Anda di halaman 1dari 129

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720.


Telp : (021) 4246321, Fax : (021) 4246703
www.bmkg.go.id

JAKARTA, DESEMBER 2013


BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM
DAN KUALITAS UDARA
DI INDONESIA

PUSAT PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA


KEDEPUTIAN BIDANG KLIMATOLOGI
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA DI INDONESIA
TAHUN 2013

x + 119 hlm : 21 x 30 cm
ISBN :

Editor : Drs. Budi Suhardi, DEA, Ir. Anton Siswadi, Hadi Suyono, M.Si, Leni Nasarudin,
S.Si, M.Si, Andriyas Aryo. P, M.Si, Agus Sabana, M.Si, Farid Faisal, Mugni Hadi
Hariadi, Ari Kurniadi
Penerbit : BMKG
Jl. Angkasa I No.2. Kemayoran, Jakarta, Indonesia 10720
Telp : (+6221) 4246321. Fax : (+6221) 4246703

@ Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2013


KATA PENGANTAR

Bentuk negara yang berupa kepulauan, terletak di antara dua Benua dan
Samudera, tingkat perekonomian sebagai negara berkembang serta kemampuan
adaptasi masyarakat yang rendah terhadap perubahan iklim menempatkan
Indonesia sebagai negara yang rentan terhadap isu perubahan iklim.
Akan tetapi apakah perubahan iklim memang telah terjadi di Indonesia ?
Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, telah terjadi kenaikan suhu yang
signifikan pada kurun waktu 30 tahun terakhir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Bukti perubahan iklim lain pun ditunjukan oleh pengamatan konsentrasi Gas Rumah
Kaca (GRK) di stasiun GAW Bukit Kototabang yang mengalami tren peningkatan
yang cukup signifikan. Selain itu BMKG telah melakukan pula pengamatan terhadap
luasan es di wilayah pegunungan Jaya Wijaya yang menunjukan penurunan. Hasil
pengamatan dan analisis tersebut diharapkan menjadi bukti dasar perubahan iklim
yang terjadi di Indonesia, dimana ini akan dilengkapi oleh rencana BMKG untuk
melakukan pengamatan terhadap kenaikan tinggi muka laut .
Hasil pengukuran BMKG mengenai penurunan konsentrasi GRK di Pulau Bali
sebesar 33% secara total saat Hari Raya Nyepi tahun 2013 telah menjadi bukti
dasar pengaruh kegiatan manusia terhadap konsentrasi GRK di atmosfer. Data ini
menjadi hal yang sangat berharga mengingat selama ini analisa yang dilakukan
lebih berdasarkan pendekatan asumsi saja.
Beberapa hal di atas telah menunjukan pentingnya peran BMKG dalam
menghadapi isu perubahan ini, tidak hanya dalam hal analisa pengamatan terhadap
bukti perubahan iklim tetapi juga dalam hal layanan informasi perubahan iklim untuk
mendukung kegiatan adaptasi dan mitigasi sektoral.
Dengan terbitnya Buku Informasi Perubahan iklim dan Kualitas Udara di
Indonesia yang telah mencapai edisi yang ke-6, diharapkan menjadi salah satu
bentuk dari diseminasi informasi yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
operasional BMKG baik Pusat maupun Daerah dan lebih lanjut lagi menjadi layanan
informasi untuk sektor terkait.
Kami atas nama Tim Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dan Deputi Bidang

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia P a g e |i


Klimatologi yang telah mendorong terbitnya buku ini, serta kepada semua pihak
yang telah turut mendukung penyusunannya. Semoga dengan tersedianya Buku
Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia dapat dijadikan rujukan
untuk mengetahui informasi tentang indikasi perubahan iklim di wilayah Nusantara.

Jakarta, Desember 2013

Kepala Pusat Perubahan Iklim


dan Kualitas Udara

Dr. Edvin Aldrian, B.Eng, MSc, APU

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia P a g e | ii


SAMBUTAN
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa- atas segala
kenikmatan yang telah diberikan kepada kita semua. Saya memberikan apresiasi
atas diterbitkannya Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia
edisi ke-6 bulan Desember 2013. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas
Udara di Indonesia yang telah diterbitkan oleh kedeputian Klimatologi telah
terdiseminasi secara luas, tidak hanya di lingkup BMKG saja juga ke berbagai
Kementerian/Lembaga lintas sektoral, akademisi dan masyarakat umum melalui
berbagai kegiatan seperti Rakornas, Workshop maupun pameran-pameran lintas
sektor.

Harapan dari penerbitan Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara
di Indonesia tidak hanya untuk kepentingan internal BMKG yakni sebagi referensi
atau guidence oleh UPT-UPT BMKG di daerah dalam memberikan informasi
perubahan iklim dan kualitas udara, akan tetapi merupakan sebuah sarana
pembelajaran bagi masyarakat umum akan pentingnya informasi perubahan iklim
dan kualitas udara. Demikian pula merupakan sebuah sarana tukar informasi antar
instansi-instansi sektoral terkait informasi perubahan iklim dan kualitas udara yang
pada akhirnya dapat saling bersinergi dalam pencapaian tujuan bersama yakni
tanggap dan cakap dalam melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim.

Semakin luasnya cakupan diseminasi Buku Informasi Perubahan Iklim dan


Kualitas Udara di Indonesia ini, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi
Kedeputian Bidang Klimatologi dalam penyusunan Buku Informasi Perubahan Iklim
dan Kualitas Udara di Indonesia dimasa mendatang. Kedepannya, saya berharap
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia ini berisikan
informasi-informasi terbaru dengan penyampaian yang mudah dipahami oleh semua
lapisan masyarakat, dan saya juga berharap masukan maupun kritikan yang sifatnya
konstruktif yang dilontarkan oleh pembaca dapat diakomodir sehingga Buku
Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia lebih dapat diterima dan
lebih bermanfaat bagi masyarakat umum, pemangku kepentingan maupun untuk
lingkungan internal BMKG.

Jakarta, Desember 2013


Deputi Bidang Klimatologi

Dr. Widada Sulistya, DEA

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page iii
DAFTAR TIM PENYUSUN
BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA
BMKG 2013

Penasehat Dr. Widada Sulistya, DEA


Pengarah Dr. Edvin Aldrian, B.Eng, M.Sc, APU
Ketua Tim Rita Hidayati, S.T
Drs. Budi Suhardi, DEA
Drs. Nasrullah
Dewan Editor
Ir. Anton Siswadi
Hadi Suyono, M.Si
Farid Faisal, ST
Editor Pelaksana Rendy Artha Luvian, S.Si
Mugni Hadi Hariadi, S.Si
Sekretaris Riri Indriani Nasution, S.KM
Anggota Tim Vita Avianti
Pudji Setiyani, M.Si
Ari Kurniadi, Ssi
Andreas Aryo Prabowo, M.Si
Trinah Wati, S.Si
Leni Nazarudin, M.P
Noveta Chandra, SP
Mizani Ahmad, ST
Nuraliyanti, ST
Rima Novianti, S.Si
Andriyani Agus, ST
Atiyah, ST
Sunaryo, SP

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page iv


DAFTAR ISI

hal
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
KATA SAMBUTAN .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1

II. ANALISIS PERUBAHAN IKLIM DI SUMATERA ........................................ 3


2.1 Metodologi Analisa ................................................................................. 3
2.2 Analisis Perubahan Iklim ........................................................................ 5

III. KUALITAS UDARA DI INDONESIA BULAN ............................................. 59


JANUARI – JUNI 2013

3.1. Kadar Debu / Suspended Particulate Matter (SPM) .............................. 59


3.2. Tingkat Keasaman (pH) Air Hujan......................................................... 66
3.3. Konsentrasi Kadar SO2 dan NO2 Di Jakarta ......................................... 72
3.4. Pemantauan Aerosol PM10 ................................................................... 73
3.5. Konsentrasi Kadar SO₂ dan NO₂ Di Indonesia................................... 73
3.6. Ozon Permukaan ................................................................................. 80

IV. INFORMASI GAS RUMAH KACA ............................................................. 84


4.1. Pemantauan Gas Rumah Kaca Di Stasiun GAW Kototabang ............ 84
4.2 Pemantauan Gas Rumah Kaca Di 9 (Sembilan) UPT BMKG ............... 86

V. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN .............................. 92


5.1. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Riau................. 92
5.2. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Jambi .............. 95
5.3. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Sumatera Utara 98
5.4. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan
Di Provinsi Sumatera Selatan............................................................... 101
5.5. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan
Di Provinsi Kalimantan Barat ................................................................ 104

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page v


5.6 Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan
Di Provinsi Kalimantan Tengah ............................................................ 107
5.7. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan
Di Provinsi Kalimantan Selatan ............................................................ 110
5.8. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Kalimantan Timur ................................................................ 113

VI. INFORMASI SEBARAN DEBU GUNUNG BERAPI ................................... 117

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page vi


PENULIS :

Trinahwati, Hadi Suyono, Rendy Artha Luvian

(Analisis Perubahan Iklim Di Sumatera)

Nuraliyanti, Riri Nasution, Farid Faisal

(Analisis Kualitas Udara di Indonesia, Informasi Gas Rumah Kaca)

Sunaryo, Andriyani Agoes, Mizani Ahmad

(Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan dan Debu Gunung Berapi)

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page vii
I. PENDAHULUAN

Kehidupan di muka bumi sangatlah tergantung pada panas atau energi


matahari. Sekitar 70 persen dari cahaya matahari berhasil mencapai permukaan
bumi dengan berbagai spektrum panjang gelombang. Sebagian besar energi yang
membanjiri planet kita adalah radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini memasuki
permukaan bumi. Permukaan bumi akan memantulkan kembali sebagian dari panas
ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke luar angkasa, walaupun
sebagian tetap terperangkap di atmosfer bumi. Sisanya, yang 30 persen radiasi
matahari yang terarah ke muka bumi akan dibelokan oleh atmosfer bagian luar.
Radiasi ini selanjutnya disebarkan kembali ke luar angkasa. Untuk radiasi
matahari yang mengenai permukaan bumi, radiasi tersebut diserap baik oleh
daratan maupun air. Dari permukaan inilah lalu dipantulkan kembali ke atas dalam
bentuk radiasi infra merah. Panas yang berasal dari radiasi infra merah inilah yang
diserap oleh gas yang dikenal dengan gas rumah kaca. Disebut gas rumah kaca
karena gas-gas di atmosfer ini menahan panas seperti halnya dinding-dinding kaca
dari sebuah rumah kaca. Gas-gas tertentu di atmosfer termasuk uap air (H2O),
karbondioksida (CO2), dan metana (CH4) akan menjadi perangkap radiasi ini. Gas-
gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan
Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Gas rumah
kaca, meskipun jumlahnya hanya sekitar 1 persen dari atmosfer bumi, namun
mampu mengatur iklim kita dengan memerangkap panas dan menahannya seperti
halnya selimut udara hangat yang menyelimuti bumi (Larry West, 2011).
Penumpukan gas rumah kaca (GRK) akan menyebabkan energi radiasi yang
terserap mengumpul di atmosfer. Hukum Fisika tentang kekekalan energi
menjelaskan, energi yang terkumpul tersebut akan tetap bertahan di atmosfer dan
hanya dapat berubah bentuk menjadi energi lainnya
Jika dicermati secara mendalam maka gejala yang diakibatkan dari
perubahan bentuk energi tersebut sebenarnya adalah perubahan dari berbagai
parameter iklim sepeti suhu, angin, dan hujan. Atau dengan kata lain, terjadi
perubahan siklus air di muka bumi. Selain suhu, angin dan hujan, parameter iklim
lainnya yang ikut berubah adalah penguapan, kelembaban, dan tutupan awan atau

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 1


singkatnya perubahan energi akibat pemanasan global telah mengakibatkan
perubahan siklus air yang mengarah pada perubahan iklim.
Secara umum perubahan iklim berlangsung dalam waktu lama (slow face)
dan berubah secara lambat (slow onset). Perubahan berbagai parameter iklim yang
berlangsung perlahan tersebut dikarenakan berbagai peristiwa ekstrem yang terjadi
pada variabilitas iklim yang berlangsung secara terus-menerus. Peristiwa ekstrim
menyebabkan berubahnya besaran statistik rata-rata iklim yang pada akhirnya
menggeser atau mengubah iklim pada umumnya. Dengan demikian, pemantauan
perubahan iklim dapat dilakukan dengan memantau kondisi iklim ekstrim. Sebagai
contoh pola peningkatan suhu bumi ditandai dengan berbagai rekor baru suhu
maksimum secara terus-menerus, sedangkan pola musim berubah dengan adanya
pergeseran awal musim (E. Aldrian, 2012).
Respon yang dapat dilakukan terkait perubahan iklim yang telah, sedang dan
akan terjadi adalah dengan melakukan tindakan adaptasi untuk mengatasi akibat
atau dampak, serta melakukan mitigasi untuk mengatasi penyebab perubahan iklim.
Tindakan adaptasi adalah upaya mengatasi dampak perubahan iklim, sehingga
mampu mengurangi dampak negatif dan mengambil manfaat positifnya. Dalam
pengertian lain adaptasi adalah upaya untuk mengelola hal yang tidak dapat
dihindari. Dalam hal ini upaya perubahan dilakukan dengan asumsi bahwa
perubahan iklim merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari dan terjadi
secara global.
Tindakan mitigasi adalah upaya untuk mengatasi penyebab perubahan iklim
melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi atau meningkatkan penyerapan
GRK dari berbagai sumber emisi. Dalam pengertian lain mitigasi adalah upaya untuk
menghindari hal yang tidak dapat dikelola. Dalam hal ini upaya perubahan dilakukan
pada sumber penyebab pemanasan global

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 2


II. ANALISIS PERUBAHAN IKLIM DI SUMATERA
Analisis perubahan iklim di Sumatera ini memuat informasi berbagai
perubahan yang terjadi pada beberapa parameter iklim seperti curah hujan dan suhu
udara. Analisis perubahan iklim memberikan informasi berupa tabel, grafik dan
pemetaan tentang kecenderungan (tren) curah hujan dan suhu udara di beberapa
stasiun pengamatan meteorologi/klimatologi wilayah Sumatera. Pada Buku Informasi
Perubahan Iklim dan Kualitas Udara edisi ke-6 tahun 2013 beberapa perubahan
unsur curah hujan dan suhu udara dijelaskan secara detail.

2.1 METODOLOGI ANALISA


2.1.1 PENGUMPULAN DATA DAN METODE ANALISIS

Pengumpulan data dan metode analisis terkait dengan analisis perubahan


iklim dilakukan di beberapa stasiun klimatologi, meteorologi dan geofisika milik
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta menggunakan standar
internasional sesuai dengan prosedur dari World Meteorological Organization
(WMO). Di dalam penerbitan kali ini, telah dipilih beberapa stasiun pengamatan
klimatologi, meteorologi dan geofisika di wilayah Indonesia seperti yang terlihat pada
Tabel 1 dan metode analisis seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam mendukung analisis


perubahan iklim

No Nama Stasiun

1. Stasiun Klimatologi Indrapuri (Nanggroe Aceh Darussalam)

2. Stasiun Klimatologi Sampali (Sumatera Utara)

3. Stasiun Klimatologi Sicincin (Sumatera Barat)

4. Stasiun Klimatologi Jambi (Jambi)

5. Stasiun Global Atmospheric Watch (GAW) – Kototabang (Sumatera Barat)

6. Stasiun Meteorologi Radin Inten (Lampung)

7. Stasiun Meteorologi Pekan Baru (Riau)

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 3


8. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang (Kepulauan Riau)

9. Stasiun Meteorologi Hang Nadim – Batam (Kepulauan Riau)

10. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep – (Kepulauan Riau)

11. Stasiun Meteorologi Ranai – Natuna (Kepulauan Riau)

12. Stasiun Meteorologi Tarempa – (Kepulauan Riau)

13. Stasiun Meteorologi Sultan Thaha – Jambi (Jambi)

14. Stasiun Meteorologi Polonia – Medan (Sumatera Utara)

15. Stasiun Meteorologi Belawan - Sumatera Utara

16. Stasiun Meteorologi Sibolga – Sumatera Utara

17. Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli – Nias Sumatera Utara

Tabel 2. Metode Analisis

No Parameter Metode Analisis

1. Temperatur Analisis Kecenderungan (Tren) berdasarkan


time series data suhu udara rata-rata,
maksimum dan minimum serta maksimum
dan minimum absolut tahunan

2. Curah Hujan Analisis tren awal musim dan panjang


musim berdasarkan time series data dan
tren jumlah curah hujan 6 (enam) bulanan
dari bulan Oktober – Maret dan April -
September

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 4


2.2 ANALISIS PERUBAHAN IKLIM
2.2.1 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METEOROLOGI HANG
NADIM BATAM
1. Tren Suhu Maksimum Rata-Rata Tahunan

Gambar 1. Tren suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Dari data tahun 1993 – 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.022 oc per
tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2009 dan 2010
sebesar 31.4 oc dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2000
sebesar 30.2 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 5


2. Tren Suhu Minimum Rata-Rata Tahunan

Gambar 2. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Dari data tahun 1993 – 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0385 oc
per tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2011 sebesar 25.0
oc dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1995 dan 2001 sebesar
23.8 oc.

3. Tren jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 3. Tren curah hujan 6 bulanan (April – September) di Stasiun Meteorologi Hang Nadim
Batam

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 6


Curah hujan enam bulanan April – September di Stasiun Meteorologi Hang
Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0432 mm per enam bulan.
Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 1996 sebesar 1358 mm dan curah hujan
terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar 765 mm.

Gambar 4. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober – Maret) di Stasiun Meteorologi Hang Nadim
Batam
Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun Meteorologi Hang
Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.382 mm per enam bulan.
Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2006 sebesar 1903 mm dan curah hujan
terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 745 mm.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 7


2.2.2 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN METEOROLOGI
NATUNA – RANAI
1. Grafik Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 5. Grafik suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

Data suhu pengamatan yang ada dimulai tahun 2006, dari data tahun 2006 –
2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna tidak
menunjukkan adanya tren karena data tidak terlalu panjang. Suhu rata-rata tertinggi
tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.8 oc dan suhu rata-rata terendah terjadi pada
tahun 2008 sebesar 25.6 oc.

2. Grafik Suhu Maksimum Rata-Rata Tahunan

Gambar 6. Grafik suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 8


Dari data tahun 2006 – 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Ranai natuna menunjukkan tren penurunan sebesar 0.4143 oc per
tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2007 sebesar 33.8 oc
dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 29.6 oc.

3. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan

Gambar 7. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
Dari data tahun 2006 – 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Ranai Natuna menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.4314 oc per
tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 25.3 oc
dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2006, 2007 dan 2008
sebesar 22 oc.

4. Tren Jumlah Curah Hujan Enam Bulanan

Gambar 8. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober – Maret) di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 9


Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun Meteorologi Ranai
Natuna menunjukkan tren penurunan sebesar 6.7299 mm per enam bulan selama
tahun 1992 - 2011. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2000 sebesar 1983
mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 592 mm.

Gambar 9. Tren curah hujan 6 bulanan (April – September) di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna

Curah hujan enam bulanan April – September di Stasiun Meteorologi Ranai


Natuna tidak menunjukkan tren selama tahun 1992- 2011. Curah hujan tertinggi
tercatat pada tahun 1997 sebesar 1188 mm dan curah hujan terendah terjadi pada
tahun 2009 sebesar 643 mm.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 10


2.2.3 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN METEOROLOGI
TANJUNG PINANG BINTAN
1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 10. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Dari data tahun 1981 – 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi
Tanjung Pinang menunjukkan adanya tren peningkatan sebesar 0.036 oc. Suhu rata-
rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.1 oc dan suhu rata-rata terendah
terjadi pada tahun 1984 sebesar 25.5 oc.

2. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan

Gambar 11. Tren suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung pinang

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 11


Dari data tahun 1981 – 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Tanjung Pinang tidak menunjukkan tren penurunan maupun
peningkatan. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 1996 sebesar
32.3 oc dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1983,1984 dan
1988 sebesar 30.1 oc.

3. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan

Gambar 12. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Dari data tahun 1981 – 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Tanjung Pinang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0312 oc per
tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 24.2 oc
dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 21.4 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 12


4. Tren Jumlah Curah Hujan Enam Bulanan

Gambar 13. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober – Maret) di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun Meteorologi Tanjung


Pinang menunjukkan tren peningkatan sebesar 10.573 mm per enam bulan selama
tahun 1981 - 2011. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2002 sebesar 2536
mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1988 sebesar 1211 mm.

Gambar 14. Tren curah hujan 6 bulanan (April – September) di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 13


Curah hujan enam bulanan April – September di Stasiun Meteorologi Tanjung
Pinang tidak menunjukkan tren selama tahun 1981- 2011. Curah hujan tertinggi
tercatat pada tahun 1988 sebesar 2054 mm dan curah hujan terendah terjadi pada
tahun 1982 sebesar 1006 mm.

2.2.4 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN METEOROLOGI


TANJUNG BALAI KARIMUN
1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 15. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Tanjung Balai Karimun

Dari data tahun 1998 sampai 2010, suhu rata-rata tahunan di Tanjung Balai
Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.073 oc setiap tahun. Suhu rata-
rata tertinggi tercatat pada tahun 2009 sebesar 28.3 oc dan terendah tercatat pada
tahun 1998 sebesar 26.6 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 14


2. Tren Suhu Maksimum Rata-Rata

Gambar 16. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun

Dari data tahun 1998 sampai 2009, suhu maksimum rata-rata tahunan di Tanjung
Balai Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.006 oc setiap tahun. Suhu
maksimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2002 sebesar 31.5 oc dan suhu minimum
rata-rata terendah tercatat tahun 2006 sebesar 30.04 oc.

3. Tren Suhu Minimum Rata-Rata

Gambar 17. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 15


Dari data tahun 1998 sampai 2009, suhu minimum rata-rata tahunan di
Tanjung Balai Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.048 oc setiap
tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2005 sebesar 24.4 oc dan
suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1998 sebesar 23.5 oc.

4. Tren Curah Hujan 6 bulanan

Gambar 18. Tren Curah Hujan 6 bulanan (April-September) di Tanjung Balai Karimun

Dari data tahun 1995 sampai 2010, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-
September) menunjukkan tren peningkatan sebesar 20.79 mm per 6 bulan. Curah
hujan tertinggi tercatat tahun 1998 sebesar 1943 mm dan terendah tercatat tahun
1997 sebesar 555 mm.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 16


Gambar 19. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Tanjung Balai Karimun

Dari data tahun 1995 sampai 2009, jumlah curah hujan 6 bulanan (Oktober-
Maret) menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.80 mm per 6 bulan. Curah hujan
tertinggi tercatat tahun 2005 sebesar 1592 mm dan terendah tercatat tahun 1997
sebesar 539 mm.

2.2.5 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN GLOBAL


ATMOSPHERE WATCH (GAW) KOTO TABANG SUMATERA BARAT

1. Tren Suhu Rata-rata tahunan

Gambar 20. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 17


Dari data tahun 1995 – 2012, suhu rata-rata tahunan di Stasiun GAW Koto
Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.14 oc per tahun. Suhu rata-rata
tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 22.0 oc dan suhu rata-rata terendah
terjadi pada tahun 1996 sebesar 17.2 oc.

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 21. Tren Suhu Maksimum Absoulut Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang

Dari data tahun 1996 – 2012, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun
GAW Bukit Kototabang Kabupaten Agam menunjukkan tren peningkatan sebesar
0.213 oc per tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2006
sebesar 33.1 oc dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1996
sebesar 24.6 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 18


3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 22. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang

Dari data tahun 1996 – 2012, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun GAW
Bukit Kototabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.115 oc per tahun. Suhu
minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 17.6 oc dan suhu
minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1998 dan 2001 sebesar 14.4 oc.

4. Tren Jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 23. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 19


Curah hujan enam bulanan April – September di Stasiun GAW Bukit Koto
Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 41 mm per enam bulan. Curah
hujan tertinggi tercatat pada tahun 2008 sebesar 1966 mm dan curah hujan
terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 409 mm.

Gambar 24. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang

Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun GAW Bukit Koto
Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 44.71 mm per tahun. Curah hujan
tertinggi tercatat pada tahun 2006 sebesar 1758 mm dan curah hujan terendah
terjadi pada tahun 1997 sebesar 359 mm.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 20


2.2.6 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI SULTAN
THAHA JAMBI

1. Tren Suhu Udara Rata-rata Tahunan

Gambar 25. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Jambi

Tren tahunan suhu udara rata-rata 1983 - 2011 di Stasiun Meteorologi Sultan Thaha
Jambi cendrung naik dengan laju kenaikan 0,015 oc /tahun, tertinggi terjadi pada
tahun 1996 bulan Agustus, Juni tahun 2003 dan November 2009 sebesar 28.3 oc
Periode 1983 - 2011. Suhu rata-rata terendah terjadi bulan September tahun 1984
sebesar 25.0 oc Periode 1983 - 2011.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 21


2. Tren Suhu Udara Maksimum Tahunan

Gambar 26. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Tren Suhu Udara Maksimum rata-rata Tahunan Periode 1983 - 2011 cenderung naik
dengan laju kenaikan 0,007 oc /tahun, tertinggi terjadi pada bulan Mei tahun 1998
sebesar 33.9 oc dan teredah terjadi pada bulan Desember tahun 1988, Januari tahun
1984 dan 1993 sebesar 29.6 oc.

3. Tren Suhu Udara Minimum rata-rata tahunan

Gambar 27. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Jambi

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 22


Tren Suhu Udara Rata-rata Minimum rata-rata tahunan Periode 1983 – 2011
cendrung naik dengan laju kenaikan 0,008 oc /tahun, tertinggi terjadi pada bulan Mei
tahun 2010 sebesar 24,6 oc dan teredah terjadi pada Juli tahun 2003 dan tahun 2004
sebesar 20,8 oc.

4. Tren Panjang Musim Hujan

Gambar 28. Tren panjang musim hujan di Stasiun Meteorologi Sultan Taha Jambi

Dari data tahun 1985 sampai 2011, Panjang Musim Hujan Stasiun
Meteorologi Jambi (PMH) cenderung naik, dengan laju kenaikan 0,02 dasarian.
Musim hujan terpanjang terjadi pada musim hujan tahun 2000 yang mencapai 29
dasarian, dan terpendek pada musim hujan tahun1991 yang hanya 17 dasarian.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 23


5. Tren Awal Musim Hujan

Gambar 29. Tren awal musim hujan di Stasiun Meteorologi Sutan Taha, Jambi

Dari data tahun 1985 sampai 2011, Awal Musim Hujan Stasiun Meteorologi
Jambi (AMH) cenderung turun dengan laju penurunan 0,04 dasarian. Dalam artian
musim hujan paling maju terjadi pada musim hujan tahun 1996 yaitu pada dasarian
ke 23, dan paling mundur pada musim hujan tahun 1997 pada dasarian ke 33.

6. Tren Panjang Musim Kemarau

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 24


Gambar 30. Tren panjang musim hujan di Stasiun Meteorologi Jambi

Dari data tahun 1985 sampai 2011, Panjang Musim Kemarau Stasiun
Meteorologi Jambi (PMK) cenderung turun, dengan laju penurunan 0,02 dasarian.
Musim Kemarau terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 1991 yang mencapai
19 dasarian, dan terpendek pada musim kemarau tahun 2000 yang hanya 7
dasarian.

7. Tren Awal Musim Kemarau

Gambar 31. Tren awal musim kemarau di Stasiun Meteorologi Jambi

Dari data tahun 1985 sampai 2011, Awal Musim Kemarau Stasiun
Meteorologi Jambi (AMK) cenderung turun, dengan laju penurunan 0,02 dasarian.
Musim Kemarau paling maju terjadi pada musim kemarau tahun 1991 dan 1998
pada dasarian ke-11, dan paling mundur pada musim kemarau tahun 2000 yaitu
pada dasarian ke-22.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 25


8. Tren Jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 32. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Jambi

Tren curah Hujan Musim Hujan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Jambi


cendrung turun, dengan laju penurunan sebesar 0,05 mm. Dalam artian Curah
Hujan yang turun selama Musim Hujan mengalami penurunan 0,05 mm per tahun,
Curah Hujan Musim Hujan tertinggi terjadi pada tahun 1986 sebesar 1930 mm, dan
Curah Hujan Musim Hujan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 857 mm.

Gambar 33. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April - September) di Stasiun Meteorologi Jambi

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 26


Tren curah hujan musim hujan (April-September) di Stasiun Meteorologi Jambi
cendrung naik, dengan laju kenaikan sebesar 1,7 mm. Dalam artian Curah Hujan
yang turun pada selama musim kemarau mengalami kenaikan sebesar 1,7 mm per
tahun, curah hujan musim hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 1664 mm,
dan curah hujan husim hujan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 441 mm.

2.2.7 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METEOROLOGI POLONIA


MEDAN – SUMATERA UTARA
1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 34. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Data tahun 1998 sampai 2010 menunjukkan suhu rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Polonia Medan mengalami tren peningkatan sebesar 0.0283 oc setiap
tahun. Suhu rata-rata teringgi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.8 oc dan
terendah tercatat pada tahun 1982 sebesar 26.4 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 27


2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 35. Tren Suhu Maksimum AbsolutTahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Data tahun 1981 sampai 2011 menunjukkan suhu maksimum rata-rata tahunan
di Stasiun Meteorologi Polonia Medan mengalami tren peningkatan sebesar 0.019
oc setiap tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 1981 sebesar
37.1 oc dan suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1993 sebesar 34.5 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 28


3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 36. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Dari data tahun 1981 sampai 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Polonia Medan menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0221 oc setiap
tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 1986 sebesar 26.4 oc dan
suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1984 sebesar 23.4 oc.

4. Tren Curah Hujan 6 bulanan

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 29


Gambar 37. Tren Curah Hujan 6 bulanan (April-September) di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Data tahun 1981 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-September)
menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.08 mm per 6 bulan. Curah hujan tertinggi
tercatat tahun 2001 sebesar 1809 mm dan terendah tercatat tahun 1984 sebesar
710 mm.

Gambar 38. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Polonia Medan

Data tahun 1981 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret)
tidak menunjukkan tren peningkatan maupun penurunan. Curah hujan tertinggi
tercatat tahun 2003 sebesar 1853 mm dan terendah tercatat tahun 1982 sebesar
944 mm.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 30


2.2.8 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI BELAWAN
SUMATERA UTARA

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 39. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Belawan Sumatera Utara
Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun
Belawan – Medan menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.034 oc per tahun. Suhu
rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2008 sekitar 28 oc dan suhu rata-rata terendah
terjadi pada tahun 1984 sebesar 26.5 oc.

2. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan

Gambar 40. Tren suhu maksimum absolut di Stasiun Belawan Sumatera Utara

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 31


Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011 di Stasiun Belawan Sumatera Utara,
menunjukkan suhu maksimum absolut mengalami penurunan (meskipun tidak
signifikan) dengan nilai tren sekitar 0.02 oc. Suhu maksimum absolut tertinggi terjadi
pada tahun 1990 sekitar 37 oc, sedangkan suhu maksimum absolut terendah terjadi
pada tahun 2003 sekitar 32.9 oc.

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 41. Tren suhu minimum absolut di Stasiun Belawan Sumatera Utara

Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011 di Stasiun Belawan Sumatera Utara,
menunjukkan suhu minimum absolut mengalami peningkatan dengan nilai tren
sekitar 0.07 oc. Suhu minimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 1983 sekitar 23 oc,
sedangkan suhu minimum absolut terendah terjadi pada tahun 1986 sekitar 18 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 32


2.2.9 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI SIBOLGA
SUMATERA UTARA

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 42. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Sibolga – Sumatera Utara
Dari data tahun 1980 sampai tahun 2011, suhu rata-rata tahunan di stasiun
Sibolga – Medan menunjukkan peningkatan walaupun kecil dengan nilai trennya
sekitar 0.02 oc. Suhu rata-rata tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sekitar 27 oc,
sedangkan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sekitar 25.5 oc.

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 43. Tren suhu maksimum absolut di Stasiun Sibolga Sumatera Utara

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 33


Dari data tahun 1980 sampai tahun 2011 di Stasiun Sibolga, menunjukkan
suhu maksimum absolut mengalami penurunan dengan nilai tren sekitar 0.04 oc.
Suhu maksimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 1988 sekitar 36.8 oc, sedangkan
suhu maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 1999 sekitar 33.8 oc

3. Tren Suhu Minimum Absolut

Gambar 44. Tren suhu minimum absolut di Stasiun Sibolga Sumatera Utara

Data tahun 1980 - 2011 di Stasiun Sibolga Sumatera Utara menunjukkan


suhu minimum absolut mengalami peningkatan dengan nilai tren sekitar 0.02 oc.
Suhu minimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 2007 sekitar 22.5 oc, sedangkan
suhu minimum absolut terendah terjadi pada tahun 2006 sekitar 16.9 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 34


2.2.10 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI GUNUNG
SITOLI SUMATERA UTARA

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 45. Tren suhu rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli Sumatera Utara

Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu rata rata di Stasiun Meteorologi
Gunung Sitoli menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.025 per tahun. Suhu rata
rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.0 oc dan suhu rata rata terendah
pada tahun 1984 sebesar 25.2 oc .

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 46. Tren suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 35


Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu maksimum absolut di Stasiun
Meteorologi Gunung Sitoli menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.036 per tahun.
Suhu maksimum rata rata tertinggi tercatat pada tahun 2001 sebesar 36.0 oc.

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 47. Tren suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli

Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu minimum absolut di Stasiun
Meteorologi Gunung Sitoli menunjukkan tren penurunan sebesar 0.07 per tahun.
Suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 10.0 oc .

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 36


2.2.11 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI INDRAPURI
NANGRO ACEH DARUSSALAM

1. Tren Suhu Rata-Rata Tahunan

Gambar 48. Tren Suhu Rata-rata di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD

Dari data tahun 1995 sampai 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun
Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.0108 oc per tahun. Suhu
rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 1998 sebesar 27.3 oc dan suhu rata-rata
terendah terjadi pada tahun 1999 dan 2004 sebesar 26.2 oc.
2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 49. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 37


Dari data tahun 1994 sampai 2011, suhu maksimum absolut tahunan di Stasiun
Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren penurunan 0.005 oc per tahun. Suhu
rata-rata maksimum absolut tercatat pada tahun 2000 dan 2002 sebesar 38 oc dan
suhu maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 34.6 oc.

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 30. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD

Dari data tahun 1994 sampai 2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun
Klimatologi Indrapuri NAD menunjukkan tren peningkatan 0.055 oc per tahun. Suhu
minimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 1999 sebesar 22.8 oc dan suhu
minimum absolut terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 12.6 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 38


2.2.12 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI SAMPALI
SUMATERA UTARA

1. Tren Suhu Rata-rata tahunan

Gambar 31. Tren Suhu Rata-rata di Stasiun Klimatologi Sampali Medan


Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun
Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.018 oc per tahun. Suhu
rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.7 oc dan suhu rata-rata
terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar 25.9 oc.

2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 32. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 39


Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu maksimum absolut tahunan di Stasiun
Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren penurunan 0.02 oc per tahun. Suhu
rata-rata maksimum absolut tercatat pada tahun 1985 sebesa2 34.5 oc dan suhu
maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 32.3 oc.

3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 33. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan

Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun
Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.092 oc per tahun. Suhu
minimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 22.6 oc dan suhu
minimum absolut terendah terjadi pada tahun 1981 sebesar 19.6 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 40


4. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Januari-Juni)

Gambar 34. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Januari-Juni) di Stasiun Klimatologi Sampali Medan

Tren curah hujan musim kemarau (Januari-Juni) di Stasiun Klimatologi Sampali


menunjukkan tren naik sebesar 0.48 mm per musim. Artinya curah hujan yang
meningkat selama periode tersebut. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 1996
mencapai 560 mm.

Gambar 35. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Juli-Desember) di Stasiun Klimatologi Sampali

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 41


Tren curah hujan musim kemarau (Juli-Desember) di Stasiun Klimatologi
Sampali menunjukkan tren turun sebesar 0.064 mm per musim. Artinya curah hujan
yang meningkat selama periode tersebut. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun
2000 mencapai 650 mm.

2.2.13 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI RADIN INTEN


II BANDAR LAMPUNG

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 36. Tren Suhu Rata-rata-Tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Data tahun 1976-2011, suhu udara rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi


Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar 0,023 oc per
tahunnya. Sedangkan suhu rata-rata tertinggi tercatat sebesar 27,0 oc pada tahun
2002 dan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sebesar 25,6 oc

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 42


2. Tren Suhu Maksimum Absoulut Tahunan

Gambar 37. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Dari data tahun 1976-2011, suhu udara maksimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar
0,033 oc per tahunnya. Sedangkan suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat
sebesar 32,9 oc pada tahun 1997 dan 2002 dan suhu maksimum rata-rata terendah
terjadi pada tahun 1978 sebesar 30,9 oc.

3. Tren suhu Minimum Absoulut Tahunan

Gambar 38. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 43


Dari data tahun 1976-2011, suhu udara minimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar
0,0295 oC ~ 0,03 oc per tahunnya. Sedangkan suhu minimum rata-rata tertinggi
tercatat sebesar 23,6 oc pada tahun 1998 dan suhu minimum rata-rata terendah
terjadi pada tahun 1994 sebesar 21,1 oc.

4. Tren Jumlah Curah Hujan 6 bulanan

Gambar 39. Tren Curah hujan 6 bulanan (April-September) di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Data tahun 1976 sampai 2011 menunjukkan curah hujan 6 bulanan (April
sampai September) menunjukkan tren penurunan sebesar 0.5846 mm per enam
bulan. Curah hujan tertinggi tercatat tahun 2010 yang mencapai 1101 mm dan
terendah tahun 1976 sebesar 304 mm.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 44


Gambar 40. Tren Curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Data tahun 1976 sampai 2011 menunjukkan curah hujan 6 bulanan (Oktober -
Maret) menunjukkan tren penurunan sebesar 4.5611 mm per enam bulan. Curah
hujan tertinggi tercatat tahun 1995 yang mencapai 2287.1 mm dan terendah tahun
1980 sebesar 723.4 mm.

5. Tren Panjang Musim Hujan

Gambar 41. Tren Panjang Musim Hujan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 45


Panjang musim hujan di wilayah Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar
Lampung selama kurun waktu 36 tahun (1976-2011) menunjukkan adanya tren
penurunan dari tahun ke tahunnya dengan penurunan yang sangat kecil yaitu
sebesar 0.0068 dasarian atau sekitar 0.068 hari (1 hari) per musim hujannya. Artinya
musim hujan semakin memendek dari tahun ke tahunnya. Musim hujan paling
panjang terjadi pada musim hujan tahun 1984/1985 dan 1999/2000 yang mencapai
24 dasarian (8 bulan), dan panjang musim hujan yang terpendek terjadi pada musim
hujan tahun 2002/2003 yang hanya 9 dasarian (3 bulan).

6. Tren Awal Musim Hujan

Gambar 42. Tren Awal Musim Hujan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Dari data tahun 1976-2011, awal musim hujan di wilayah Stasiun Meteorologi
Radin Inten II Bandar Lampungmenunjukkan adanya tren penurunan dari tahun ke
tahun yang artinya musim hujan cenderung makin maju namun trennya sangat kecil
sebesar 0.039 dasarian (kurang lebih 0.4 hari/1 hari). Musim hujan paling maju
terjadi pada musim hujan tahun 1978/1979, 1999/2000 dan 2000/2001pada dasarian
ke-28 (Oktober I) dan panjang musim hujan paling mundur terjadi pada musim hujan
tahun 1982/1983, 1985/1986, 2000/2001 dan 2005/2006 pada dasarian ke-36
(Desember III).

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 46


7. Tren Panjang Musim Kemarau

Gambar 43. Tren Panjang Musim Kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Panjang musim kemarau di wilayah Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar


Lampung selama kurun waktu 36 tahun (1976-2011) menunjukkan adanya tren
peningkatan dari tahun ke tahunnya dengan angka peningkatan hanya sebesar
0.0068 dasarian atau sekitar 0.068 hari (1 hari) per musim kemaraunya. Artinya
musim kemarau semakin memanjang dari tahun ke tahunnya. Musim kemarau
terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 2002/2003 yang mencapai 27
dasarian (9 bulan), dan panjang musim kemarau yang terpendek terjadi pada musim
hujan tahun 1984/1985 yang hanya 12 dasarian (4 bulan).

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 47


8. Tren Awal Musim Kemarau

Gambar 44. Tren Awal Musim Kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II

Dari data tahun 1976-2011, awal musim kemarau di wilayah Stasiun


Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukkan adanya tren penurunan
dari tahun ke tahun yang artinya musim kemarau cenderung makin maju namun
trennya sangat kecil sebesar 0.036 dasarian (kurang lebih 0.4 hari/1 hari). Jika tidak
ada tren, awal musim kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar
Lampungrata-rata terjadi pada dsarian ke-13 (Mei I). Musim kemarau paling maju
terjadi pada musim kemarau tahun 2002/2003 dan 2008/2009 pada dasarian ke-5
(FebruariII) dan panjang musim kemarau paling mundur terjadi pada musim
kemarau tahun 1984/1985 pada dasarian ke-18 (Juni III).

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 48


2.2.14 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI SICINCIN

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 45. Tren Suhu Rata-rata Tahunan Di Stasiun Klimatologi Sicincin

Dari data tahun 1984 samapi 2011, suhu rata-rata di Stasiun Klimatologi
Sicincin menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.023 oc per tahun. Suhu udara
rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 25,8 oc dan suhu udara rata-rata
terendah terjadi pada tahun 1984 sebesar 24,5 oc.

2. Tren Suhu Minimum Rata-Rata Tahunan

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 49


Gambar 46. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi Sicincin
Dari data suhu udara minimum rata-rata Staklim Sicincin dari tahun 1986
sampai 2011 menunjukkan kenaikan trend sebesar 0.027 oc / tahun. Suhu udara
minimum rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 22.4 oc dan suhu udara
minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1989 sebesar 20.2 oc.

3. Tren Suhu Maksimum Rata-Rata Tahunan

Gambar 47. Tren Suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi Sicincin

Data suhu udara maksimum rata-rata Staklim Sicincin dari tahun 1986 sampai
2011 menunjukkan kenaikan trend sebesar 0.034 oc / tahun. Suhu udara maksimum
rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 33.5 oc dan suhu udara
rmaksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 30.1 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 50


4. Tren Jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 48. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun Klimatologi Sicincin

Dari data tahun 1985 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-
September) di Stasiun Klimatologi Sicincing menunjukkan tren penurunan sebesar
5.18 mm per 6 bulan. Curah hujan terbesar tercatat tahun 2010 sebesar 2660 mm
dan terendah tercatat pada tahun 1994 sebesar 1367 mm.

Gambar 49. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Klimatologi Sicincin

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 51


Dari data tahun 1985 sampai 2011, curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di
Stasiun Klimatologi Sicincin mengalami tren penurunan sebesar 2.26 mm per 6
bulan. Curah hujan terbesar tercatat pada tahun 1991 sebesar 3824 mm dan
terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 1306 mm.

2.2.15 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI JAMBI

1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan

Gambar 50. Tren Suhu Rata-rata Tahunan Di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1998 sampai 2011, suhu rata-rata di Stasiun Klimatologi Jambi
menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.008 oc per tahun. Suhu udara rata-rata
tertinggi terjadi pada tahun 2003 dan 2005 sebesar 26.8 oc dan suhu udara rata-rata
terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 26.2 oc.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 52


2. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan

Gambar 51. Tren Suhu Minimum Absolut di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1999 sampai 2011, Suhu Minimum absolut di Stasiun
Klimatologi Jambi menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.115 oc per tahun. Suhu
minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2010 sebesar 23.8 oc dan terendah
tercatat tahun 2003 sebesar 22.9 oc.

3. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan

Gambar 52. Tren Suhu Minimum Absoulut di Stasiun Klimatologi Jambi

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 53


Dari data tahun 1999 sampai 2011, Suhu Maksimum absolut di Stasiun
Klimatologi Jambi menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.053 oc per tahun. Suhu
maksimum absolute tertinggi tercatat tahun 2000 sebesar 31.3 oc dan terendah
tercatat tahun 2003 sebesar 31.9 oc.

4. Tren Jumlah Curah Hujan 6 Bulanan

Gambar 53. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1997 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-
September) di Stasiun Klimatologi Jambi menunjukkan tren peningkatan sebesar
8.01 mm per 6 bulan. Curah hujan Bulan April sampai dengan September terbesar
tercatat tahun 2010 sebesar 1424.3 mm dan terendah tercatat pada tahun 1997
sebesar 625 mm.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 54


Gambar 54. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1997 sampai 2011, curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di
Stasiun Klimatologi Jambi mengalami tren peningkatan sebesar 20.11 mm per 6
bulan. Curah hujan Bulan Oktober sampai dengan Maret terbesar tercatat pada
tahun 2001 sebesar 1723 mm dan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 822
mm.

5. Tren Panjang Musim Hujan

Gambar 55. Tren panjang musim hujan di Stasiun Klimatologi Jambi

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 55


Dari data tahun 1998 sampai 2011, Panjang Musim Hujan Stasiun Klimatologi
Jambi (PMH) cenderung naik, dengan laju kenaikan 0,28 dasarian atau sekitar 2 – 3
hari. Musim hujan terpanjang terjadi pada musim hujan tahun 2010 yang mencapai
36 dasarian atau sepanjang tahun, dan terpendek pada musim hujan tahun 2000
dan 2006 yang sebesar 21 dasarian.

6. Tren Awal Musim Hujan Stasiun Klimatologi Jambi

Gambar 56. Tren Awal musim hujan di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1998 sampai 2011, Awal Musim Hujan Stasiun Meteorologi
Jambi (AMH) cenderung naik dengan laju peningkatan 0.34 dasarian. Musim hujan
paling maju terjadi pada musim hujan tahun 1998 yaitu pada dasarian ke 19, dan
paling mundur pada musim hujan tahun 2006 pada dasarian ke 30.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 56


7. Tren Panjang Musim Kemarau

Gambar 57. Tren panjang musim kemarau di Stasiun Klimatologi Jambi

Dari data tahun 1998 sampai 2011, Panjang Musim Kemarau Stasiun Klimatologi
Jambi (PMK) cenderung turun, dengan laju kenaikan 0,28 dasarian atau sekitar 2 –
3 hari. Musim kemarau terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 2000 yang
mencapai 15 dasarian dan terpendek pada musim kemarau tahun 2010 yang
sebesar 0 dasarian dimana tidak terjadi kemarau sepanjang tahun tersebut.

4. Tren Awal Musim Kemarau

Gambar 58. Tren Awal musim kemarau di Stasiun Klimatologi Jambi

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 57


Dari data tahun 1998 sampai 2011, Awal Musim Kemarau Stasiun Meteorologi
Jambi (AMK) cenderung naik dengan laju peningkatan 0.32 dasarian. Musim
kemarau paling maju terjadi pada musim kemarau tahun 1998 yaitu pada dasarian
ke 10, dan paling mundur pada musim kemarau tahun 2009 pada dasarian ke 17.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 58


III. KUALITAS UDARA DI INDONESIA BULAN JANUARI –
JUNI 2013

3.1. KADAR DEBU / SUSPENDED PARTICULATE MATTER (SPM)

Pemantauan Suspended Particulated Matter (SPM) di Indonesia dilakukan di 54


stasiun pemantau Kulitas Udara. Pemantauan SPM dilakukan dengan metode
sampling menggunakan, High Volume Sampler (HVS), sedangkan untuk analisis
laboratorium menggunakan Neraca Analitik (Analytical Balance).

Hasil analisa kadar debu / SPM (suspended Particulate Matter) di Indonesia secara
umum, di beberapa kota dari bulan Januari – Juni 2013 berkisar antara 13.60 –
431.68 μgram/m3, kondisi ini menunjukkan bahwa kadar debu di Indonesia yang
terendah 13.60 μgram/m3di Tjilik Riwut, sedangkan yang tertinggi 431.68
μgram/m3di Glodok-Jakarta, beberapa kota yang sudah menunjukkan diatas nilai
Baku mutu yang diperbolehkan
(230 μgram/m3) antara lain: Ancol, Kemayoran, Monas, Tangerang dan Semarang.

3.1.1. Kadar Debu Di Indonesia Berdasarkan Rata-Rata Bulanan

Pada bulan Januari 2013

Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 13.60 μgram /m3 - 230.22
μgram /m3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3) terdapat di Ancol sebesar 230.22 µg/m3, dan yang
terendah dibawah nilai baku mutu terdapat di Tjilik Riwut 13.60 µg/m3 seperti terlihat
pada peta di bawah ini:

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN JANUARI 2013

Gambar 54. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Januari 2013

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 59


Pada grafik dibawah terlihat ada 1 (satu) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar
debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Ancol.

Gambar 55. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Januari 2013

Pada bulan Februari 2013

Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 11.13 µg/m3 - 370.39
µg/m3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (370.39 µg/m3), sedangkan yang
terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tlilik Riwut
(11.13 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN FEBRUARI 2013

Gambar 56. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Februari 2013

Pada grafik dibawah terlihat ada 4 (empat) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar
debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Kemayoran

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 60


(240.07 µg/m3), Glodok (370.39 µg/m3), Ancol (230.71 µg/m3), dan Semarang
(244.79 µg/m3)

Gambar 57. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Februari 2013

Pada bulan Maret 2013

Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 13.21 µg/m3 - 360.58
µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (360.58 µg/m3), sedangkan yang
terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Darmaga
(13.21 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN MARET 2013

Gambar 58. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Maret 2013

Pada grafik di bawah terlihat ada 1 (satu) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar
debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Glodok (360.58
µg/m3)

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 61


Gambar 59. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Maret 2013

Pada bulan April 2013

Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 16.43 µg/m3 - 372.01
µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m ), terdapat di Glodok (372.01 µg/m3), sedangkan yang
3

terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut
(16.43 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN APRIL 2013

Gambar 60. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan April 2013

Pada grafik dibawah terlihat ada 2 (dua) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar
debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Glodok (372.01
μgram/m3) dan Kemayoran (247.82 μgram/m3)

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 62


Gambar 61. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan April 2013

Pada bulan Mei 2013

kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 16.34 µg/m3 - 393.09
µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (393.09 µg/m3), sedangkan yang
terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut
(16.43 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN MEI 2013

Gambar 62. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Mei 2013

Pada grafik dibawah ada 6 (enam) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu
lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Glodok (393.09 µg/m3),
Kemayoran (298.14 µg/m3), Ancol (248.34 µg/m3), Monas (268.53 µg/m3) Tangerang
(255.66 µg/m3), dan Semarang (251.62 µg/m3),

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 63


Gambar 63. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Mei 2013

Pada bulan Juni 2013

Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 17.02 µg/m3 - 431.68
µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (431.68 µg/m3), sedangkan yang
terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut
(17.02 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:

KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN JUNI 2013

Gambar 64. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Juni 2013

Pada grafik dibawah terlihat ada 6 (enam) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar
debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Kemayoran
(298.14 µg/m3), Glodok (431.68), Monas (282.50 µg/m3), Pd. Betung (298.15
µg/m3), Tangerang (306.77 µg/m3), dan Semarang (273.47 µg/m3)

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 64


Gambar 65. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Juni 2013

3.1.2. Kadar Debu (SPM) di DKI Jakarta

Pemantauan kadar debu di DKI Jakarta dilakukan di 5 (lima) lokasi yaitu daerah
Ancol, Bandengan, Glodok, Kemayoran, dan Monas. Umumnya, kadar debu di
lima lokasi pada bulan Januari rendah belum melebihi nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 gram/m3). pada bulan Februari – Juni 2013 sangat tinggi
khususnya didaerah Glodok melebihi nilai baku mutu yang di perbolehkan (230
gram/m3). Tingginya kadar debu di Glodok diperkirakan merupakan kontribusi dari
kendaraan bermotor, karena lokasi pengukuran dekat dengan jalan raya (road site).
Kadar debu di daerah Bandengan relatif cukup baik, berada di bawah nilai baku
mutu (Gambar 66).

Gambar 66. Kadar Debu di beberapa Lokasi di DKI Jakarta (Januari-Juni 2013)

Secara lebih rinci kadar debu tertinggi dan terendah di Jakarta pada periode Januari
– Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kadar debu di DKI Jakarta (Januari – Juni 2013)

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 65


Kadar debu tertinggi Kadar debu terendah
No. Bulan Kadar Kadar
Lokasi Lokasi
(μgram/m3) (μgram/m3)
1. Januari Ancol 230.22 Monas 140.17
2. Februari Glodok 370.39 Monas 175.69
3. Maret Glodok 360.58 Monas 115.43
4. April Glodok 372.01 Bandengan 150.44
5. Mei Glodok 393.09 Bandengan 197.11
6. Juni Glodok 431.68 Ancol 127.82
Keterangan:Nilai Ambang Batas untuk kadar debu adalah 230  gram/m3

3.2. TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Januari 2013 di Supadio-Pontianak,
Temindung-Samarinda, Selaparang-Mataram, dan BAWIL.V-Jayapura,
menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau
lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN JANUARI 2013

Gambar 67. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia


bulan Januari 2013

Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6),bersifat basa antara lain: Stasiun Supadio-Pontianak, Temindung-
Samarinda, Karangploso-Malang dan BAWIL. V Jayapura, terlihat pada grafik
dibawah ini:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 66


Gambar 68. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Januari 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Februari 2013 di Pulau Baai-Bengkulu,
Banjarbaru, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujung Pandang,

Eltari-Kupang, Beto Ambari-Bau Bau, dan BAWIL.V-Jayapura, menunjukkan nilai pH


air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa,
seperti terlihat pada peta dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN FEBRUARI 2013

Gambar 69. Peta Tingkat keasaman (PH) Air Hujan di Indonesia


bulan Februari 2013

Terdapat 8 (delapan) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun GAW-Kototabang, Pulau Baai-
Bengkulu, Banjarbaru, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujumg Pandang, Eltari-
Kung, Beto Ambari-Bau Bau dan BAWIL. V Jayapura, terlihat pada grafik dibawah
ini:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 67


Gambar 70. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Februari 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Maret 2013 di Kenten-Palembang,
Supadio-Pontianak, Banjarbaru, dan Tarempa, menunjukkan nilai pH air hujan
berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat
pada grafik dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN MARET 2013

Gambar 71. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia


bulan Maret 2013

Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Supadio-
Pontianak, Banjarbaru, dan Tarempa, terlihat pada grafik dibawah ini:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 68


Gambar 72. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Maret 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan April 2013 di Kenten-Palembang,
Supadio-Pontianak, Branti-Tanjungkarang, Selaparang-Mataram, Beto Ambari-Bau
Bau, Angkasa-Jayapura, Karangploso-Malang, dan Tarempa, menunjukkan nilai pH
air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa,
seperti terlihat pada peta dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN APRIL 2013

Gambar 73. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan April 2013

Terdapat 8 (delapan) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Supadio-
Pontianak, Banjarbaru, Selaparang-Mataram, Beto Ambari-Bau Bau, Karangploso-
Malang, Angkasapura dan Tarempa, terlihat pada grafik di bawah ini:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 69


Gambar 74. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan April 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Mei 2013 di Kototabang, Branti-
Tanjungkarang, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan
Karangploso Malang, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang
Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN MEI 2013

Gambar 75. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia


bulan Mei 2013

Terdapat 5 (lima) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal
(pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun GAW-Kototabang, Branti-
Tanjungkarang, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan
Karangploso-Malang terlihat pada grafik dibawah ini:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 70


Gambar 76. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesiam bulan Mei 2013

Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Juni 2013 di Kenten-Palembang,
Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujung Pandang dan Timika, menunjukkan nilai
pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa,
seperti terlihat pada grafik dibawah ini:

TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN JUNI 2013

Gambar 77. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Juni 2013

Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang,
Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan
Karangploso-Malang, terlihat pada grafik dibawah ini:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 71


Gambar 78. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Juni 2013

3.3. KONSENTRASI KADAR SO2 DAN NO2 DI JAKARTA

Secara umum, hasil pemantauan kadar SO2 dan NO2 di beberapa lokasi di Jakarta
masih relatif rendah dan jauh di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan. Kadar
rata-rata bulanan SO2 dan NO2 periode Januari–Juni 2013 adalah sebagai berikut:
Kadar SO2 rata-rata bulanan di beberapa lokasi di Jakarta masih cukup baik dan
berada di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan (0,014 ppm).

Gambar 79. Kadar SO2 di beberapa Lokasi di DKI - Jakarta (Januari-Juni 2013)

Kadar NO2 rata-rata bulanan di beberapa lokasi di Jakarta masih cukup baik dan
berada di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan (0,08 ppm) . bulan Juni tidak
ada data (Gambar.27)

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 72


Gambar 80. Kadar NO2 di beberapa Lokasi di DKI - Jakarta (Januari-Juni 2013)

3.4. PEMANTAUAN AEROSOL PM10


Pemantauan partikulat PM10 (Aerosol) dilakukan di stasiun GAW-Kototabang.
Pengukuran kadar PM10 dilakukan dengan peralatan otomatis (digital) menggunakan
alat Betha Rays Attenuation Monitoring (BAM)-1020.

Gambar 81. Peralatan Pemantau Betha Rays Attenuation Monitoring (BAM)

3.5. KONSENTRASI KADAR SO₂ Dan NO₂ DI INDONESIA

Pengukuran kadar / konsentrasi SO₂ dan NO₂ di Indonesia ada di 7 stasiun


pemantau, antara lain di: Kemayoran, Ancol, Monas, Glodok, Bandengan,
Kototabang dan Siantan

3.5.1. Konsentrasi SO₂


Pada bulan Januari 2013, kadar SO2 tertinggi di Glodok, Monas dan Bandengan
sebesar.0.005 ppm dan kadar So₂ terendah di Ancol sebesar 0.003 ppm, namun
masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm), Kototabang dan Siantan tidak
ada data.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 73


Gamba 82. Konsentrasi SO2 di beberapa lokasi di Jakarta, GAW Kototabang dan Siantan bulan
Januari 2013

Pada bulan Februari 2013, kadar SO2 tertinggi di Kemayoran sebesar.0.005 ppm
dan kadar SO₂ terendah di Kototabang sebesar 0.001 ppm, namun masih berada di
bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Gambar 83. Konsentrasi SO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang


dan Siantan bulan Februari 2013

Pada bulan Maret 2013, kadar SO2 tertinggi di Kemayoran sebesar.0.006 ppm dan
kadar SO₂ terendah di Kototabang sebesar 0.002 ppm, namun masih berada di
bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 74


Gambar 84. Konsentrasi SO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Maret
2013

Pada bulan April 2013, kadar SO2 tertinggi di Bandengan sebesar.0.003 ppm dan
kadar SO₂ terendah di Ancol dan Glodok sebesar 0.001 ppm, namun masih berada
di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Gambar 85. Konsentrasi SO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan siantan bulan April 2013

Pada bulan Mei 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar SO2 tertinggi di
Ancol sebesar.0.009 ppm dan kadar SO₂ terendah di Monas sebesar 0.007 ppm,
namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 75


Gambar 86. Konsentrasi SO₂ di beberapa lokasi di DKI Jakarta bulan Mei 2013

3.5.2. Konsentrasi NO₂

Pada bulan Januari 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar NO2
tertinggi di Glodok sebesar.0.030 ppm dan kadar NO₂ terendah di Kemayoran dan
Bandengan sebesar 0.020 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu
(0,14 ppm).

Gambar 87. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan siantan bulan Januari
2013

Pada bulan Februari 2013, kadar NO2 tertinggi di Glodok sebesar 0.051 ppm dan
kadar NO₂ terendah di Kototabang sebesar 0.002 ppm, namun masih berada di
bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 76


Gambar 88. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Februari
2013

Pada bulan Maret 2013, kadar NO2 tertinggi di Glodok sebesar 0.053 ppm dan kadar
NO₂ terendah di Siantan sebesar 0.005 ppm, namun masih berada di bawah Nilai
Baku Mutu (0,14 ppm).

Gambar 89. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Maret
2013

Pada bulan April 2013 Kototabang tidak ada data, kadar NO2 tertinggi di Glodok
sebesar 0.051 ppm dan kadar NO₂ terendah di Siantan sebesar 0.005 ppm, namun
masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 77


Gambar 90. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan April 2013

Pada bulan Mei 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar NO2 tertinggi di
Glodok sebesar 0.044 ppm dan kadar NO₂ terendah di Kemayoran sebesar 0.025
ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).

Gambar 91. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Mei 2013

Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan Januari 2013, Konsentrasi PM₁₀


maximum terjadi pada tanggal 18 sebesar 20.75 µgr/m³, sedangkan konsentrasi
PM₁₀ minimum pada tanggal 1 sebesar 9.00 µgr/m³, Sedangkan rata-rata bulan
konsentrasi PM₁₀ pada bulan Januari 2013 sebesar 16.48 µgr/m³

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 78


Gambar 92. Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan Januari 2013

Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan Maret 2013. Konsentrasi PM₁₀


maximum terjadi pada tanggal 7 sebesar 52.00 µgr/m³, sedangkan konsentrasi
PM₁₀ minimum pada tanggal 29 dan tanggal 31 sebesar 2.00 µgr/m³, Sedangkan
rata-rata bulan konsentrasi PM₁₀ pada bulan Maret 2013 sebesar 17.86 µgr/m³

Gambar 93. Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan Maret 2013

Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan April 2013. Konsentrasi PM₁₀


maximum terjadi pada tanggal 14 sebesar 15.00 µgr/m³, sedangkan konsentrasi
PM₁₀ minimum pada tanggal 3 dan tanggal 17 sebesar 7.00 µgr/m³, Sedangkan
rata-rata bulan konsentrasi PM₁₀ pada bulan April 2013 sebesar 10.68 µgr/m³

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 79


Gambar 94. Pemantauan Aerosol PM₁₀ di Kototabang bulan April 2013

3.6. OZON PERMUKAAN

Pemantauan Ozon Permukaan dilakukan di stasiun Kemayoran dan di Bukit-


Kototabang. Pengukuran kadar Ozon Permukaan dilakukan dengan peralatan
otomatis.

Pengukuran di Stasiun Kemayoran menggunakan alat Ozone Analyzer dengan


metode UV Photometric, sedangkan di stasiun Bukit-Kototabang menggunakan alat
Ozone Analyzer tipe TEI49C dengan metode UV-Absorption

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Januari 2013, Konsentrasi Ozon


maximum terjadi pada tanggal 19 sebesar 109.65 ppb, sedangkan konsentrasi
Ozon minimum pada tanggal 20 sebesar 2.86 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan
konsentrasi Ozon pada bulan Januari 2013 sebesar 29.58 ppb.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 80


Gambar 95. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Januari 2013

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Februari 2013, Konsentrasi Ozon


maximum terjadi pada tanggal 5 sebesar 114.72 ppb, sedangkan konsentrasi Ozon
minimum pada tanggal 6 sebesar 6.62 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi
Ozon pada bulan Februari 2013 sebesar 36.42 ppb.

Gambar 96. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Februari 2013

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Maret 2013, Konsentrasi Ozon


maximum terjadi pada tanggal 5 sebesar 141.07 ppb dan sudah melampaui baku
mutu yang diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada
tanggal 28 sebesar 13.73 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada
bulan Maret 2013 sebesar 39.28 ppb.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 81


Gambar 97. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Maret 2013

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan April 2013, Konsentrasi Ozonmaximum


terjadi pada tanggal 17 sebesar 133.81 ppb dan sudah melampaui baku mutu yang
diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 14
sebesar 13.08 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan April
2013 sebesar 38.10 ppb

.
Gambar 98. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan April 2013

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Mei 2013, Konsentrasi Ozon maximum
terjadi pada tanggal 9 sebesar 103.00 ppb dan sudah melampaui baku mutu yang
diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 31
sebesar 7.34 ppb, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Mei
2013 sebesar 36.22 ppb.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 82


Gambar 99. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Mei 2013

Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Juni 2013, Konsentrasi Ozon maximum
terjadi pada tanggal 9 sebesar 82.75 ppb, sedangkan konsentrasi Ozon minimum
pada tanggal 5 sebesar 4.07 ppb, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada
bulan Juni 2013 sebesar 8.91 ppb.

Gambar 100. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Juni 2013

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 83


IV. INFORMASI GAS RUMAH KACA

4.1 . PEMANTAUAN GAS RUMAH KACA DI STASIUN GAW KOTOTABANG

Pemantauan aktivitas Gas Rumah Kaca (GRK) yang terdiri dari unsur CO2, CH4, N26
di Stasiun GAW Bukit Kototabang telah dimulai sejak tahun 2004. Kegiatan tersebut
merupakan bagian dari jaringan pemantauan sampling udara global (Global Air
Sampling Monitoring Network), yang merupakan kolaborasi kerja sama antara pihak
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan National Oceanic and
Atmosphere Administration (NOAA) - Earth System Research Laboratory (ESRL)
Amerika Serikat. Hingga saat ini telah terbentuk jaringan pengamatan GRK fixed site
yang terdapat di 65 lokasi dan 2 di atas kapal komersil. Pengukuran konsentrasi
GRK di Stasiun GAW Bukit Kototabang dilakukan dengan metode Airkit Flask
Sampling yang dilakukan setiap 1 (satu) kali seminggu dengan menggunakan dua
buah tabung yang masing-masing berukuran 2.5 Liter.

Namun sejak April 2011, pengukuran GRK di Stasiun GAW Bukit Kototabang
dengan metode Airkit Flask Sampling untuk sementara waktu dihentikan. Sebagai
gantinya untuk saat ini pengukuran GRK dilakukan dengan metode CRDS (Cavity
Ring-Down Spectroscopy) yang menggunakan instrumen Picarro G3010 Analyzer.
Berbeda dengan instrumen Airkit Flask Sampling ,instrumen ini hanya bisa
mengukur 2 jenis konsentrasi GRK yakni CO2 dan CH4. Sehingga dengan demikian
untuk pengukuran N2O dan SF6 untuk sementara tidak dilakukan lagi. Pengukuran
dengan menggunakan metode CRDS ini dilakukan pada 3 level ketinggian yaitu 10
meter, 20 meter dan 32 meter. Hasil pengukuran konsentrasi CO2 dan CH4 hingga
bulan Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit Kototabang dapat dilihat pada Gambar 2 dan
3 di bawah ini.

Gambar 101. Trend Konsentrasi CO2 periode Januari 2004 - Juni 2013 di Stasiun
GAW Bukit Kototabang

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 84


Pada bulan Juni 2013, konsentrasi CO2 di Stasiun GAW Bukit Kototabang tercatat
sebesar 390,3 ppm. Hasil ini relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai
konsentrasi CO2 pada bulan Mei 2013 yang sebesar 389,0 ppm (Lihat Gambar. 48).
Namun jika dibandingkan nilai rata-rata sejak pengukuran tahun 2004 sebesar 379,6
ppm, nilai konsentrasi CO2 hingga bulan Juni 2013 mengalami peningkatan sebesar
2.66 %.

Gambar 102. Trend Konsentrasi CH4 periode Januari 2004 - Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit
Kototabang

Konsentrasi CH4 pada bulan Juni 2013 sebesar 1811,5 ppb dimana nilai tersebut
menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada bulan
Mei 2013 yang menunjukkan nilai 1809,7 ppb (Lihat Gambar 49). Nilai rata-rata
konsentrasi CH4 sejak dilakukan pengamatan tahun 2004 hingga saat ini adalah
sebesar 1817,0 ppb, sehingga dengan demikian nilai konsentrasi CH4 pada bulan
Juni 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 0,30%. Konsentrasi CH4 pada bulan
Juni 2013 sebesar 1811,5 ppb dimana nilai tersebut menunjukkan peningkatan jika
dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada bulan Mei 2013 yang menunjukkan nilai
1809,7 ppb (Lihat Gambar 3). Nilai rata-rata konsentrasi CH4 sejak dilakukan
pengamatan tahun 2004 hingga saat ini adalah sebesar 1817,0 ppb, sehingga
dengan demikian nilai konsentrasi CH4 pada bulan Juni 2013 menunjukkan
peningkatan sebesar 0.30%.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 85


Tabel 4. Perbandingan GRK berdasarkan nilai rata-rata dengan nilai rata-rata di
stasiun GAW Bukit Kototabang.

4.2. PEMANTAUAN GAS RUMAH KACA DI 9 (SEMBILAN) UPT BMKG

Sejak bulan Mei 2012 BMKG telah melakukan pemantauan Gas Rumah Kaca
(GRK). Parameter GRK yang diukur adalah CO₂ dan CH₄ . Metode pemantauan
yang digunakan adalah metode tidak langsung (Indirect), yaitu dengan cara
sampling dan analisis laboratorium. Alat sampling yang digunakan adalah Flask
Sampler. Sedangkan analisis konsentrasi GRK menggunakan instrumen gas
kromatografi.

Pada tahap awal lokasi sampling yang dipilih BMKG didaerah ada 9
(sembilan) lokasi, antara lain di: Sampali – Medan, Pekanbaru – Riau, Siantan –
Pontianak, Banjarbaru – Kalimantan Selatan, Kayuwatu – Manado, Maros – Ujung
Pandang, Karangploso – Malang, Negara – Bali, dan Lasiana – Kupang.

Hasil pemantauan GRK hanya di 8 (delapan) lokasi, karena 1 (satu) lokasi


yaitu Pekanbaru – Riau tidak ada data, antara bulan Januari 2013 sampai dengan
bulan Juni 2013 diperoleh data nilai rata-rata bulanan untuk CO₂ sebesar 392.89
ppm, dan untuk CH₄ sebesar 1.67 ppm. Konsentrasi CO₂ tertinggi 401.24 ppm
terdapat di Sampali – Medan, dan terendah sebesar 386.98 ppm di Banjarbaru,
sedangkan untuk CH₄ konsentrasi tertinggi sebesar 1.74 ppm di Karangploso –
Malang dan terendah sebesar 1.59 ppm di Banjarbaru.

Pemantauan GRK di 8 (delapan) lokasi karena 1 (satu) lokasi yaitu


Pekanbaru- Riau tidak ada data, di masing-masing lokasi dapat di lihat pada gambar
grafik rata – rata bulanan di bawah ini, lihat Gambar 103 - 112.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 86


Gambar 103. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari - Mei 2013

Gambar 104. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari - Mei 2013

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 87


Gambar 105. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim
Banjarbaru dan Staklim Karangploso – Malang

Gambar 106. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim
Banjarbaru dan Staklim Karangploso – Malang

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 88


Gambar 107. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim
Kayuwatu-Manado dan Staklim Lasiana – Kupang

Gambar 108. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013
di Staklim Kayuwatu-Manado dan Staklim Lasiana – Kupang

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 89


Gambar 109. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari – Mei 2013
di Staklim Negara-Bali dan Staklim Sampali– Medan

Gambar 110. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013
di Staklim Negara-Bali dan Staklim Sampali-Medan

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 90


Gambar 111. Konsentrasi Rata-Rata CO₂ Periode Bulan Januari – Mei 2013
di Staklim Siantan-Pontianak dan Staklim Maros-Ujung Pandang

Gambar 112. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013
di Staklim Siantan-Pontianak dan Staklim Maros-Ujung Pandang

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 91


V. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN

Sejak tahun 2010, BMKG selaku lembaga pemerintahan non kementerian


menyampaikan beberapa informasi teknis terkait trajectory dan sebaran asap
kebakaran hutan di wilayah Indonesia. Seperti diketahui bahwa pada bulan Januari
hingga Juni 2013, telah terjadi kebakaran hutan yang cukup hebat yang melanda
wilayah Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan pantauan dari satelit Modis (Terra
dan Aqua) jumlah titik api di wilayah Sumatera terbanyak terjadi pada periode bulan
Juni 2013. Hal ini disebabkan karena pada periode bulan tersebut merupakan
periode kemarau yang terjadi di hampir sebagian besar wilayah Indonesia.
Dasar hukum Tugas yang melandasi kegiatan penyampaian update informasi
trajectory dan sebaran asap kebakaran hutan di wilayah Indonesia adalah:
a. Undang Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Bab V Pasal 10 tentang (1) Pengamatan Klimatologi
meliputi: iklim dan kualitas udara ; dan Bab VII pasal 29 tentang Pelayanan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan
Pengelolaan Data Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
c. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Nomor:
KEP.03 TAHUN 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, pada Bagian Keempat Pasal 117 menyatakan Pusat
Perubahan Iklim dan Kualitas Udara mempunyai tugas melaksanakan
perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, koordinasi kegiatan
fungsional dan kerjasama observasi, pengelolaan dan pelayanan data dan
informasi di bidang perubahan iklim dan kualitas udara.
d. Rencana Stratejik (RENSTRA) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) tahun 2010-2014 tentang sasaran program pembangunan bidang
klimatologi

Berdasarkan data Modis (satelit Terra dan Aqua) dengan tingkat kepercayaan 81
sampai dengan 100 % dan dari hasil running Model Hysplit4 (Hybrid Single Particle
Lagrangian Integrated Trajectory Model) kerjasama BMKG-NOAA serta penggunaan
data meteorologi pada bulan Januari – Juni 2013, berikut disampaikan Laporan
Informasi Sebaran Asap Kebakaran hutan dan Trajektorinya untuk beberapa provinsi
di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

5.1. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI RIAU

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan
setiap tahun. Pada periode Januari - Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot
yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa
wilayah Provinsi Riau hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. Jumlah
hotspot terbanyak sebesar 1342 titik terjadi pada tanggal 19 Juni 2013
(Gambar:.60). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki
kecenderungan bergerak kearah Timur sampai dengan Timur Laut.
Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 20 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan
data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap
kebakaran hutan sebagai berikut:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 92


(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
BMKG
di Provinsi Riau Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas
(20 – 21 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
(hotspot) Riau

(b). Trajectory asap kebakaran


hutan di Riau

(c). Trajectory asap kebakaran


Sumber: B MKG-NO AA Hysplit M odel
hutan di Riau dalam 3 dimensi
10 m 1m 0 m (Permukaan tanah/ Gambut)

(c)
Gambar 113. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Riau tanggal 20 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Langgam, Sungai Ma, Tanah Putih, Mandau, Medang
Kampai, Kepenuhan, Teluk Meranti, Pelalawan, Kerumutan bergerak kearah Timur
sampai dengan Timur Laut.
Pada tabel 3 berikut ini disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode
bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Riau.

Tabel 5. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Riau Januari- Juni 2013

Jumlah Jumlah Jumlah


Tanggal Tanggal Tanggal
Hotspot Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 3 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 2
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 1
07 Jan 2013 3 17 Jan 2013 3 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 3 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 1
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 8 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 5

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 93


31 Jan 2013 8
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 61 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 2 21 Mart 2013 2
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 4 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 1 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 6 15 Mart 2013 4 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 14 27 Mart 2013 0
08 Mart 2013 3 18 Mart 2013 7 28 Mart 2013 3
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 14 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 7 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
01 Aprl 2013 0 11 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0
02 Aprl 2013 4 12 Aprl 2013 1 22 Aprl 2013 0
03 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
04 Aprl 2013 1 14 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
05 Aprl 2013 10 15 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0
06 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 60 26 Aprl 2013 0
07 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 1 27 Aprl 2013 0
08 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 64 28 Aprl 2013 0
09 Aprl 2013 1 19 Aprl 2013 4 29 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 1 30 Aprl 2013 0
01 Mei 2013 0 12 Mei 2013 0 23 Mei 2013 1
02 Mei 2013 0 13 Mei 2013 5 24 Mei 2013 0
03 Mei 2013 0 14 Mei 2013 9 25 Mei 2013 0
04 Mei 2013 0 15 Mei 2013 0 26 Mei 2013 0
05 Mei 2013 0 16 Mei 2013 0 27 Mei 2013 0
06 Mei 2013 0 17 Mei 2013 0 28 Mei 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 94


07 Mei 2013 0 18 Mei 2013 5 29 Mei 2013 0
08 Mei 2013 0 19 Mei 2013 4 30 Mei 2013 4
09 Mei 2013 0 20 Mei 2013 3 31 Mei 2013 6
10 Mei 2013 0 21Mei 2013 0
11 Mei 2013 3 22 Mei 2013 0
01 Jun 2013 11 Juni 2013 21 juni 2013
22 0 586
02 Jun 2013 12 Juni 2013 22 Juni 2013
0 11 158
03 Jun 2013 13 Juni 2013 23 Juni 2013
2 35 418
04 Jun 2013 14 Juni 2013 24 Juni 2013
0 85 313
05 Jun 2013 15 Juni 2013 25 Juni 2013
6 120 2
06 Jun 2013 16 Juni 2013 26 Juni 2013
10 5 4
07 Jun 2013 17 Juni 2013 27 Juni 2013
0 77 2
08 Jun 2013 18 Juni 2013 28 Juni 2013
4 192 6
09 Jun 2013 19 Juni 2013 29 Juni 2013
0 1342 0
10 Jun 2013 20 Juni 2013 30 Juni 2013
18 300 4

(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.2. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI JAMBI


Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan
setiap tahun. Pada periode Januari hingga Juni 2013, berdasarkan data harian
hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan
bahwa wilayah Provinsi Jambi hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan.
Jumlah hotspot terbanyak sebesar 47 titik terjadi pada tanggal 19 Juni 2013
(Gambar 114). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki
kecenderungan bergerak kearah Timur sampai dengan Tenggara.
Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 20 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan
data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap
kebakaran hutan sebagai berikut:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 95


(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
BMKG
di Provinsi Jambi Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas
(20 – 21 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
(hotspot) Jambi

(b). Trajectory asap kebakaran


hutan di Jambi

(c). Trajectory asap kebakaran


hutan di Jambi dalam 3 dimensi
Sumber: BMKG-NOAA Hysplit Model 10 m 1m 0 m (Permukaan tanah/ Gambut)

(c)
Gambar 114. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Jambi tanggal
20 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan VII Koto, Sumay bergerak kearah Timur sampai dengan
Tenggara.
Pada tabel.6. berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Jambi.

Tabel 6. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Jambi Januari- Juni 2013.


Jumlah Jumlah Jumlah
Tanggal Tanggal Tanggal
Hotspot Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 96


10 Jan 2013 1 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 2
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 11 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 2 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0
08 Mart 2013 1 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 1
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 1
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0
1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0

3 Mei 2013 0 14 Mei2013 1 23 Mei2013 2

4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 24 Mei2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 97


5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 25 Mei2013 0

6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 26 Mei2013 0

7 Mei 2013 0 18 Mei2013 1 27 Mei2013 0

8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 28 Mei2013 0

9 Mei 2013 0 20 Mei2013 1 29 Mei 2013 0

10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0 30 Mei 2013 0


11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0 31 Mei 2013 0
1 Juni 2013 6 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0
2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 16
3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0
4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 2 26 Juni 2013 2
5 Juni 2013 1 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 29
7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 2 29 Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 47 30 Juni 2013 0
9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 4
10 juni 2013 0 21 Juni 2013 6
11 juni 2013 0 22 Juni 2013 13
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.3. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI


SUMATERA UTARA
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda
kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode Januari hingga Juni 2013,
berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan
Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Sumatera Utara hampir sepanjang hari
dilanda kebakaran hutan. Jumlah hotspot terbanyak sebesar 18 titik terjadi pada
tanggal 24 Juni 2013 (Gambar.63). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan
pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Selatan sampai dengan
Barat Daya.
Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 25 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan
data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap
kebakaran hutan sebagai berikut:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 98


(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Sumatera Utara Dalam 3 Dimensi
BMKG (25– 26 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB) (a). Peta sebaran titik panas (hotspot)
Sumatera Utara

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di


Sumatera Utara

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di


Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model 10 m 1m Sumatera Utara dalam 3 dimensi
12

(c)
Gambar 115. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Utara
tanggal 25 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Sei Kepayang, Kampung Rakyat, Sorkam, Barumun bergerak
kearah Selatan sampai dengan Barat Daya.
Pada tabel 5 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Sumatera Utara. Untuk bulan
Februari dan April 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.

Tabel 7. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Sumatera Utara Januari- Juni 2013

Jumlah Jumlah
Tanggal Tanggal Jumlaotspot Tanggal
Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 2 28 Jan 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 99


09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 1 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 1 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 4 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0
08 Mart 2013 3 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0
1 Mei 2013 0 12 Mei2013 2 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei2013 4 24 Mei2013 0
3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0
4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 100
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 1 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0
1 Juni 2013 3 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 3

2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 18

3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0

4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 26 Juni 2013 1

5 Juni 2013 2 16 Juni 2013 6 27 Juni 2013 0

6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 0

7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29 Juni 2013 1

8 Juni 2013 2 19 Juni 2013 10 30 Juni 2013 0

9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 14

10 juni 2013 2 21 Juni 2013 3

11 juni 2013 0 22 Juni 2013 6

(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.4. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI


SUMATERA SELATAN
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda
kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode Januari hingga Juni 2013,
berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan
Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Juni
hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. Jumlah hotspot terbanyak sebesar
5 titik terjadi pada tanggal 28 Juni 2013 (Gambar: 64). Sedangkan trajectory asap
kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Barat Laut.
Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 29 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan
data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap
kebakaran hutan sebagai berikut:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 101
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
BMKG (29 – 30 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :

= 10 m (Pepohonan)
= 1 m (Semak belukar)
• Lokasi Kebakaran :
1. Kec. Kayu Agung
2. Kec. Kayu Agung
1
2
3. Kec. Kayu Agung
3

Pada Level Ketinggian tersebut:


Trajectory massa udara Asap Kebakaran
Hutan sebagian besar bergerak ke arah
Barat Laut.

Sumber: BMKG-NOAA Hysplit Model

(a) (b)

(a). Peta sebaran titik panas (hotspot)


Sumatera Selatan

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di


Sumatera Selatan

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di


Sumatera Selatan dalam 3 dimensi

(c)
Gambar 116. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Selatan
tanggal 29 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Kayu Agung bergerak kearah Barat Laut.
Pada tabel 6 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Sumatera Selatan. Untuk
bulan Januari dan Februari 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.

Tabel 8. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Sumatera Selatan Januari- Juni 2013.

Jumlah Jumlah Jumlah


Tanggal Tanggal Tanggal
Hotspot Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 102
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 1 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 1
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 2
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 1
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0
1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0
3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 103
4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 1
9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0
1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 1 23 Juni 2013 2
2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 2
4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 1 26 Juni 2013 3
5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 5
7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29 Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0
9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0
10 Juni 2013 2 21 Juni 2013 2
11 Juni 2013 0
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.5. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI


KALIMANTAN BARAT
Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda
kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode Januari hingga Juni 2013,
berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan
Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Barat hampir sepanjang
hari dilanda kebakaran hutan. Jumlah hotspot terbanyak sebesar 38 titik terjadi pada
tanggal 23 Juni 2013 Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu
memiliki kecenderungan bergerak ke arah Timur laut sampai dengan Timur.
Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 24 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan
data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap
kebakaran hutan sebagai berikut:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 104
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BMKG (24 - 25 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :
= 10 m (Pepohonan)
1
= 1 m (Semak belukar)
2
3
4 5
Lokasi Kebakaran (Hotspot) :
6 1. Kec. SAMBAS
2. Kec. SANGGAU LEDO
3. Kec. MEMPAWAH HILIR
7
4. Kec. SEBANGKI
U 5. Kec. SEKADAU HILIR
6. Kec. KAYAN HILIR
7. Kec. SUKADANA

Pada Level Ketinggian tersebut:


Trajectory massa udara Asap Kebakaran
Hutan sebagian besar bergerak ke arah
Timur Laut sampai dengan Timur.

Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model


31

(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Kalimantan Barat Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas
BMKG (24 - 25 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
(hotspot) Kalimantan Barat

(b). Trajectory asap kebakaran hutan


di Kalimantan Barat

(c). Trajectory asap kebakaran hutan


Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model 10 m 1m di Kalimantan Barat dalam 3
32

dimensi
(c)
Gambar 117. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Barat tanggal 24
Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Sanggau Ledo, Sukadana, Sebangki, Mempawah Hilir,
Sambas, Sekadau Hilir, Kayan Hilir bergerak kearah Timur Laut sampai dengan
Timur.
Pada tabel 7 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Barat. Untuk bulan
Februari 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.

Tabel 9. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Barat Januari- Juni 2013

Jumlah Jumlah Jumlah


Tanggal Tanggal Tanggal
Hotspot Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 3 24 Jan 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 105
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 7 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 2 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 2 28 Jan 2013 1
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 1 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 4
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 2 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 10 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 1 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 19 24 Mart 2013 2
05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 3 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 1 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 2 27 Mart 2013 0
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 1
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 1 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 3 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 1
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 1
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 5

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 106
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0
1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0
3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0
4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei2013 1
1 Juni 2013 0 11 Juni 2013 0 21 Juni 2013 6
2 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 22 Juni 2013 2
3 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 23 Juni 2013 38
4 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
5 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 25 Juni 2013 2
6 Juni 2013 0 16 Juni 2013 6 26 Juni 2013 3
7 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 28 Juni 2013 6
9 Juni 2013 0 19 Juni 2013 5 29 Juni 2013 0
10 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0 30 Juni 2013 13
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

5.6. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI


KALIMANTAN TENGAH
Pada periode Januari hingga Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang
diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa jumlah
hotspot di Provinsi Kalimantan Tengah terbanyak sebesar 2 titik terjadi pada tanggal
25 Juni 2013, sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki
kecenderungan bergerak ke arah Utara.
Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 26 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan
data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap
kebakaran hutan sebagai berikut:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 107
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BMKG (26 – 27 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :

= 10 m (Pepohonan)
= 1 m (Semak belukar)
1

• Lokasi Kebakaran (Hotspot) :


2
1. Kec. GUNUNG TIMANG
2. Kec. BAAMANG

Pada Level Ketinggian tersebut:


Trajectory massa udara Asap Kebakaran
Hutan sebagian besar bergerak ke arah
Utara.
Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model
7

(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Kalimantan Tengah Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas (hotspot)
BMKG (26 – 27 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Kalimantan Tengah

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di


Kalimantan Tengah

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di


Kalimantan Tengah dalam 3 dimensi
Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model 10 m 1m
11

(c)
Gambar 118. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Tengah
tanggal 26 Juni 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Gunung Timang, Baamang bergerak kearah Utara.
Pada tabel 10 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk
bulan Januari dan Mei 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.

Tabel 10. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Tengah Januari-Juni 2013.


(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

Jumlah Jumlah Jumlah


Tanggal Tanggal Tanggal
Hotspot Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 108
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 1 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 1
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 1 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 109
1 Mei 2013 0 12 Mei 2013 0 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei 2013 0 24 Mei2013 0
3 Mei 2013 0 14 Mei 2013 0 25 Mei2013 0
4 Mei 2013 0 15 Mei 2013 0 26 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 16 Mei 2013 0 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei 2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei 2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei 2013 0 30 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 20 Mei 2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei 2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei 2013 0
1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0
2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25Juni 2013 2
4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 26 Juni 2013 1
5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 0
7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0
9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0
10 Juni 2013 0 21Juni 2013 0
11 Juni 2013 0 22 Juni 2013 0

5.7. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI


KALIMANTAN SELATAN
Pada periode Januari hingga Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang
diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa jumlah
hotspot di Provinsi Kalimantan Selatan terbanyak sebesar 1 titik terjadi pada tanggal
1 Mei 2013, sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki
kecenderungan bergerak ke arah Selatan sampai dengan Barat.
Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 2 Mei pukul 07.00 WIB menggunakan
data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap
kebakaran hutan sebagai berikut:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 110
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BMKG (2 – 3 Mei 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :

= 10 m (Pepohonan)
= 1 m (Semak belukar)

• Lokasi Kebakaran (Hotspot) :


1. Kec. AWAYAN

Pada Level Ketinggian tersebut:


Trajectory massa udara Asap Kebakaran
Hutan sebagian besar bergerak ke arah
Selatan sampai dengan Barat.
Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model
7

(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Kalimantan Selatan Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas (hotspot)
BMKG (21 – 22 Januari 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Kalimantan Selatan

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di


Kalimantan Selatan

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di


Kalimantan Selatan dalam 3 dimensi
Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model 10 m 1m

(c)
Gambar 119. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan
tanggal 2 Mei 2013.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Awayan, bergerak kearah Selatan sampai dengan Barat.
Pada tabel 11 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk
bulan Januari, Februari, Maret dan Juni 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.

Tabel 11. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Selatan Januari-Juni 2013.


(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)

Jumlah Jumlah Jumlah


Tanggal Tanggal Tanggal
Hotspot Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 111
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 112
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0
1 Mei 2013 1 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0
3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0
4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0
1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0
2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0
4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 26 Juni 2013 0
5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 0
7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29 Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0
9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0
10 juni 2013 0 21Juni 2013 0
11 Juni 2013 0 22 Juni 2013 0

5.8. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI


KALIMANTAN TIMUR
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda
kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode Januari hingga Juni 2013,
berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan
Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Timur tidak ada kebakaran
hutan yang berarti. Jumlah hotspot terbanyak sebesar 4 titik terjadi pada tanggal 20
Januari 2013, sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki
kecenderungan bergerak ke Barat Daya.
Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 21 Januari pukul 07.00 WIB
menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan
trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 113
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BMKG (21 – 22 Januari 2013, mulai Jam 07.00 WIB)

Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :

= 10 m (Pepohonan)
= 1 m (Semak belukar)

• Lokasi Kebakaran (Hotspot) :


1. Kec. SENGATTA

Pada Level Ketinggian tersebut:


Trajectory massa udara Asap Kebakaran
Hutan sebagian besar bergerak ke arah
Barat Daya.
Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model
7

(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Kalimantan Timur Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas (hotspot)
BMKG (21 – 22 Januari 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Kalimantan Timur

(b). Trajectory asap kebakaran hutan di


Kalimantan Timur

(c). Trajectory asap kebakaran hutan di


Kalimantan Timur dalam 3 dimensi
Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model 10 m 1m

(c)
Gambar 120. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Timur
tanggal 21 Januari 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Sengatta, bergerak kearah Barat Daya.
Pada tabel 12 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Timur.

Tabel 12. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Timur Januari- Juni 2013.
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
Jumlah Jumlah Jumlah
Tanggal Tanggal Tanggal
Hotspot Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 4
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 1
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 114
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 4 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 1 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 1 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 1 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 1
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 2
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 1 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 1
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 3 17 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 28 Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 1
1 Mei 2013 0 11 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 22 Mei2013 0
3 Mei 2013 1 13 Mei2013 0 23 Mei2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 115
4 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 24 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 25 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 26 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 27 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 28 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 19 Mei2013 1 29 Mei2013 0
10 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 30 Mei2013 0
31 Mei 2013 0
1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 22 Juni 2013 0
2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0
3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0
5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 26 Juni 2013 0
6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 28Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 29 Juni 2013 1
9 Juni 2013 1 20 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0
10 Juni 2013 3 21 Juni 2013 0

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 116
VI. INFORMASI SEBARAN DEBU GUNUNG BERAPI

Sampai dengan bulan Juni 2013, beberapa gunung api berstatus SIAGA (level III)
hal ini ditandai dengan peningkatan intensif kegiatan seismik yang menunjukkan
bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang
dapat menimbulkan bencana. yaitu: G. Lokon yang berstatus SIAGA sejak tanggal
24 Juli 2011, G. Rokatenda berstatus Siaga sejak tanggal 13 Oktober 2012 dan G.
Ibu yang dinaikan statusnya menjadi SIAGA tanggal 7 Juni 2013.
Gunung api Lokon terletak pada posisi geografis 01° 21,5’ Lintang Utara dan
124°47,5’ Bujur Timur. Secara Administratif gunung Lokon terletak di Kota
Tomohon Sulawesi Utara dengan ketinggian 1579,5 m diatas permukaan laut.
Gunung Lokon berstatus siaga sejak 24 Juli 2011.
Berikut disampaikan hasil trajectory sebaran debu gunung Lokon yang di running
pada saat terjadi letusan pada Senin tanggal 8 April 2013 pukul 09:57 WITA dengan
ketinggian semburan debu lebih kurang 3000 meter (Gambar 121) dan pada Kamis
tanggal 11 April 2013 pukul 10:51 WITA dengan ketinggian semburan debu lebih
kurang 2000 meter (Gambar 122), menggunakan model Hysplit (Hybrid Single
Particle Lagrangian Integrated Trajectory Model) kerjasama BMKG-NOAA dan
telah di publikasikan melalui web BMKG (http://www.bmkg.go.id).

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 117
Gambar 121. Informasi trajectory debu gunung Lokon tanggal 8 April 2013

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory debu Gunung Lokon bergerak
kearah Barat Daya sampai dengan Barat dengan ketinggian abu vulkanik mencapai
6900 m dari permukaan tanah.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 118
Gambar 122. Informasi trajectory debu gunung Lokon tanggal 11 April 2013

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory debu Gunung Lokon bergerak
kearah Selatan sampai dengan Barat Daya dengan ketinggian abu vulkanik
mencapai 3800 m dari permukaan tanah.

Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 119

Anda mungkin juga menyukai