Anda di halaman 1dari 3

2.3.

Sistem Kepartaian yang Berlaku di Indonesia

Setelah berakhirnya masa orde baru di Indonesia maka sistem kepartaian


yang berlaku di Indonesia juga berubah. Sistem tersebut berubah dari sistem
otoritarian menuju sistem demokratis. Menurut Romli (2016:199) pada masa
pasca orde baru setiap golongan bebas berekspresi berasosiasi untuk membentuk
dan mendirikan partai politik. Oleh sebab itu pada masa reformasi setiap
kelompok atau golongan bebas membentuk partai politik dan tidak ada
pembatasan jumlah partai politik. Dalam mewadahi kesempatan masyarakat yang
sama untuk membentuk partai politik maka pemerintah saat itu mengeluarkan UU
N0. 2/1999 tentang partai politik. “perubahan yang didambakan adalah
mendirikan suatu sistem di mana partai-partai politik tidak mendominasi
kehidupan politik secara berlebihan, akan tetapi juga tidak memberikan peluang
pada eksekutif untuk menjadi terlalu kuat” (Budiarjo, 2008:449).

Di Indonesia kini menggunakan sistem kepartaian multi-partai. Multi


partai berarti sebuah sistem dimana berbagai partai politik yang berlaga
dalam pemilihan umum, dan semuanya memiliki hak untuk memegang kendali
atas tugas-tugas pemerintah, baik secara terpisah atau dalam koalisi.Wiyono
(2009: 11) menyebutkan bahwa secara teoritis multi-partai dianggap sesuai
dengan kondisi bangsa Indonesia yang heterogen dengan berbagai perbedaan
agama, budaya, suku, bahasa, golongan dan kedaerahan. Menurut Budiarjo,
(2008: 418) pola multi partai dianggap lebih cocok dengan pluralitas budaya dan
politik daripada pola dwi-partai. Dalam sistem multi-partai tidak ada satu partai
yang cukup kuat untuk membentuk pemerintahan sehingga dibutuhkan koalisi-
koalisi dengan partai yang lain. Musyawarah dan kompromi harus dilakukan
untuk menunjang keberlangsungan kekuasaan dalam pemerintahan. Wiyono
(2009: 11) menyimpulkan bahwa reformasi politik dalam bentuk berubahnya
sistem kepartaian di Indonesia melahirkan kesadaran bahwa penyelenggaraan
pemerintah dilakukan secara terbuka dan dikontrol secara jelas.

Pada masa awal-awal reformasi sistem multi-partai dianggap baik Karena


memberikan kesempatan yang sama pada semua kelompok untuk beraspirasi dan
membentuk partai politik sesuai dengan ideologinya masing-masing. Namun,
pada saat ini sistem multi partai tidak lagi dinilai sebagaimana mestinya. Menurut
Romli, (2016: 200) banyaknya partai politik saat ini tidak membuat publik merasa
puas, partai politik saat ini mengecewakan masyarakat karena tidak
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat dan malah mementingkan
kepentingan kelompok dan partainya.
Daftar Pustaka

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Grafika.

Romli, Lili. 2016. Reformasi Partai Politik dan Sistem Kepartaian Indonesia,
(online),
(https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/292/229) ,
diakses pada 4 Maret 2018.

Wiyono, Suko. 2009. Pemilu Multi Partai dan Stabilitas Pemerintahan


Presidensial di Indonesia. Jurnal Konstitusi, (online),
(http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/public/content/infoumum/ejurna
l/pdf/ejurnal_Jurnal%20Konstitusi%20Wisnuwardhana%20Vol%201%
20no%201.pdf#page=8), diakses pada 5 Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai