Hamil
Hamil
PENDAHULUAN
Menurut Winarsih 2018 50% wanita hamil mengalami mual muntah saat
hamil muda yang sering disebut morning sickness, tetapi kenyataannya mual
muntah ini dapat terjadi setiap saat (Winarsih, 2018). Pada beberapa kasus dapat
berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga, tetapi ini jarang terjadi.
Emesis Gravidarum adalah gejala yang wajar terjadi pada ibu hamil tetapi gejala
itu menjadi sagat membahayakan jika Emesis Gravidarum akan bertambah berat
menjadi Hyperemesis Gravidarum atau mual muntah terus menerus yang bisa
mengakibatkan kematian pada ibu dan janin dikandungannya (Putri dkk., 2017)
Menurut World Health Organization (WHO) jumlah kejadian Hyperemesis
Gravidarum mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia (Anita
dkk., 2018). Einason et al., (2013) dalam penelitian studi literatur dengan meta-
analisis menyebutkan bahwa 7 dari 10 wanita diseluruh dunia mengalami mual
muntah selama kehamilan dengan rata-rata kejadian sebesar 69,4%.
Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization) diperoleh 216
kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan
persalinan. Angka Kematian Ibu di Negara berkembang mencapai 239 per
100.000 kelahiran hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Negara Maju
(WHO,2015).
1
Millenium Development Goals (MDGs) dengan masa berlaku 5 tahun
menargetkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102.100.000 Kelahiran Hidup
ternyata kurang berhasil hal ini dikarenakan program MDGs yang berjalan sangat
lambat, sehingga tahun 2016 diluncurkan Sustainable Development Goals
(SDGs) sebagai suatu pembangunan berkelanjutan dengan agenda baru, pada
tahun 2030 mengurangi AKI menjadi 70/100.000 KH (Kemenkes,2015).
2
Muntah yang terus menerus disertai dengan kurang minum yang
berkepanjangan dapat menyebabkan terjadninya syok, dan dehidrasi yang
berkepanjangan dapat dipastikan akan menghambat tumbuh kembang janin.
Nutrisi yang adekuat selama kehamilan sangat diperlukan untuk kesehatan janin
dan ibu hamil. Berat badan bayi baru lahir dan usia kehamilan terutama pada
kelahiran premature berisiko menyebabkan kematian bayi baru lahir (Rofi’ah
dkk., 2017).
Mual dan muntah pada kehamilan berlebih atau hiperemesis gravidarum
tidak hanya mengancam kehidupan ibu hamil, namun juga dapat
menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, bayi lahir rendah,
kelahiran prematur, serta malforasi pada bayi baru lahir. Kejadian pertumbuhan
janin terhambat (Intrauterine growth retardation/IUGR) meningkat pada wanita
hamil dengan hiperemesis gravidarum (Putri dkk., 2017).
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
3
C. Ruang Lingkup
4
D. Manfaat
1. Mahasiswa
Diharapkan mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang
hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
2. Masyarakat
Diharapkan masyarakat mengerti dan memahami tentang hiperemesis
gravidarum sehingga menambah wawasan.
3. Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan mengerti dan memahami tentang
hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
5
BAB II
2. Etiologi
Kejadian hyperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi
beberapa factor predisposisi dapat dijabarkan sbb:
6
hidatidosa, jumlah hormone yang terlalu tinggi dapat menyebabkan hyperemesis
gravidarum.
b. Factor psikologis
Hubungan factor psikologis dengan kejadian hyperemesis gravidarum
belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dapat menjadi factor
kejadian hyperemesis gravidarum.
c. Factor alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka factor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hyperemesis gravidarum.
3. Patofisiologi
a. Perubahan Hormonal
7
keparahan mual dan muntah pada perempuan hamil sementara beberapa studi
yang lain mengatakan tidak terdapat korelasi.[5]
b. Disfungsi Gastrointestinal
8
c. Disfungsi Hati
Mual dan muntah pada kehamilan dapat berefek pada hati. Kerusakan
oksidasi asam lemak mitokondria dihipotesis memiliki peran dalam terjadinya
disfungsi hati maternal yang terkait dengan hiperemesis gravidarum. Disfungsi
hati ini terjadi pada hampir 50% pasien dengan hiperemesis gravidarum dan
biasanya berupa biasanya peningkatan serum transaminase yang tidak terlalu
tinggi (tidak lebih dari 200 U/L). [4,5]
d. Infeksi
f. Genetik
9
kehamilan tanpa riwayat hiperemesis gravidarum memiliki risiko 1.1% untuk
mengalami hyperemesis gravidarum.[7] Studi lain menunjukkan bahwa seorang
saudara perempuan dari ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum akan memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal serupa. Begitu pula dengan kerabat
yang memiliki pertalian darah dari ibu dan bapak.[8]
g. Psikologis
10
a Badan terasa lemas dan lesu
b Lidah menjadi kering
c Sering muntah setiap selesai makan
d Berkurangnya nafsu makan
e Bobot badan menurun secara perlahan
f Mata tampak cekung
g Volume urine berkurang (sedikit)
h Mudah merasa haus
i Tekanan darah sistolik menurun
j Berkurangnya turgor kulit
k Keinaikan frekuensi denyut nadi (sekitar 100 kali tiap menit)
11
h Nafas beraroma aseton
i Wajah terlihat pucat
j Konstipasi
k Kenaikan suhu badan (demam)
l Kulit tampak menguning (ikterus ringan)
m Tekanan darah sistolik menurun hingga dibawah 80 mmHg
n Frekuensi denyut nadi naik hingga 100-140 kali lipat
o Penderita menunjukkan sikap diam dan tak banyak bicara
p Penderita tampak linglung dan bingung
q Tidak mampu berpikir jernih (disorientasi)
r Menurunnya kesadaran sementara
s Berisiko mengalami koma
12
f Mengalami kondisi dehidrasi berlebihan
g Demam (suhu badan meningkat)
h Tekanan darah sistolik menurun (tapi tidak berkepanjangan)
i Volume urin sedikit
j Urine mengandung zat keton
k Gangguan pada mental
l Kadar bilirubin dalam darah meningkat, hingga menyebabkan warna kulit
menjadi kuning (ikterus)
m Mengalami nigtamus, dimana bola mata mengalami gangguan dengan
gerakan-gerakan spontan (vertikal dan horizontal) hingga beberapa menit,
bisa menyampai 60-100 menit.
n Mengalami sianosis, warna kulit menjadi pucat dan kebiruan dikarenakan
kekurangan oksigen dalam darah
o Gangguan pada organ jantung
p Kehilangan kesadaran
q Berisiko koma
Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas,
tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi
memberikan petunjuk bahwa wanita telah memerlukan perawatan yang intensif.
13
b Makan berkurang
c Berat badan menurun
d Kulit dehidrasi-tonusnya lemah
e Nyeri di daerah epigastrium
f Tekanan darah turun dan nadi meningkat
g Lidah kering
h Mata tampak cekung
2. Hyperemesis gravidarum tingkat kedua
a Penderita tampak lebih lemah
b Gejala dehidrasi makin tampak mata cekung, tugor kulit makin
kurang, lidah kering dan kotor.
c Tekanan darah turun, nadi meningkat
d Berat badan makin menurun
e Mata ikterik
f Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urin berkurang, badan
aseton dalam urin meningkat
g Terjadi gangguan buang air besar
h Mulai tampak gejala gangguan keadaran, menjadi apatis
i Napas berbau aseton
14
6. Akibat
7. Penatalaksanaan
1. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan
penderita mau makan. Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
15
2. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
3. Cairan
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena.
4. Obat
Pemberian obat pada hyperemesis gravidum sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik atau
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital.
16
B. Kajian Teori
1. Defenisi Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai
aterm (Manuaba, 2010).
Kehamilan adalah perubahan-perubahan yang terjadi dan diawali
pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (sperma) yang
menghasilkan zigot sehingga teroentuk janin. Untuk tiap kehamilan harus ada
spermatozoa, ovum, perubahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi
(Winkjosastro, 2010).
2. Etiologi
Pada waktu koitus air mani terpancar ke dalam ujung atas dan vagina
sebanyak ± 3 cc. Dalam air mani terdapat spermatozoa (sel-sel mani) sebanyak
±100 cc-120 cc juta tiap cc. Bentuk sel mani seperti kecebong dengan kepala yang
lonjong dan ekor yang panjang seperti cambuk. Antara kepala dan ekor masih
dapat dibedakan bagian tengah dan leher. Sperma menuju pars ampularis, di sini
sel mani menunggu kedatangan ovum. Jika kebetulan pada saat ini terjadi ovulasi,
maka mungkin fertilisasi terbentuk/berlangsung (Varney, 2010).
3. Patofisiologi
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari:
- Ovulasi pelepasan ovum
- Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum
- Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot
- Terjadi nidasi pada uterus
- Pembentukan plasenta
- Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Cunningham,
2010).
17
4. Masa Kehamilan
Kehamilan matur berlangsung 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari
43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsur g antara 28-36 minggu disebut
kehamilan prematur. Bila > 43 r linggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan
dibagi menjadi 3 tnwu an, yaitu:
a. Tanda mungkin
Perut membesar, tanda psikacek, tanda hegar, hiperpigmentasi, interaksi
braxton his, tanda chadwik meraba bagian anak, perubahan pada serviks,
pemeriksaan biologis, keluarnya kolostrum.
c. Tanda pasti
USG/rotgen, Fetal Heat Tone (DJJ), tampak adanya gerakan janin oleh
pemeriksa (Winkjosastro, 2010).
a. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
b. Pemeriksaan ulang
- Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 bulan-7 bulan
- Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalinan.
18
- Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
- Sebelum bulan ketiga fundus uteri belum bisa diraba dari luar
- Akhir bulan III (12 minggu) fundus uteri 1 jari-2 jari di atas sympisis
Akhir bulan VIII (32 minggu) pertengahan prosesous xyfoidus dan pusa
Akhir bulan IX (36 minggu) sampai arkus costarum/2 jari bawah pusat
19
d. Pemberian imunisasi (tetanus toxoid) TT lengkap
Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil adalah mengacu pada
pemberian imunisasi TT long life. Imunisasi diberikan secara SC dengan
dosis 0,5 cc
e. Pemberian (tablet zat besi)
Dimulai dengan pemberian tablet sehari sesegera mungkin. Setelah rasa
mual hilang, tiap tablet mengandung FeS04 32 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 mg masing-masing 90 tablet *
f. (Tes) terhadap penyakit menulas seksual
g. (Temu wicara) dalam rangka persalinan rujukan
20
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN
Subyektif (S)
1. Identitas
2. Alasan datang
Ibu mengeluh sering mual dan muntah yang sering lebih dari 10x perhari dan
badna terasa lemas dan pusing.
21
3. Kunjungan ke 2
5. Riwayat pernikahan
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Fluor Albus : ya, sebelum haid, berwarna bening, tidak gatal dan tidak
berbau
8. Kehamilan sekarang
HPHT : 3 – 9 – 2019 TTP : 10 – 6 - 2020
ANC : 2x di Klinik Bidan Sumiriani
Keluhan : Mual dan Muntah
Imunisasi TT : Belum Pernah
22
Obat-obatan yang didapatkan : Vitamin
9. Riwayat kontrasepsi
Belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
10. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah atau sedang diderita
Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, paru-paru, ginjal, tekanan
darah tinggi, kencing manis, kurang darah dan malaria
b. Penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menderita penyakit
jantung, paru-paru, ginja.l tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang
darah dan malaria
23
Obyektif (O)
1. Pemeriksaan umum
a. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 kali per menit reguler
Suhu : 37 "C
Pernafasan : 22 kali per menit reguler
b. Keadaan umum : Baik
c. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan antropometri
BB : 60 kg BB sebelum hamil : 58 kg
TB : 160 cm LILA : 26 cm
3. Tafsiran persalinan : 10 Juni 2019
4. Usia kehamilan : 12 minggu
5. Pemeriksaan fisik
a. Muka : Tidak ada cloasma, tidak pucat dan tidak oedema
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus dan tidak
ada
oedema palpebra
c. Mulut dan gigi : Bersih dan tidak terdapat caries
d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran
kelenjar
tiroid dan bendungan vena jugularis
e. Payudara : Simetris, putting menoujol, tidak ada massa ada benjolan
dan tidak ada nyeri tekan, tedapat hiperpigmentasi pada
areola mamae dan terdapat pengeluaran kolostrum
f. Abdomen : Bentuknya simetris, terdapat linea nigra, tidak ada bekas
operasi, pembesarannya membujur Pemeriksaan leopod :
Leopod 1 : Teraba ballotement , 2 jari diatas simpisis
24
Leopod 2 :
Belum teraba
Leopod 3 :
Belum teraba
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Assesment (A)
A. Diagnosa
Ibu : Ny “E” usia 26 tahun G1P0A0
Janin : Tunggal, hidup (USG)
Dasar
Data subyektif : Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya, sebelumnya
tidak pernah keguguran dan HPHT 3 September 2019
Dasar obyektif : Keadaan umum : Baik
25
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/70 mm/Hg
Suhu : 37 ’C
Nadi : 88 kali per menit regular
Pernafasan : 22 kali per menit regular
Pemcriksaan leopod .
• Leopod 1 : Teraba Ballotement. TFU :2 Jari
diatas Simpisis
• Leopod 2 : Belum Teraba
• Leopod 3 : Belum Teraba
• Leopod 4 : Belum Teraba
DJJ : Belum terdengar
His : Tidak ada
B. Masalah :
Potensial terjadinya dehidrasi berat.
DS : Ibu mengatakan bila makan dan minum langsung muntah.
DO : Ibu muntah terus menerus.
C. Kebutuhan :
Kebutuhan: Rehidrasi
D. Diagnose Potensial :
Pada janin : IUGR, Abortus
Pada ibu : Hyperemesis gravidarum tingkat lebih tinggi
E. Kebutuhan Segera :
Dalam teori mengatakan bagi penderita hiperemesis gravidarum tingkat I tidak
diperlukan kolaborasi dengan SpOG. (Mochtar, 1998 : 195).
26
Planning (P)
Tanggal : 27 November 2019 Pukul : 20.20 WIB
27
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29