Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
A. Ahli waris
Yang dimaksud dengan ahli waris ialah orang yang berhak memperoleh peninggalan
(warisan) dari seorang yang telah meninggal dunia.
Ada 25 ahli waris yang diatur dalam ketentuan hukum waris islam,yang dapat mewarisi harta
pewaris yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Ahli Waris Laki-Laki
Terdiri Dari:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah
3. Ayah
4. Kakek dari ayah dan terus ke atas
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
9. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah
10. Paman yang sekandung dengan ayah
11. Paman yang seayah dengan ayah
12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah
13. Anak laki-laki paman yang seayah dengan ayah
14. Suami
15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak
Jika ahli waris laki-laki tersebut semua ada, maka yang mendapat bagian hanya tiga
orang,yaitu:
1. Anak laki-laki
2. Suami
3. Ayah
Ahli Waris Perempuan Terdiri Dari:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki,dan terus kebawah
3. Ibu
4. Nenek (ibu dari ibu) dan terus ke atas
5. Nenek (ibu dari ayah),dan terus kebawah
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Orang perempuan yang memerdekakan budak
Jika semua ahli waris perempuan tersebut ada,maka yang mendapat bagian hanya lima
orang,yaitu:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Saudara perempuan kandung
5. Istri
Jika ahli waris laki-laki dan perempuan sejumlah 25 orang tersebut semua ada, maka
yang mendapat bagian adalah:
1. Ayah
2. Ibu
3. Anak laki-laki
4. Anak perempuan
5. Suami atau istri

B. Dzawil Furud (Ashabul Furud)


Furudlu menurut istilah fiqih mawarits, ialah saham yang sudah ditentukan jumlahnya untuk
warits pada harta peninggalan, baik dengan nash maupun dengan ijma’
Secara bebas, arti lugowi zawi al-furud adalah orang-orang yang mempunyai saham (bagian)
pasti. Secara istilahi zawi al-furud adalah ahli waris yang sahamnya telah ditentukan secara
terperinci (1/2,1/3,1/4, 1/5, atau 1/8 dari warisan ).
Ashabul furud ada dua macam:
1. Ashabul furudh sababiyyah
Yaitu ahli waris yang disebabkan oleh ikatan perkawinan. Yakni: Suami danIsteri
2. Ashabul furudh nasabiyyah
Yaitu ahli waris yang telah ditetapkan atas dasar nasab. Yakni:
a. Ayah
b. Ibu
c. Anak perempuan
d. Cucu perempuan dari garis laki-laki
e. Saudara perempuan sekandung
f. Saudara perempuan seayah
g. Saudara laki-laki seibu
h. Saudara perempuan seibu
i. Kakek shahih
j. Nenek shahih.
Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Yang mendapat dua pertiga (2/3)
a. Dua anak perempuan atau lebih, bila tidak ada anak laki-laki.
b. Dua anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki, bila anak perempuan tidak ada.
c. Saudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih.
2. Yang mendapat setengah (1/2)
a. Anak perempuan kalau dia sendiri
b. Anak perempuan dari anak laki-laki atau tidak ada anak perempuan
c. Saudara perempuan seibu sebapak atau sebapak saja, kalau saudara perempuansebapak seibu
tidak ada, dan dia seorang saja
d. Suami bila isteri tidak punya anak
3. Yang mendapat sepertiga (1/3)
a. Ibu, bila tidak ada anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan tidak ada pula dua
orangsaudara
b. Dua orang saudara atau lebih dari saudara seibu.
4. Yang mendapat seperempat (1/4)
a. Suami, bila istri ada anak atau cucu
b. Isteri, bila suami tidak ada anak dan tidak ada cucu. Kalau isteri lebih dari satu makadibagi
rata.
5. Yang mendapat seperenam (1/6)
a. Ibu, bila beserta anak dari anak laki-laki atau dua orang saudara atau lebih.
b. Bapak, bila jenazah mempunyai anak atau anak dari laki-laki.
c. Nenek yang shahih atau ibunya ibu/ibunya ayah.
d. Cucu perempuan dari anak laki-laki (seorang atau lebih) bila bersama seorang
anakperempuan. Bila anak perempuan lebih dari satu maka cucu perempuan tidak mendapatharta
warisan.
e. Kakek, bila bersama anak atau cucu dari anak laki-laki, dan bapak tidak ada.
f. Saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih), bila beserta saudara perempuanseibu
sebapak. Bila saudara seibu sebapak lebih dari satu, maka saudara perempuansebapak tidak
mendapat warisan.
6. Yang mendapat seperdelapan (1/8)
a. Isteri (satu atau lebih), bila ada anak atau lebih.

C. Dzawil Arham
Dzawil Arham ialah orang-orang yang secara hukum memiliki kekerabatan dengan orang
yang meninggal, namun mereka bukanlah ahli waris.
Secara istilah mereka bukanlah termasuk orang-orang mendapat bagian waris tertentu yang telah
ditetapkan Al-Qur’an dan Hadits (ash-habul furud), dan juga
tidak termasuk pada golongan an ashabah.
Beberapa pendapat ulama mengenai masalah kewarisan dzawil arham antara lain :
 Golongan pertama, orang yang menjadi keturunan si mati melalui jalur keturunan ke
bawah, mereka itu adalah :
 Cucu dari anak perempuan dan terus ke bawah, baik laki-laki atau perempuan.
 Cicit dari cucu perempuan dari anak laki-laki dan terus ke bawah, baik laki-laki
atau perempuan.
2. Golongan kedua, orang yang menjadi asal keturunan si mati (jalur keturunan ke atas). Mereka
adalah :
 Kakek yang tidak shahih (tidak langsung) terus ke atas, seperti ayahnya ibu dan
kakeknya ibu.
 Nenek yang tidak shahih (tidak langsung) terus ke atas, seperti ibu dari ayahnya
ibu dan ibu dari ibunya ayah.
3. Golongan ketiga, orang yang dinasabkan kepada kedua orang tua si mati (kerabat jalur
samping). Mereka adalah :
 Anak-anak dari saudara perempuan sekandung/seayah/seibu, baik laki-laki atau
perempuan.
 Anak-anak perempuan dari saudara laki-laki sekandung/seayah/seibu dan anak-
anak keturunan mereka terus ke bawah.
 Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu, dan semua keturunannya seperti : cucu
laki-laki dari anak laki-laki saudara seibu, atau cucu perempuan dari anak laki-laki saudara
seibu.
 Golongan keempat, orang yang dinasabkan kepada kedua kakek atau kedua nenek orang
yang mati, baik dari jihat ayah atau jihat ibu. Mereka adalah :
 Semua bibi dari pihak ayah orang yang mati (bibi sekandung/seayah/seibu), juga
paman-paman dari pihak ibu si mayat, juga bibi dari pihak ibu si mayat dan semikian
pula paman-pamannya ibu.
 Anak-anak bibi dari pihak ibu, dan anak-anak paman dari pihak ibu, dan anak-
anak paman ibu dari pihak bapaknya ibu, terus ke bawah.
 Bibi ayah si mati dari pihak ayahnya, baik sekandung/seayah/seibu, paman-
pamannya ibu dari bapaknya ibu, dan bibi-binya ibu dari bapaknya ibu, juga khal dari
ibu dan khalah dari ibu, baik sekandung/seayah.
 Anak-anak dari golongan tersebut (no. 3) dan terus ke bawah, seperti anak laki-
laki dari bibinya ayah dan anak perempuan dari bibinya ayah, dan seterusnya.
 Paman kakek mayit dari pihak ibu, paman nenek mayit dari pihak bapak, paman-
paman dan bibi-bibi nenek dari pihak ibu dan bibinya kakek atau nenek dari pihak
ibu.
 Anak-anak mereka (no. 5) terus ke bawah.
Cara-cara kewarisan dzawil arham ini, rinciannya dianalogikan kepada jihad ashabah,
yaitu: Mereka yang pertama kali memperoleh bagian adalah anak turunan (jihat bunuwah).Jika
jihat ini tidak ada maka digantikan oleh orang tua si mati terus ke atas (jihat ubuwah).Bila tidak
ada maka digantikan oleh jihat ukhuwah.Bila juga tidak ada barulah keturuna bibi dari ayah dan
paman dari ibu (jihat umumah dan jhat khalah).Dan bila tidak ada maka baru kemudian anak-
anak mereka dan orang-orang yang statusnya menggantikan mereka, seperti anak perempuan dari
paman sekandung/seayah.
Beberapa syarat kewarisan dzawil arham :
 Harus tidak ada ashabul furud. Karena jika ada ashabul furud, maka ia mengambil
bagiannya sebagai ashabul furud dan sisanya diambil dengan jalan rad.
 Harus tidak ada orang yang mendapatkan bagian ashabah. Tetapi, bila ahli warisnya itu
hanya salah seorang suami atau isteri, maka salah satu dari keduanya mengambil
bagiannya sebagai ashabul furud. Sedangkan sisanya diserahkan kepada dzawil arham,
karena rad kepada salah seorang suami/isteri dilaksanakan setelah kewarisan dzawil
arham.

Anda mungkin juga menyukai