ada pada daerah tersebut.
d. Bagaimana mengembangkan peran serta swasta dalam penyajian jasa angkutan.
Page | 6
b. Jaringan angkutan umum adalah sekumpulan jalur angkutan umum yang saling
berhubungan satu sama lain untuk efisiensi operasional dan pelayanan yang terintegrasi
dengan baik untuk kenyamanan penumpang.
c. Panjang jalur (km) adalah jarak antara dua terminal sepanjang jalur angkutan umum.
d. Panjang jaringan adalah panjang total dari semua alinemen yang dilayani oleh satu
jalur atau lebih.
e. Transit stop merupakan lokasi di sepanjang jalur dimana kendaraan angkutan umum
menaikkan dan menurunkan penumpang, termasuk penggunaan rambu, bangku, atau
shelter.
f. Transit station adalah struktur dan fasilitas khusus yang disediakan untuk naik-turun
penumpang, tempat menunggu, dan transfer angkutan umum.
g. Transfer station merupakan stasiun gabungan untuk dua atau lebih jalur angkutan
umum dimana penumpah dapat berpindah dari suatu jalur ke jalur angkutan umum
lainnya.
h. Terminal adalah stasiun akhir dari suatu jalur angkutan umum dimana terdapat stasiun
transfer besar yang menjadi tempat awal dan akhir pergerakan penumpang atau tempat
terjadinya transit dan transfer moda angkutan umum.
𝟑𝟔𝟎𝟎
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐀𝐧𝐠𝐤𝐨𝐭 𝐩𝐞𝐫 𝐉𝐚𝐦 =
𝐖𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐀𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐑𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚
Frekuensi adalah jumlah armada yang melewati suatu titik pada suatu jalur angkutan
umum pada satu arah selama selang waktu tertentu. Untuk menghitung frekuensi
menggunakan rumus seperti berikut :
Page | 7
Jumlah Armada = Waktu siklus (jam) x Frekuensi Pelayanan (angkot/jam)
Kapasitas kendaraan adalah jumlah penumpang maksimum yang dapat diangkut oleh
angkutan umum tersebut.
Untuk menghitung besar produksi pelayanan angkutan umum ini dapat dilakukan
dengan menghitung luas grafik yang terjadi, yaitu dengan mengalikan jumlah penumpang
yang terangkut (on board) dengan jarak perjalanan rata-rata antar pemberhentian.
Selain dapat dibentuk dari jumlah penumpang per jam angkutan umum dan jarak
perjalanan, profil pengisian (loading profile) ini juga dapat dibentuk dari jumlah
penumpang per jam angkutan umum pada setiap tempat pemberhentian. Untuk menghitung
loading profile menggunakan rumus seperti berikut:
Page | 8
lagi ke asal atau dapat dikatakan waktu perjalanan pulang dan pergi untuk suatu trayek
angkutan umum. Komponen waktu yang membentuk total travel time ini adalah waktu
naik/turun penumpang, waktu perjalanan (running time), dan waktu angkutan umum berada
di terminal (terminal time). Untuk menghitung waktu perjalanan (travel time) untuk satu
rute dengan rumus seperti berikut:
1. Survei dinamis
Survei dinamis yang dimaksud adalah survei penumpang naik turun pada angkutan
umum tersebut. Survei yang dilaksanakan di dalam kendaraan dengan metode pencatatan
jumlah penumpang yang naik dan turun kendaraan yang menempuh suatu trayek, dimana
penyigi mencatat jumlah penumpang yang naik dan turun dan atau waktu perjalanan pada
tiap segmen. Dilaksanakannya survei dinamis adalah untuk mendapatkan data kinerja
pelayanan angkutan dengan maksud mengetahui:
a. Jumlah penumpang yang diangkut pada trayek tertentu, yaitu: total penumpang yang
naik dan turun dalam suatu trayek. Total penumpang naik/turun yang diperoleh dari
survei ini dapat berupa total penumpang per hari, yang dapat digunakan untuk
menghitung tarif angkutan, maupun total penumpang pada jam-jam sibuk dan tidak
Page | 9
sibuk, yang dapat digunakan untuk perencanaan trayek angkutan, serta untuk
Adapun target data yang diamati selama melakukan survei, yaitu; waktu dan durasi
survei, tanda nomor kendaraan, kode dan nomor trayek serta jurusannya, jam
keberangkatan kendaraan, kapasitas kendaraan, jumlah penumpang yang naik dan turun
pada setiap segmen, dan waktu tempuh untuk setiap segmen.
Maksud pelaksanaan survei statis adalah untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan gambaran pelayanan angkutan umum, meliputi:
a. Jumlah armada operasi adalah jumlah kendaraan penumpang umum dalam tiap trayek
yang beroperasi selama waktu pelayanan.
b. Kepenuhsesakan (overcrowding) adalah indikator yang mengambarkan tingkat muatan
angkutan. Bila indikatornya tinggi berarti penawaran tidak dapat memenuhi
permintaan, sebaliknya bila indikator rendah berarti ada kemungkinan penawaran
melebihi permintaan.
c. Frekuensi pelayanan adalah banyaknya kendaraan penumpang umum per satuan waktu.
Besarannya dapat dinyatakan dalam kendaraan/jam atau kendaraan/hari.
Page | 10
d. Waktu pelayanan adalah waktu yang diberikan oleh setiap trayek untuk melayani rute
tertentu dalam satu hari.
Page | 11
3 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Studi Pustaka
Perencanaan Survey
Pelaksanaan Survey
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Page | 13
St.Hall adalah Terminal Ciumbeuluit – UNPAR – Jalan Cihampelas – RS. ADVENT –
Jalan Bapa Husen – Jalan Sederhana – RS. HASAN SADIKIN – Pasar Sederhana.
Page | 14
Untuk survey headway, digunakan 2 lokasi yang mewakili zona atas dan zona bawah.
Untuk zona atas, survey dilakukan di depan Universitas Katolik Parahyangan dan untuk
zona bawah, survey dilakukan di Jalan Sederhana.
Perhitungan jumlah penumpang di dalam angkot dilakukan untuk setiap segmen. Hal
ini dilakukan untuk menggambarkan kondisi yang dialami penumpang di dalam angkot
serta akan digunakan juga untuk menganalisis tingkat keterisian angkot. Data yang telah
dikumpulkan akan diolah dengan dibuat dalam grafik hubungan antara jumlah penumpang
yang naik dan yang turun dari angkot pada setiap trayek dengan setiap Segmen/segmen
jalan yang ditetapkan sebelumnya. Dari data survei tersebut dapat dilihat pula kondisi
penumpang di dalam angkot terkait kapasitas di dalam angkot yakni total penumpang yang
duduk. Tingkat keterisian (occupancy rate) angkot dapat dihitung dengan membandingkan
Page | 15
jumlah penumpang yang terdapat di dalam angkot dengan kapasitas angkot itu sendiri pada
setiap segmennya. Tingkat keterisian angkot dapat dihitung dengan perhitungan:
Faktor muat (load factor) dari angkot merupakan rata-rata tingkat keterisian angkot,
dimana perhitungannya adalah sebagai berikut :
Selain dari faktor loading profile dan tingkat keterisian, kinerja operasional juga
dapat ditinjau antara lain dari sisi waktu tempuh dan kecepatan operasi, headway, frekuensi
pelayanan dan jumlah armada.
Berdasarkan hasil survey maka akan didapatkan data panjang segmen, waktu tempuh
tiap segmen, lama berhenti di tiap halte, dan lama berhenti di terminal. Dari data tersebut
dapat diolah dan dihitung kecepatan operasi angkot pada setiap segmen serta waktu siklus
dari angkot. Kecepatan operasi angkot setiap segmennya dihitung dengan cara sebagai
berikut:
Waktu tempuh (travel time) untuk 1 rute dapat dihitung dengan rumus seperti di
bawah ini :
Selain itu, dengan diketahui headway rata-rata, maka frekuensi pelayanan angkot juga
akan dapat diketahui serta dengan waktu siklus rata-rata yang diperoleh dari langkah
sebelumnua, maka diperlukan jumlah armada yang beroperasi minimal dapat ditentukan
dengan persamaan berikut:
Page | 16
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐫𝐦𝐚𝐝𝐚 = 𝐖𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐬𝐢𝐤𝐥𝐮𝐬 (𝐣𝐚𝐦) × 𝐅𝐫𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐲𝐚𝐧𝐚𝐧 (𝐚𝐧𝐠𝐤𝐨𝐭/𝐣𝐚𝐦)
Page | 17
4 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dipilih angkutan kota (angkot) dengan trayek 11 Stasiun Hall – Ciumbeuluit. Trayek
11 ini sendiri terbagi menjadi 2 yaitu 11A Stasiun Hall – Ciumbeuluit via Eyckman (belok)
dan 11B Stasiun Hall – Ciumbeuluit via Cihampelas (lurus). Pada analisis ini dipilih trayek
11A Stasiun Hall – Ciumbeuluit via Eyckman (belok).
Terminal Ciumbeuluit – UNPAR – Jalan Cihampelas – RS. ADVENT – Jalan Bapa Husen
– Jalan Sederhana – RS. HASAN SADIKIN – Pasar Sederhana.
Page | 19
Rute Stasiun Hall – Ciumbeuluit :
Pasar Sederhana – Jalan Cipaganti – Jalan Setiabudi (Bawah) – Jalan Ciumbeluit – UNPAR
– Terminal Ciumbeuluit.
Gambaran rute dari angkot trayek Ciumbeuluit – Stasiun Hall via Eyckman (belok)
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Page | 20
Gambar 4. 2 Rute Angkot Trayek ST.Hall – Ciumbeuluit
Page | 21
4.1.5 Jarak dan Waktu Tempuh
Untuk menempuh trayek Stasiun Hall – Ciumbeuluit via Eyckman (belok) sepanjang
9.8 Kilometer, Angkot membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menempuh 1 ritase.
4.1.6 Tarif
Untuk satu kali perjalanan menggunakan angkot trayek Stasiun Hall – Ciumbeuluit
via Eyckman (belok) dikenakan tarif sebesar Rp 3.000 per pernumpang.
Page | 22
4.3 Waktu Antara (Headway)
Waktu antara atau biasa disebut headway merupakan waktu antara dua sarana
angkutan untuk melewati suatu titik/tempat pengamatan. Semakin kecil headway, maka
semakin banyak unit yang beroperasi per jam. Waktu antara digunakan untuk mengetahui
tingkat pelayanan angkot (jumlah unit per jam) dan kapasitas yang dapat terlayani. Dari
hasil survei headway selama 1 jam adalah sebagai berikut :
Banyaknya angkot trayek ST. Hall – Ciumbeuleuit yang lewat dalam waktu satu jam
dapat dihitung berdasarkan waktu antara (headway). Perhitungannya seperti dibawah ini :
3600
Jumlah Angkot per Jam =
Waktu Antara Rata − rata
3600
Jumlah Angkot per Jam =
231,5
Page | 23
4.4 Perhitungan Loading Profile
Dengan data jumlah penumpang naik dan turun yang didapatkan dari hasil survei
dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan berapa banyak penumpang yang berada di
dalam angkot pada setiap segmen. Perhitungan jumlah penumpang di dalam angkot dapat
dihitung dengan :
Dari data di atas terlihat bahwa jumlah penumpang naik terbanyak ada pada segmen 6
dan jumlah penumpang yang turun terbanyak ada di segmen 12. Agar dapat mempermudah
pembacaan dan analisis maka dibuat gambaran dalam bentuk grafik seperti berikut :
Page | 24
Grafik Penumpang Naik dan Turun
8
7
6
Jumlah Penumpang
5
5
4
4
Naik
3
2 2 2 2 turun
2
1 1 1 1 1
1
0 0 0 0 0 00 00 00 00 00 0 0 0 0 00
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Segmen
Grafik Kumulatif
Penumpang Naik dan Turun
15
13
11 11 11 11
11 10 10 10 10 10 10 10 10
Jumlah Penumpang
9 9
9
7 Naik
5 5 5 5 5 5 5
5 Turun
3 33 3
3 2 22 2
1 0
-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Segmen
Gambar 4. 4 Grafik Kumulatif Penumpang Naik dan Turun Trayek ST. Hall –
Ciumbeuluit
Page | 25
Mengacu pada gambar 4.3 dan grafik 4.4, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
penumpang menempuh perjalanan yang relatif dekat, yaitu naik dari segmen 1 dan turun di
segmen 2, kemudian naik dari segmen 3 dan turun di segmen 4. Sedangkan untuk segmen 7
– 11 dan segmen 16 tidak ada penumpang naik maupun penumpang turun.
Untuk membuat Loading Profile diperlukan data jumlah penumpang angkot per
jamnya. Untuk mendapatkan data tersebu adalah dengan mengalikan data jumlah
penumpang angkot per unit pada tabel 4.3 dengan jumlah angkot per jam yaitu sebesar 16
angkot/jam. Berikut ini adalah data jumlah penumpang angkot per jam.
Grafik dibawah ini merupakan loading profile angkot yang dibuat dari data diatas.
Loading profile tersebut disajikan dalam dua bentuk, yaitu berdasarkan jumlah penumpang
dan kapasitas per unit dengan data pada tabel 4.3 serta berdasarkan jumlah penumpang dan
kapasitas per jam dengan data pada tabel 4.4 :
Page | 26
Loading Profile
15
13 Kapastitas
11
Jumlah Penumpang
7
5 5 5 5 5 5
5
3 2 2 2
1 1 1
1 0 0 0 0
-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Segmen
Gambar 4. 5 Grafik Loading Profile Penumpang Rute ST. Hall – Ciumbeuluit Per
Unit
Loading Profile
200 Kapastitas
180
160
Jumlah Penumpang
140
120
100
80 80 80 80 80 80
80
60
40 32 32 32
16 16 16
20
0 0 0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Segmen
Gambar 4. 6 Grafik Loading Profile Penumpang Rute ST. Hall – Ciumbeuluit Per
Jam
Page | 27
Berdasarkan gambar 4.5 dan gambar 4.6 dapat terlihat bahwa angkot dengan trayek
ST.Hall – Ciumbeuluit tidak memiliki jumlah penumpang yang cukup banyak. Hal tersebut
dapat dilihat dari grafik, jumlah pemnumpang yang masih jauh dari batas kapasitas
sehingga semua penumpang masih dapat dilayani oleh angkot tersebut.
Nilai faktor muat (load factor) merupakan angka yang menunjukkan tingkat
keterisian rata-rata pada angkot disuatu trayek.
Tabel dibawah ini menunjukkan seberapa besar tingkat keterisian (occupancy rate)
dan factor muat (Load Factor) pada Angkot dengan trayek ST Hall – Ciumbeuluit (1
ritase).
Page | 28
Tabel 4. 5 Tingkat Keterisian dan Faktor Muat Angkot Ciumbeuleuit – ST Hall (1 rit)
Panjang Segmen PNP dalam Angkot Tingkat
No Segmen Xi . Li
Li (km) Xi (orang) keterisian
1 Segmen 1 0.468 32 16.67% 14.976
2 Segmen 2 0.78 0 0.00% 0
3 Segmen 3 0.545 16 8.33% 8.72
4 Segmen 4 0.773 0 0.00% 0
5 Segmen 5 0.728 32 16.67% 23.296
6 Segmen 6 0.56 80 41.67% 44.8
7 Segmen 7 0.342 80 41.67% 27.36
8 Segmen 8 0.903 80 41.67% 72.24
9 Segmen 9 0.342 80 41.67% 27.36
10 Segmen 10 0.435 80 41.67% 34.8
11 Segmen 11 0.809 80 41.67% 64.72
12 Segmen 12 0.773 16 8.33% 12.368
13 Segmen 13 0.675 32 16.67% 21.6
14 Segmen 14 0.652 16 8.33% 10.432
15 Segmen 15 0.607 0 0.00% 0
16 Segmen 16 0.363 0 0.00% 0
∑ Xi . Li 362.672
Faktor Muat 19.36%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Segmen
Page | 29
Dari data-data tersebut, dapat dilihat bahwa angkot Ciumbeuleuit – ST Hall memiliki
titik maksimum load factor berada pada sepanjang segmen 6 (Jalan Bapa Husein) sampai
dengan Segmen 11 (Jalan Cipaganti) dengan nilai sebesar 41.67% dengan faktor muat
sebesar 19.36%.
Untuk menghitung waktu tempuh (travel time) untuk 1 rute adalah dengan rumus
dibawah ini :
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai untuk waktu tempuh dan kecepatan operasi
angkot pada tiap segmen yaitu seperti pada tabel berikut ini :
Page | 30
Tabel 4. 6 Waktu tempuh dan Kecepatan Operasional Angkot Rute ST. Hall –
Ciumbeuluit (1 rit)
Panjang
Panjang
Segmen Kecepatan
No Segmen Nama Jalan Segmen Waktu Tempuh (detik)
Kumulatif (Km/Jam)
(Li)
(Km)
Page | 31
Jumlah Armada = Waktu siklus (jam) x Frekuensi Pelayanan (angkot/jam)
= 12 angkot
Dari hasil perhitungan, dibutuhkan setidaknya 12 angkot untuk trayek ST. Hall –
Ciumbeuluit untuk menjaga nilai headway yang terjadi sebesar 4 menit. Dari kondisi di
lapangan jumlah armada yang dimliki trayek ST. Hall – Ciumbeuluit adalah sebanyak 53
angkot. Maka kondisi yang terjadi di lapangan telah memenuhi syarat untuk menjaga
headway tetap 4 menit.
Page | 32
Dari matriks asal tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pergerakan yang banyak
terjadi adalah pergerakan jarak pendek. Pergerakan terjauh yang terjadi adalah pergerakan
dari segmen 10 ke segmen 15. Hal ini disebabkan juga karena rute angkot secara
keseluruhan cukup pendek.
Page | 33
5 BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan data yang diperoleh, maka penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Dari data survei Naik Turun Penumpang pada Angkot Ciumbuleuit - St. Hall,
sebagian besar penumpang menempuh perjalanan yang relatif dekat, yaitu naik dari
segmen 1 dan turun di segmen 2, kemudian naik dari segmen 3 dan turun di segmen 4.
Sedangkan untuk segmen 7 – 11 dan segmen 16 tidak ada penumpang naik maupun
penumpang turun.
2. Tingkat keterisiian (Load Factor) Angkot untuk rute Ciumbuleuit – St. Hall pada
waktu dilaksanakan studi ini memiliki titik maksimum load factor berada pada
sepanjang segmen 6 (Jalan Bapa Husein) sampai dengan Segmen 11 (Jalan Cipaganti)
dengan nilai sebesar 41.67% dengan faktor muat sebesar 19.36%. Waktu siklus rata-
rata Angkot Ciumbuleuit – St. Hall adalah 45 menit. Kecepatan rata-rata Angkot
Ciumbuleuit – St. Hall adalah sebesar 14.919 km/jam.
3. Berdasarkan hasil survei, diperoleh kapasitas Angkot sebanyak 12 orang yang terdiri
dari 1 Pengemudi dan 11 penumpang. Headway rata-rata dari Angkot St. Hall –
Ciumbuleuit pada waktu pelaksanaan studi adalah sebesar 4 menit. Frekuensi
Angkot pada waktu pelaksanaan studi ini adalah 16 keberangkatan Angkot
dalam 1 jam. Dibutuhkan setidaknya 12 angkot untuk trayek ST. Hall – Ciumbeuluit
untuk menjaga nilai headway yang terjadi sebesar 4 menit. Dari kondisi di lapangan
jumlah armada yang dimliki trayek ST. Hall – Ciumbeuluit adalah sebanyak 53 angkot.
Maka kondisi yang terjadi di lapangan telah memenuhi syarat untuk menjaga headway
tetap 4 menit.
5.2 Saran
Dari pengerjaan laporan tugas evaluasi kinerja angkutan kota (angkot) rute
Ciumbuleuit-St.Hall, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :
Page | 35
6 DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2017. Kota Bandung Dalam Angka Bandung Municipality in Figures
2017. Bandung : Badan Pusat Statistik.
Vuchic, Vukan R. 2007. Urban Transit Systems and Technology. Hoboken, New Jersey:
John Willey & Sons.