Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG KEPEMIMPINAN

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH


KEPEMIMPINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Oleh:

Nama : Esti Cahyani


NIM : I1A016077
Kelas :A

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang


penting karena pemimpin merupakan orang yang akan menggerakkan dan
mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus merupakan
tugas yang tidak mudah karena harus memahami setiap perilaku bawahan yang
berbeda–beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa sehingga bisa
memberikan pengabdian dan partisipasinya kepada organisasi secara efektif
dan efisien. Dengan kata lain, bahwa sukses tidaknya usaha pencapaian tujuan
organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan (Sutrisno, 2009).
Kepemimpinan sering dipermasalahkan di dalam organisasi, terutama
organisasi besar yang telah menggunakan manajemen yang baik. Hal ini
disebabkan karena tercapainya tujuan secara efektif dan efesien sangat
tergantung akan kemampuan kepemimpinan seorang manajer. Tanpa adanya
kepemimpinan merupakan kemelut atas beberapa manusia dan fasilitas. Karena
hal ini tidak adanya koordinasi dan pengalaman atas semua sumber daya yang
ada. Dalam hal kepemimpinan, untuk organisasi apapun, apabila mengalami
kegagalan dan keberhasilan ini sering dikaitkan dengan adanya kepemimpinan
(Sutrisno, 2009).
Kepemimpinan dipahami dalam dua pengertian besar yaitu sebagai
kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan
hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia
melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita. Ada beberapa faktor yang dapat
menggerakkan orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan
(Rivai, 2008).
Menurut Ritonga (2004), kepemimpinan adalah suatu organisasi
merupakan inti dari manajemen dan sangat erat kaitannya dengan motivasi
pegawai untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian apabila pihak
manajemen perusahaan menampilkan metode kepemimpinan yang tidak sesuai
dengan aspirasi dan kemampuan pegawai, secara langsung akan menyebabkan
motivasi kerja pegawai menurun, namun sebaliknya kepemimpinan yang baik
serta mampu mencakup aspirasi seluruh pegawai akan meningkatkan motivasi
pegawai dalam melaksanakan pekerjaan.
Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan
kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai
tujuannya. Motivasi kerja adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan
yang ada pada setiap individu berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor intern dan
faktor ekstern. Yang termasuk kedalam faktor intern adalah persepsi individu,
harga diri, kebutuhan dan harapan, sedangkan faktor ekstern terdiri dari
lingkungan kerja, kelompok kerja dan kepemimpinan (Siagian, 2009).
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin mengetahui lebih tentang
kepemimpinan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Kepemimpinan?
2. Bagaimana konsep gaya kepemimpinan?
3. Bagaimana tipe gaya kepemimpinan?
4. Apa saja unsur dari gaya kepemimpinan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Kepemimpinan?
2. Untuk mengetahui konsep gaya kepemimpinan?
3. Untuk mengetahui tipe gaya kepemimpinan?
4. Untuk mengetahui unsur dari gaya kepemimpinan?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Young (dalam Kartono, 2003), Kepemimpinan adalah bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang
khusus.
Menurut Imam (2002), Leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat
pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas
tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori
sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership
sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan
pemimpin.
Menurut Wahjosumidjo (1987), Kepemimpinan pada hakikatnya adalah
suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu
seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan
(capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan (activity)
pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya
atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar
hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi.
Menurut Fiedler (1967), Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola
hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan
pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan.
Menurut Robbins (1993), kepemimpinan itu didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang untuk memengaruhi sebuah kelompok menuju kepeda
pencapaian tujuan kelompok tersebut.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003), pengertian kepemimpinan yaitu
bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup
mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi
situasi yang khusus.
Menurut Imam (2002) memandang bahwa leadership tersebut
sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin
memiliki kualitas – kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan
pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction teorist) cenderung
memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara
tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan
keinginan pemimpin.

2. Konsep Gaya Kepemimpinan


1. Pengertian Trilogi Ki Hajar Dewantara
Konsep Trilogi Ki Hajar Dewantara yang digunakan sebagai

pijakan pemimpin di Taman Siswa yakni Ing Ngarso Sung Tuladha Ing

Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani. Trilogi Ki Hajar Dewantara

tidak asing untuk didengar apalagi Tut Wuri Handayani yang digunakan

sebagai lambang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia sehingga sering dijumpai di sekolah – sekolah.


a. Ing Ngarso Sung Tuladha
Ing Ngarso Sung Tuladha secara harfiah berarti bahwa

pemimpin yang berada di depan hendaknya memberi contoh. Sung

berasal dari kata asung yang dalam bahasa jawa berarti memberi.

Dalam kalimat tersebut Ki Hajar Dewantara berpesan agar sung itu

diartikan menjadi, karena antara memberi dan menjadi mempunyai

makna yang berbeda.


Ajaran Ki Hajar Dewantara yang pertama ini menggambarkan

situasi dimana seorang pemimpin bukan hanya sebagai orang yang

berjalan di depan, namun juga harus menjadi teladan bagi orang – orang

yang mengikutinya. Kata Ing Ngarsa tidak dapat berdiri sendiri, jika

tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya. Artinya seorang

yang berada di depan jika belum memberi teladan maka belum pantas
menyandang gelar pemimpin. Jika kita melihat kepemimpinan dari

orang – orang dalam sejarah, maka dapat kita lihat betapa perbuatan

sang pemimpin menjadi inspirasi bagi orang yang dipimpinnya.

b. Ing Madya Mangun Karsa


Ing Madya artinya di tengah – tengah. Mangun berarti

membangkitkan atau menggugah dan Karsa diartikan sebagai bentuk

kemauan atau niat. Makna dari Ing Madya Mangun Karsa adalah

seseorang di tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan

atau menggugah semangat.


Ing Madya Mangun Karsa mengandung arti bahwa seorang

pemimpin jika di tengah – tengah pengikutnya harus mampu

memberikan motivasi agar semua bisa mempersatukan semua gerak dan

perilaku secara serentak untuk mencapai tujuan bersama.


Ajaran kedua ini sarat dengan makna kebersamaan, kekompakan

dan kerja sama. Seorang pemimpin tidak hanya melihat kepada orang

yang dipimpinnya, melainkan ia juga harus berada di tengah – tengah

orang yang dipimpinnya. Maka sangat tidak terpuji bila seorang

pemimpin hanya diam dan tak berbuat apa – apa, sedangkan orang yang

dipimpinnya (anggota kelompoknya atau organisasinya) menderita.

Pemimpin yang dapat bekerja sama dengan orang – orang yang

dipimpinnya yang berada di tengah – tengah kelompoknya dan secara

kooperatif berusaha bersama sambil membantu dan mendorong mereka.

c. Tut Wuri Handayani

Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berarti

memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya

Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral


dan semangat kerja dari belakang. Tut Wuri Handayani berarti bahwa

pemimpin harus sanggup memberi kemerdekaan kepada para

pengikutnya dengan perhatian sepenuhnya untuk memberikan petunjuk

dan pengarahan jika kemerdekaan yang diberikan akan membahayakan

dari para anggota.

Kemerdekaan diberikan pemimpin melalui tanggung jawab

kepada yang dipimpin, memberikan kesempatan kepada mereka untuk

memperlihatkan kemampuannya dan sebagai pemimpin ia berdiri

dibelakang, tetap waspada dan sikap turun tangan jika diperlukan.

3. Tipe Gaya Kepemimpinan


Karena dan sifat antara perilaku seseorang dengan orang lainnya tidak
pasti sama,maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang telah
diperlihatkan pun tidak sama pula. Ada beberapa gaya kepemimpinan :
a. Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator,ini upaya pencapai tujuan
dilakukan dengan menimbukan ketakutan serta ancaman. Tidak ada
hubungan dengan bawahan,karena mereka dianggap hanya sebagai
pelaksana dan pekerja saja.
b. Autokratis (Autocratic)
Kepemimpinan gaya otokratis, otoriter, atau diktator adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang
dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata. Ciri kepemimpinan
gaya otokratis antara lain adalah :
1. Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin
2. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
3. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
5. Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan
6. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat.
7. Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif.
8. Lebih banyak kritik daripada pujian
9. Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat
10. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
11. Kaku dalam bersikap
12. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.

Penerapan kepemimpinan gaya otoriter dapat mendatangkan


keuntungan antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan
keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara mungkin produktifitas
dapat naik. Akan tetapi disisi lain menimbulkan kerugian antara lain
berupa suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat
berakibat lebih lanjut yakni timbulnya ketidakpuasan.
c. Demokratis (Democratic)
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, dengan peran serta bawahan dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Ciri
kepemimpinan gaya demokratis antara lain adalah :
1. Wewenang pimpinan tidak mutlak
2. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
4. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara
pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan.
5. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
6. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,
pertimbangan atau pendapat.
7. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan daripada instruktif.
8. Pimpinan meminta kesetiaan para bawahan secara wajar
9. Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan
saling menghargai
10. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan
dan bawahan.
Penerapan kepemimpinan gaya demokratis dapat mendatangkan
keuntungan antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih
obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang
tinggi. Sedang kelemahan gaya ini antara lain keputusan serta tindakan
kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang
dibuat bukan merupakan keputusan terbaik.

d. Kebebasan (Laissez-faire)
Kepemimpinan gaya kebebasan atau gaya liberal adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam hal ini peranan pimpinan
hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan.
Setiap orang dapat melakukan kegiatan masing-masing sesuai dengan
kehendak masing-masing pula. Ciri kepemimpinan gaya liberal antara lain
adalah :
1). Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
2). Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
3). Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
4). Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya
5). Prakarsa selalu datang dari bawahan
6). Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
7). Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok
8). Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang-perorang.

Penerapan pemimpin gaya liberal dapat mendatangkan keuntungan


antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan
kemampuan dirinya. Tetapi kepemimpinan jenis ini membawa kerugian
bagi organisasi antara lain berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja
menurut selera masing-masing.
Tidaklah mudah menentukan macam gaya kepemimpinan yang
terbaik, karena gaya kepemimpinan tersebut tergantung dari situasi dan
kondisi yang dihadapi. Lester R. Bitel menyebutkan bahwa semua gaya
kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan
karena itu dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian tergantung dari
penggunaannya yang tepat atau tidak.
4. Unsur Gaya Kepemimpinan
Kepeminpinan hanya akan muncul jika ditemukan sekurang-kurangnya
4 unsur pokok,yaitu :
1. Adanya pemimpin
Adanya pemimpin yakni seseorang yang mendorong dan atau
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain,sehingga tercipta
hubungan kerja yang serasi dan menguntungkan.
2. Adanya pengikut
Adanya pengiku yakni seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat dorongan atau pengaruh sehingga bersedia melakukan berbagai
aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Adanya sifat dan ataupun perilaku tertentu
Adanya sifat atau perilaku tertentu yang dimiliki oleh pemimpin
yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong ataupun memperngaruhi
seseorang atau sekelompok orang.
4. Adanya situasi dan kondisi tertentu
Adanya situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan
terlaksananya kepemimpinan. Situasi dan kondisi yang dimaksud dibedakan
atas dua macam.
a. Situasi dan kondisi yang terdapat dalam organisasi.
b. Situasi yang terdapat diluar organisasi yakni lingkungan secara
keseluruhan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan itu didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
memengaruhi sebuah kelompok menuju kepeda pencapaian tujuan kelompok
tersebut. Konsep gaya kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga
yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri
Handayani. Ada beberapa gaya kepemimpinan yaitu diktator, autokratis,
demokratis, dan kebebasan. Unsur gaya kepemimpinan ada empat yaitu
adanya pemimpin, adanya pengikut, adanya sifat dan ataupun perilaku
tertentu, dan adanya situasi dan kondisi tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Fiedler. 1967. Kepemimpinan Era Modern. Cetakan Kedua. Jakarta: Yayasan
Kanisius.
Imam,Moejiono, 2002, “Kepemimpinan dan Keorganisasian”, Yogjakarta, UII
Press.
Kartono, Kartini, 2003, Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Kepemimpinan
Abnormal Itu), P.T Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ritonga, Jamiluddin M. 2004. Riset Kehumasan. Jakarta : PT.Grasindo.
Rivai, Veithzal. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan
Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Robbins, Stephen P., 1993. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi,
Vol. 1. Jakarta: Prenhallindo.
Siagian, Sondang P, 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Sutrisno, Edi. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia.

Anda mungkin juga menyukai