Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL TANTANGAN PUBLIC RELATIONS DALAM SEKTOR PUBLIK

Judul Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik


Jurnal Tantangan Public Relations Dalam Sektor Publik
Volume dan Halaman Vol.3, Hal. 62 – 72
Tahun 1999
Penulis I Gusti Ngurah Putra
Reviewer Mutiara Andarini Hazhiyah Effendy (165120201111082)
Jurusan Ilmu Komunikasi

Latar Belakang Rendahnya tingkat kepercayaan dan kepedulian masyarakat


terhadap petinggi negara dan pemerintah merupakan sebuah
krisis yang tak kunjung selesai semenjak masa pimpinan
presiden Suharto. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
sektor publik acap kali mendapatkan feedback yang tidak
sesuai dengan harapan dari masyarakat; dan malah beberapa
diantaranya tidak peduli dengan kebijakan-kebijakan tersebut.
Lemahnya sistem public relations pada pemerintah
merupakan salah satu alasan kenapa hal ini bisa terjadi.
Padahal public relations merupakan tombak tajam yang tak
bisa dianggap remeh dalam jalannya sistem pemerintahan.
Tujuan Penulisan Tujuan utama dari penulisan ini adalah mencoba melihat
tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi public relations
dalam sektor publik. Dalam jurnal ini juga dibahas apa saja
bentuk pengaplikasian public relations di Indonesia yang juga
mencakup mengapa praktek tersebut dijalankan beserta apakah
praktek tersebut membantu organisasi-organisasi dalam
mencapai tujuannya.
Subjek Penulisan Sektor Publik dan Masyarakat
Pembahasan Penulis membagi pembahasan mengenai public relations di
dalam jurnal ini menjadi beberapa sub bab, diantaranya
sebagai berikut:
a.Pengertian
Public relations dikenal dengan istilah humas di Indonesia.
Penulis menyantumkan dua defenisi public relations pada
jurnal ini. Defenisi pertama, public relations memiliki arti
‘manajemen komunikasi antara sebuah organisasi dengan
berbagai publiknya’ (Grunig& Hunt, 1984:6). Istilah pubic
relations dalam praktek organisasi terutama organisasi bisnis
dikenal dengan istilah corporate communication. Staf public
relations dalam pekerjaannya melakukan koordinasi
komunikasi dan menerapkan program komunikasi yang terjadi
antara sebuah lembaga dengan berbagai publik atau
konstitusinya. Namun dalam berorganisasi, seorang staf public
relations harus bisa berkomunikasi agar tujuan yang diingikan
dapat tercapai. Public relations merupakan kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh sebuah organisasi dengan
berbagai konstiuensinya. Domien kegiatan public relations
adalah komunikasi dalam bentuk dua arah (two way
communication). Di satu sisi, organisasi melakukan
penyebaran informasi kepada publik. Di sisi lain organisasi
juga melakukan pencarian informasi (information seeking).
Pada defenisi kedua public relations memiliki arti “the
management function that esthablishes and maintain mututally
relationship between an organization and the publics on whom
its success or failure depends” (Cutlip, Center, & Broom,
1994:6). Defenisi tersebut menjelaskan bahwa public relation
lebih dari sekedar komunikasi. Public relations adalah sebuah
fungsi manajemen yang berkaitan dengan usaha untuk
membangun hubungan yang saling menguntungkan (mutually
benefical relationship). Tugas bagian public relations dalam
sebuah organisasi adalah sebagai perekonsilasi kepentingan
kedua belah pihak yang berfungsi sebagai boundary spanning,
yaitu unit yang membantu organisasi beradaptasi dengan
kendala-kendala dari lingkungan yang tidak bisa ditangani
oleh organisasi tersebut.
Dalam sub bab ini penulis juga mencantumkan model public
relations yang dikemukakan oleh Gruning & Hunt (1984) dan
Baskin, Aronoff & Lattimore (1997). Model public relations
yang dikemukakan Grunig & Hunt diantaranya press agentry
atau propaganda (memanipulasi informasi untuk mendongkrak
popularitas/citra), informasi publik (penyebaran informasi
aktual untuk konsumsi publik secara deskriptif), asimetris dua
arah (self branding untuk menarik minat publik) dan simetris
dua arah (proses penyesuaian organisasi terhadap keinginan
publik yang berubah). Sedangkan Aronoff & Lattimore
menyebutkan bahwa praktek public relations dibagi menjadi
tiga tahap yaitu tahap manipulasi, tahap informasi, dan tahap
saling pengertian atau saling pengaruh.
b. Public Relations di Indonesia
Titik awal public relations di Indonesia yaitu pada saat detik-
detik proklamasi kemerdekaan Indonesia. Wujud praktek dari
public relations saat itu adalah ketika para perintis
kemerdekaan Indonesia (the founding fathers) mengadakan
konferensi pers untuk memberitakan kemerdekaan Indonesia
sehingga Indonesia mendapatkan dukungan dari negara lain,
yang dihadiri oleh wartawan-wartawan dari berbagai negara.
Kemudian praktek public relations juga terjadi di tahun-tahun
1950-an saat Indonesia didatangi perusahaan multi nasional,
terutama perusahaan Amerika Serikat.
c. Arti Penting Public Relations Dalam Publik
Cutlip, Centerdan Broom (1994:466) mengemukakan terdapat
dua dasar pertimbangan pentingnya sektor publik dalam
mempraktekkan public relations. Pertama, sebuah pemerintah
yang demokratis harus dapat menjelaskan dan melaporkan
kegiatan-kegiatannya kepada para warga negara (publiknya).
Kedua, manajemen sector publik yang efektif membutuhkan
partisipasi dan dukungan yang aktif dari anggota masyarakat.
Kewajiban untuk terbuka kepada publik membuat sektor
publik harus bisa berkomunikasi dengan baik karena perhatian
publik akan besar. Hal ini terjadi karena menyangkut
kepentingan publik. Dozier (1992) mengkonsepsikan dua
peran yang dapat dijalankan oleh praktisi public relations
dalam sebuah lembaga. Pertama peran manager (mampu
menganalisis seluk beluk pemerintahan, mampu melakukan
riset untuk memperoleh input dari publik maupun
mengevaluasi program public relations, dan kemampuan
perencanaan dan kepemimpinan) dan kedua peran teknisi
(terampil dalam penyebaran informasi yang beraneka macam
tujuan melalui berbagai saluran komunikasi). Dua peran ini
bersifat melengkapi.
Bagian public relations dalam sektor public juga bertugas
untuk memasarkan layanan, produk dan program yang
dihasilkan lembaga.
d. Praktek Public Relations di Indonesia
Di beberapa instansi, public relations ditempatkan pada bagian
bawahan dari Biro Hukum dan Humas. Tugas-tugas di sektor
publik sendiri masih terlalu menekankan pada kegiatan
penerangan, penyebaran informasi, yang dalam beberapa hal
belum tergarap dengan baik.
Berikut beberapa gambaran praktek public relations di sektor
publik Indonesia:
 Bagian public relations dalam instansti pemerintah
sering menjalankan model publisitas atau propaganda.
Hal ini dapat dilihat para praktek public relations yang
dijalankan diberbagai dinas penerbangan ABRI.
Peristiwa yang dapat di highlight yaitu seperti peristiwa
Dili 1991, peristiwa 27 Juli1996, dan peristiwa
berdarah lainya
 Bagian public relations atau humas instansi pemerintah
cenderung menjadi tameng atau perisai bagi kebijakan
yang kurang mendapat dukungan dari masyarakat.
Sehingga bagian public relations dapat dikatakan
sebagai kambing hitam atau sasaran empuk untuk
melemparkan kesalahan.
 Terdapat asumsi-asumsi melenceng mengenai humas
sebagai tempat pembuangan. Ketika seorang pegawai
tidak memberikan peforma yang baik, mereka akan
dilemparkan ke bagian humas. Dengan pengetahuan
komunikasi yang tidak memadai, kinerja bagian public
relations pastinya turut menurun. Hal ini juga dapat
menyebabkan pembenaran asumsi-asumsi di atas
karena tidak becusnya pekerjaan yang dilakukan oleh
bagian humas.
e. Sebuah Contoh dari Cina
Cina dikenal sebagai negara otoriter. Dengan bentuk
pemerintahan demikian, public relations tidak lain merupakan
propaganda pada sektor pemerintahan pusat. Namun pada
sebuah studi yang dilakukan oleh Chen (1992; Chen &
Cultbertson, 1992) di sebuah sektor pemerintahan lokal di
Propinsi Taijin terdapat hal menarik. Pemerintah kota Taijin
mempraktekan bentuk public relations model simetris dua
arah. Pemerintah Tainjin secara rutin mengadakan pertemuan
dengan publik untuk menyampaikan keluhan dan kritik dalam
bentuk dialog terbuka. Pemerintah merespon tidak hanya
secara simbolik namun juga dengan kebijakan baru untuk
memperbaiki keluhan-keluhan yang dirasakan publik. Selain
itu pemerintah juga mendorong masyarakat beropini terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah melalui saluran komunikasi
seperti radio dan media cetak. Lalu pemerintah juga
melakukan survei tahunan untuk mengukur perhatian publik
terhadap pemerintah.
Menurut Chen dan Culbertson, apa yang telah dilakukan oleh
pemerintah Taijin dapat memperbaiki citra pemerintah dan
meningkatkan efesiensi dan layanan kepada masyarakat.
Sehingga masyarakat dapat memberikan feedback positif
terhadap perkembangan pemerintahan.
Kesimpulan Dari jurnal ini dapat kita simpulkan bahwasanya public
relations tidak bisa dianggap enteng dalam perkembangan
pemerintahan. Tantangan-tantangan yang akan dihadapi tentu
akan semakin berat melihat sudah kritisnya masyarakat saat ini
terhadap kebijakan-kebijakan sektor publik. Secepatnya
pemerintah perlu berbenah, terutama dalam bidang public
relations. Sehingga citra maupun kebijakan-kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah mendapatkan feedback yang baik dari
masyarakat.
Kekuatan Penulisan - Jurnal ini dikemas dengan bahasa yang lugas sehingga bisa
dibaca tidak hanya di kalangan mahasiswa/dewasa saja namun
juga bisa dibaca oleh siswa SMP/SMA
- Analisisnya mudah dipahami
Kekurangan Penulisan - Penggunaan kalimat yang mubazir dalam menjelaskan topik
berbelit-belit sehingga membuat pembaca membaca
berulangkali untuk dapat memahami isi/maksud dari
penjelasan tersebut
- Penulis tidak menjelaskan apakah penulis melakukan
penelitian atau tidak sehingga jurnal ini sedikit diragukan
kualitasnya
REVIEW JURNAL

TANTANGAN PUBLIC RELATIONS DALAM SEKTOR PUBLIK

MATA KULIAH DASAR – DASAR PUBLIC RELATIONS

DOSEN PENGAMPU: NilamWirdasari, S. I.Kom, M. I.Kom

Oleh:

Mutiara Andarini Hazhiyah Effendy

(165120201111082)

Kelas C-KOM-2

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai