Bab 2 Kin Komunitas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 56

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENYAKIT HIPERTENSI

2.1.1 DEFENISI

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di

atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C.

Smeltzer, 2001) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi

medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam

jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga

bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat

diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Secara sederhana,

seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika tekanan Sistolik

lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari 90

mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80

mmHg untuk Diastolik.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka

yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka

yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).

Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”.

Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan

11
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg

atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa

minggu.

2.1.2 FAKTOR PENCETUS

1. Faktor tidak dapat diubah

a. Usia

Hal ini berhubungan dengan proses degenerasi (penuuaan) dengan

bertambahnya usia pembuluh darah akan menjadi kaku dan

berkurang keelastisannya, dengan adanya plak akan semakin

memperburuk keadaan pembuluh darah dan beresiko stroke dari

pada usia muda.

b. Herediter

Terkait riwayat stroke di keluarga, orang dengan riwayat stroke pada

keluarga akan memiliki resiko lebih tinggi

2. Faktor dapat diubah

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan penyebab terbesar terjadinya stroke, dalam

hipertensi akan terjadi gangguan pembuluh darah yang mengecil,

sehingga aliran darah yang menuju otak akan berkurang, dengan

berkurangnya aliran darah ke otak, pada otak akan terjadi kematian

jaringan otak atau pecahnya pembuluh darah karena tekanan darah

yang cukup tinggi

12
b. Olahraga

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan

sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot

membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan

jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk

mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk

mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa, 2001) Olahraga yang

teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat

bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan

melakukan olahraga aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan

darah tanpa perlu sampai berat badan turun (Depkes, 2016)

c. Obesitas

Obesitas berhubungan dengan kadar kolesterol dan lemak daalam

darah yang tinggi, sehingga terbentuknya plak dalam pembuluh

darah juga semikin tinggi

d. Psikososial dan stress

Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi

antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang

untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi

dan sumber daya (biologis, psikologis dan sosial) yang ada pada

diri seseorang (Depkes 2006 Stress atau ketegangan jiwa (rasa

tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut dan rasa

bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

13
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta

lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress

berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian

sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan patologis.

e. Konsumsi Garam berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena

menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga

akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60%

kasus hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan

darah dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang,

ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada

masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan rata-rata lebih

tinggi (Depkes, 2006).

f. Merokok

Merokok menyebabkan peningkatan kadar fibrinogen dalam darah,

sehingga mempermudah terjadinya penebalan pada dinding

pembuluh darah yang akan membuat pembuluh darah menjadi

sempit, aliran darah ke otak akan terganggu, sehingga terjadi

kematian jaringan otak.

14
2.1.3 KLASIFIKASI

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel

berikut:

Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage I 140-150 90-99

Hipertensi stage II >150 >100

(Arif Muttaqin, 2009).

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub group: Perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110

Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90

Sub group: Perbatasan 140-149 <90

(Andy Sofyan, 2012)

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)

Normal <120 Dan <180

Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi Tahap I 140-159 Atau 90-99

15
Hipertensi Tahap II ≥160 Atau ≥100

Hipertensi Sistol Terisolasi ≥140 Dan <90

(Andy Sofyan, 2012)

The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *

Kategori Sistolik Diastolik

(mmhg) (mmhg)

Normal < 130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi †

Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan

sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih

adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua

kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan

atau lebih setelah skrining awal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan

didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung

berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung

berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg

didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi

16
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi

pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga

kali dalam jangka beberapa minggu.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140

mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan

diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada

usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang

mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai

usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,

kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

2.1.4 ETIOLOGI

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%

diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat

ditentukan penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah

dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh

hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat

dari adanya penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab;

beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan

17
bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.Jika

penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar

5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian

obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,

yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin

(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Beberapa penyebab terjadinya

hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal

- Stenosis arteri renalis

- Pielonefritis

- Glomerulonefritis

- Tumor-tumor ginjal

- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

Kelainan Hormonal

- Hiperaldosteronism

- Sindroma Cushing

- Feokromositoma

18
2. Obat-obatan

- Pil KB

- Kortikosteroid

- Siklosporin

- Eritropoietin

- Kokain

- Penyalahgunaan alcohol

- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

3. Penyebab Lainnya

- Koartasio aorta

- Preeklamsi pada kehamilan

- Porfiria intermiten akut

- Keracunan timbal akut

Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :

- Peningkatan kecepatan denyut jantung

- Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama

- Peningkatan TPR yang berlangsung lama

2.1.5 PATOFISIOLOGI HIPERTENSI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia

simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan

19
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat

sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bias terjadi. Pada saat bersamaan dimana system

simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi.

Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.

Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

20
PATHWAY HIPERTENSI
ETIOLOGI

Essensial (primer) :
- Genetik Renal (sekunder) :
- Lingkungan - Penggunaan estrogen
- Hiperaktifitas susunana saraf simpatis. - Penyakit ginjal
- Sistem rennin engiostensin - Penyakit endokrin
- Defek dalam ekskresi Na - Peningkatan TIK
- Peniangkatan Na dan Ca intraseluler. - Stres jangka panjang
- Usia, jenis kelamin - Kehamilan
- Obesitas
- Diet, alkohol, merokok

Hii hipertensi

Gangguan sirkulasi

Otak Jantung Ginjal


Curah jantung menaik Aliran darah ke ginjal berkembang

Penyempitan pembuluh darah ke Beban kerja jantung menaik Sekresi renin


Stimulasi
otak karena artensselerosis
Pusat nimodula oblongata Hipertropi ventrikel kiri Angiotensin
Penaikan tekanan serebra
vaskuler

21
Penaikan tekanan serebra
vaskuler Dilatasi ventrikel kiri
Arteri utama pembawa darah Angiotensin I
mengandung O2
Yang rasa nyaman nyeri kepala
Payah jantung
Angiotensin II
Berkurang
Suplay O2 menurun
Edesteron naik
Suplai darah ke otak
Gejala lemas akut berkurang Ketidakseimbangan antara suplai O2 Potensi Na + H2O
dan kebutuhan tubuh
Koping individu tidak Pusing, mata berkunang, Volume intra vaskuler meningkat
efektif pucat, mual, muntah

22
2.1.6 TANDA DAN GEJALA

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan ;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal

sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang

bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang

dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul

gejala berikut:

- Sakit kepala

- Kelelahan

- Mual

- Muntah

- Sesak nafas

- Gelisah

- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat

mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi

pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang

memerlukan penanganan segera.

23
2.1.7. KOMPLIKASI

Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan

berbahaya sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat

menyerang berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung,

pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi

hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan

terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita. akibat

komplikasi hipertensi yang dimilikinya. Hipertensi dapat menimbulkan

kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ

tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada

organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya

autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down

regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet

tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam

timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah

akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).

Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang

umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:

1) Jantung

- hipertrofi ventrikel kiri

- angina atau infark miokardium

24
- gagal jantung

2) Otak

- stroke atau transient ishemic attack

3) Penyakit ginjal kronis

4) Penyakit arteri perifer

5) Retinopati

2.1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen

Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:

- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai

terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor

resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin

analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,

kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL.

- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi),

IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat

dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam

urat, TSH dan ekordiografi.

- Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal),

glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron

yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan

hipertensi:

25
- kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan

tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula

(menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)

- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

2.1.9 PENATALAKSANAAN

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan

hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang

teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan

tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/

mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh

yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit). Pengobatan non

farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga

pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-

kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi

diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap

untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Nasehat pengurangan

garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan

asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan

26
ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih

baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.

c. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan

darah.

d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-

45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

27
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan keluarga

2.2.1 Pengertian asuhan keperawatan keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang di

berikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan (Depkes RI,2016).

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks

dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan

keluarga dan individu sebagai anggota keluarga (Mubarok,dkk, 2006).

Sedangkan pengertian yang lain perawatan keluarga adalah tingkat

keperawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga

sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, Dengan sehat sebagai tujuan

melalui perawatan sebagai saran atau penyalur (Effendi,2012).

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan suatu

pendekatan yang sistemik yaitu dengan keperawatan kesehatan keluarga.

Pendekatan ini digunakan dalam rangka mengidentifikasi dan memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi keluarga dimulai dari pengkajian,

penemuan diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, pelaksanaan dan

teknik evaluasi.

28
2.2.2 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga

a. Tujuan umum

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara

kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status

kesehatan keluarganya.

b. Tujuan khusus

Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam :

1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi

masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi

masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.

4. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam

mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

5. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu

hidupnya (Effendi,2012)

2.2.3 Sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi

prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi

dalam bidang kesehatan, meliputi :

29
a. Keluarga dengan anngota keluarga dalam masa usia subur dengan

masalah sebagai berikut :

1. Tingkat social ekonomi rendah.

2. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan

sendiri.

3. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan

penyakit keturunan.

b. Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan. Waktu hamil :

1. Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun)

2. Menderita kekuarangan gizi atau anemia.

3. Menderita hipertensi.

4. Primeparaatau multipara.

5. Riwayat persalinan dengan komplikasi.

b. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, karena :

1. Lahir premature/BBLR

2. Berat badan sukar naik.

3. Lahir dengan cacat bawaan.

4. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi,

5. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau

anaknya.

c. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota

keluarga.

1. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan.

30
2. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota dengan sering timbul

cekcok dan ketegangan.

3. Ada anggota keluarga yang sering sakit.

4. Salah satu orang tua (istri/suami) meninggal, cerai, atau lari

meninggalkan keluarga (Effendi,2012).

2.2.4. Struktur keluarga

Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan proses komunikasi.

Pola interaksi keluarga yang berfungsi :

1. Bersifat terbuka dan jujur

2. Selalu menyelesaikan konflik keluarga

3. Berpikiran positif

4. Tidak mengulangi isu dan pendapat sendiri

b. Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi :

1. Karakteristik pengirim

- Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat

- Apa yang disampaikan jelas dan berkhualitas

- Selalu meminta dan menerima umpan yang baik

2. Karakteristik penerima

- Siap mendengarkan

- Memberikan umpan balik

- Melakukan validasi

31
b. Struktur peran.

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan

posisi sosial yang diberikan, yang dimaksud posisi atau status adalah

posisi yang diberikan, yang dimaksud posisiatau status adalah posisi

individu dalam masyarakat misalnya status sebagai istri, suami, atau

anak.

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu

untuk merubah perilaku ke arah yang positif.

d. Nilai – nilai keluarga

Nilai meruoakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar

atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai

keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan

peraturan.

2.2.5. Fungsi keluarga

Lima fungsi dasar keluarga menurut Friedman adalah :

a. Fungsi Afektif

Apakah anggota keluarga merasa kebutuhan-kebutuhan

individuindividu lain dalam keluarga, apakah orang tua (suami/istri)

mampu menggambarkan kebutuhan-kebutuhan persoalan-persoalan

lain dari anak-anak mereka dan pasangannya, apakah mereka saling

menghormati satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung

satu sama lain.

32
b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak lahir. keluarga merupakan tempat individu

belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang di wujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar

disiplin, belajar tentang norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan

interaksi dalam keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

bencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

d. Fungsi ekonomi

Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,pangan dan

papan.Dan sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

e. Fungsi perawatan keluarga

Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku keluarga terhadap

kesehatan, definisi keluarga tentang tingkat pengetahuan mereka.

Apakah keluarga dapat melaporkan mulai kapan terjadi stroke dan

menyebutkan tanda-tanda atau perubahan yang terjadi pada anggota

keluarga dengan stroke. Apakah yang sudah di lakukan keluarga, apa

persepsi keluarga tentang hal yang telah di lakukan dalam mengatasi

masalah tersebut. Bagaimana kebiasaan tidur keluarga : apakah

33
anggota keluarga memenuhi syarat tidur sesuai dengan tuntutan usia.

Kebiasaan menggunakan obat-obatan : Apakah keluarga terbiasa

mengonsumsi alkohol, kopi, teh dan rokok. Apakah keluarga secara

reguler menggunakan obat yang di beli di toko untuk menghilangkan

pusing. Peran keluarga dalam perawatan diri : Apakah yang di lakukan

kelurga untuk memperbaiki satus kesehatan. Siapa yang membuat

keputusan dalam bidang kesehatan.

2.2.6. Tahap dan tugas pengembangan keluarga

Dalam pengkajian ini penulis menggunakan format pengkajian

keluarga dari Friedman (2012), pada keluarga dengan stroke pengkajian

adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk

mengukur keadaan keluarga memakai norma-norma kesehatan keluarga

maupun sosial, yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupan

keluarga untuk mengatasi. Meskipun setiap keluarga melalui tahapan

perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga

mengikuti pola yang sama.

Perkembamngan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (

Friedman,2012) adalah sebagai berikut :

a. Tahap I : Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat individu membentuk keluarga melalui

perkawinan yang sah.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:

1. Membina hubungan intim yang memuaskan.

34
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.

3. Mendiskusukan rencana memiliki anak.

b. Tahap II : Keluarga “ Child Bearing “ (Keluarga anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran anak pertama dan berlanjut

sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama dan

berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1. Persiapan menjadi orang tua.

2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,

hubungan seksual, dan kegiatan.

3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini di mulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan

berakhir saat anak berusia 5 tahun.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman.

2. Membantu anak untuk bersosialisasi.

3. Beradaptasi dengan anak yang lain juga harus terpenuhi

4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun

diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

35
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah

Tahap keluarga yang dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6

tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga

pada tahap ini antara lain :

1. Membantu anak sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkugan

1. Mempertahankan keintiman pasangan.

2. Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk menimgkatkan kesehatan anggota keluarga.

a. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun berakhir

sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat meninggalkan rumah orang

tuanya.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkatkan

otonomnya.

2. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.

Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

3. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang.

b. Tahap VI : Keluarga dan anak dewasa (pelepasan)

36
Tahap ini di mulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah.

Lamanya tahap ini tergantung dalam jumlah anak dalam keluarga atau jika

ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.

Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain :

1. Memperluaskan keluarga inti menjadi keluarga yang besar.

2. Mempertahankan keintiman pasangan istri yang sedang sakit dan

memasuki masa tua.

3. Membantu anak untuk manfiri di masyarakat.

4. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

c. Tahap VII : Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal dunia.

Tugas perkembangan keluarga pada ini antara lain :

1. Mempertahankan kesehatan.

2. Mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan anak – anak.

3. Meningkatkan keakraban pasangan.

d. Tahap VIII : Keluarga usia lanjut Pada tahap terakhir perkembangan

keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun berlanjut saat

salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain :

1. Mempertahankan rumah yang menyenangkan.

2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisik dan pendapatan.

37
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

5. Melakukan life – preview, perenungan hidup/masa lalu.

2.2.7 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Diagnosa Individu

a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan : peningkatan tekanan


vaskuler serebral.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Ajarkan klien teknik non farmakologi kompres dingin pada area
nyeri
b. Kurangnya pengetahuan.

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan klien.

2. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada otak, jantung, ginjal

dan pembuluh darah.

3. Berikan penjelasan pentingnya kerja sama dengan petugas

kesehatan dalam pengobatan untuk mencegah kekambuhan.

c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan (Carpenito,1998)

Intervensi:

1) Kaji faktor-faktor penyebab atau penunjang.

2) Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab atau penunjang.

3) Berikan makanan yang bergizi secara adekuat.

38
4) Berikan makanan perlahan mulai dari makanan saring atau lunak

2. Diagnosa keperawatan keluarga

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.

Intervensi :

1. Berikan informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala,

komplikasi,serta penanganannya.

2. Identifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

3. Dorong sikap emosi yang sehat dalam mengatasi masalah keluarga.

4. Beri penjelasan tentang keuntungan mengenal masalah-masalah

kesehatan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan

tidakan kesehatan yang tepat.

Intervensi :

1. Musyawarah bersama keluarga mengenai akibat – akibat bila

mereka tidak mengambil keputusan.

2. Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat mereka

pilih dan sumber – sumber yang di perlukan untuk melakukan

tindakan keperawatan.

3. Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Intervensi:

1. Beri penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga yang

sakit.

39
2. Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

3. Awasi keluarga melakukan perawatan.

4. Bantu anggota mengembangkan kesanggupan dalam merawat

anggota keluarga yang sakit.

d. ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota

keluarga. Intervensi: Modifikasi lingkungan yang mendukung

kesehatan.

1. Beri penjelasan tentang keuntungan dan manfaat pemeliharaan

lingkungan rumah.

2. Gali sumber – sumber keluarga yang mendukung memperbaiki

keadaan fisik rumah yang tidak sehat.

3. Berikan penjelasan kepada keluarga pentingnya sanitasi

lingkungan.

4. Lakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber daya di masyarakat

guna memelihara kesehatan.

Intervensi:

1. Kenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.

2. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang fungsi fasilitas

kesehatan.

3. Bantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

40
4. Beri penjelasan tentang keuntungan menggunakan fasilitas kesehatan

bagi keluarga

2.2.8 PENGERTIAN YOGA

Senam yoga adalah aktivitas di mana seseorang memusatkan

seluruh pikiran untuk mengontrol panca indera dan tubuhnya secara

menyeluruh. Hal ini menyebabkan seseorang dapat mengendalikan,

mengatur, dan berkonsentrasi untuk menyelaraskan tubuh, jiwa,dan

pikiran. Selain itu, senam yoga juga dapat melancarkan aliran oksigen di

dalam tubuh (Johan, 2011) Yoga merupakan suatu mekanisme penyatuan

dari tubuh (body), pikiran (mind), dan jiwa (soul). Yoga

mengkombinasikan antara teknik bernafas, relaksasi, meditasi dan latihan

peregangan tubuh (Wiria, 2015).

2.2.9 MANFAAT SENAM YOGA

Yoga secara teratur dapat menstimulasi saraf tulang punggung.

Menstabilkan fungsi kerja tubuh, meningkatkan rasa nyaman, tentram dan

bebas stres, memperhalus perasaan, memperbaiki sikap dan perilaku,

meningkatkan rasa percaya diri, pola pikir yang lebih positif dan

penghargaan terhadap diri sendiri, memperlambat proses penuaan diri,

meningkatkan daya ingat, fokus terhadap satu masalah dan meningkatkan

kesehatan secara menyeluruh (holistik), keseimbangan kondisi fisik dan

kejiwaan seseorang (Muchtar, 2010 dalam Wiria, 2015). Selain dari

penjelasan di atas, ada banyak sekali manfaat yang didapatkan dari yoga,

beberapa diantaranya adalah:

41
2.3 Memperbaiki postur tubuh, postur tubuh yang awalnya buruk menjadi

lebih baik. Karena tubuh perlu keseimbangan pada tulang punggung

dan otot-otot punggung sebagai penyangga tubuh (Stefanus, 2010

dalam Wiria, 2015).

2.4 Mencegah osteoporosis, dengan melakukan pose downward atau

upward facing dog dapat membantu untuk menguatkan tulang lengan

yang rentan mengalami osteoporosis (Stefanus, 2010 dalam Wiria

2015).

2.5 Latihan yoga memiliki manfaat yang baik bagi tubuh terutama dalam

menurunkan tekanan darah, maka senam yoga sangat

direkomendasikan pada penderita tekanan darah tinggi. Yoga

memiliki efek fisiologis pada kekuatan otot, peningkatan beberapa

asanas (posisi tubuh) yang dipercaya dapat mempengaruhi sistem

saraf otonom dan kelenjar endokrin yang mengatur fungsi internal

termasuk detak jantung dan produksi hormon (Windo, 2015). Ketika

seseorang melakukan senam, maka endorphin akan keluar dan

ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik

yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan endorphin

terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan

daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan

darah dan pernafasan (Sindhu, 2006 dalam Wiria, 2015).

2.6 Selain itu, senam yoga juga dapat melancarkan aliran oksigen di dalam

tubuh (Johan, 2011).

42
2.6.7 SENAM YOGA PADA LANJUT USIA

Lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang

disebabkandari proses penurunan fungsi tubuh akibat penuaan. Penuaan

merupakan proses yang mengakibatkan perubahan meliputi perubahan

fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan fisiologis terjadi

penurunan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi gangguan dari

dalam dan luar tubuh. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak

dihadapi oleh lansia adalah masalah pada sistem kardiovaskuler (Teguh,

2009 dalam Astari dkk, 2012). Seseorang yang makin tua akan memiliki

resiko yang lebih besar terhadap penyakit hipertensi, yang diakibatkan

metabolisme kalsium yang terganggu dan tidak memperhatikan diet rendah

garam, serta terjadi pula penurunan fungsi organ sistem kardiovaskular

dimana katup jantung terjadi penurunan elastisitas aorta dan arteri besar

lainnya. Kegiatan fisik berupa senam akan berpengaruh terhadap kerja

paru dan jantung sekaligus mempertahankan serta meningkatkan

komponen kebugaran. Senam juga dapat membuat jantung tetap

terpelihara dengan baik dan dapat membuat tekanan darah terkontrol

secara terintegrasi oleh baroreseptornya sehingga terjadi penahanan

(pengontrolan) tekanan darah (Benny, 2016). Berdasarkan hal tersebut

peneliti ingin melakukan penelitian menggunakan senam yoga hatha yang

didalamnya terdapat gerakan-gerakan sederhana agar tidak membebani

fisik lansia, namun dengan gerakan tersebut lansia tetap bisa melakukan

olahraga yang lama kelamaan akan melemaskan pembuluh darah sehingga

43
pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi, serta dapat

mengurangi resiko dari penumpukan lemak yang terdapat pada dinding

pembuluh darah sehingga menjaga elastisitas pembuluh darah

(Hikmaharidha, 2011 dalam Suri, 2017).

2.2.11 BERBAGAI MACAM JENIS YOGA

diantaranya adalah yoga vinyasa, yoga ashtanga, yoga iyengar dan

yoga power biasanya keempat jenis yoga ini memiliki tempo yang lebih

cepat dibandingan yoga hatha yang temponya cenderung lebih lambat

(Sonnerstedt, 2017). Senam dengan tempo yang lambat sangat cocok

dilakukan oleh lansia mengingat kondisi fisik lansia yang mulai

mengalami kemunduran. Sindhu (2006) dalam Hardicar (2007)

mengatakan Hatha Yoga memfokuskan pada teknik asana (postur),

pranayama (olah nafas), bandha (kuncian), mudra (gesture) serta relaksasi

yang mendalam. Berbagai macam gerakan yang disertai cara bernafas yang

benar dapat meningkatkan kekuatan dan kelenturan, meredakan

ketegangan serta memberikan energi baru pada tubuh.

2.2.12 FISIOLOGI SENAM YOGA HATHA TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH

Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat ditanggulangi dengan

dua cara yaitu dengan cara farmakologi maupun non farmakologi.

Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu menggunakan obat-obatan

kimiawi. Salah satu penanganan secara non farmakologis dalam

mengatasi hipertensi adalah dengan latihan senam yoga (Ovianasari,

44
2015). Senam yoga memiliki manfaat yang baik bagi tubuh terutama

untuk menurunkan tekanan darah, maka yoga sangat direkomendasikan

pada penderita tekanan darah tinggi. Yoga memiliki efek fisiologis pada

kekuatan otot, peningkatan beberapa asanas (posisi tubuh) yang

mempengaruhi sistem saraf otonom dan kelenjar endokrin yang mengatur

fungsi internal termasuk detak jantung dan produksi hormon. Senam

yoga dapat membuat 25% dari pasien penderita tekanan darah tinggi

berhenti mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi dan 35% lagi

mulai menguranginya (Wiria, 2015). Senam yoga berperan menurunkan

tekanan darah karena senam yoga menstimulasi pengeluaran hormon

endorfin. Endorfin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat

relax/tenang. Hal ini sangat berkaitan dengan gerakan dalam senam yoga

hatha yang dilakukan dengan gerakan-gerakan sederhana berfokus pada

pengendalian sistem pernapasan. Gerakan-gerakan tersebut menstimulasi

pengeluaran hormon endorfin. Endorfin dihasilkan di otak dan susunan

syaraf tulang belakang. Hormon ini berfungsi sebagai obat penenang

alami yang diproduksi oleh otak yang melahirkan rasa nyaman dan

meningkatkan kadar endorfin dalam tubuh untuk mengurangi tekanan

darah tinggi (Sindhu, 2006 dalam Johan, 2011). Penurunan tekanan darah

disebabkan oleh menurunnya tahanan perifer, dengan olahraga lama

kelamaan akan melemaskan pembuluh darah sehingga pembuluh darah

mengalami pelebaran dan relaksasi, serta dapat mengurangi resiko dari

penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga menjaga

45
elastisitas dari pembuluh darah (Hikmaharidha, 2011 dalam Suri, 2017).

Menurut penelitian Putu (2009) dalam Maya (2018) ternyata senam yoga

teratur selama 30-45 menit dan dilakukan 3-4 kali seminggu terbukti

lebih efektif menurunkan tekanan darah (tekanan darah sistolik turun 4-8

mmHg).

2.2.13 GERAKAN SENAM YOGA HATHA

a. Chair Cat – Cow Stretch

Gambar 2.3 Chair Cat – Cow Stretch (Sumber : Pizer, 2018)

1) Posisi awal duduk di kursi, kedua tangan berada di persendian

lutut dan posisi tulang punggung condong ke depan

2) Menarik napas melalui hidung dan ditahan beberapa detik sesuai

kemampuan pasien

3) Hembus napas melalui mulut sampai habis secara perlahan diikuti

dengan posisi tubuh menekuk ke depan

4) Ulang gerakan dari awal sampai akhir sebanyak 8 kali

pengulangan atau lebih jika perlu, sampai benar-benar merasa

rileks

46
b. Chair Raised Hands Pose (Urdhva Hastasana)

Gambar 2.4 Chair Raised Hands Pose (Urdhva Hastasana (Sumber

Pizer, 2018)

1) Posisi awal duduk di kursi, posisi tangan tegak lurus ke bawah.

2) Menarik napas melalui hidung dan ditahan beberapa detik sesuai

kemampuan pasien dengan diikuti kedua tangan digerakan tegak

lurus ke atas

3) Pasien menghembuskan napas melalui mulut sampai habis secara

perlahan bersamaan dengan menggerakan kedua tangan ke posisi

awal tubuh

4) Lakukan sampai dengan 8 kali pengulangan

c. Chair Extended Side Angle (Utthita Parsvakanasana)

47
Gambar 2.5 Chair Extended Side Angle (Utthita Parsvakanasana)

(Sumber : Pizer, 2018)

1) Posisi awal duduk di kursi, posisi tubuh tegak lurus dan kaki 90

derajat.

2) Pasien menarik napas secara perlahan.

3) Pasien menghembuskan napas bersamaan bersamaan dengan salah

satu tangan diarahkan ke sisi depan salah satu telapak kaki dan satu

tangan lagi diarahkan ke atas. Wajah mengarah ke tangan atas.

4) Kemudian kembali ke posisi awal.

5) Pasien melakukan gerakan yang sama dengan sisi tubuh yang

berlawanan

6) Ulang gerakan tersebut hingga 3 kali pengulangan ke masing masing

sisi tubuh.

d. Chair Pigeon (Eka Pada Rajakapotasana)

Gambar 2.6 Chair Pigeon (Eka Pada Rajakapotasana)

(Sumber : Pizer, 2018)

1) Posisi awal duduk di kursi dengan punggung tegak lurus. Salah satu

kaki diangkat ke sisi atas paha yang berlawanan.

48
2) Pasien menarik napas secara perlahan.

3) Pasien menghembuskan napas bersamaan dengan mengarahkan

punggung ditekuk ke depan.

4) Kemudian kembali ke posisi awal.

Ulang gerakkan dari posisi awal sampai akhir sebanyak 8 kali

pengulangan atau lebih jika perlu, sampai benar-benar merasa rileks

2.7 Chair Eagle

Gambar 2.7 Chair Eagle (Sumber : Pizer, 2018)

1) Posisi awal duduk di kursi kaki sejajar lutut dan pungung tegak

lurus.

2) Lalu posisi tangan 90 derajat dan salah satu sisi tangan menyilang

ke atas satu sisi tangan yang lain.

3) Posisi kaki menyilang ke atas satu sisi paha yang lain.

4) Posisi tersebut ditahan dengan 8 kali hitungan diikuti napas yang

beraturan.

5) Ulang gerakan dengan sisi tubuh yang berlawanan masing-masing

3 kali pengulangan.

49
f. Chair Spinal Twist (Ardha Matsyendrasana)

Gambar 2.8 Chair Spinal Twist (Ardha Matsyendrasana) (Sumber : Pizer,

2018)

1) Posisi awal duduk di kursi kaki sejajar lutut dan pungung tegak lurus

2) Pasien menarik napas bersamaan dengan punggung digerakkan

memutar ke satu sisi tubuh.

3) Kemudian hembus napas ke arah posisi awal tubuh.

4) Ulang gerakan tersebut sampai dengan 8 kali pada sisi kanan dan kiri

tubuh.

g. Final Relaxation (Savasana)

Gambar 2.9 Final Relaxation (Savasana) (Sumber : Pizer, 2018)

1) Posisi pasien duduk dikursi dengan posisi punggung tegak, kedua

kaki 90 derajat dan posisi kedua tangan di atas kedua paha.

Bernapas secara beraturan dengan tenang.

50
2.2.14 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Wiria (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa indikasi

senam yoga adalah :

a. Memperbaiki postur tubuh (Stefanus 2010 dalam Wiria 2015).

b. Melindungi tulang punggung, agar ruas-ruas tulang belakang

menjadi fleksibel

c. Mencegah osteoporosis (Stefanus 2010 dalam Wiria 2015).

d. Menurunkan tingkat jantung istirahat.

e. Meningkatkan stamina dan memperbaiki asupan oksigen di dalam

tubuh

f. Merusak sel-sel kanker dan membuang racun-racun dari produksi

fungsi selular.

g. Menurunkan tekanan darah

h. Menurunkan gula darah dan kolesterol jahat.

Menurut Menon (2018) kontraindikasi senam yoga adalah :

a. Migrain/sakit kepala

b. Seseorang yang mengonsumsi obat antipsikotik atau antidepresan

c. Kasus pra operasi

d. Gangguan kepribadian

e. Penyakit ortopedi

51
2.2.14 Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).Menurut

Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari

suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang

yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya

(1997) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung

karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu

rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya

dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah

tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah , adopsi atau

perkawinan (Setiadi, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI ( 1988)

keluarga adalah inti terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Setiadi, 2008).

52
2. Struktur keluarga

Menurut Setiadi (2008), Struktur keluarga menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya di masyarakat. Struktur

keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

1. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami

5. Keluarga kawin

Adalah hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara menjadi bagian keluaga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

53
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012)

membagi struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi,

peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.

1. Struktur komunikasi keluarga Komunikasi dalam keluarga dapat

berupa komunikasi secara emosional, komunikasi verbal dan non

verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional memungkinkan

setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti

bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada

komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkap kanapa yang

diinginkan melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal

seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang

melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah

pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang

membuat istri marah

2. Struktur peran keluarga.

Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun

informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.

3. Struktur nilai dan norma keluarga

Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik

atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang

dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah

kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari

sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui

54
perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan makna

kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari

Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan

yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam

satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan

pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola

prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam

keluarga.

3. Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun

potensial dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi

perilaku orang lain berubah ke arah positif. Tipe struktur kekuatan

dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua

terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang yang ditiru

(referent power), pendapat, ahlidan lain-lain (resource or expert

power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima

(reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya

(coercive power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi

(informational power), pengaruh yang diberikan melalui manipulasi

dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).

55
2.2.15 Fungsi Keluarga

a. Fungsi biologis

Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskan

kelangsungan keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan

anak dengan gizi yang seimbang, memelihara dan merawat

anggota keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.

b. Fungsi psikologis

Keluarga menjalankan fungsi psikologisnya antara lain untuk

memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian

diantara anggota keluarga membina pendewasaan kepribadian anggota

keluarga memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan

perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak. Meneruskan nilai-nilai

budaya.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga menjalankan fungsi ekonomisnya untuk mencari sumber-

sumber penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan

yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak dan jaminan

hari tua.

56
e. Fungsi pendidikan

Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak

dalam rangka untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,

membentuk prilaku anak,, mempersiapkan anak untuk kehidupan

dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya

2.2.15 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Menurut Setiadi (2008), Keluarga mempunyai tugas di bidang

kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Orang tua perlu mengenal

keadaan kesehatan dan perubahan -perubahan yang dialami

anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua

atau keluarga.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas

ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan

siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan

kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar

masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali

keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi

57
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga

sendiri. Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

perlu mendapatkan tindak lanjut atau perawatan agar masalah yang

lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi

pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga.

d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada).

2.2.16 Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem

(Kozier, 1995). Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan kesehatan akan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga. Berikut ini tugas keluarga

menurut Friedman (1998), adalah sebagai berikut: mengenal masalah

kesehatan; keluarga mampu mengidentifikasi masalah-masalah dalam

58
keluarga. Fungsi keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang

tepat, yaitu keluarga mampu membuat keputusan dan merencanakan

tindakan keperawatan keluarga, dalam melakukan perawatan keluarga

yakni keluarga mampu merawat anggota keluarga sebelum anggota

keluarga membawa anggota keluarga ke tempat pelayanan kesehatan.

Keluarga juga mampu mempertahankan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat, untuk kelangsungan hidup anggota keluarga, serta tetap

mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan

masyarakat. Keluarga akan menggunakan fasilitas kesehatan sesuai

dengan kemampuan keluarga.

2.2.17 Kemampuan Keluarga

Perilaku manusia sangat kompleks yang terdiri dari 3 domain

yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom, 1956 dalam Potter dan

Perry, 2005). Ketiga domain tersebut lebih dikenal pengetahuan, sikap

dan praktik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting karena digunakan untuk menerima informasi baru dan

mengingat informasi tersebut.

Saat keluarga diberikan informasi baru, maka keluarga tersebut

akan membentuk tindakan keluarga yang merujuk pada pikiran rasional,

mempelajari fakta, mengambil keputusan dan mengembangkan pikiran

(Craven, 2006)

59
2.2.18 Stress Dan Koping Keluarga

STIMULUS KOPING ADAPTASI

Gambar : Stimulus – adaptasi ( Roy, 1991 )

a. Sumber stressor keluarga (Stimulus)

White (1974, dalam Friedman, 1989) mengidentifikasi tiga strategi untuk

adaptasi individu yang juga dapat digunakan pada keluarga yaitu

mekanisme pertahanan, merupakan cara-cara yang dipelajari, kebiasaan

dan otomatis untuk berespon, taktik untuk menghindari masalah dan

biasanya merupakan perilaku menghindari sehingga cenderung disfungsi,

strategi koping yaitu upaya-upaya pemecahan masalah, biasanya

merupakan strategi adaptasi positif dan penguasaan yaitu merupakan

mode adaptasi yang paling positif sebagai hasil dari penggunaan strategi

koping yang efektif dan sangat berhubungan kompetensi keluarga

b. Koping Keluarga

Koping keluarga menunjuk pada analisa kelompok keluarga (analisa

interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagai respon positif yang

digunakan keluarga dalam menyelesaikan masalah (mengendalikan stress).

Berkembang dan berubah sesuai tuntutan/stressor yang dialami. Sumber

koping keluarga bisa internal yaitu dari anggota keluarga sendiri dan

eksternal yaitu dari luar keluarga.

60
c. Strategi adaptasi disfungsional

Dapat berupa penyangkalan dan ekploitasi terhadap anggota keluarga

seperti kekerasan terhadap keluarga, kekerasan terhadap pasangan,

penyiksaan anak, penyiksaan usia lanjut, penyiksaan orang tua, proses

pengkambinghitaman dan penggunaan ancaman. Penyangkalan masalah

keluarga dengan menggunakan mitos keluarga, triangling (pihak ketiga)

dan pseudomutualitas, pisah/hilangnya anggota keluarga dan

otoritariansme.

2.2.19 Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya

secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang

sama (Rodgers cit Friedman, 1999) :

a. Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan

perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi

kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia

30 bulan :

61
1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,

hubungan sexual dan kegiatan keluarga

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

c. Keluarga dengan anak pra-sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan

berakhir saat anak berusia 5 tahun :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan

tempat tinggal, privasi dan rasa aman

2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain juga harus terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun

di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap

yang paling repot)

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam

tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga

sangat sibuk :

62
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan

anggota keluarga

e. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan

biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak

meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah

melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan

yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,

mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya

2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.

Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga

f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya

63
tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada

anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua

3) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

4) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

g. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu

pasangan meninggal :

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak-anak

3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada

saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan

meninggal damapi keduanya meninggal :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik dan pendapatan

64
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

65
66

Anda mungkin juga menyukai