Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Winarsih 2018 50% wanita hamil mengalami mual muntah saat
hamil muda yang sering disebut morning sickness, tetapi kenyataannya mual
muntah ini dapat terjadi setiap saat (Winarsih, 2018). Pada beberapa kasus dapat
berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga, tetapi ini jarang terjadi.
Emesis Gravidarum adalah gejala yang wajar terjadi pada ibu hamil tetapi gejala
itu menjadi sagat membahayakan jika Emesis Gravidarum akan bertambah berat
menjadi Hyperemesis Gravidarum atau mual muntah terus menerus yang bisa
mengakibatkan kematian pada ibu dan janin dikandungannya (Putri dkk., 2017)
Menurut World Health Organization (WHO) jumlah kejadian Hyperemesis
Gravidarum mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia (Anita
dkk., 2018). Einason et al., (2013) dalam penelitian studi literatur dengan meta-
analisis menyebutkan bahwa 7 dari 10 wanita diseluruh dunia mengalami mual
muntah selama kehamilan dengan rata-rata kejadian sebesar 69,4%.
Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization) diperoleh 216
kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan
persalinan. Angka Kematian Ibu di Negara berkembang mencapai 239 per
100.000 kelahiran hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Negara Maju
(WHO,2015).

1
Millenium Development Goals (MDGs) dengan masa berlaku 5 tahun
menargetkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102.100.000 Kelahiran Hidup
ternyata kurang berhasil hal ini dikarenakan program MDGs yang berjalan sangat
lambat, sehingga tahun 2016 diluncurkan Sustainable Development Goals
(SDGs) sebagai suatu pembangunan berkelanjutan dengan agenda baru, pada
tahun 2030 mengurangi AKI menjadi 70/100.000 KH (Kemenkes,2015).

Terjadi penuruan kematian ibu selama periode 1991-2015. Terjadi


penurunan AKI di Indonesia dari 390 pada tahun 1991 menjadi 305 pada tahun
2015 (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan laporan dari profil Kab/Kota Angka Kematian Ibu (AKI) yang
dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2016 sebesar 268/100.000 kelahiran hidup.
Jumah kematian ibu di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2016 tercatat ada 19
orang. Kabupaten Deli Serdang menjadi salah satu dari 9 Kabupaten prioritas
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam penurunan angka kematian ibu
(Profil Sumut 2016).
Kehamilan menyebabkan banyak perubahan fisik, psikis dan hormonal pada
tubuh ibu. Hal tersebut menimbulkan bermacam-macam keluhan, salah satunya
adalah mual muntah yag biasa terjadi pada awal kehamilan (Putri dkk., 2017).
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya bersifat ringan dan merupakan
kondisi yang dapat dikontrol sesuai dengan kondisi ibu hamil. Kondisi tersebut
terkadang berhenti pada trimester pertama, namun pengaruhnya dapat
menimbulkan gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan, penurunan berat badan,
serta ketidakseimbangan elektrolit.

2
Muntah yang terus menerus disertai dengan kurang minum yang
berkepanjangan dapat menyebabkan terjadninya syok, dan dehidrasi yang
berkepanjangan dapat dipastikan akan menghambat tumbuh kembang janin.
Nutrisi yang adekuat selama kehamilan sangat diperlukan untuk kesehatan janin
dan ibu hamil. Berat badan bayi baru lahir dan usia kehamilan terutama pada
kelahiran premature berisiko menyebabkan kematian bayi baru lahir (Rofi’ah
dkk., 2017).
Mual dan muntah pada kehamilan berlebih atau hiperemesis gravidarum
tidak hanya mengancam kehidupan ibu hamil, namun juga dapat
menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, bayi lahir rendah,
kelahiran prematur, serta malforasi pada bayi baru lahir. Kejadian pertumbuhan
janin terhambat (Intrauterine growth retardation/IUGR) meningkat pada wanita
hamil dengan hiperemesis gravidarum (Putri dkk., 2017).
B. Tujuan

Tujuan Umum

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang hiperemesis gravidarum


yaitu mual muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari.

Tujuan Khusus

1 Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum


2 Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3 Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4 Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
5 Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum
6 Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
7 Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8 Untuk mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum
9 Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum

3
C. Ruang Lingkup

1. Lokasi dan Waktu


Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan
Komprehensif ini adalah di Klinik Bidan Sumiriani, sedangkan waktu dan
penyusunan Laporan Komprehensif di mulai bulan Januari - Mei 2017.
2. Subjek Laporan Kasus
Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan Komprehensif ini adalah
Ny. E umur 26 Tahun G1P0AO hamil 12 Minggu
3. Teknik/Cara Pengumpulan Data
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tekhnik
wawancara dan observasi
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis
dengan pasien, keluarga dan kesehatan lainnya dilibatkan untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan pasien
yang akan dijadikan sebagai bahan laporan,sehingga diperoleh data
yang akurat.
Wawancara dalam tugas akhir ini yaitu melakukan anamnesa pada
ibu.
b. Observasi
Melaksanakan observasi langsung pada ibu hamil dengan cara
memeriksa fisik.
c. Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah ataupun
jurnal yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan
kasus yang diambil.
Studi kepustakaan dalam tugas ini diambil dari buku-buku sumber dan
jurnal

4
D. Manfaat

1. Mahasiswa
Diharapkan mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang
hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

2. Masyarakat
Diharapkan masyarakat mengerti dan memahami tentang hiperemesis
gravidarum sehingga menambah wawasan.

3. Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan mengerti dan memahami tentang
hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

5
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN

A. Kajian Masalah Kasus


1. Pengertian Hyperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang hebat dalam


masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat
badan atau gangguan elektrolit sehingga menggangu aktivitas sehari – hari dan
membahayakan janin didalam kandungan. Pada umumnya terjadi pada minggu ke
6 – 12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut hingga minggu ke 16 – 20
masa kehamilan.
Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat
mengakibatkan gangguan kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum
yang berlangsung lama hingga dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang
janin.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa
hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal
yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal
dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan.

2. Etiologi
Kejadian hyperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi
beberapa factor predisposisi dapat dijabarkan sbb:

a. Factor adaptasi dan hormonal


Pada ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hyperemesis
gravidarum. Yang termasuk dalam ruang lingkup factor adaptasi adalah ibu hamil
dengan anemia, wanita primigravida, dan over distensi rahim pada kehamilan
ganda dan kehamilan mola hidatidosa.
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormone
estrogen dan gonadotropin korionik, sedangkan pada kehamilan ganda dan mola

6
hidatidosa, jumlah hormone yang terlalu tinggi dapat menyebabkan hyperemesis
gravidarum.
b. Factor psikologis
Hubungan factor psikologis dengan kejadian hyperemesis gravidarum
belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dapat menjadi factor
kejadian hyperemesis gravidarum.
c. Factor alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka factor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hyperemesis gravidarum.

3. Patofisiologi

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dijelaskan dalam beberapa teori


yang diajukan oleh para ahli dan peneliti.

a. Perubahan Hormonal

Kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester awal kehamilan.


Sebenarnya hormon hCG ini tidak secara langsung menjadi penyebab hiperemesis
gravidarum. Namun, secara tidak langsung terlibat karena hCG secara fisiologis
dapat menstimulasi reseptor hormon TSH (thyroid stimulating hormone). Hal ini
menyebabkan terjadinya kondisi hipertiroidisme transien (gestational transient
thyrotoxicosis) pada awal kehamilan. Dari penelitian didapatkan banyak
perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum ternyata memiliki kadar
tiroksin yang tinggi dan TSH yang rendah. [4] Kondisi hipertiroidisme transien ini
akan kembali menjadi normal ketika usia kehamilan sudah mencapai pertengahan
trimester kedua tanpa perlu terapi antitiroid. Selain hCG, hormon yang diduga
juga berperan dalam terjadinya hiperemesis gravidarum adalah estrogen. Namun,
dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut untuk membuktikan hal ini karena
beberapa studi mengatakan terdapat korelasi antara kadar estrogen dengan tingkat

7
keparahan mual dan muntah pada perempuan hamil sementara beberapa studi
yang lain mengatakan tidak terdapat korelasi.[5]

b. Disfungsi Gastrointestinal

Perubahan pada aktivitas ritmik gastrik (disritmia gastrik), baik menjadi


lebih cepat maupun lebih lambat, turut berkontribusi terhadap terjadinya mual dan
muntah pada kehamilan. Mekanisme penyebab disritmia gastrik ini di antaranya
adalah peningkatan kadar estrogen dan progesteron, gangguan fungsi tiroid,
perubahan tonus vagal dan simpatis, serta sekresi vasopresin sebagai respon
terhadap perubahan volume intravaskuler yang biasanya terjadi pada awal
kehamilan. Pada perempuan dengan hiperemesis gravidarum, perubahan-
perubahan tersebut diduga terjadi lebih ektsrem atau saluran gastrointestinalnya
menjadi lebih sensitif dengan perubahan-perubahan tersebut.

Perubahan pada tekanan istirahat (relaksasi) spinkter esofagus bagian


bawah (lower esophageal sphincter/LES) dan gangguan peristaltis esofagus
(dismotilitas esofagus) juga memiliki kaitan dengan mual dan muntah pada
kehamilan. LES pada perempuan hamil lebih mudah menjadi longgar. Walaupun
sebenarnya perubahan ini lebih berkaitan dengan terjadinya
sensasi heartburn pada kehamilan (GERD), hal ini juga dapat menyebabkan
gejala seperti mual. Estrogen dan progesteron juga disebut sebagai mediator
dismotilitas esofagus dan relaksasi LES.

Komposisi makanan juga dapat memiliki hubungan dengan mual dan


muntah pada kehamilan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa makanan dengan
komposisi dominan protein berhubungan dengan menurunnya/membaiknya
kondisi disritmia gastrik sementara makanan dengan komposisi dominan
karbohidrat atau lemak tidak memiliki efek terhadap kondisi disritmia gastrik.

8
c. Disfungsi Hati

Mual dan muntah pada kehamilan dapat berefek pada hati. Kerusakan
oksidasi asam lemak mitokondria dihipotesis memiliki peran dalam terjadinya
disfungsi hati maternal yang terkait dengan hiperemesis gravidarum. Disfungsi
hati ini terjadi pada hampir 50% pasien dengan hiperemesis gravidarum dan
biasanya berupa biasanya peningkatan serum transaminase yang tidak terlalu
tinggi (tidak lebih dari 200 U/L). [4,5]

d. Infeksi

Bakteri Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di dalam


lambung yang dapat memperberat mual dan muntah pada kehamilan. Namun,
keterlibatan bakteri ini dalam terjadinya hiperemesis gravidarum masih
kontroversial. Sebuah studi di Amerika Serikat baru-baru ini menunjukan bahwa
tidak ada hubungan bakteri H. pylori dengan hiperemesis gravidarun. Namun,
mual dan muntah yang menetap pada trimester kedua dapat terjadi karena ulkus
peptikum yang disebabkan oleh infeksi H.pylori.

e. Keseimbangan dan Penciuman

Hiperakuitas dari sistem olfakori dapat menjadi faktor yang turut


berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah selama kehamilan. Banyak
perempuan yang sedang hamil mengeluhkan bau dari masakan tertentu dapat
menjadi pemicu mual. Sementara itu, gangguan keseimbangan diduga juga dapat
menyebabkan hiperemesis gravidarum karena kemiripannya dengan motion
sickness.

f. Genetik

Sebuah studi memperlihatkan bahwa seorang anak perempuan yang


terlahir dari kehamilan dengan hiperemesis gravidarum memiliki risiko 3% untuk
mengalami hal serupa saat ia hamil sementara anak perempuan yang terlahir dari

9
kehamilan tanpa riwayat hiperemesis gravidarum memiliki risiko 1.1% untuk
mengalami hyperemesis gravidarum.[7] Studi lain menunjukkan bahwa seorang
saudara perempuan dari ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum akan memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal serupa. Begitu pula dengan kerabat
yang memiliki pertalian darah dari ibu dan bapak.[8]

g. Psikologis

Stres psikologis pada kehamilan dapat menyebabkan dan memperberat


mual dan muntah pada kehamilan. Walaupun begitu, kondisi hiperemesis
gravidarum tampaknya juga menjadi salah satu penyebab stres psikologis pada
kehamilan.

4. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil

Berdasarkan keparahan gejalanya, hiperemesis gravidium dibedakan


menjadi 3 tingkatan. Penderita gejala paling ringan termasuk hiperemesis
gravidarum tingkat 1, gejala sedang termasuk hiperemesis gravidarum tingkat 2,
gejala paling parah termasuk tingkat 3.

a. Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1

Hiperemesis gravidarum dengan gejala paling ringan termasuk dalam


golongan tingkatan 1. Kondisi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
yaitu perubahan hormon estrogen dalam tubuh, peningkatan hormon HCG
(Human Chorionic Gonadotropin) yang diproduksi plasenta, kegemukan
(obesitas), memiliki riwayat hiperemesis gravidarum, hamil pertama kali, genetik
(ada keluarga yang mengalami hiperemesis gravidarum), hamil anggur,
mengandung anak kembar, dan mengandung anak perempuan.

Gejala paling umum pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat 1,


yakni:

10
a Badan terasa lemas dan lesu
b Lidah menjadi kering
c Sering muntah setiap selesai makan
d Berkurangnya nafsu makan
e Bobot badan menurun secara perlahan
f Mata tampak cekung
g Volume urine berkurang (sedikit)
h Mudah merasa haus
i Tekanan darah sistolik menurun
j Berkurangnya turgor kulit
k Keinaikan frekuensi denyut nadi (sekitar 100 kali tiap menit)

b. Hiperemesis Gravidarum Tingkat 2

Tingkatan hiperemesis gravidarum ke-2 ini umumnya terjadi saat


gejalanya tak kunjung usai. Untuk penyebab hiperemesis gravidarum tingkat 2
hampir sama dengan tingkat 1, yakni perubahan hormon HCG, obesitas, genetik
(salah satu keluarga pernah mengalami hiperemesis gravidarum), hamil anak
kembar, mengandung anak berjenis kelamin perempuan, hamil anggur, obesitas
dan daya imun lemah.

Gejala paling umum pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat 2,


yakni:

a Muntah tak terkendali (terus-menerus) dalam seharian dan terkadang


berhenti cukup lama, lalu kambuh lagi
b Lidah kering dan tampak kotor
c Bobot badan turun drastis
d Mata tampak cekung
e Dehidrasi
f Urine mengandung bilirubin dan zat aseton
g Oliguria (volume urin sedikit)

11
h Nafas beraroma aseton
i Wajah terlihat pucat
j Konstipasi
k Kenaikan suhu badan (demam)
l Kulit tampak menguning (ikterus ringan)
m Tekanan darah sistolik menurun hingga dibawah 80 mmHg
n Frekuensi denyut nadi naik hingga 100-140 kali lipat
o Penderita menunjukkan sikap diam dan tak banyak bicara
p Penderita tampak linglung dan bingung
q Tidak mampu berpikir jernih (disorientasi)
r Menurunnya kesadaran sementara
s Berisiko mengalami koma

c. Hiperemesis Gravidarum tingkat 3

Pada tahap ini, kondisi hiperemsis gravidarum sudah sangat parah.


Penderita mengalami gejala komplikasi yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Sehingga tak jarang penderita harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Faktor
penyebab dari hiperemesis gravidarum tingkat 3 yaitu adanya gangguan ginjal,
gangguan pada proses oksidasi lemak, kenaikan kadar hormon HCG, obesitas,
daya imun sangat menurun, kekurangan nutrisi, kemungkinan hamil anggur,
mengandung anak kembar, mengandung anak perempuan, genetik, kondisi
morning sickness berlebihan, masalah hiperemesis gravidarum tingak 1 dan 2
yang tidak segera diatasi.

Gejala paling umum pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat 3, yakni:

a Gejala mual muncul dan hilang


b Muntah berhenti sementara
c Dehidrasi
d Mata cekung
e Cepat merasa haus

12
f Mengalami kondisi dehidrasi berlebihan
g Demam (suhu badan meningkat)
h Tekanan darah sistolik menurun (tapi tidak berkepanjangan)
i Volume urin sedikit
j Urine mengandung zat keton
k Gangguan pada mental
l Kadar bilirubin dalam darah meningkat, hingga menyebabkan warna kulit
menjadi kuning (ikterus)
m Mengalami nigtamus, dimana bola mata mengalami gangguan dengan
gerakan-gerakan spontan (vertikal dan horizontal) hingga beberapa menit,
bisa menyampai 60-100 menit.
n Mengalami sianosis, warna kulit menjadi pucat dan kebiruan dikarenakan
kekurangan oksigen dalam darah
o Gangguan pada organ jantung
p Kehilangan kesadaran
q Berisiko koma

Beberapa wanita hamil yang menderita hiperemesis gravidarum pada


tahap sangat parah, dimana penderita terus-menerus muntah maka bisa memicu
pendarahan pada kerongkongan. Di samping itu, ibu juga berisiko menderita
gangguan hati, ginjal, lambung, usus, jantung, otak dan melahirkan bayi prematur.

5. Tanda dan Gejala

Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas,
tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi
memberikan petunjuk bahwa wanita telah memerlukan perawatan yang intensif.

Gambaran gejala hyperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi


menjadi 3 tingkat:

1. Hyperemesis gravidarum tingkat pertama


a Muntah berlangsung terus

13
b Makan berkurang
c Berat badan menurun
d Kulit dehidrasi-tonusnya lemah
e Nyeri di daerah epigastrium
f Tekanan darah turun dan nadi meningkat
g Lidah kering
h Mata tampak cekung
2. Hyperemesis gravidarum tingkat kedua
a Penderita tampak lebih lemah
b Gejala dehidrasi makin tampak mata cekung, tugor kulit makin
kurang, lidah kering dan kotor.
c Tekanan darah turun, nadi meningkat
d Berat badan makin menurun
e Mata ikterik
f Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urin berkurang, badan
aseton dalam urin meningkat
g Terjadi gangguan buang air besar
h Mulai tampak gejala gangguan keadaran, menjadi apatis
i Napas berbau aseton

3. Hyperemesis gravidarum tingkat ketiga


a Muntah berkurang
b Keadaan umum wanita hamil makin menurun: tekanan darah turun,
nadi meningkat, dan suhu naik: keadaan dehidrasi makin jelas
c Gangguan fatal hati terjadi dengan manifestasi icterus
d Gangguan kesadaran dalam bentuk: somnolen sampai koma:
komplikasi susunan saraf pusat (ensofalopati wenicke): nistagmus-
perubahan arah bola mata, diplopia-gambar tampak ganda,
perubahan mental.

14
6. Akibat

Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien,


namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat
badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir
(Gross dalam Runiari, 2010 hal 61). Penelitian yang dilakukan oleh
Paawi (2005) didapatkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor
yang signifikan terhadap memanjangnya hari rawat bagi bayi yang
dilahirkan. Ada peningkatan angka kematian Intrauterin Growth
Retardation (IUGR) pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami
penurunan berat badan lebih dari 5%.

Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya,


hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis,
sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan dampak
kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika mual dan muntah menghebat,
maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara ketergantungan dan
kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan akibat berhenti bekerja
mengakibatkan timbulnya ketergantungan terhadap pasangan (Simpson, et.
Al., 2001)

Keadaan fisiologis dan psikoemosional yang optimal, sehingga


jika wanita mengalami mual dan muntah yang menghebat dianggap sebagai
kegagalan perkembangan wanita (Runiari, 2010 hal 62)

7. Penatalaksanaan
1. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan
penderita mau makan. Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.

15
2. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.

3. Cairan
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena.

4. Obat
Pemberian obat pada hyperemesis gravidum sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik atau
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi.

5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital.

16
B. Kajian Teori

1. Defenisi Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai
aterm (Manuaba, 2010).
Kehamilan adalah perubahan-perubahan yang terjadi dan diawali
pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (sperma) yang
menghasilkan zigot sehingga teroentuk janin. Untuk tiap kehamilan harus ada
spermatozoa, ovum, perubahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi
(Winkjosastro, 2010).

2. Etiologi
Pada waktu koitus air mani terpancar ke dalam ujung atas dan vagina
sebanyak ± 3 cc. Dalam air mani terdapat spermatozoa (sel-sel mani) sebanyak
±100 cc-120 cc juta tiap cc. Bentuk sel mani seperti kecebong dengan kepala yang
lonjong dan ekor yang panjang seperti cambuk. Antara kepala dan ekor masih
dapat dibedakan bagian tengah dan leher. Sperma menuju pars ampularis, di sini
sel mani menunggu kedatangan ovum. Jika kebetulan pada saat ini terjadi ovulasi,
maka mungkin fertilisasi terbentuk/berlangsung (Varney, 2010).

3. Patofisiologi
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari:
- Ovulasi pelepasan ovum
- Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum
- Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot
- Terjadi nidasi pada uterus
- Pembentukan plasenta
- Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Cunningham,
2010).

17
4. Masa Kehamilan

Kehamilan matur berlangsung 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari
43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsur g antara 28-36 minggu disebut
kehamilan prematur. Bila > 43 r linggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan
dibagi menjadi 3 tnwu an, yaitu:

a. Triwulan pertama : 0 minggu-12 minggu


b. Triwulan kedua : 13 minggu-28 minggu
c. Triwulan ketiga : 29 minggu-42 minggu (Cunningham, 2010).
5. Tanda - Tanda Kehamilan

a. Tanda mungkin
Perut membesar, tanda psikacek, tanda hegar, hiperpigmentasi, interaksi
braxton his, tanda chadwik meraba bagian anak, perubahan pada serviks,
pemeriksaan biologis, keluarnya kolostrum.

b. Tanda tidak pasti (presumtive)


Amenorrhoe, haus dengan atau tanpa emesis, ngidam, anoreksia, payudara
menjadi tegang dan membesar, sering kencing, obstipasi, varises, gusi berdarah
dan ptialismus.

c. Tanda pasti
USG/rotgen, Fetal Heat Tone (DJJ), tampak adanya gerakan janin oleh
pemeriksa (Winkjosastro, 2010).

6. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

a. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

b. Pemeriksaan ulang
- Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 bulan-7 bulan
- Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalinan.

18
- Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu

7. Penatalaksanaan Antenatal Care

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk ”7T”:

a. (Timbang) berat badan


Kenaikan berat badan selama hamil 6,5 kg-15 kg atau tidak boleh lebih dari
V2 kg per minggu

b. Ukur (tekanan) darah


Tekanan darah harus diukur setiap kali periksa. Adanya sistolik melebihi 30
mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah melebihi 140/90 mmHg
harus diwaspadai, sebab keadaan itu merupakan salah satu gejala

c. Ukur (tinggi) fundus uteri


Kenaikan darah uteri yang normal per minggu 1 cm. Tinggi fundus uteri
diukur dengan memakai aturan leopold I atau dengan memakai pita ukur
prosedur leopold I

- Kaki pasien dibengkokkan pada lutut dan lipat paha


- Pemeriksaan berdiri di sebelah kanan dan melihat ke arah muka pasien

- Rahim di bawa ke tengah

- Tinggi fundus uteri ditentukan

- Sebelum bulan ketiga fundus uteri belum bisa diraba dari luar

- Akhir bulan III (12 minggu) fundus uteri 1 jari-2 jari di atas sympisis

- Akhir bulan IV (16 minggu) pertengahan antara sympisis pusat

- Akhir bulan V (20 minggu) 3 jari bawah pusat

- Akhir bulan VI (24 minggu) setinggi pusat

Akhir bulan VII (28 minggu) 3 jan atas pusat

Akhir bulan VIII (32 minggu) pertengahan prosesous xyfoidus dan pusa

Akhir bulan IX (36 minggu) sampai arkus costarum/2 jari bawah pusat

Akhir bulan X (40 minggu) pertangahan px dan pusat

19
d. Pemberian imunisasi (tetanus toxoid) TT lengkap
Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil adalah mengacu pada
pemberian imunisasi TT long life. Imunisasi diberikan secara SC dengan
dosis 0,5 cc
e. Pemberian (tablet zat besi)
Dimulai dengan pemberian tablet sehari sesegera mungkin. Setelah rasa
mual hilang, tiap tablet mengandung FeS04 32 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 mg masing-masing 90 tablet *
f. (Tes) terhadap penyakit menulas seksual
g. (Temu wicara) dalam rangka persalinan rujukan

20
BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU HAMIL TRISEMESTER I DENGAN HIPEREMESIS


GRAVIDARUM GRADE I

DI KLINIK BIDAN SUMIRIANI

Pengkajian Tanggal : 27 November 2019 Pukul : 20.10 WIB

Subyektif (S)

1. Identitas

Nama Ibu : Ny. “E” Nama Bapaka : Tn. “A”

Umur : 26 tahun Umur : 29 tahun

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agamga : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Karya Kasih no. 83

2. Alasan datang

Ibu mengeluh sering mual dan muntah yang sering lebih dari 10x perhari dan
badna terasa lemas dan pusing.

21
3. Kunjungan ke 2

4. Keluhan Utama : Mual dan Muntah

5. Riwayat pernikahan

Menikah 1 kali pada usia 25 tahun dan lama pernikahan 1 tahun

6. Riwayat Menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus Haid : 28 hari

Lama Haid : 7 hari

Sifat Darah : Merah Kehitaman

Banyak Darah : 3 kaii ganti pembalut / hari

Dismenorhea : ya, jarang

Fluor Albus : ya, sebelum haid, berwarna bening, tidak gatal dan tidak

berbau

7. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang Lalu

Umur Komplikasi Bayi Nifas


UK JP Tempat Penolong
Anak Ibu Bayi JK PB/BB Keadaan Keadaan Laktasi
5 th 9 SPt Rumah Baik Baik Bidan P 48/2500 Baik Baik 2 th
bl
H A M I L I N I

8. Kehamilan sekarang
HPHT : 3 – 9 – 2019 TTP : 10 – 6 - 2020
ANC : 2x di Klinik Bidan Sumiriani
Keluhan : Mual dan Muntah
Imunisasi TT : Belum Pernah

22
Obat-obatan yang didapatkan : Vitamin
9. Riwayat kontrasepsi
Belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
10. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah atau sedang diderita
Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, paru-paru, ginjal, tekanan
darah tinggi, kencing manis, kurang darah dan malaria
b. Penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menderita penyakit
jantung, paru-paru, ginja.l tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang
darah dan malaria

11. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

No. Keqiatan Sebelum hamil Selama hamil


1 Makan dan minum 3 kali sehari , nasi, sayur, Tidak nafsu makan karena
tahu, tempe, susu mual dan muntah
2 Istirahat dan tidur Malam hari 8 jam Siang hari Malam hari 7 jam Siang hari
3 Aktifitas dan 1 jam mengepel Mencuci, menyapu,
Mencuci, menyapu, 2 jam mengepel
4 bekerja
Eliminasi BAB 1 dan
kalimemasak
sehari BAK 5-6 BAB 1 dan
kalimemasak
sehari BAK 7-8
5 Personal hygiene kali sehari,
Mandi 2 kali sehari keramas Mandi 2 kali
kali sehari,
sehari keramas
2 hari sekali dan sikat gigi 2 2 hari sekali dan sikat gigi 2
6 Pola hubungan 2 kali
kaliseminggu
sehari 2 minggu sekali
kali sehari
seksual

12. Riwayat psikososial spiritual


Kehamilan ini : Diinginkan
Penerimaan ibu dan keluarga terhadap
kehamilan ini : Ibu dan keluarga sangat senang
atas kehamilannya dan berharap
kehamilan dan persalinannya
lancar.
Pengambil keputusan dalam keluarga : Keputusan diambil berdasarkan
hasil diskusi ibu dan suaminya

23
Obyektif (O)

Tanggal : 27 November 2019 Pukul : 20.10 WIB

1. Pemeriksaan umum
a. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 kali per menit reguler
Suhu : 37 "C
Pernafasan : 22 kali per menit reguler
b. Keadaan umum : Baik
c. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan antropometri
BB : 60 kg BB sebelum hamil : 58 kg
TB : 160 cm LILA : 26 cm
3. Tafsiran persalinan : 10 Juni 2019
4. Usia kehamilan : 12 minggu
5. Pemeriksaan fisik
a. Muka : Tidak ada cloasma, tidak pucat dan tidak oedema
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus dan tidak
ada
oedema palpebra
c. Mulut dan gigi : Bersih dan tidak terdapat caries
d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran
kelenjar
tiroid dan bendungan vena jugularis
e. Payudara : Simetris, putting menoujol, tidak ada massa ada benjolan
dan tidak ada nyeri tekan, tedapat hiperpigmentasi pada
areola mamae dan terdapat pengeluaran kolostrum
f. Abdomen : Bentuknya simetris, terdapat linea nigra, tidak ada bekas
operasi, pembesarannya membujur Pemeriksaan leopod :
Leopod 1 : Teraba ballotement , 2 jari diatas simpisis

24
Leopod 2 :
Belum teraba

Leopod 3 :
Belum teraba

Leopod 4 : Belum teraba

DJJ : belum terdengar


His : Tidak ada

g. Ekstrimitas : Tidak terdapat varises dan oedema


h. Genetalia
 Oedema : Tidak ada
 Varises : Tidak ada
 Perineum : Tidak terdapat bekas jahitan
 Kelenjar bartolini: Tidak ada pembengkakan
i. Anus : Tidak ada hemoroid

5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

Assesment (A)

A. Diagnosa
Ibu : Ny “E” usia 26 tahun G1P0A0
Janin : Tunggal, hidup (USG)

Dasar
Data subyektif : Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya, sebelumnya
tidak pernah keguguran dan HPHT 3 September 2019
Dasar obyektif : Keadaan umum : Baik

25
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/70 mm/Hg
Suhu : 37 ’C
Nadi : 88 kali per menit regular
Pernafasan : 22 kali per menit regular
Pemcriksaan leopod .
• Leopod 1 : Teraba Ballotement. TFU :2 Jari
diatas Simpisis
• Leopod 2 : Belum Teraba
• Leopod 3 : Belum Teraba
• Leopod 4 : Belum Teraba
DJJ : Belum terdengar
His : Tidak ada

B. Masalah :
Potensial terjadinya dehidrasi berat.
DS : Ibu mengatakan bila makan dan minum langsung muntah.
DO : Ibu muntah terus menerus.

C. Kebutuhan :
Kebutuhan: Rehidrasi

D. Diagnose Potensial :
Pada janin : IUGR, Abortus
Pada ibu : Hyperemesis gravidarum tingkat lebih tinggi

E. Kebutuhan Segera :
Dalam teori mengatakan bagi penderita hiperemesis gravidarum tingkat I tidak
diperlukan kolaborasi dengan SpOG. (Mochtar, 1998 : 195).

26
Planning (P)
Tanggal : 27 November 2019 Pukul : 20.20 WIB

1 Melakukan pendekatan terapeutik pada pasien dengan cara


memperkenalkan diri, menanyakan keluhan dan menggali informasi
dengan menggunakan prinsip 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun)
pada pukul 10.30 WIB
2 Memberitahukan kondisi ibu saat ini bahwa sekarang usia kehamilan ibu
36- 37 mir.ggu, kehamilan ibu baik-baik saja dan tidak ada masalah.
Dilakukan pada pukul 20.21 WIB
Evaluasi : Ibu mengetahui kondisinya saat ini
3. Memberitahu tanda bahaya kehamilan trimester 1, seperti
perdarahan, keluar Cairan darijalan lahir, pandangan kabur, nyeri
ulu hati dan sakit kepala hebat. Jika terdapat tanda-tanda tersebut
segera ke fasilitas kesehatan. Dilakukan pada pukul 20.22 WIB
Evaluasi : Ibu mengetahui tanda bahaya kehamilan trimester I dan
bersedia datang ke layanan kesehatan ketika mengalama keluhan
diatas.
4 Beri penjelasan kepada ibu tentang mual dan muntah pada ibu hamil
dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I.
Evaluasi : Ibu mengetahui tentang mual muntah yang dialaminya.
5 Anjurkan ibu untuk istirahat total dan mengurangi aktifitas.
Evaluasi : Ibu mengetahui untuk mengurangi aktifitas dan beristirahat
total.
6 Beritahu ibu tentang asupan makanan pada ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade I.
Evaluasi : Ibu mengetahui mengenai asupan makanan yang akan
dikonsumsinya setiap hari.
7 Beritahu ibu tentang mobilisasi pada ibu hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade I.
Evaluasi : Ibu mengerti untuk mobilisasi
8 Anjurkan ibu untuk banyak minum. g. Berikan terapi obat.
Evaluasi : Ibu mengerti untuk banyak minum dan minum obat.

27
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :


a. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien
memburuk.
b. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui, faktor
predisposisinya antara lain ; peningkatan kadar HCG, faktor organik, dan
faktor endokrin lainnya.
c. Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai alat
tubuh seperti hati, jantung, otak dan ginjal
d. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan energi,
tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan elektrolit dan
perdarahan gastrointestinal
e. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan
berat
f. Penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap awal adalah pencegahan
yaitu dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan
komplikasinya
g. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi obat-
obatan, terapi psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap
memburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.

B. Saran

Diharapkan mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang


hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.

28
DAFTAR PUSTAKA

Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4;


Jakarta, EGC

Doenges,E,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.jakarta: EGC

Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit


Media Aesculapius FKUI.

Manuaba, Ida Bagus, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta,


Penerbit: Arcan

Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi


2, Jilid 1, Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC

Morgan,Geri,dkk, 2009, Obstetri&Ginekologi panduan praktik,Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer


Sastrawinata,Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi.edisi 2.Jakarta : EGC

Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1


Jakarta : EGC.

Taylor,Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan: dengan Rencana


Asuhan.Jakarta:EGC

Wiknjosastro,Hanifa, 2005, ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina


pustaka sarwono prawirohardjo

29

Anda mungkin juga menyukai