BUKU SBK Edisi 6 PDF
BUKU SBK Edisi 6 PDF
x + 119 hlm : 21 x 30 cm
ISBN :
Editor : Drs. Budi Suhardi, DEA, Ir. Anton Siswadi, Hadi Suyono, M.Si, Leni Nasarudin,
S.Si, M.Si, Andriyas Aryo. P, M.Si, Agus Sabana, M.Si, Farid Faisal, Mugni Hadi
Hariadi, Ari Kurniadi
Penerbit : BMKG
Jl. Angkasa I No.2. Kemayoran, Jakarta, Indonesia 10720
Telp : (+6221) 4246321. Fax : (+6221) 4246703
Bentuk negara yang berupa kepulauan, terletak di antara dua Benua dan
Samudera, tingkat perekonomian sebagai negara berkembang serta kemampuan
adaptasi masyarakat yang rendah terhadap perubahan iklim menempatkan
Indonesia sebagai negara yang rentan terhadap isu perubahan iklim.
Akan tetapi apakah perubahan iklim memang telah terjadi di Indonesia ?
Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, telah terjadi kenaikan suhu yang
signifikan pada kurun waktu 30 tahun terakhir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Bukti perubahan iklim lain pun ditunjukan oleh pengamatan konsentrasi Gas Rumah
Kaca (GRK) di stasiun GAW Bukit Kototabang yang mengalami tren peningkatan
yang cukup signifikan. Selain itu BMKG telah melakukan pula pengamatan terhadap
luasan es di wilayah pegunungan Jaya Wijaya yang menunjukan penurunan. Hasil
pengamatan dan analisis tersebut diharapkan menjadi bukti dasar perubahan iklim
yang terjadi di Indonesia, dimana ini akan dilengkapi oleh rencana BMKG untuk
melakukan pengamatan terhadap kenaikan tinggi muka laut .
Hasil pengukuran BMKG mengenai penurunan konsentrasi GRK di Pulau Bali
sebesar 33% secara total saat Hari Raya Nyepi tahun 2013 telah menjadi bukti
dasar pengaruh kegiatan manusia terhadap konsentrasi GRK di atmosfer. Data ini
menjadi hal yang sangat berharga mengingat selama ini analisa yang dilakukan
lebih berdasarkan pendekatan asumsi saja.
Beberapa hal di atas telah menunjukan pentingnya peran BMKG dalam
menghadapi isu perubahan ini, tidak hanya dalam hal analisa pengamatan terhadap
bukti perubahan iklim tetapi juga dalam hal layanan informasi perubahan iklim untuk
mendukung kegiatan adaptasi dan mitigasi sektoral.
Dengan terbitnya Buku Informasi Perubahan iklim dan Kualitas Udara di
Indonesia yang telah mencapai edisi yang ke-6, diharapkan menjadi salah satu
bentuk dari diseminasi informasi yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
operasional BMKG baik Pusat maupun Daerah dan lebih lanjut lagi menjadi layanan
informasi untuk sektor terkait.
Kami atas nama Tim Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dan Deputi Bidang
Harapan dari penerbitan Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara
di Indonesia tidak hanya untuk kepentingan internal BMKG yakni sebagi referensi
atau guidence oleh UPT-UPT BMKG di daerah dalam memberikan informasi
perubahan iklim dan kualitas udara, akan tetapi merupakan sebuah sarana
pembelajaran bagi masyarakat umum akan pentingnya informasi perubahan iklim
dan kualitas udara. Demikian pula merupakan sebuah sarana tukar informasi antar
instansi-instansi sektoral terkait informasi perubahan iklim dan kualitas udara yang
pada akhirnya dapat saling bersinergi dalam pencapaian tujuan bersama yakni
tanggap dan cakap dalam melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page iii
DAFTAR TIM PENYUSUN
BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA
BMKG 2013
hal
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
KATA SAMBUTAN .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page vii
I. PENDAHULUAN
No Nama Stasiun
Gambar 1. Tren suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Dari data tahun 1993 – 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.022 oc per
tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2009 dan 2010
sebesar 31.4 oc dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2000
sebesar 30.2 oc.
Gambar 2. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Dari data tahun 1993 – 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0385 oc
per tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2011 sebesar 25.0
oc dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1995 dan 2001 sebesar
23.8 oc.
Gambar 3. Tren curah hujan 6 bulanan (April – September) di Stasiun Meteorologi Hang Nadim
Batam
Gambar 4. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober – Maret) di Stasiun Meteorologi Hang Nadim
Batam
Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun Meteorologi Hang
Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.382 mm per enam bulan.
Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2006 sebesar 1903 mm dan curah hujan
terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 745 mm.
Data suhu pengamatan yang ada dimulai tahun 2006, dari data tahun 2006 –
2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna tidak
menunjukkan adanya tren karena data tidak terlalu panjang. Suhu rata-rata tertinggi
tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.8 oc dan suhu rata-rata terendah terjadi pada
tahun 2008 sebesar 25.6 oc.
Gambar 6. Grafik suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
Gambar 7. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
Dari data tahun 2006 – 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Ranai Natuna menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.4314 oc per
tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 25.3 oc
dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2006, 2007 dan 2008
sebesar 22 oc.
Gambar 8. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober – Maret) di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
Gambar 9. Tren curah hujan 6 bulanan (April – September) di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
Gambar 10. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Dari data tahun 1981 – 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi
Tanjung Pinang menunjukkan adanya tren peningkatan sebesar 0.036 oc. Suhu rata-
rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.1 oc dan suhu rata-rata terendah
terjadi pada tahun 1984 sebesar 25.5 oc.
Gambar 11. Tren suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung pinang
Gambar 12. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Dari data tahun 1981 – 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Tanjung Pinang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0312 oc per
tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 24.2 oc
dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 21.4 oc.
Gambar 13. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober – Maret) di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Gambar 14. Tren curah hujan 6 bulanan (April – September) di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Dari data tahun 1998 sampai 2010, suhu rata-rata tahunan di Tanjung Balai
Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.073 oc setiap tahun. Suhu rata-
rata tertinggi tercatat pada tahun 2009 sebesar 28.3 oc dan terendah tercatat pada
tahun 1998 sebesar 26.6 oc.
Gambar 16. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun
Dari data tahun 1998 sampai 2009, suhu maksimum rata-rata tahunan di Tanjung
Balai Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.006 oc setiap tahun. Suhu
maksimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2002 sebesar 31.5 oc dan suhu minimum
rata-rata terendah tercatat tahun 2006 sebesar 30.04 oc.
Gambar 17. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun
Gambar 18. Tren Curah Hujan 6 bulanan (April-September) di Tanjung Balai Karimun
Dari data tahun 1995 sampai 2010, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-
September) menunjukkan tren peningkatan sebesar 20.79 mm per 6 bulan. Curah
hujan tertinggi tercatat tahun 1998 sebesar 1943 mm dan terendah tercatat tahun
1997 sebesar 555 mm.
Dari data tahun 1995 sampai 2009, jumlah curah hujan 6 bulanan (Oktober-
Maret) menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.80 mm per 6 bulan. Curah hujan
tertinggi tercatat tahun 2005 sebesar 1592 mm dan terendah tercatat tahun 1997
sebesar 539 mm.
Gambar 20. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang
Gambar 21. Tren Suhu Maksimum Absoulut Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang
Dari data tahun 1996 – 2012, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun
GAW Bukit Kototabang Kabupaten Agam menunjukkan tren peningkatan sebesar
0.213 oc per tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2006
sebesar 33.1 oc dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1996
sebesar 24.6 oc.
Gambar 22. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang
Dari data tahun 1996 – 2012, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun GAW
Bukit Kototabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.115 oc per tahun. Suhu
minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 17.6 oc dan suhu
minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1998 dan 2001 sebesar 14.4 oc.
Gambar 23. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang
Gambar 24. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang
Curah hujan enam bulanan Oktober – Maret di Stasiun GAW Bukit Koto
Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 44.71 mm per tahun. Curah hujan
tertinggi tercatat pada tahun 2006 sebesar 1758 mm dan curah hujan terendah
terjadi pada tahun 1997 sebesar 359 mm.
Tren tahunan suhu udara rata-rata 1983 - 2011 di Stasiun Meteorologi Sultan Thaha
Jambi cendrung naik dengan laju kenaikan 0,015 oc /tahun, tertinggi terjadi pada
tahun 1996 bulan Agustus, Juni tahun 2003 dan November 2009 sebesar 28.3 oc
Periode 1983 - 2011. Suhu rata-rata terendah terjadi bulan September tahun 1984
sebesar 25.0 oc Periode 1983 - 2011.
Gambar 26. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Tren Suhu Udara Maksimum rata-rata Tahunan Periode 1983 - 2011 cenderung naik
dengan laju kenaikan 0,007 oc /tahun, tertinggi terjadi pada bulan Mei tahun 1998
sebesar 33.9 oc dan teredah terjadi pada bulan Desember tahun 1988, Januari tahun
1984 dan 1993 sebesar 29.6 oc.
Gambar 27. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Jambi
Gambar 28. Tren panjang musim hujan di Stasiun Meteorologi Sultan Taha Jambi
Dari data tahun 1985 sampai 2011, Panjang Musim Hujan Stasiun
Meteorologi Jambi (PMH) cenderung naik, dengan laju kenaikan 0,02 dasarian.
Musim hujan terpanjang terjadi pada musim hujan tahun 2000 yang mencapai 29
dasarian, dan terpendek pada musim hujan tahun1991 yang hanya 17 dasarian.
Gambar 29. Tren awal musim hujan di Stasiun Meteorologi Sutan Taha, Jambi
Dari data tahun 1985 sampai 2011, Awal Musim Hujan Stasiun Meteorologi
Jambi (AMH) cenderung turun dengan laju penurunan 0,04 dasarian. Dalam artian
musim hujan paling maju terjadi pada musim hujan tahun 1996 yaitu pada dasarian
ke 23, dan paling mundur pada musim hujan tahun 1997 pada dasarian ke 33.
Dari data tahun 1985 sampai 2011, Panjang Musim Kemarau Stasiun
Meteorologi Jambi (PMK) cenderung turun, dengan laju penurunan 0,02 dasarian.
Musim Kemarau terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 1991 yang mencapai
19 dasarian, dan terpendek pada musim kemarau tahun 2000 yang hanya 7
dasarian.
Dari data tahun 1985 sampai 2011, Awal Musim Kemarau Stasiun
Meteorologi Jambi (AMK) cenderung turun, dengan laju penurunan 0,02 dasarian.
Musim Kemarau paling maju terjadi pada musim kemarau tahun 1991 dan 1998
pada dasarian ke-11, dan paling mundur pada musim kemarau tahun 2000 yaitu
pada dasarian ke-22.
Gambar 32. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Jambi
Gambar 33. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April - September) di Stasiun Meteorologi Jambi
Gambar 34. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Data tahun 1998 sampai 2010 menunjukkan suhu rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Polonia Medan mengalami tren peningkatan sebesar 0.0283 oc setiap
tahun. Suhu rata-rata teringgi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.8 oc dan
terendah tercatat pada tahun 1982 sebesar 26.4 oc.
Gambar 35. Tren Suhu Maksimum AbsolutTahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Data tahun 1981 sampai 2011 menunjukkan suhu maksimum rata-rata tahunan
di Stasiun Meteorologi Polonia Medan mengalami tren peningkatan sebesar 0.019
oc setiap tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 1981 sebesar
37.1 oc dan suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1993 sebesar 34.5 oc.
Gambar 36. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Dari data tahun 1981 sampai 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Polonia Medan menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0221 oc setiap
tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 1986 sebesar 26.4 oc dan
suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1984 sebesar 23.4 oc.
Data tahun 1981 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-September)
menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.08 mm per 6 bulan. Curah hujan tertinggi
tercatat tahun 2001 sebesar 1809 mm dan terendah tercatat tahun 1984 sebesar
710 mm.
Gambar 38. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Data tahun 1981 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret)
tidak menunjukkan tren peningkatan maupun penurunan. Curah hujan tertinggi
tercatat tahun 2003 sebesar 1853 mm dan terendah tercatat tahun 1982 sebesar
944 mm.
Gambar 39. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Belawan Sumatera Utara
Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun
Belawan – Medan menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.034 oc per tahun. Suhu
rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2008 sekitar 28 oc dan suhu rata-rata terendah
terjadi pada tahun 1984 sebesar 26.5 oc.
Gambar 40. Tren suhu maksimum absolut di Stasiun Belawan Sumatera Utara
Gambar 41. Tren suhu minimum absolut di Stasiun Belawan Sumatera Utara
Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011 di Stasiun Belawan Sumatera Utara,
menunjukkan suhu minimum absolut mengalami peningkatan dengan nilai tren
sekitar 0.07 oc. Suhu minimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 1983 sekitar 23 oc,
sedangkan suhu minimum absolut terendah terjadi pada tahun 1986 sekitar 18 oc.
Gambar 42. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Sibolga – Sumatera Utara
Dari data tahun 1980 sampai tahun 2011, suhu rata-rata tahunan di stasiun
Sibolga – Medan menunjukkan peningkatan walaupun kecil dengan nilai trennya
sekitar 0.02 oc. Suhu rata-rata tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sekitar 27 oc,
sedangkan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sekitar 25.5 oc.
Gambar 43. Tren suhu maksimum absolut di Stasiun Sibolga Sumatera Utara
Gambar 44. Tren suhu minimum absolut di Stasiun Sibolga Sumatera Utara
Gambar 45. Tren suhu rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli Sumatera Utara
Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu rata rata di Stasiun Meteorologi
Gunung Sitoli menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.025 per tahun. Suhu rata
rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.0 oc dan suhu rata rata terendah
pada tahun 1984 sebesar 25.2 oc .
Gambar 46. Tren suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli
Gambar 47. Tren suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli
Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu minimum absolut di Stasiun
Meteorologi Gunung Sitoli menunjukkan tren penurunan sebesar 0.07 per tahun.
Suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 10.0 oc .
Dari data tahun 1995 sampai 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun
Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.0108 oc per tahun. Suhu
rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 1998 sebesar 27.3 oc dan suhu rata-rata
terendah terjadi pada tahun 1999 dan 2004 sebesar 26.2 oc.
2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan
Gambar 49. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD
Gambar 30. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD
Dari data tahun 1994 sampai 2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun
Klimatologi Indrapuri NAD menunjukkan tren peningkatan 0.055 oc per tahun. Suhu
minimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 1999 sebesar 22.8 oc dan suhu
minimum absolut terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 12.6 oc.
Gambar 32. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan
Gambar 33. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan
Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun
Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.092 oc per tahun. Suhu
minimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 22.6 oc dan suhu
minimum absolut terendah terjadi pada tahun 1981 sebesar 19.6 oc.
Gambar 34. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Januari-Juni) di Stasiun Klimatologi Sampali Medan
Gambar 35. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Juli-Desember) di Stasiun Klimatologi Sampali
Gambar 37. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Dari data tahun 1976-2011, suhu udara maksimum rata-rata tahunan di Stasiun
Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar
0,033 oc per tahunnya. Sedangkan suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat
sebesar 32,9 oc pada tahun 1997 dan 2002 dan suhu maksimum rata-rata terendah
terjadi pada tahun 1978 sebesar 30,9 oc.
Gambar 38. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Gambar 39. Tren Curah hujan 6 bulanan (April-September) di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Data tahun 1976 sampai 2011 menunjukkan curah hujan 6 bulanan (April
sampai September) menunjukkan tren penurunan sebesar 0.5846 mm per enam
bulan. Curah hujan tertinggi tercatat tahun 2010 yang mencapai 1101 mm dan
terendah tahun 1976 sebesar 304 mm.
Data tahun 1976 sampai 2011 menunjukkan curah hujan 6 bulanan (Oktober -
Maret) menunjukkan tren penurunan sebesar 4.5611 mm per enam bulan. Curah
hujan tertinggi tercatat tahun 1995 yang mencapai 2287.1 mm dan terendah tahun
1980 sebesar 723.4 mm.
Gambar 41. Tren Panjang Musim Hujan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Gambar 42. Tren Awal Musim Hujan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Dari data tahun 1976-2011, awal musim hujan di wilayah Stasiun Meteorologi
Radin Inten II Bandar Lampungmenunjukkan adanya tren penurunan dari tahun ke
tahun yang artinya musim hujan cenderung makin maju namun trennya sangat kecil
sebesar 0.039 dasarian (kurang lebih 0.4 hari/1 hari). Musim hujan paling maju
terjadi pada musim hujan tahun 1978/1979, 1999/2000 dan 2000/2001pada dasarian
ke-28 (Oktober I) dan panjang musim hujan paling mundur terjadi pada musim hujan
tahun 1982/1983, 1985/1986, 2000/2001 dan 2005/2006 pada dasarian ke-36
(Desember III).
Gambar 43. Tren Panjang Musim Kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Gambar 44. Tren Awal Musim Kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Dari data tahun 1984 samapi 2011, suhu rata-rata di Stasiun Klimatologi
Sicincin menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.023 oc per tahun. Suhu udara
rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 25,8 oc dan suhu udara rata-rata
terendah terjadi pada tahun 1984 sebesar 24,5 oc.
Gambar 47. Tren Suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi Sicincin
Data suhu udara maksimum rata-rata Staklim Sicincin dari tahun 1986 sampai
2011 menunjukkan kenaikan trend sebesar 0.034 oc / tahun. Suhu udara maksimum
rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 33.5 oc dan suhu udara
rmaksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 30.1 oc.
Gambar 48. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun Klimatologi Sicincin
Dari data tahun 1985 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-
September) di Stasiun Klimatologi Sicincing menunjukkan tren penurunan sebesar
5.18 mm per 6 bulan. Curah hujan terbesar tercatat tahun 2010 sebesar 2660 mm
dan terendah tercatat pada tahun 1994 sebesar 1367 mm.
Gambar 49. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Klimatologi Sicincin
Dari data tahun 1998 sampai 2011, suhu rata-rata di Stasiun Klimatologi Jambi
menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.008 oc per tahun. Suhu udara rata-rata
tertinggi terjadi pada tahun 2003 dan 2005 sebesar 26.8 oc dan suhu udara rata-rata
terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 26.2 oc.
Dari data tahun 1999 sampai 2011, Suhu Minimum absolut di Stasiun
Klimatologi Jambi menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.115 oc per tahun. Suhu
minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2010 sebesar 23.8 oc dan terendah
tercatat tahun 2003 sebesar 22.9 oc.
Gambar 53. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun Klimatologi Jambi
Dari data tahun 1997 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-
September) di Stasiun Klimatologi Jambi menunjukkan tren peningkatan sebesar
8.01 mm per 6 bulan. Curah hujan Bulan April sampai dengan September terbesar
tercatat tahun 2010 sebesar 1424.3 mm dan terendah tercatat pada tahun 1997
sebesar 625 mm.
Dari data tahun 1997 sampai 2011, curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di
Stasiun Klimatologi Jambi mengalami tren peningkatan sebesar 20.11 mm per 6
bulan. Curah hujan Bulan Oktober sampai dengan Maret terbesar tercatat pada
tahun 2001 sebesar 1723 mm dan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 822
mm.
Dari data tahun 1998 sampai 2011, Awal Musim Hujan Stasiun Meteorologi
Jambi (AMH) cenderung naik dengan laju peningkatan 0.34 dasarian. Musim hujan
paling maju terjadi pada musim hujan tahun 1998 yaitu pada dasarian ke 19, dan
paling mundur pada musim hujan tahun 2006 pada dasarian ke 30.
Dari data tahun 1998 sampai 2011, Panjang Musim Kemarau Stasiun Klimatologi
Jambi (PMK) cenderung turun, dengan laju kenaikan 0,28 dasarian atau sekitar 2 –
3 hari. Musim kemarau terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 2000 yang
mencapai 15 dasarian dan terpendek pada musim kemarau tahun 2010 yang
sebesar 0 dasarian dimana tidak terjadi kemarau sepanjang tahun tersebut.
Hasil analisa kadar debu / SPM (suspended Particulate Matter) di Indonesia secara
umum, di beberapa kota dari bulan Januari – Juni 2013 berkisar antara 13.60 –
431.68 μgram/m3, kondisi ini menunjukkan bahwa kadar debu di Indonesia yang
terendah 13.60 μgram/m3di Tjilik Riwut, sedangkan yang tertinggi 431.68
μgram/m3di Glodok-Jakarta, beberapa kota yang sudah menunjukkan diatas nilai
Baku mutu yang diperbolehkan
(230 μgram/m3) antara lain: Ancol, Kemayoran, Monas, Tangerang dan Semarang.
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 13.60 μgram /m3 - 230.22
μgram /m3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3) terdapat di Ancol sebesar 230.22 µg/m3, dan yang
terendah dibawah nilai baku mutu terdapat di Tjilik Riwut 13.60 µg/m3 seperti terlihat
pada peta di bawah ini:
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 11.13 µg/m3 - 370.39
µg/m3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (370.39 µg/m3), sedangkan yang
terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tlilik Riwut
(11.13 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Pada grafik dibawah terlihat ada 4 (empat) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar
debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Kemayoran
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 13.21 µg/m3 - 360.58
µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (360.58 µg/m3), sedangkan yang
terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Darmaga
(13.21 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Pada grafik di bawah terlihat ada 1 (satu) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar
debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Glodok (360.58
µg/m3)
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 16.43 µg/m3 - 372.01
µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m ), terdapat di Glodok (372.01 µg/m3), sedangkan yang
3
terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut
(16.43 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Pada grafik dibawah terlihat ada 2 (dua) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar
debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Glodok (372.01
μgram/m3) dan Kemayoran (247.82 μgram/m3)
kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 16.34 µg/m3 - 393.09
µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (393.09 µg/m3), sedangkan yang
terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut
(16.43 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Pada grafik dibawah ada 6 (enam) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu
lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Glodok (393.09 µg/m3),
Kemayoran (298.14 µg/m3), Ancol (248.34 µg/m3), Monas (268.53 µg/m3) Tangerang
(255.66 µg/m3), dan Semarang (251.62 µg/m3),
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 17.02 µg/m3 - 431.68
µg/m3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 μgram/m3), terdapat di Glodok (431.68 µg/m3), sedangkan yang
terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut
(17.02 µg/m3) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Pada grafik dibawah terlihat ada 6 (enam) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar
debu lebih besar dari baku mutu (230 µgr/m³), antara lain: Stasiun Kemayoran
(298.14 µg/m3), Glodok (431.68), Monas (282.50 µg/m3), Pd. Betung (298.15
µg/m3), Tangerang (306.77 µg/m3), dan Semarang (273.47 µg/m3)
Pemantauan kadar debu di DKI Jakarta dilakukan di 5 (lima) lokasi yaitu daerah
Ancol, Bandengan, Glodok, Kemayoran, dan Monas. Umumnya, kadar debu di
lima lokasi pada bulan Januari rendah belum melebihi nilai baku mutu yang
diperbolehkan (230 gram/m3). pada bulan Februari – Juni 2013 sangat tinggi
khususnya didaerah Glodok melebihi nilai baku mutu yang di perbolehkan (230
gram/m3). Tingginya kadar debu di Glodok diperkirakan merupakan kontribusi dari
kendaraan bermotor, karena lokasi pengukuran dekat dengan jalan raya (road site).
Kadar debu di daerah Bandengan relatif cukup baik, berada di bawah nilai baku
mutu (Gambar 66).
Gambar 66. Kadar Debu di beberapa Lokasi di DKI Jakarta (Januari-Juni 2013)
Secara lebih rinci kadar debu tertinggi dan terendah di Jakarta pada periode Januari
– Juni 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Januari 2013 di Supadio-Pontianak,
Temindung-Samarinda, Selaparang-Mataram, dan BAWIL.V-Jayapura,
menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau
lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:
Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6),bersifat basa antara lain: Stasiun Supadio-Pontianak, Temindung-
Samarinda, Karangploso-Malang dan BAWIL. V Jayapura, terlihat pada grafik
dibawah ini:
Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Februari 2013 di Pulau Baai-Bengkulu,
Banjarbaru, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujung Pandang,
Terdapat 8 (delapan) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun GAW-Kototabang, Pulau Baai-
Bengkulu, Banjarbaru, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujumg Pandang, Eltari-
Kung, Beto Ambari-Bau Bau dan BAWIL. V Jayapura, terlihat pada grafik dibawah
ini:
Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Maret 2013 di Kenten-Palembang,
Supadio-Pontianak, Banjarbaru, dan Tarempa, menunjukkan nilai pH air hujan
berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat
pada grafik dibawah ini:
Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Supadio-
Pontianak, Banjarbaru, dan Tarempa, terlihat pada grafik dibawah ini:
Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan April 2013 di Kenten-Palembang,
Supadio-Pontianak, Branti-Tanjungkarang, Selaparang-Mataram, Beto Ambari-Bau
Bau, Angkasa-Jayapura, Karangploso-Malang, dan Tarempa, menunjukkan nilai pH
air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa,
seperti terlihat pada peta dibawah ini:
Gambar 73. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan April 2013
Terdapat 8 (delapan) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Supadio-
Pontianak, Banjarbaru, Selaparang-Mataram, Beto Ambari-Bau Bau, Karangploso-
Malang, Angkasapura dan Tarempa, terlihat pada grafik di bawah ini:
Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Mei 2013 di Kototabang, Branti-
Tanjungkarang, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan
Karangploso Malang, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang
Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:
Terdapat 5 (lima) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal
(pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun GAW-Kototabang, Branti-
Tanjungkarang, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan
Karangploso-Malang terlihat pada grafik dibawah ini:
Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Juni 2013 di Kenten-Palembang,
Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujung Pandang dan Timika, menunjukkan nilai
pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH = 5,6) atau lebih bersifat basa,
seperti terlihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 77. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Juni 2013
Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas
normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang,
Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan
Karangploso-Malang, terlihat pada grafik dibawah ini:
Secara umum, hasil pemantauan kadar SO2 dan NO2 di beberapa lokasi di Jakarta
masih relatif rendah dan jauh di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan. Kadar
rata-rata bulanan SO2 dan NO2 periode Januari–Juni 2013 adalah sebagai berikut:
Kadar SO2 rata-rata bulanan di beberapa lokasi di Jakarta masih cukup baik dan
berada di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan (0,014 ppm).
Gambar 79. Kadar SO2 di beberapa Lokasi di DKI - Jakarta (Januari-Juni 2013)
Kadar NO2 rata-rata bulanan di beberapa lokasi di Jakarta masih cukup baik dan
berada di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan (0,08 ppm) . bulan Juni tidak
ada data (Gambar.27)
Pada bulan Februari 2013, kadar SO2 tertinggi di Kemayoran sebesar.0.005 ppm
dan kadar SO₂ terendah di Kototabang sebesar 0.001 ppm, namun masih berada di
bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Pada bulan Maret 2013, kadar SO2 tertinggi di Kemayoran sebesar.0.006 ppm dan
kadar SO₂ terendah di Kototabang sebesar 0.002 ppm, namun masih berada di
bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Pada bulan April 2013, kadar SO2 tertinggi di Bandengan sebesar.0.003 ppm dan
kadar SO₂ terendah di Ancol dan Glodok sebesar 0.001 ppm, namun masih berada
di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Gambar 85. Konsentrasi SO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan siantan bulan April 2013
Pada bulan Mei 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar SO2 tertinggi di
Ancol sebesar.0.009 ppm dan kadar SO₂ terendah di Monas sebesar 0.007 ppm,
namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Pada bulan Januari 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar NO2
tertinggi di Glodok sebesar.0.030 ppm dan kadar NO₂ terendah di Kemayoran dan
Bandengan sebesar 0.020 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu
(0,14 ppm).
Gambar 87. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan siantan bulan Januari
2013
Pada bulan Februari 2013, kadar NO2 tertinggi di Glodok sebesar 0.051 ppm dan
kadar NO₂ terendah di Kototabang sebesar 0.002 ppm, namun masih berada di
bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Pada bulan Maret 2013, kadar NO2 tertinggi di Glodok sebesar 0.053 ppm dan kadar
NO₂ terendah di Siantan sebesar 0.005 ppm, namun masih berada di bawah Nilai
Baku Mutu (0,14 ppm).
Gambar 89. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Maret
2013
Pada bulan April 2013 Kototabang tidak ada data, kadar NO2 tertinggi di Glodok
sebesar 0.051 ppm dan kadar NO₂ terendah di Siantan sebesar 0.005 ppm, namun
masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Pada bulan Mei 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar NO2 tertinggi di
Glodok sebesar 0.044 ppm dan kadar NO₂ terendah di Kemayoran sebesar 0.025
ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Gambar 91. Konsentrasi NO₂ di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Mei 2013
Gambar 96. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Februari 2013
.
Gambar 98. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan April 2013
Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Mei 2013, Konsentrasi Ozon maximum
terjadi pada tanggal 9 sebesar 103.00 ppb dan sudah melampaui baku mutu yang
diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 31
sebesar 7.34 ppb, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Mei
2013 sebesar 36.22 ppb.
Pengukuran Ozon (O₃) di Kemayoran bulan Juni 2013, Konsentrasi Ozon maximum
terjadi pada tanggal 9 sebesar 82.75 ppb, sedangkan konsentrasi Ozon minimum
pada tanggal 5 sebesar 4.07 ppb, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada
bulan Juni 2013 sebesar 8.91 ppb.
Gambar 100. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran – Jakarta bulan Juni 2013
Pemantauan aktivitas Gas Rumah Kaca (GRK) yang terdiri dari unsur CO2, CH4, N26
di Stasiun GAW Bukit Kototabang telah dimulai sejak tahun 2004. Kegiatan tersebut
merupakan bagian dari jaringan pemantauan sampling udara global (Global Air
Sampling Monitoring Network), yang merupakan kolaborasi kerja sama antara pihak
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan National Oceanic and
Atmosphere Administration (NOAA) - Earth System Research Laboratory (ESRL)
Amerika Serikat. Hingga saat ini telah terbentuk jaringan pengamatan GRK fixed site
yang terdapat di 65 lokasi dan 2 di atas kapal komersil. Pengukuran konsentrasi
GRK di Stasiun GAW Bukit Kototabang dilakukan dengan metode Airkit Flask
Sampling yang dilakukan setiap 1 (satu) kali seminggu dengan menggunakan dua
buah tabung yang masing-masing berukuran 2.5 Liter.
Namun sejak April 2011, pengukuran GRK di Stasiun GAW Bukit Kototabang
dengan metode Airkit Flask Sampling untuk sementara waktu dihentikan. Sebagai
gantinya untuk saat ini pengukuran GRK dilakukan dengan metode CRDS (Cavity
Ring-Down Spectroscopy) yang menggunakan instrumen Picarro G3010 Analyzer.
Berbeda dengan instrumen Airkit Flask Sampling ,instrumen ini hanya bisa
mengukur 2 jenis konsentrasi GRK yakni CO2 dan CH4. Sehingga dengan demikian
untuk pengukuran N2O dan SF6 untuk sementara tidak dilakukan lagi. Pengukuran
dengan menggunakan metode CRDS ini dilakukan pada 3 level ketinggian yaitu 10
meter, 20 meter dan 32 meter. Hasil pengukuran konsentrasi CO2 dan CH4 hingga
bulan Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit Kototabang dapat dilihat pada Gambar 2 dan
3 di bawah ini.
Gambar 101. Trend Konsentrasi CO2 periode Januari 2004 - Juni 2013 di Stasiun
GAW Bukit Kototabang
Gambar 102. Trend Konsentrasi CH4 periode Januari 2004 - Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit
Kototabang
Konsentrasi CH4 pada bulan Juni 2013 sebesar 1811,5 ppb dimana nilai tersebut
menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada bulan
Mei 2013 yang menunjukkan nilai 1809,7 ppb (Lihat Gambar 49). Nilai rata-rata
konsentrasi CH4 sejak dilakukan pengamatan tahun 2004 hingga saat ini adalah
sebesar 1817,0 ppb, sehingga dengan demikian nilai konsentrasi CH4 pada bulan
Juni 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 0,30%. Konsentrasi CH4 pada bulan
Juni 2013 sebesar 1811,5 ppb dimana nilai tersebut menunjukkan peningkatan jika
dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada bulan Mei 2013 yang menunjukkan nilai
1809,7 ppb (Lihat Gambar 3). Nilai rata-rata konsentrasi CH4 sejak dilakukan
pengamatan tahun 2004 hingga saat ini adalah sebesar 1817,0 ppb, sehingga
dengan demikian nilai konsentrasi CH4 pada bulan Juni 2013 menunjukkan
peningkatan sebesar 0.30%.
Sejak bulan Mei 2012 BMKG telah melakukan pemantauan Gas Rumah Kaca
(GRK). Parameter GRK yang diukur adalah CO₂ dan CH₄ . Metode pemantauan
yang digunakan adalah metode tidak langsung (Indirect), yaitu dengan cara
sampling dan analisis laboratorium. Alat sampling yang digunakan adalah Flask
Sampler. Sedangkan analisis konsentrasi GRK menggunakan instrumen gas
kromatografi.
Pada tahap awal lokasi sampling yang dipilih BMKG didaerah ada 9
(sembilan) lokasi, antara lain di: Sampali – Medan, Pekanbaru – Riau, Siantan –
Pontianak, Banjarbaru – Kalimantan Selatan, Kayuwatu – Manado, Maros – Ujung
Pandang, Karangploso – Malang, Negara – Bali, dan Lasiana – Kupang.
Gambar 104. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari - Mei 2013
Gambar 106. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013 di Staklim
Banjarbaru dan Staklim Karangploso – Malang
Gambar 108. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013
di Staklim Kayuwatu-Manado dan Staklim Lasiana – Kupang
Gambar 110. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013
di Staklim Negara-Bali dan Staklim Sampali-Medan
Gambar 112. Konsentrasi Rata-Rata CH₄ Periode Bulan Januari – Mei 2013
di Staklim Siantan-Pontianak dan Staklim Maros-Ujung Pandang
Berdasarkan data Modis (satelit Terra dan Aqua) dengan tingkat kepercayaan 81
sampai dengan 100 % dan dari hasil running Model Hysplit4 (Hybrid Single Particle
Lagrangian Integrated Trajectory Model) kerjasama BMKG-NOAA serta penggunaan
data meteorologi pada bulan Januari – Juni 2013, berikut disampaikan Laporan
Informasi Sebaran Asap Kebakaran hutan dan Trajektorinya untuk beberapa provinsi
di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan
setiap tahun. Pada periode Januari - Juni 2013, berdasarkan data harian hotspot
yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa
wilayah Provinsi Riau hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. Jumlah
hotspot terbanyak sebesar 1342 titik terjadi pada tanggal 19 Juni 2013
(Gambar:.60). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki
kecenderungan bergerak kearah Timur sampai dengan Timur Laut.
Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 20 Juni pukul 07.00 WIB menggunakan
data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap
kebakaran hutan sebagai berikut:
(c)
Gambar 113. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Riau tanggal 20 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Langgam, Sungai Ma, Tanah Putih, Mandau, Medang
Kampai, Kepenuhan, Teluk Meranti, Pelalawan, Kerumutan bergerak kearah Timur
sampai dengan Timur Laut.
Pada tabel 3 berikut ini disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode
bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Riau.
(c)
Gambar 114. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Jambi tanggal
20 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan VII Koto, Sumay bergerak kearah Timur sampai dengan
Tenggara.
Pada tabel.6. berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Jambi.
(c)
Gambar 115. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Utara
tanggal 25 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Sei Kepayang, Kampung Rakyat, Sorkam, Barumun bergerak
kearah Selatan sampai dengan Barat Daya.
Pada tabel 5 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Sumatera Utara. Untuk bulan
Februari dan April 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Jumlah Jumlah
Tanggal Tanggal Jumlaotspot Tanggal
Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 0
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 0
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 2 28 Jan 2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 100
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 1 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0
1 Juni 2013 3 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 3
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 101
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
BMKG (29 – 30 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :
= 10 m (Pepohonan)
= 1 m (Semak belukar)
• Lokasi Kebakaran :
1. Kec. Kayu Agung
2. Kec. Kayu Agung
1
2
3. Kec. Kayu Agung
3
(a) (b)
(c)
Gambar 116. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Selatan
tanggal 29 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Kayu Agung bergerak kearah Barat Laut.
Pada tabel 6 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Sumatera Selatan. Untuk
bulan Januari dan Februari 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 102
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 1 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 1
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 2
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 1
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0
1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0
3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 103
4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 1
9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0
1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 1 23 Juni 2013 2
2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 2
4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 1 26 Juni 2013 3
5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 5
7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29 Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0
9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0
10 Juni 2013 2 21 Juni 2013 2
11 Juni 2013 0
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 104
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BMKG (24 - 25 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :
= 10 m (Pepohonan)
1
= 1 m (Semak belukar)
2
3
4 5
Lokasi Kebakaran (Hotspot) :
6 1. Kec. SAMBAS
2. Kec. SANGGAU LEDO
3. Kec. MEMPAWAH HILIR
7
4. Kec. SEBANGKI
U 5. Kec. SEKADAU HILIR
6. Kec. KAYAN HILIR
7. Kec. SUKADANA
(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Kalimantan Barat Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas
BMKG (24 - 25 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
(hotspot) Kalimantan Barat
dimensi
(c)
Gambar 117. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Barat tanggal 24
Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Sanggau Ledo, Sukadana, Sebangki, Mempawah Hilir,
Sambas, Sekadau Hilir, Kayan Hilir bergerak kearah Timur Laut sampai dengan
Timur.
Pada tabel 7 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Barat. Untuk bulan
Februari 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 105
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 7 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 2 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 2 28 Jan 2013 1
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 1 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 4
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 2 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 10 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 1 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 19 24 Mart 2013 2
05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 3 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 1 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 2 27 Mart 2013 0
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 1
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 1 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 3 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 1
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 1
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 5
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 106
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0
1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0
3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0
4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei2013 1
1 Juni 2013 0 11 Juni 2013 0 21 Juni 2013 6
2 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 22 Juni 2013 2
3 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 23 Juni 2013 38
4 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
5 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 25 Juni 2013 2
6 Juni 2013 0 16 Juni 2013 6 26 Juni 2013 3
7 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 28 Juni 2013 6
9 Juni 2013 0 19 Juni 2013 5 29 Juni 2013 0
10 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0 30 Juni 2013 13
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 107
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BMKG (26 – 27 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :
= 10 m (Pepohonan)
= 1 m (Semak belukar)
1
(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Kalimantan Tengah Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas (hotspot)
BMKG (26 – 27 Juni 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Kalimantan Tengah
(c)
Gambar 118. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Tengah
tanggal 26 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Gunung Timang, Baamang bergerak kearah Utara.
Pada tabel 10 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk
bulan Januari dan Mei 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 108
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 1 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 1
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 1 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 109
1 Mei 2013 0 12 Mei 2013 0 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei 2013 0 24 Mei2013 0
3 Mei 2013 0 14 Mei 2013 0 25 Mei2013 0
4 Mei 2013 0 15 Mei 2013 0 26 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 16 Mei 2013 0 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei 2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei 2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei 2013 0 30 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 20 Mei 2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei 2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei 2013 0
1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0
2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25Juni 2013 2
4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 26 Juni 2013 1
5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 0
7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0
9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0
10 Juni 2013 0 21Juni 2013 0
11 Juni 2013 0 22 Juni 2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 110
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BMKG (2 – 3 Mei 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :
= 10 m (Pepohonan)
= 1 m (Semak belukar)
(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Kalimantan Selatan Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas (hotspot)
BMKG (21 – 22 Januari 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Kalimantan Selatan
(c)
Gambar 119. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan
tanggal 2 Mei 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Awayan, bergerak kearah Selatan sampai dengan Barat.
Pada tabel 11 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk
bulan Januari, Februari, Maret dan Juni 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 111
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 0 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 29Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 112
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0
1 Mei 2013 1 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0
3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0
4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0
10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0
1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0
2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0
4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 26 Juni 2013 0
5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 28 Juni 2013 0
7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 29 Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0
9 Juni 2013 0 20 Juni 2013 0
10 juni 2013 0 21Juni 2013 0
11 Juni 2013 0 22 Juni 2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 113
TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BMKG (21 – 22 Januari 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Keterangan:
• Ketinggian Asap Kebakaran Hutan :
= 10 m (Pepohonan)
= 1 m (Semak belukar)
(a) (b)
Trajectory Asap Kebakaran Hutan
di Provinsi Kalimantan Timur Dalam 3 Dimensi (a). Peta sebaran titik panas (hotspot)
BMKG (21 – 22 Januari 2013, mulai Jam 07.00 WIB)
Kalimantan Timur
(c)
Gambar 120. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Timur
tanggal 21 Januari 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik
hotspot di Kecamatan Sengatta, bergerak kearah Barat Daya.
Pada tabel 12 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi
selama periode bulan Januari – Juni 2013 di Provinsi Kalimantan Timur.
Tabel 12. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Timur Januari- Juni 2013.
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
Jumlah Jumlah Jumlah
Tanggal Tanggal Tanggal
Hotspot Hotspot Hotspot
01 Jan 2013 0 11 Jan 2013 0 21 Jan 2013 0
02 Jan 2013 0 12 Jan 2013 0 22 Jan 2013 4
03 Jan 2013 0 13 Jan 2013 0 23 Jan 2013 1
04 Jan 2013 0 14 Jan 2013 0 24 Jan 2013 0
05 Jan 2013 0 15 Jan 2013 0 25 Jan 2013 0
06 Jan 2013 0 16 Jan 2013 0 26 Jan 2013 0
07 Jan 2013 0 17 Jan 2013 0 27 Jan 2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 114
08 Jan 2013 0 18 Jan 2013 0 28 Jan 2013 0
09 jan 2013 0 19 Jan 2013 0 29 Jan 2013 0
10 Jan 2013 0 20 Jan 2013 4 30 Jan 2013 0
31 Jan 2013 0
1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0
2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0
3 Peb 2013 1 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0
4 Peb 2013 1 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0
5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0
6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0
7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0
8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0
9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0
10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0
11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0
01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0
02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0
03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0
04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0
05 Mart 2013 1 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 1
06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0
07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 2
08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0
09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0
10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 1 30 Mart 2013 0
31 Mart 2013 0
1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 1
2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0
3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0
4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0
5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0
6 Aprl 2013 3 17 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0
7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 28 Aprl 2013 0
8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0
9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0
10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 1
1 Mei 2013 0 11 Mei 2013 0 21 Mei2013 0
2 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 22 Mei2013 0
3 Mei 2013 1 13 Mei2013 0 23 Mei2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 115
4 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 24 Mei2013 0
5 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 25 Mei2013 0
6 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 26 Mei2013 0
7 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 27 Mei2013 0
8 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 28 Mei2013 0
9 Mei 2013 0 19 Mei2013 1 29 Mei2013 0
10 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 30 Mei2013 0
31 Mei 2013 0
1 Juni 2013 0 12 Juni 2013 0 22 Juni 2013 0
2 Juni 2013 0 13 Juni 2013 0 23 Juni 2013 0
3 Juni 2013 0 14 Juni 2013 0 24 Juni 2013 0
4 Juni 2013 0 15 Juni 2013 0 25 Juni 2013 0
5 Juni 2013 0 16 Juni 2013 0 26 Juni 2013 0
6 Juni 2013 0 17 Juni 2013 0 27 Juni 2013 0
7 Juni 2013 0 18 Juni 2013 0 28Juni 2013 0
8 Juni 2013 0 19 Juni 2013 0 29 Juni 2013 1
9 Juni 2013 1 20 Juni 2013 0 30 Juni 2013 0
10 Juni 2013 3 21 Juni 2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 116
VI. INFORMASI SEBARAN DEBU GUNUNG BERAPI
Sampai dengan bulan Juni 2013, beberapa gunung api berstatus SIAGA (level III)
hal ini ditandai dengan peningkatan intensif kegiatan seismik yang menunjukkan
bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang
dapat menimbulkan bencana. yaitu: G. Lokon yang berstatus SIAGA sejak tanggal
24 Juli 2011, G. Rokatenda berstatus Siaga sejak tanggal 13 Oktober 2012 dan G.
Ibu yang dinaikan statusnya menjadi SIAGA tanggal 7 Juni 2013.
Gunung api Lokon terletak pada posisi geografis 01° 21,5’ Lintang Utara dan
124°47,5’ Bujur Timur. Secara Administratif gunung Lokon terletak di Kota
Tomohon Sulawesi Utara dengan ketinggian 1579,5 m diatas permukaan laut.
Gunung Lokon berstatus siaga sejak 24 Juli 2011.
Berikut disampaikan hasil trajectory sebaran debu gunung Lokon yang di running
pada saat terjadi letusan pada Senin tanggal 8 April 2013 pukul 09:57 WITA dengan
ketinggian semburan debu lebih kurang 3000 meter (Gambar 121) dan pada Kamis
tanggal 11 April 2013 pukul 10:51 WITA dengan ketinggian semburan debu lebih
kurang 2000 meter (Gambar 122), menggunakan model Hysplit (Hybrid Single
Particle Lagrangian Integrated Trajectory Model) kerjasama BMKG-NOAA dan
telah di publikasikan melalui web BMKG (http://www.bmkg.go.id).
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 117
Gambar 121. Informasi trajectory debu gunung Lokon tanggal 8 April 2013
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory debu Gunung Lokon bergerak
kearah Barat Daya sampai dengan Barat dengan ketinggian abu vulkanik mencapai
6900 m dari permukaan tanah.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 118
Gambar 122. Informasi trajectory debu gunung Lokon tanggal 11 April 2013
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory debu Gunung Lokon bergerak
kearah Selatan sampai dengan Barat Daya dengan ketinggian abu vulkanik
mencapai 3800 m dari permukaan tanah.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 119