Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bayi belum berdaya untuk meminta atau menolak apa yang ibunya
lakukan terhadap dirinya.juga apa bila ibu memberinya imunisasi. Iya kehilangan
kesempatan memetik hidup yang ranum kelak bila ibu luput menjadikan tubuh
bayinya kebal sempurna. Sebagai akibatnya mungkin menyisakan
kelemahan,kekurangan, atau bisa jadi kecatatan di sepanjang hari depan anak.
Tapi sayang, penyesalan ibu taakan kuasa mengubah nasib anak

Selama hamil , ibu mengirimkan seperangkat kekebalan ke dalam darah


bayi yang di kandungnya. Namun , kekebalan alami ini tidak berumur panjang.
Tanpa uluran tanggan imunisasi, lewat umur 5 bulan.karena bayi rentan infeksi
seperti diphteria pertussis tetanus (DPT).

1.2 Tujuan

 Tujuan umum
Untuk mengenal dan mengetahu tentang jenis imunisasi DPT, baik dalam
mengetahui manfaat, waktu pemberian pada anak kapan, efek samping
pemberian imunisasi DPT, dan tidak baik digunakan pada anak apa saja.

 Tujuan khusus
Melakukan imunisasi DPT sesuai dengan prosedur yang diterapkan agar
kelak terhindar dari berbagai jenis penyakit yg menular atau tumbuh
secara alamih.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian imunisasi DPT


Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit difteri, pertusis, tetanus, dengan cara memasukkan kuman difteri,
pertusis, tetanus,yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh
sehingga tubuh dapat menghasilkan yang pada saat nanti dapat digunakan
tubuh untuk melawankan kuman atau bibit ketiga tersebut DPT. DPT
merupakan singkatan dari difteri, pertusis, tetanus.

 Difteri
Difteri adalah radang tenggorokanyang sangat berbahaya dan dapat
menyebabkan kematian hanya dalam berberapa hari saja.
Difteri adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium
Diphteriae.Sifatnya sangat mudah menular seseorang anak akan
terjangkit difteria atau sebagai pembawa kuman (karier) : yaitu dengan
terhisapnya percikan udara yang mengandung kuman. Bila anak nyata
menderita difteri dapat mudah dipisahkan. Tetapi seseorang karier
akan tetap berkeliaran dan bermain dengan temanya karena memang ia
sendiri tidak sakit.Infeksi biasanya terdapat pada faring, laring, hidung,
dan kadang pada kulit, konjuktiva, genitalia, telinga.

 Pertusis
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang
sangat menular, dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari
batuk yang bersifat spasmodik dan paroksismal disertai nada yang
meninggi, karena penderita berupaya keras untuk menarik nafas
sehingga pada akhir bentuk sering disertai bunyi yang khas (Whoop),
sehingga penyakit ini disebut Whooping Cough.

2
Pertusis adalah penyakit radang pernafasan (paru) yang disebut juga
batuk rejan atau batuk 100 hari, karena lama sakitnya dapat mencapai
3 bulan lebih atau 100 hari.Kuman yang didapatkan ialah bordetella
pertussis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan
dapat berakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun.
Gejalanya sangat khas, yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus-
menerus, sukar berhenti, wajah menjadi merah atau kebiruan, keluar
air mata, kadang-kadang sampai muntah. Karena batuk yang sangat
keras, mungkin akan disertai dengan keluarnya sedikit darah. Batuk
akan berhenti setelah ada suara mengking pada waktu menarik nafas,
kemudian akan tampak lesu diderita pada malam hari. Apabila
penyakit ini diderita pada bayi, akan merupakan keadaan sangat berat
dan dapat menyebabkan kematian

 Tetanus
Tetanus / Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanuspasmin yang dihasilkan
oleh Clostridium Tetani.
Tetanus adalah penyakit kejang otak seluruh tubuh dengan mulut
terkancing tidak bisa dibuka.Penyakit tetanus yang masih berada
diselur dunia, karena kemungkinan anak untuk mendapat luka tetap
ada.Misalnya luka tusuk, luka sayat, luka gigitan, luka robek, gigi
bolong, radang telinga.Luka tersebut merupakan pintu masuknya
kuman tetanus yang dikenal sebagai clostridium tetani. Kuman ini
akan berkembang biak dan membentuk racun yang berbahaya. Racun
inilah yang merusak sel susunan saraf pusat tulang belakang yang
menjadi dasar timbulnya gejala penyakit.Gejala tetanus yang khas
adalah kejang, dan kaku secara menyeluruh, otot dinding perut yeng
teraba terasa keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar
dibuka.

3
B. Manfaat Imunisasi DPT

Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit
adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh
akan membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal
terhadap penyakit tersebut.

Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :


1. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
2. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan disbanding
terkena penyakit secara alami.
3. Demam tinggi (lebih dari 40,5oc)
4. Kejang
5. Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

C. Kontraindikasi Imunisasi DPT

1. Bayi yang mengalami epilepsy


2. Bayi yang mengalami demam komplek
3. Riwayat riwayat anafilaksis.
4. Ensefalopati pasca DPT sebelumnya

D. Jadwal Pemberian Imunisasi DPT

Imunisasi dasar DPT diberikan 3x, karna saat imunisasi pertama belum
memiliki kadar antibody protektif terhadap difteri dan akan memiliki kadar
antibody setelah mendapatkan imunisasi 3x. dimulai sejak bayi berumur 2
bulan dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu.
Jika tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang diduga mungkin
sedang menderita batuk rajan. Bila pada suntuikan DPT pertama terjadi

4
reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT
lagi melainkan DT saja ( tanpa P ). DPT biasanya tidak diberikan pada anak
usia kurang dari 6 minggu, disebabkan respon terhadap pertusis dianggap
tidak optimal, sedangkan respon terhadap tetanus dan difteri adalah cukup
baik tanpa memperdulikan adanya antibody maternal.

E. Efek Samping Imunisasi DPT

Berikut ini contoh efek samping dari beberapa jenis imunisasi pada bayi :
1. Bayi mengalami panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan
imunisasi DPT selama 2 hari.
2. Sebagian besar tubuh bayi merasakan sakit, nyeri, kemerahan atau
bengkak ditempat suntikan.

F. Cara Mengurangi Panas Akibat Imunisasi DPT

1. Memberi obat pereda demam 2-3 hari sebelum imunisasi dilakukan.


2. Jika anak demam, berikan obat pereda demam.
3. Hendaknya imunisasi DPT diberikan pada saat tubuh anak dalam
kondisi sehat.

G. Kandungan vaksin DPT

Difteri dan tetanus: toksoid yang dimurnikan

Pertussis : bakteri mati, terabsorbsi dalam almunium fosfat.

Tiap 1 ml terdiri dari 40Lf toksoid difteria, 24 OU pertussis, 15 Lf toksoid


tetanus, almunium fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg.

5
H. Pencegahan dengan imunisasi DPT

1. Pertuasis
Untuk imunisasi yang dipakai adalah vaksin pertusis whole-cell (alum
precipitated) yaitu vaksin yang merupakan suspense kuman B pertusis
mati. Umumnya dikombinasikan dengan bersama toxoid difteri dan
tetanus.
 Jenis imunisasi pertusis.
o Imunisasi pasif
Dapat diberikan human hyperimmune globulin, ternyata
berdasarkan beberapa penelitian di klinik tidak efektif sehingga
akhir-akhir ini tidak lagi diberikan sebagai pencegahan atau
pengobatan pertusi.
o Imunisasi aktif
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman Bordetella
pertusis yang telah dimatikan untuk mendapatkan imunitet
aktif.Vaksinisasi pertusis diberikan bersama-sama dengan vaksin
difteri dan tetanus.Dianjurkan 12 IU dan diberikan pada umur 2
bulan.Beberapa penelitian menyatakan bahwa vaksinisasi pertusis
sudah dapat diberikan pada umur epidemic dapat diberikan 1 bulan
dengan hasil yang baik sedangkan waktu epidemic dapat diberikan
lebih awal lagi yaitu pada umur 2-4 minggu.

2. Difteri
Imunisasi
Penurunan drastic morbiditas difteri sejak dilakukan imunisasi.
Imunisasi DPT diberikan pada usia 2,4 dan 6 bulan, sedangkan booster
dilakukan pada usia 1 tahun dan 4-6 tahun. Di Indonesia imunisasi
sesuai PPI dilakukan pada usia 2,3 dan 4 bulan dan booster dilakukan
pada usia 1-2 tahun dan menjelang 5 tahun. Setelah vaksinasi I pada
usia 2 bulan harus dilakukan vaksinasi ulang pada bulan berikutnya

6
karena imunitas yang didapat dengan 1x vaksinasi tidak mempunyai
kekebalan yang cukup proyektif.
Dosis yang diberikanadalah 0,5 ml, tiap kali pemberian.

3. Tetanus
 Imunisasi pasif
Diberikan antitoksin, pemberian antitoksin ada dua bentuk yaitu :
1. ATS dari serum kuda;
2. Tetanus Immunoglobulin human (TIGH)
Dosis yang dianjurkan belum ada keseragamaan pendapat
- 1500-3000 ui.m
- 3000-5000 ui.m
Pemberian ini sebaiknya penggunaan ini dengan tes kulit dan mata.
Dosis TIGH: 250-500 ui.m
Waktu pemberian ATS/TIGH atau toksoid Tetanus maupun antibiotic
hal ini tergantung dari kekebalan seseorang apakah orang tersebut
sudah pernah mendapat imunisasi dan boosternya, berapa lama antara
pemberian toksoid dengan terjadinya luka

 Imunisasi aktif
Di Indonesia dengan adanya program pengembangan imunisasi atau
(PPI) selain menurunkan angka kesakitan juga mengurangi angka
kematian tetanus.
Imunisasi Tetanus biasanya dapat diberikan dalam bentuk DPT:
DT dan TT
- DPT: diberikan imunisasi dasar.
- DT : diberikan untuk booster pada usia 5 tahun: diberikan pada
anak dengan riwayat demam dan kejam.
- TT : diberikan pada – ibu hamil
_ Anak usia 13 tahun keatas.

7
Sesuai dengan program pengembangan imunisasi, imunisasi dilakukan
pada usia 2 , 4 dan 6 bulan. Sedangkan booster dilakukan pada usia
1, 5-2 tahun dan usia 5 tahun. Dosis yang diberikan adalah 0,5 cc tiap
kali pemberian secara intramuscular.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Imunisasi DPT adalah suatu faksin 3-in-1 yang melindungi terhadap


difteri, pertussis, dan tetanus.Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau
fatal.Pertussis (batuk rejaa) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang
ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang
melengking, pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas,
makan atau minum.Pertusis juga menimbulkan komplikasi serius, seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang
bias menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

Vaksin dpt diberikan pada umur kurang 7 tahun dan diberikan sebanyak 3
kali, yaitu pada saat berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), dan 4 bulan
(DPT III)selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang
diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika
anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertussis maka sebaiknya
diberikan DT bukan DPT.

B. Saran
Anjurkan melakukan imunisasi sesuai apa yang diberikan agar
pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kedepannya dapat lebih baik.
Serta kesehatan terjaga dan segala penyakit tertanggulangi.

9
DAFTAR PUSTAKA

dr. T.H.Rampengan,DSAK, dan dr.I.R.Laurentz,DSA.


PenyakitInfeksiTropikPadaAnak.Penerbit buku
kedokteran,EGC.Manado,Indonesia.

Suriadi, SKp, MSN dan Rita Yulianni, SKp, M.Psi. Asuhan Keperawatan pada
anak Edisi 2.PT. percetakan penebar swadaya. Jakarta, Indonesia.

Supariasi, I Nyoman Dewa.Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Editor Monica Ester, Skp, Edisi Pertama, 2000

Solihin, Pudjiadi, Prof DR.Dr. DSAK Ilmu Gizi Klinis pada anak, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Keempat, 2000

Asjiyanto. 2010. (http//lenteraimpian.wordpress.com/ jenis- jenis imunisasi


28/4/2014. 20.30)

10

Anda mungkin juga menyukai