Setelah berakhirnya masa orde baru di Indonesia maka sistem kepartaian
yang berlaku di Indonesia juga berubah. Sistem tersebut berubah dari sistem otoritarian menuju sistem demokratis. Menurut Romli (2016:199) pada masa pasca orde baru setiap golongan bebas berekspresi berasosiasi untuk membentuk dan mendirikan partai politik. Oleh sebab itu pada masa reformasi setiap kelompok atau golongan bebas membentuk partai politik dan tidak ada pembatasan jumlah partai politik. Dalam mewadahi kesempatan masyarakat yang sama untuk membentuk partai politik maka pemerintah saat itu mengeluarkan UU N0. 2/1999 tentang partai politik. “perubahan yang didambakan adalah mendirikan suatu sistem di mana partai-partai politik tidak mendominasi kehidupan politik secara berlebihan, akan tetapi juga tidak memberikan peluang pada eksekutif untuk menjadi terlalu kuat” (Budiarjo, 2008:449).
Di Indonesia kini menggunakan sistem kepartaian multi-partai. Multi
partai berarti sebuah sistem dimana berbagai partai politik yang berlaga dalam pemilihan umum, dan semuanya memiliki hak untuk memegang kendali atas tugas-tugas pemerintah, baik secara terpisah atau dalam koalisi.Wiyono (2009: 11) menyebutkan bahwa secara teoritis multi-partai dianggap sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang heterogen dengan berbagai perbedaan agama, budaya, suku, bahasa, golongan dan kedaerahan. Menurut Budiarjo, (2008: 418) pola multi partai dianggap lebih cocok dengan pluralitas budaya dan politik daripada pola dwi-partai. Dalam sistem multi-partai tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk pemerintahan sehingga dibutuhkan koalisi- koalisi dengan partai yang lain. Musyawarah dan kompromi harus dilakukan untuk menunjang keberlangsungan kekuasaan dalam pemerintahan. Wiyono (2009: 11) menyimpulkan bahwa reformasi politik dalam bentuk berubahnya sistem kepartaian di Indonesia melahirkan kesadaran bahwa penyelenggaraan pemerintah dilakukan secara terbuka dan dikontrol secara jelas.
Pada masa awal-awal reformasi sistem multi-partai dianggap baik Karena
memberikan kesempatan yang sama pada semua kelompok untuk beraspirasi dan membentuk partai politik sesuai dengan ideologinya masing-masing. Namun, pada saat ini sistem multi partai tidak lagi dinilai sebagaimana mestinya. Menurut Romli, (2016: 200) banyaknya partai politik saat ini tidak membuat publik merasa puas, partai politik saat ini mengecewakan masyarakat karena tidak memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat dan malah mementingkan kepentingan kelompok dan partainya. Daftar Pustaka
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Grafika.
Romli, Lili. 2016. Reformasi Partai Politik dan Sistem Kepartaian Indonesia, (online), (https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/292/229) , diakses pada 4 Maret 2018.
Wiyono, Suko. 2009. Pemilu Multi Partai dan Stabilitas Pemerintahan
Presidensial di Indonesia. Jurnal Konstitusi, (online), (http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/public/content/infoumum/ejurna l/pdf/ejurnal_Jurnal%20Konstitusi%20Wisnuwardhana%20Vol%201% 20no%201.pdf#page=8), diakses pada 5 Maret 2018.