CT SPN - Pansinusitis
CT SPN - Pansinusitis
BAB I
PENDAHULUAN
diantaranya.(Rasad, 2000)
homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, dan
SEMARANG ”.
2
antara lain:
ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
oleh membran mukosa yang berada disekitar rongga hidung. Rongga udara
bagian sinus akan dipelajari, dimulai dari sinus yang paling besar, yaitu
sinus maksilaris.
4
5
dilihat dari anterior, bila dilihat secara lateral sinus maksilaris lebih
bawah tulang nasal. Bila dilihat pada bagian bawah sinus maksilaris
dibagi menjadi dua ruangan yang sama atau disebut dengan fossa.
oleh septum yang menyimpang dari satu sisi dengan sisi yang
(Bontrager, 2001)
2001)
yang berada dibawah sela tursika. Bodi dari tulang sphenoid terdiri
dari sinus yang berbentuk kubus dan dibagi oleh suatu sekat tipis
tersebut. Suatu contoh adalah demonstrasi dari suatu air fluid level
“sphenoid effusion”.
7
Frontal
sinus
Ethmoid
Sphenoid sinuses
sinus
Maxilari
sinus
tergantung pada gerakan silia dan dasar dari sinus maksila adalah
a. Sinusitis Akut
dan tulang frontal, benda asing dalam hidung atau sepsis gigi
(Pracy. R, 1989)
b. Sinusitis Kronik
1989)
9
dan televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan
selesai, maka data yang telah diperoleh berupa data digital yang
Spiral. Keunggulan dari alat ini waktu eksposi yang semakin singkat.
a. Gantry
detektor.
11
b. Tabung Sinar-X
tinggi.
c.Kolimator
d. Detektor
f. Sistem Konsul
banyak fungsi.
1. Sistem Kontrol
1 2
(Bontrager, 2001)
14
Keterangan :
a. Slice Thickness
b. Range
c.Faktor Eksposi
rentang 12-50 cm. FoV yang kecil maka akan mereduksi ukuran
e. Gantry tilt
f. Rekonstruksi Matriks
g. Rekonstruksi Algorithma
h. Window Width
Air 0
HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai ini adalah air dengan
i. Window Level
2.4.1 Pengertian
penyebab, dan jenis kelainan dari sinus. CT-Scan SPN baik dalam
a. Sinusitis
kronik).
c. Mukokel
(Amstrong, 1989)
sebagai berikut :
1. Pesawat CT-Scan
c. Teknik Pemeriksaan
21
1. Potongan Aksial
senyaman mungkin.
(Weisberg, 1984)
(Amstrong, 1989)
2. Potongan Coronal
22
wajah.
(Amstrong, 1989)
d. Scan Parameter
Slice thickness
aksial : 5 mm
Range
23
frontalis
Standar algoritma
kV : 130
Keterangan :
SpS
Keterangan :
EtS
Keterangan :
FrS
Keterangan :
Keterangan :
(Sphenoid Sinus)
26
EtS
MS
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
ethmoid), S (septum)
28
BAB III
Nama : Ny. C
Umur : 43 tahun
Alamat : Semarang
a. Persiapan Pasien
dilakukan.
dahulu.
kontras.
30
Semarang diantaranya :
Merk : Siemens
Slice
s 46017
kV maks : 130 kV
mA maks : 245 mA
3. Selimut
c. Teknik Pemeriksaan
1. Potongan Aksial
a) Posisi pasien
pergerakan.
b) Posisi objek
c) Proses pemeriksaan
d) Scan Parameter
berikut :
Jumlah image : 15
Slice thickness : 5 mm
kV : 130 auto kV
mAs : 60 auto mA
2. Potongan Coronal
a) Posisi pasien
b) Posisi objek
c) Proses pemeriksaan
d) Scan parameter
Jumlah image : 23
Slice thickness : 3 mm
sphenoidalis
tulang wajah
kV : 130 auto kV
mAs : 60 auto mA
lembar.
sebagai berikut :
35
Kesan :
1. Pansinusitis
3.2 Pembahasan
telentang pada meja pemeriksaan dengan MSP tubuh dan kepala segaris
Sinus Paranasal yaitu dengan range sinus frontalis hingga sinus maksilaris,
tulang wajah. Potongan coronal dibuat dengan tujuan agar air-fluid level
agar semua potongan tiap-tiap sinus dapat tampak dan tidak terlewatkan.
Sakit Dokter Kariadi Semarang pada dasarnya telah sesuai dengan teori
karena pada kasus ini telah menggunakan dua jenis potongan yaitu aksial
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
potongan coronal setebal 3 mm tiap potongan. Hal ini dengan tujuan agar
semua sinus beserta detail dan penyebab kelainannya dapat terlihat jelas
4.2 Saran
akan dilakukan kepada pasien secara lebih jelas, agar pasien dapat
DAFTAR PUSTAKA
Kelley, Lorrie dan Petersen, Connie. 1997. Sectional Anatomy for Imaging
Professionals. Mosby Year Book, Inc. USA.
Pracy, R. J. Siegar, Stell PM. 1989. Pelajaran Ringkas Telinga , Hidung dan
Tenggorokan. Gramedia. Jakarta.